BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Produksi
Produksi dalam pengertian sederhana adalah keseluruhan proses dan
operasi yang dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa. Sistem produksi merupakan kumpulan dari sub sistem yang saling berinteraksi dengan tujuan mentransformasi input produksi menjadi output produksi. Input produksi ini dapat berupa bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal dan informasi. Sedangkan output produksi merupakan produk yang dihasilkan berikut sampingannya seperti limbah, informasi, dan sebagainya (Ginting, 2007).
INPUT
Tenaga Kerja Modal Material Energi Tanah Informasi Manajerial
Politik
Teknologi
Ekonomi
PROSES TRANSFORMASI
Feedback
Bagan 2.1.INPUT-OUTPUT Produksi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
OUTPUT Produk Limbah Informasi
Sosial Budaya
2.2 Sistem Pergudangan 2.2.1 Manajemen Pergudangan
Manajemen pergudangan dirancang bertujuan untuk mengontrol
kegiatan pergudangan. Yang diharapkan dari pengontrolan ini adalah terjadinya pengurangan biaya - biaya yang ada di dalam gudang, pengambilan dan pemasukan barang ke gudang yang efektif dan efisien, serta kemudahan dan keakuratan informasi stok barang di gudang. Sistem informasi mengenai manajemen pergudangan ini sering disebut dengan Warehouse Management System (WMS). Menurut Roy L. Harmon (1993), sistem pergudangan haruslah sederhana dan mudah dimengerti dengan tujuan : 1. Menurunkan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan customer service. 2. Menurunkan inventori hingga tingkat terendah. 3. Meningkatkan produktivitas dari perusahaan. Gudang didefinisikan sebagai suatu fungsi penyimpanan dari suatu jenis produk (stock – keeping units/SKUs) yang merupakan bagian dari sejumlah besar unit penyimpanan dengan waktu penyimpanan yaitu diantara barang tersebut diproduksi ataupun setelah selesai diproses di suatu stasiun kerja dengan waktu produk tersebut harus dikirimkan kepada konsumen atau dikirimkan ke stasiun kerja berikutnya ( Mulcahy, 1994 ). Menurut Frazelle, 2002, gudang dibedakan menjadi tujuh jenis, yaitu: 1. Raw material and component warehouse (Gudang bahan mentah dan komponen). 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2. Work-in-Process Warehouse (Gudang barang setengah jadi). 3. Finished good warehouse (Gudang barang jadi). 4. Distribution warehouse and fulfillment centers (Gudang pengecer). 5. Local warehouse (Gudang lokal). 6. Value added service warehouse (Gudang nilai tambah). 2.2.2 Definisi Gudang Gudang didefinisikan sebagai suatu fungsi penyimpanan dari suatu jenis atau tipe produk (stock-keeping units) yang merupakan bagian dari sejumlah besar unit penyimpanan dengan waktu penyimpanan yaitu diantara barang tersebut diproduksi ataupun setelah diproses di suatu stasiun kerja dengan waktu produk tersebut harus dikirimkan kepada konsumen atau dikirimkan ke stasiun kerja berikutnya. Stock Keeping Units sendiri dapat diartikan sebuah barang, merchandise, atau produk. Sebuah barang, produk, merchandise atau stock keeping units suatu nilai yang diantarkan, disimpan dan dikirimkan oleh operasi pergudangan atau distribusi kepada konsumen atau departemen manufaktur. Gudang adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyimpan barang baik yang berupa raw material, barang work in process atau finished goods. Dari kata gudang maka didapatkan istilah pergudangan yang berarti merupakan suatu kegiatan yang berkaitan
dengan gudang.
Menurut Holy Icun Yunarto dan Martinus Getty Santika (2005) kegiatan
8 http://digilib.mercubuana.ac.id/
tersebut dapat meliputi kegiatan movement (perpindahan), storage (penyimpanan), dan information transfer (transfer informasi). Menurut Holy Icun Yunarto dan Martinus Getty Santika (2005) dalam bukunya menyebutkan beberapa macam tipe gudang, yaitu: 1.
Manufacturing Pant Warehouse Manufacturing Pant Warehouse adalah gudang yang ada di pabrik. Transaksi di dalam gudangini meliputi penerimaan dan penyimpanan material, pengambilan material, penyimpanan barang jadi ke gudang, transaksi internal gudang, dan pengiriman barang jadi ke central warehouse, distribution warehouse atau langsung ke konsumen. Menurut John Warman, manufacturing plant warehouse dapat dibagi-bagi menjadi: a.
Gudang Operasional Gudang Pperasional digunakan untuk menyimpan raw material dan sparepart yang nantinya akan diperlukan dalam proses produksi. Dalam gudang operasional
ini dapat pula disimpan
barang – barang Work in Process. b.
