BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Komposisi Kimia Kayu
Kayu merupakan bahan utama yang dipakai untuk pembuatan pulp dan kertas karena rendemen seratnya sangat tinggi. Pada pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan senyawa kimia berupa makro molekul primer dan sekunder seperti C, H, O, N, P dan K. Selain makro molekul tanaman juga membutuhkan unsur mikro seperti besi, magnesium, dan lain lain. Kayu mengandung senyawa-senyawa kimia yang berbeda. Senyawa tersebut dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian yaitu : Sellulosa, Hemi sellulosa, Lignin dan Ekstraktif (TAPPI, 1989).
Komposisi dan sifat-sifat kimia ini sangat berperan dalam proses pembuatan pulp. Secara umum kayu keras (hard wood) mengandung banyak sellulosa, hemi sellulosa dan ekstraktif dibandingkan dengan kayu lunak (soft wood) tetapi kandungan ligninnya lebih sedikit (TPL, 2001). Tabel 2.1. Komposisi Kimia antara Hard Woods dan Soft Woods (Smook, 1992) Komponen
Kayu Lunak
Kayu Keras
Sellulosa
42 + 2%
45 + 2%
Hemi sellulosa
27 + 2%
30 + 2%
Lignin
37 + 2%
20 + 2%
Ekstraktif
3 + 2%
5 + 3%
2.1.1 Hara essensial tanaman
Tanaman memerlukan sejumlah unsur hara dalam takaran cukup, seimbang dan sinambung untuk terus tumbuh dan berkembang. Unsur hara tanaman ini diambil dari atmosfir dan sistem tanah. Paling sedikt ada 16 macam unsur hara yang dibutuhkan oleh tnaman.Banyaknya unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman
Universitas Sumatera Utara
berbeda.Unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah yang banyak disebut unsur hara makro dan yang dibutuhkab dalam jumah yang sedikit disebut unsur hara mikro.Hal ini dapat dilihat pada table 2.2 Tabel 2.2 jenis dan bentuk hara yang diserap oleh tanaman dari tanah No.
Jenis hara
Simbol kimia
tanaman
Bentuk ion hara yang diserap oleh tanaman
1.
Nitrogen
N
NO3- dan NH4+
2.
Fosfor
P
H2PO4- dan H2PO42-
3.
Potasium
K
K+
4.
Kalium
Ca
Ca2+
5.
Magnesium
Mg
Mg2+
6.
Sulfur
S
SO42-
7.
Mangan
Mn
Mn2+
8.
Besi
Fe
Fe2+
9.
Boron
B
BO33+
10.
Seng
Zn
Zn2+
11.
Tembaga
Cu
Cu2+
12.
Molibdenum
Mo
MoO42-
13.
Klorida
Cl
Cl( Mas’ud,1992 )
2.1.2. Komposisi unsur dalam tanah dan tanaman
Secara normal tanaman mendapat unsur hara dari tanah kecuali unsur S dan N dapat diperoleh secara langsung dari atmosfir dalam bentuk gas NO2, NH3, dan SO2. Kimia tanah menerangkan bahwa ion-ion dalam tanah ketersediaanya sangat beragam, oleh karena itu penyerapan oleh tanaman juga beragam.Unsur hara yang ada didalam tanah diperoleh dari proses pelapukan pada permukaan bumi dan kemudian dibebaskan keatmosfir atau terlindi. Dan akan hanyut kelaut dan satu ketika akan kembali ketanah dan diserap kembali oleh tumbuhan.
Universitas Sumatera Utara
Pencemaran kimia dapat mengalihkan unsur - unsur kimia dari daur alaminya. Tanah mempunyai permukaan reaktif dan aktifitas katalitik maka pencemaran oksigen dan air ini dapat dikuranginya, jadi tanah dapat menurunkan bahaya pencemaran secar langsung dengan mengenbalikan komponen- komponen kimia tersebut kedaur alaminya.Dengan demikian dapat mengurangi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas manusia. (Beer, F.T., 1964)
Proses Pembuatan Pulp
Proses pembuatan pulp menurut perlakuan yang diterapkan terhadap bahan baku dapat digolongkan menjadi beberapa golongan, yaitu : 1. Proses mekanis 2. Proses semi kimia 3. Proses kimia, yang terdiri dari : a. Proses soda (alkali) b. Proses sulfit (asam) c. Proses sulfat (proses kraf)
Proses Pembuatan Pulp Sulfat (Proses Kraft)
Proses pembuatan pulp yang paling banyak dipakai saat ini adalah proses sulfat atau disebut juga proses kraft. Proses sulfat merupakan pengembangan dari proses soda. Proses sulfat lebih baik daripada proses soda karena lebih fleksibel dalam bahan baku, waktu pemasakan lebih singkat, pulp dapat diputihkan sampai derajat kecerahan tinggi, kekuatan fisik pulp lebih tinggi dan sisa larutan pemasak mudah untuk didaur ulang (Condar, 1992).
Mc Donald dan Franklin, menyatakan bahwa proses sulfat merupakan salah satu proses pembuatan pulp secara kimia yang menggunakan larutan pemasak Natrium Hidroksida (NaOH) dan Natrium Sulfida (Na2S) yang dikenal dengan alkali aktif. NaOH berfungsi untuk mendegradasi dan melarutkan lignin sehingga mudah dipisahkan dari sellulosa dan hemi sellulosa, sedangkan Na2S selain berfungsi untuk
Universitas Sumatera Utara
deliginifikasi juga memperhatikan karbohidrat dari degradasi sehingga menghasilkan rendemen yang tinggi dan kekuatan fisik yang baik.