Gudang Perlengkapan Gudang Perlengkapan merupakan gudang yang digunakan untuk menyimpan
perlengkapan
yang
akan
digunakan
untuk
memperlancar proses produksi. Perlengkapan merupakan barang yang digunakan untuk proses produksi tetapi tidak akan ditemui di Finished Goods, karena barang ini hanya berfungsi membantu 9 http://digilib.mercubuana.ac.id/
proses produksi. Setelah proses produksi berakhir barang ini akan dikembalikan ke
gudang perlengkapan. Biasanya berada dekat
dengan line produksi. c.
Gudang Pemberangkatan Gudang pemberangkatan adalah gudang yang digunakan untuk menyimpan barang yang telah menjadi Finished Goods. Dari gudang inilah nantinya Finished Goods akan dikirim keluar, baik ke distributor atau retailer. Gudang ini dapat disebut gudang Finished Goods.
d.
Gudang Musiman Gudang musiman adalah gudang yang bersifat insidentil dan hanya ada
pada
saat
gudang-gudang
baik
operasional
dan
pemberangkatan penuh. Gudang ini biasanya bukan milik pabrik, tetapi disewa dari pihak lain untuk jangka waktu tertentu. Di gudang ini dapat disimpan apa saja mulai dari raw material hingga finished goods. 2. Central Warehouse Cetral warehouse merupakan gudang pokok. Transaksi di dalam gudang ini meliputi penerimaan barang jadi (dari manufacturing plant warehouse, langsung dari pabrik, atau dari supplier), penyimpanan barang jadi ke gudang, dan pengiriman barang jadi ke distribution warehouse.
10 http://digilib.mercubuana.ac.id/
3.
Distribution Warehouse Distribution warehouse adalah gudang distribusi. Transaksi dalam gudang ini adalah penerimaan barang jadi (dari central warehouse, pabrik atau supplier), penyimpanan barang yang diterima gudang, pengambilan, dan persiapan barang yang akan dikirim, dan pengiriman barang ke konsumen. Terkadang Distribution Warehouse juga berfungsi sebagai Central Warehouse.
4.
Retailer Warehouse Retailer Warehouse adalah gudang pengecer, jadi dengan kata lain dapat dikatakan gudang yang dimiliki toko yang menjual barang langsung ke konsumen.
2.2.3 Dasar – Dasar Aktivitas Pergudangan Dilihat dari fungsi dan peran yang dimiliki, gudang memiliki dasar - dasar aktivitas pergudangan secara umum (Frazelle, 2002). Akivitas – aktivitas ini diuraikan sebagai berikut: 1.
Receiving Merupakan aktivitas penerimaan barang dimana didalamnya terdapat
aktivitas
–
aktivitas
seperti
perhitungan kuantitas yang diterima dan
pembongkaran
muatan,
inspeksi kualitas dan
kerusakan, memberikan jaminan bahwa jumlah dan kualitas yang dipesan sesuai dengan keinginan dan membagi material untuk disimpan atau untuk keperlaun fungsi produksi yang membutuhkan.
11 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.
Prepackaging (Optional) Fungsi ini dibentuk dalam suatu gudang apabila produk diterima dalam jumlah besar dari supplier dan selanjutnya dipisah menjadi kemasan tunggal atau dalam bentuk – bentuk yang jumlahnya lebih kecil.
3.
Put away Yaitu suatu tindakan penempatan barang untuk disimpan. Termasuk didalamnya yaitu material handling, verifikasi tempat dan penempatan produk.
4.
Storage Merupakan aktivitas yang menempatkan barang dalam suatu tempat fisik ketika barang tersebut sedang menunggu untuk dikeluarkan dari gudang.
5.
Order Picking Proses pemindahan barang dari penyimpanan untuk memenuhi suatu kebutuhan yang spesifik. Aktivitas ini merupakan pelayanan dasar dari gudang yang disediakan bagi konsumen dan merupakan fungsi yang menjadi dasar dalam perancangan suatu gudang.
6.
Packaging and/or pricing (optional) Aktivitas ini dilakukan sebagai aktivitas pilihan setelah proses pengambilan. Sebagaimana dalam fungsi pengemasan awal, produk individu atau kemasan tunggal ditempatkan dalam kotak – kotak besar 12 http://digilib.mercubuana.ac.id/
untuk
memudahkan
pengemasan
ini
aktivitas
pemidahan
memberikan
berikutnya.
keuntungan yaitu
Fungsi
memberikan
fleksibilitas lebih dalam penggunaan on – hand inventory. 7.
Sortation Merupakan kegiatan penyeleksian atau pemilihan dari batch dalam bentuk order tunggal dan akumulasi dri pengambiln distribusi untuk memenuhi permintaan yang harus dikerjakan ketika permintaan itu lebih dari satu produk dan akumulasi yang ada tidak sesuai dengan pengambilan yang dilakukan.
8.
Unitizing and Shipping Termasuk dalam aktivitas ini adalah : a. Pengecekan kelengkapan order barang b. Pengemasan barang untuk memudahkan pengiriman dalam container. c. Persiapan dokumen pengiriman, termasuk packing list, alamat penerimaan dan bills of loading. d. Penimbangan muatan untuk menentukan biaya pengiriman. e. Penjumlahan order yang ada di lapangan f. Pemuatan dengan menggunakan truck
2.2.4 Fungsi Umum Gudang Fungsi utama dari gudang mungkin hanya terlihat sebagai tempat penyimpanan sementara dari barang. Sebenarnya gudang juga hanya menjalankan beberapa fungsi lain. 13 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Menurut Kulwiec (1980), ada beberapa fungsi penting dari gudang yaitu sebagai berikut : 1.
Menyediakan tempat penyimpanan barang sementara Untuk mencapai skala produksi, transportasi dan pemindahan bahan yang ekonomis seringkali perlu untuk menyimpan barang digudang dan dikeluarkan pada saat permintaan konsumen tinggi.
2.
Menyatukan permintaan pelanggan Gudang menerima barang curah dari beberapa sumber dan dengan menggunakan alat pemilihan otomatis mengelompokkan barang sesuai dengan permintaan pelanggan dan dikirim langung ke pelanggan.
3.
Melayani sebagai pusat pelayanan pelanggan Gudang
mengirimkan
barang
kepada
konsumen
dan
berhubungan langsung dengan konsumen tersebut. Oleh karena itu, gudang dapat berfungsi sebagai pusat pelayanan pelanggan dan mengganti barang yang salah atau rusak, melakukan survey pasar dan bahkan menyediakan pelayanan purna jual. 4.
Melindungi barang Gudang pada umumnya dilengkapi dengan sistem keselamatan dan keamanan yang baik, jadi wajar apabila menyimpan barang di gudang untuk melindungi barang dari pencuri,kebakaran,banjir dan masalah cuaca lainnya.
5.
Memisahkan bahan yang berbahaya Peraturan keselamatan tidak mengijinkan bahan berbahaya untuk 14 http://digilib.mercubuana.ac.id/
diletakkan di dekat
fasilitas produksi. Karena tidak ada proses
produksi berjalan di gudang, maka gudang merupakan tempat yang tepat untuk menyimpan fasilitas yang berbahaya. 6.
Melakukan kegiatan yang menambah nilai Banyak gudang melakukan kegiatan yang menambah nilai seperti pengepakan barang, menyiapkan permintaan pelanggan sesuai yang dibutuhkan,mengawasi barang
yang yang masuk,menguji
barang,dan bahkan merakitnya. Meskipun inspeksi dan pengujian tidak menambah nilai tetapi merupakan proses yang penting. 7.
Persediaan Karena adanya kesulitan untuk meramalkan permintaan dengan tepat, banyak perusahaan merasa perlu untuk mempunyai persediaan atau safety stock untuk menghadapi permintan yang mendadak. Ketidakmampuan memenuhi permintaan
pelanggan tidak hanya
menghilngkan pemasukan tetapi kadang menurunkan kepercayaan pelanggan (Heragu, hal 472). Tujuan
penyimpanan
memaksimalkan
dan
utilitas sumber
fungsi –
gudang
sumber
yang
yaitu
untuk
ada
ketika
memenuhi keinginan konsumen dan juga untuk memaksimalkan pelayanan terhadap konsumen dengan kendala – kendala sumber yang ada. Sumber – sumber penyimpanan dan pergudangan yaitu ruang, peralatan dan tenaga kerja (Tompkins, 1996). Permintaan konsumen untuk penyimpanan dan fungsi pergudangan dapat dilakukan secepat mungkin dan dalam kondisi yang baik. 15 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Maka
dari
itu, dalam
mendesain
fungsi
penyimpanan dan
pergudangan sedapat mungkin harus memenuhi fungsi berikut: 1.
Maksimalisasi penggunaan ruangan
2.
Maksimalisasi penggunaan peralatan
3.
Maksimalisasi penggunaan tenaga kerja
4.
Maksimalisasi akses ke seluruh barang yang disimpan
5.
Maksimalisasi perlindungan untuk seluruh barang yang disimpan
Perencanaan fasilitas penyimpanan
dan
pergudangan
secara
langsung mengikuti tujuan tersebut. Perencanaan untuk penggunaan peralatan secara maksimum membutuhkan pemilihan peralatan yang tepat. Untuk tujuan ketiga, maksimalisasi penggunaan tenaga kerja, termasuk di dalamnya yaitu menyediakan pelayanan tenaga kerja yang dibutuhkan. Perencanaan untuk maksimalisasi akses barang yang disimpan adalah issue layout. Perencanaaan untuk perlindungan maksimum dari barang yang ada mengikuti secara langsung dari penyimpanan barang dengan tempat yang memadai dengan peralatan yang sesuai oleh pekerja yang terlatih dalam layout yang terancang dengan baik (Tompkins, 1996). 2.2.5 Perencanaan Ruang Penyimpanan Menurut Tompkins, 1996, terdapat fenomena honeycombing dalam pemanfaatan
ruangan untuk penyimpanan. Honeycombing merupakan
ruang yang terbuang atau tidak terpakai yang dihasilkan karena adanya penambahan material lain yang menyebabkan blocked stage. Akibat yang nyata dari honeycombing ini adalah menurunnya persentase dari ruangan 16 http://digilib.mercubuana.ac.id/
yang dipakai untuk menyimpan. Ketika metode penyimpanan dan ruang yang hilang karena lorong dan honeycombing sudah ditetapkan, standar ruangan
untuk keseluruhan
barang
yang
akan
disimpan
harus
diperhitungkan dengan cermat. Suatu ruang yang standar adalah volume yang dibutuhkan tiap unit muatan yang disimpan termasuk didalamnya alokasi ruang untuk lorong dan honeycombing. Dengan mengalikan ruang standar untuk tiap item muatan, maka ruang yang dibutuhkan untuk per item dapat ditentukan. Jumlah dari kebutuhan ruang untuk seluruh item yang akan disimpan adalah total ruang penyimpanan yang dibutuhkan, dengan
menambah luas total
kebutuhan untuk penerimaan dan pengiriman,kantor,perawatan serta bagian pelayanan maka luas keseluruhan untuk departemen penyimpanan atau gudang dapat ditentukan. 2.2.6 Perencanaan Layout Penyimpanan Tujuan dari perencanaan layout dari bagian penyimpanan atau gudang yaitu:
Untuk efektivitas dari penggunaan ruang.
Memberikan material handling yang efisien.
Untuk meminimalkan biaya penyimpanan ketika memenuhi pelayanan pada level tertentu.
Untuk memberikan fleksibilitas maksimum.
Untuk menyediakan pengaturan rumah tangga produksi yang baik. Untuk melengkapi dan memenuhi tujuan ini,maka beberapa 17 http://digilib.mercubuana.ac.id/
prinsip untuk penerapan area penyimpanan harus diintegrasikan. Prinsip – prinsip tersebut antara lain: a. Popularity ( popularitas ) Hukum pareto ini seringkali diterapkan pada popularitas dari material yang disimpan (Tompkins, 1996). Biasanya, 85% turn over material hanya
dilakukan
oleh
15%
material
yang
disimpan.
memaksimalkan pengambilan, maka 15% material
Untuk
populer harus
disimpan dengan jarak tempuh yang minimal. Dalam kenyataannya, material disimpan sehingga jarak tempuh berkebalikan secara relatif dengan popularitas material. Jarak tempuh ini dapat diminimalkan dengan menyimpan item popular pada area penyimpanan dan menempatkan material untuk meminimalkan jarak tempuh total. Apabila material memasuki dan meninggalkan gudang dan titik yang sama maka material yang popular dapat diposisikan sedekat mungkin dengan titik tersebut. Namun apabila material memasuki dan meninggalkan areal gudang dari titik yang berbeda dan diterima serta dikirimkan dalam jumlah yang sama, material yang paling popular harus diposisikan sepanjang rute secara langsung diantara titik kedatangan dan keberangkatan. Akhirnya, material yang popular memiliki rasio pengiriman/penerimaan terbesar sehingga harus diposisikan dekat dengan titik penerimaan sepanjang rute langsung yang dilewati antara titik masuk dan keluar (rasio penerimaan/pengiriman tidak lebih dari rasio jarak tempuh untuk penerimaan dan jarak tempuh
18 http://digilib.mercubuana.ac.id/
untuk pengiriman suatu material). b. Similarity (similaritas/kesamaan) Prinsip kedua dari pengaturan layout penyimpanan yaitu berdasarkan kesamaan dari material yang disimpan. Sebagai contoh, dalam gudang sparepart otomotif, komponen karburator disimpan bersama – bersama dengan komponen sistem pembuangan lainnya. Seorang konsumen tidak suka untuk memesan karburator yang baru dan selangnya. Hal ini akan lebih disukai apabila selang yang ada sudah termasuk dalam pesanan selang gasket ketika karburator itu diminta. Dengan menyimpan komponen yang memiliki kesamaan maka jarak tempuh untuk order pengambilan maupun penerimaan dapat diminimalisir. c. Size (ukuran) Memiliki komponenn kecil yang disimpan dalam ruang yang didesain untuk komponen besar adalah tindakan pemborosan. Umumnya sering dijumpai bahwa komponen yang besar tidak dapat diisimpan pada rak (sesuai dengan popularitas atau kesamaan) karena tidak muat. Untuk mengurangi hal ini maka variasi dari ukuran lokasi penyimpanan harus diberikan. Apabila kendala yang dihadapi adalah ketidakpastian ukuran dari material yang disimpan maka rak yang adjustable (dapat dipindahkan atau diatur sesuai dengan keinginan) dapat digunakan untuk mengatasi hal ini. d. Characteristics (karakteristik) Karakteristik seringkali
dari
berlawanan
komponen
yang
disimpan
dan
ditangani
dengan metode yang diindikasikan oleh 19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
popularitas, kesamaan dan ukuran komponen
tersebut. Beberapa
karakteristik komponen yang penting yaitu: i. Perishable Materials (komponen yang mudah rusak) Komponen ini membutuhkan penanganan kontrol lingkungan yang serius dan juga penentuan shelf life harus dipertimbangkan. ii. Oddy Shaped and Crushable Items (komponen bentuk khusus dan mudah rusak) Komponen tertentu tidak akan sesuai dengan area penyimpanan yang tersedia. Pada komponen dengan bentuk khusus tersebut membutuhkan penanganan yang cenderung bermasalah karena jika komponen tersebut harus disimpan maka dibutuhkan ruang khusus yang terbuka untuk penyimpanannya. iii. Hazardous Materials (komponen berbahaya) Komponen seperti cat, varnish propane, dan bahan kimia yang mudah terbakar membutuhkan penyimpanan yang terpisah. Kode keselamatan harus dicek dan
langsung diikuti oleh seluruh
komponen yang mudah terbakar atau meledak. iv. Security items (komponen dengan pengamanan khusus) Hampir semua komponen dapat hilang. Untuk komponen dengan pengamanan khusus seringkali menjadi target yang mudah hilang. Komponen ini sebaiknya diberikan perlindungan tambahan di dalam area penyimpanan. v. Compability (kecocokan/kesesuaian) Beberapa bahan kimia tidak berbahaya ketika disimpan sendiri, 20 http://digilib.mercubuana.ac.id/
tetapi mudah menguap jika bercampur dengan unsur lain. Beberapa material tidak membutuhkan penyimpanan khusus tapi dapat dengan mudah terkontaminasi dengan material lain apabila ditempatkan bersama – sama. e. Space utilization (Utilitas ruangan) Perencanaan ruang termasuk juga menentukan kebutuhan area yang digunakan untuk penyimpanan komponen. Maka dengan mempertimbangkan p opularitas, kesamaan, ukuran karakteristik material, suatu layout dari pemakaian ruang
harus dikembangkan untuk
memaksimalkan utilitas ruangan dalam memenuhi
kebutuhan
penyimpanan. Beberapa hal yang dapat dijadikan pertimbangan yaitu: o Konservasi Ruangan Konservasi ruangan termasuk didalamnya maksimalisasi pemusatan dan pemanfaatan penumpukan serta minimalisasi honeycombing. Maksimalisasi konsentrasi ruangan mampu meningkatkan fleksibilitas dan kapabilitas dari
penanganan
komponen dalam jumlah besar. o Pembatasan Ruangan
Pemanfaatan ruangan dapat dibatasi oleh rangka bangunan, tinggi atap, beban lantai, kuda – kuda bagunan dan kapasitas maksimum penumpukan.
o Jangkauan
Pemanfaatan ruangan yang terlalu padat akan mengakibatkan kesulitan
dalam
pengambilan 21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
material. Lorong
harus
dirancang agar cukup lebar untuk pergerakan pemindahan material yang efektif dan dialokasikan sedemikian rupa sehingga tiap – tiap blok penyimpanan dapat dijangkau. 2.2.7 Klasifikasi gudang Berdasarkan karakteristik material yang akan disimpan, gudang dapat dibedakan menjadi: a.
Raw Material Storage Gudang ini akan menyimpan setiap material yang dibutuhkan atau digunakan untuk proses produksi. Lokasi dari gudang ini umumnya berada di dalam bangunan pabrik. Untuk beberapa jenis bahan tertentu biasa juga diletakkan di luar bangunan pabrik yang mana hal ini akan dapat menghemat biaya gudang karena tidak memerlukan bangunan khusus untuk itu. Gudang ini kadang – kadang disebut pula sebagai stock room karena fungsinya memang untuk menyimpan stock untuk kebutuhan tertentu.
b.
Work in Process Storage Dalam industri manufaktur, sering kita jumpai bahwa benda kerja harus melalui
beberapa macam operasi dalam pengerjaannya.
Prosedur ini sering pula harus terhenti karena dari satu operasi ke operasi berikutnya waktu pengerjaan yang dibutuhkan tidaklah sama, sehinga untuk itu material harus menunggu sampai mesin atau operator berikutnya tersebut siap mengerjakan. c.
Finished Goods Product Storage 22 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Kadang- kadang disebut juga dengan warehouse yang fungsinya adalah menyimpan produk – produk yang telah selesai dikerjakan. d.
Storage for Supplier Yaitu gudang untuk menyimpan nonproduktif item dan digunakan untuk
menunjang
pengepakan
fungsi
dan
material, komponen
kelancaran dan
suplai
produksi
seperti
perawatan,suplai
kantor,dan lain – lain. e.
Finished Part Storage Yaitu gudang untuk menyimpan parts yang siap untuk dirakit. Gudang ini biasanya diletakkan berdekatan dengan area perakitan atau biasa juga ditempatkan secara terpisah di dalam work in process.
f.
Salvage Dalam sebagian proses produksi ada kemungkinan beberapa benda kerja akan salah dikerjakan yang mana untuk ini memerlukan pengerjaan
kembali
untuk membenarkannya sehingga kualitas
produk tersebut diperbaiki. Untuk itu diperlukan suatu area guna menyimpan benda kerja ini sebelum diproses kembali. Benda kerja yang tidak bisa diperbaiki akan menjadi skrap yang mana untuk ini harus diletakkan dalam lokasi tersendiri. g.
Scrap and Waste Scrap adalah material atau komponen yang salah dikerjakan dan tidak bisa diperbaiki lagi. Sedangkan Waste adalah normal residu dari proses produksi seperti geram, potongan – potongan logam, dan lain 23 http://digilib.mercubuana.ac.id/
– lain yang tidak berguna lagi dalam proses produksi yang ada. Material yang berupa skrap atau buangan ini biasanya akan dikumpulkan dan diletakkan dalam area yang terpisah dari pabrik dengan harapan akan bisa dijual ke pihak lain yang membutuhkan (Sritomo, hal 215). 2.2.8 Klasifikasi Persediaan dalam Gudang
Gudang seperti kegunaannya secara umum merupakan suatu tempat
untuk menyimpan benda. Benda yang disimpan dalam gudang ini dapat pula
disebut
sebagai
persediaan. Secara umum persediaan dapat
diklasifikasikan berdasarkan dua hal yang
umum, yaitu klasifikasi
persediaan berdasarkan fungsi dari barang dalam gudang dan kalasifikasi persediaan berdasarkan kecepatan arus aliran barang. a.
Klasifikasi Persediaan Berdasarkan Fungsi Barang Dalam dunia industri persediaan yang disimpan dalam gudang dapat bermacam – macam fungsinya. Dalam klasifikasi ini gudang akan dibagi – bagi sesuai dengan barang apa yang disimpan dalam gudang tersebut. Secara umum, berdasarkan fungsi fisiknya, persediaan dapat dibagi menjadi empat fungsi utama. Keempat fungsi persediaan tersebut adalah
Sebagai Raw Material Raw material merupakan barang yang akan diproses diberi nilai tambah untuk kemudian dapat dijual dan dipasarkan kepada konsumen dengan nilai yang lebih tinggi. Raw material dapat 24 http://digilib.mercubuana.ac.id/
berbeda – beda untuk setiap perusahaan tergantung jenis usaha dan tujuan usahanya. Barang yang menjaddi raw material di suatu
perusahaan
belum
tentu
menjadi
raw
material
diperusahaan lain. Dapat saja raw material di sebuah perusahaan
menjadi
finished
good
di perusahaan
lain.
Misalnya, dalam perusahaan roti, barang yang menjadi raw material di perusahaan itu adalah tepung, akan tetapi bagi sebuah pabrik tepung, tepung adalah sebuah finished good yang dihasilkan dari proses – proses rumit yang mengubah biji
gandum menjadi tepung. Sebagai Work In Process Barang work in process dalam bahasa sehari – hari dikenal dengan nama barang setengah jadi. Barang work in process ini adalah raw material yang dikenal proses untuk menjadi suatu produk hanya saja belum selesai, atau dikatakan masih
setengah jalan. Sebagai Finished Goods Finished goods merupakan barang yang siap untuk disajikan atau siap untuk dipasarkan kepada konsumen. Finished goods ini merupakan barang yang diperoleh dari bahan dasar berupa raw material yang telah diproses dan diberi nilai tambah.
25 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Sebagai sparepart atau peralatan Peralatan
atau
sparepart
adalah
barang
yang
tidak
memberikan nilai tambah kepada suatu raw material untuk menjadi finished good, akan tetapi akan sangat berguna sekali untuk mendukung kelancaran proses pemberian nilai tambah kepada raw material untuk menghasilkan finished goods. b.
Klasifikasi Persediaan Berdasarkan Kecepatan Arus Aliran Barang Dalam gudang baik gudang yang merupakan gudang raw material, gudang WIP, gudang finished goods ataupun gudang saprepart pasti akan terdapat perbedaan arus aliran barang – barang yang ada didalamnya. Dalam suatu gudang, misalnya gudang finished goods ada terdapat bermacam – macam finished goods yang disimpan dalam gudang tersebut berbeda jenisnya. Dengan adanya perbedaan jenis tersebut maka aliran setiap barang tidak akan sama. Dalam klasifikasi ini persediaan akan dipandang berdasarkan aliran barang tersebut apakah barang tersebut termasuk barang fast moving, medium moving atau slow moving.
Barang Fast Moving Barang – barang yang disebut sebagai fast moving adalah barang dengan aliran yang sangat cepat, atau dengan kata lain barang fast moving ini berada di gudang dalam waktu yang sangat singkat.
26 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Barang Medium Moving Barang Medium Moving adalah barang – barang yang aliran barangnya sedang – sedang saja, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat. Biasanya barang ini akan berada di gudang dalam waktu yang relatif lama jika dibandingkan dengan barang – barang fast
moving. Barang Slow Moving Merupakan barang dengan arus aliran barang yang sangat lambat sehingga biasanya barang – barang yang slow moving ini akan tersedia di gudang dalam jangka waktu yang cukup lama. Aliran barang ini harus sangat diperhatian dalam menjalankan
manajemen pergudangan karena hal ini akan sangat meentukan apakah suatu gudang telah digunakan secaraa efektif atau belum. Dengan memperhatikan kecepatan aliran tersebut diharapkan aliran barang yang ada di gudang menjadi lancar. Untuk barang fast moving dijaga agar stock di gudang tidak kehabisan sehingga tidak mengecewakan konsumen, sedangkan untuk barang yang slow moving dijaga agar tidak terjadi penumpukan barang yang tidak perlu di gudang sehingga kapasitas gudang dapat digunakan sebaik dan seefektif mungkin. 2.2.9 Kebijakan Penyimpanan Secara garis besar, ada beberapa kebijakan tentang penyimpanan barang yang datang di gudang. Kebijakan tersebut
27 http://digilib.mercubuana.ac.id/
berdasarkan lokasi tempat barang tersebut diletakkan pada gudang (Tompkins,1996). Terdapat kebijakan – kebijakan utama mengatur sistem penyimpanan terhadap kedatangan barang pada sebuah gudang, yaitu:
Random Storage Policy Kebijakan yang paling sederhana disebut kebijakan penyimpanan acak. Yaitu menyimpan barang yang masuk pada tempat yang tersedia dimanapun. Jika tersedia lebih dari satu lokasi yang dapat digunakan untuk penyimpanan, secara teori barang yang masuk memiliki probabilitas yang sama untuk ditempatkan dilokasi manapun yang tersedia. Pada prakteknya, bagaimanapun juga, barang tersebut akan ditempatkan di ruang tersedia yang paling dekat. Sebagaimana menurut Francis, Meginnis, dan White (1992) dan Tompkins et.al (1996), penyimpanan dan pengambilan di bawah kebijakan acak tidaklah benar – benar acak pada prakteknya.
Operator
cenderung
untuk
menyimpan
atau
mengambil barang dari lokasi terdekat. Dedicated Policy Kebijakan penunjukkan, sebaliknya, memerlukan barang untuk disimpan pada lokasi yang telah dispesifikasikan sebelumnya yang bergantung pada tipe barang tersebut. Setiap kebijakan dari kedua kebijakan ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing – masing. Untuk volume dan frekuensi S/R yang sama, kebijakan acak memerlukan ruang penyimpanan yang lebih sedikit 28 http://digilib.mercubuana.ac.id/
daripada kebijakan penunjukkan. Hal ini dikarenakan kebijakan penunjukkan menetapkan ruang untuk tiap barang sama dengan tingkat inventory maksimum dari barang tersebut. Tentu saja, tingkat maksimum ini tercapai secepatnya ketika barang tersebut terisi kembali dalam waktu yang berbeda - beda. Tingkat agregat inventory maksimum cenderung lebih rendah daripada jumlah tingkat inventory maksimum untuk barang individual. Meskipun kebijakan acak memerlukan ruang yang lebih sedikit, jika barang yang disimpan banyak, maka untuk mengambilnya kembali membutuhkan waktu lebih karena kadangkala sulit menemukan lokasi barang tersebut. Maka tingkat troughput dari sistem menurun, peralatan S/R tidak digunakan secara efektif dan gudang cenderung tidak tertata dengan barang – barang tersebar disegala tempat.
Cube Per Order Index Pada kebijakan ketiga, secara operasional sangat simpel dan
digunakan
secara
luas. Kebijakan ini pertama kali
diperkenalkan oleh Heskett (1964). COI untuk sebuah barang didefinisikan sebagai rasio dari kebutuhan penyimpanan barang dengan jumlah transaksi S/R barang tersebut. Menurut kebijakan ini seorang manajer gudang mengurutkan barang dengan urutan naik berdasarkan nilai COI barang tersebut. Alokasi barang pertama
dalam
daftar
sesuai
dengan
kebutuhan
ruang
penyimpanan pada tempat terdekat dari titik input/output, 29 http://digilib.mercubuana.ac.id/
alokasikan barang kedua dalam daftar pada ruang penyimpanan yang terdekat berikutnya dari titik I/O dan seterusnya, hingga seluruh item teralokasi. Oleh karena itu kebijakan COI menempatkan barang yang mempunyai jumlah permintaan S/R besar dan membutuhkan ruang penyimpanan kecil di dekat titik
I/O. Class Based Storage Policy Kebijakan
keempat
disebut
kebijakan
penyimpanan
berdasarkan kelas, kebijakan ini berdasarkan observasi pareto, bahwa persen kecil dari populasi suatu negara memiliki kekayaan yang terbanyak. Sebaliknya, persen besar dari populasi memiliki kemakmuran yang lebih sedikit. Fenomena ini dikenal dengan nama efek pareto, dipandang dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam gudang 80% aktivitas S/R ditujukan pada 20% barang, 15% dari 30% barang, dan seperti halnya 5% dari aktivitas S/R pada 50% barang, oleh karena itu, kita mengklasifikasikan barang ke dalam salah satu dari tiga kelas A,B,C tergantung dari tingkat S/R yang dihasilkannya. Pengelompokkan dibagi menjadi tiga kelas, yaitu:
Total aktivitas S/R di atas 20% digolongkan ke dalam kelas A.
Total aktivitas S/R di antara 5% - 20% digolongkan ke dalam kelas B.
Total aktivitas S/R di antara 0% - 5% digolongkan ke dalam 30 http://digilib.mercubuana.ac.id/
kelas C. Berdasarkan klasifikasi tersebut,maka barang – barang yang termasuk kedalam kelas A harus disimpan pada lokasi yang paling dekat dengan titik I/O, kelas B pada lokasi terdekat yang berikutnya,dan seterusnya. (Heragu, 1997).
Shared Storage Policy Kebijakan tersebut ada di antara random storage dan dedicated storage. Seperti pada pengoperasian random storage policy, ruang penyimpanan yang sama menjaga item yang berbeda dari waktu ke waktu, bagaimanapun alokasi item ke ruang penyimpanan tidaklah acak tetapi dikontrol secara hati – hati. Item yang bergerak cepat disimpan didalam ruangan yang semakin dekat dengan titik I/O. Item yang bergerak lambat disimpan dalam ruang yang lebih jauh dengan titik I/O, sebab item tidak mungkin diisi ulang dengan segera tetapi dengan level konstan. Waktunya yang dihabiskan dalam inventory bisa bervariasi dari lot ke lot walaupun untuk produk yang sama. Juga karena item yang berbeda bisa mencapai tingkat persediaan maksimum pada waktu yang berbeda, alokasi item yang sesuai untuk penempatan penyimpanan yang didasarkan pada shared storage policy dapat meningkatkan sistem troughput dan meningkatkan utilitasn ruang. (Heragu, 1997)
2.2.10
Tata Letak Barang Racking System
Tata Letak Barang Tata letak barang dalam gudang atau biasanya disebut dengan 31 http://digilib.mercubuana.ac.id/
layout barang merupakan suatu metode peletakan barang dalam gudang untuk mempermudah, mempercepat dan meningkatkan efisiensi dari gudang tersebut dalam
menampung barang
maupun mengalirkan permintaan barang kepada pihak yang melakukan permintaan. Pihak yang melakukan permintaan ini dapat
dibagi
menjadi
internal
customer atau
external
customer. Internal customer adalah pelaku demand yang berada dalam dalam suatu perusahaan yaitu departemen lain dalam
perusahaan.
Sedangkan external customer adalah
konsumen dalam pengertian secara umum yaitu pihak pelaku demand yang berasal dari luar perusahaan.
Racking System Adalah suatu cara untuk meningkatkan kapasitas tanpa melakukan pelebaran gudang. Selain itu juga dapat digunakan untuk melakukan pengelompokkan barang sehingga gudang terlihat lebih teratur tanpa membutuhkan tempat yang terlalu luas.
Rak Permanen Rak permanen yaitu rak yang memiliki konstruksi bangunan yang permanen, dengan kata lain rak permanen tidak akan dapat dipindah – pindahkan jika diperlukan di bagian lain.
Rak Sementara
Rak sementara terdiri dari konstruksi rak yang dapat 32 http://digilib.mercubuana.ac.id/
dipindah – pindahkan atau dibongkar jika sudah tidak diperlukan.
33 http://digilib.mercubuana.ac.id/