Black Liquor
Black Liquor berasal dari digester, yaitu alat pemasak serpihan kayu yang berbentuk silinder. Black Liquor warnanya hitam karena reaksi kimia yang terjadi antara serpihan kayu dengan bahan kimia yang dimasukkan kedalam white liquor. Black Liquor mengandung bahan organik dan anorganik yang telah dipisahkan dari kayu selama proses pemasakan. Komposisi Black Liquor dari sebagian besar kayu lunak diberikan pada Tabel 2.3. Bandingannya dengan, white liquor dapat dilihat pada Tabel 2.4.. Tabel 2.3. Komposisi Kimia Black Liquor (David, Claytan, 1967) Median a
Rangea
% of Total
NaOH
1,4
1,0 – 4,5
6–7
Na2S
4,2
1,6 – 5,6
19
Na2CO3
7,8
5,0 – 1,2
36
Na2SO3
2,0
0,4 – 3,8
9
Na2SO4
2,8
0,5 – 6,0
13
Na2S2O3
3,4
1,8 – 5,1
16
a g/L as Na2O
100
Tabel 2.4 Komposisi Kimia White Liquor (Thomas, M, 1989) Median a
Rangea
% of Total
NaOH
95
18 – 20
53
Na2S
38
30 – 40
21
Na2CO3
26
11 – 44
15
Na2SO3
4,8
2,0 – 6,9
3
Na2SO4
9,1
4,4 – 18
5
Na2S2O3
6,0
4,0 – 8,9
3
a g/L as Na2O
100
Universitas Sumatera Utara
2.3.1. Evaporasi Black Liquor
Pada prinsipnya evaporasi merupakan operasi pendidihan yang khusus tentang perpindahan panas dalam cairan mendidih. Umumnya sebagai media pemanas adalah uap yang melewati suatu permukaan logam dan bahan yang dipanasi. Titik didih suatu cairan turun bila tekanan udara diatasnya lebih rendah 1 atm, oleh karena itu kondisi operasi evaporasi dilakukan pada tekanan vakum supaya titik didih larutan yang diharapkan lebih rendah. Hal ini akan mengakibatkan perbedaan suhunya menjadi lebih besar sehingga diperoleh perpindahan panas yang besar dengan demikian Black Liquor dengan padatan 14% - 18% dapat menjadi 70% dan siap untuk dipakai menjadi bahan bakar di Recovery Boiler (TPL, 2002)
2.3.2. Sistem Pembakaran Black Liquor pada Furnace
Black Liquor pekat dimasukkan kedalam ruang bakar dengan jalan disemprotkan. Black Liquor yang disemprotkan akan membentuk partikel-partikel yang akan jatuh pada dasar ruang bakar sambil dikeringkan.
Udara untuk pembakaran Black Liquor dialirkan kearah reduksi dan oksidasi. Proses reduksi diperlukan untuk mengubah natrium sulfat (Na2SO4) menjadi natrium sulfida (Na2S). sebagian udara diperlukan untuk pembakaran sempurna pada timbunan arang yang dilewatkan melalui bagian bawah yang disebut dengan udara primer. Reaksi yang terjadi di ruang bakar adalah : Na2O + CO2 → Na2 CO3 Na2O + SO2 + ½O2 → Na2 SO4 Na SO4 + 2C → Na2S + 2CO2 Na SO4 + 4C → Na2S + 4CO
(TPL, 2002)
2.3.3. Sistem Pemasukan Udara Kedalam Ruang Bakar
Sistem pemasukan udara kedalam furnace dibagi menjadi tiga, yaitu : a. Udara primer yaitu udara yang masuk ke furnace dari bagian bawah b. Udara sekunder yaitu udara yang masuk dari atas furnace
Universitas Sumatera Utara
c. Udara tersier yaitu udara yang masuk dari bagian sebelah atas spraygun
Guna udara primer adalah untuk terjadinya reduksi didalam ruang bakar disamping
itu
juga
untuk
mengatur
pembentukan
arang
dan
membantu
berlangsungnya aliran smelt keluar. Udara sekunder berguna untuk menjaga tumpukan arang jangan terlalu tinggi agar terbentuk arang yang bagus dan juga untuk menghembus Black Liquor yang menempel di dinding ruang bakar (TPL, 2002).
2.3.4. Komposisi Senyawa Kimia Anorganik dalam Black Liquor
Pada dasarnya material Black Liquor diperoleh dari 2 sumber yaitu kayu dan white liquor. Beberapa senyawa kimia anorganik yang terdapat dalam Black Liquor adalah : Natrium hidroksida (NaOH) Natrium sulfida (Na2S) Natrium karbonat (Na2CO3) Natrium sulfat (Na2SO4) Natrium hiosulfat (Na2S2O3) Natrium klorida (NaCl) (Thomas, M, 1989) Komposisi Black Liquor tergantung pada jumlah alkali (komposisi white liquor), pulp yang dihasilkan dan spesies kayu yang digunakan.
Didalam black liquor juga terdapat logam-logam yang bersumber dari kayu yang digunakan, diantaranya : Timbal, Besi, Zink, Kadmium, Mangan, Cobalt, dan lain-lain. Logam-logam ini juga akan berbahaya jika kadarnya terlalu tinggi dan dapat mencemari lingkungan. Black liquor dapat berperan penting dalam industri pulp, karena dapat didaur ulang menjadi lindi hijau dimana poada recovery boiler diasup oleh natrium sulfat (Na2SO4) agar kekurangan SO4-2 pada digester dapat dipenuhi. (TPL, 2002)
Universitas Sumatera Utara
Data dalam beberapa kandungan anorganik dijelaskan dalam tabel 2.5. analisis untuk NaCl atau Na2SO3 kandungannya tidak dibuat. Tabel 2.5. Komponen dalam Black Liquor (Passinen, 1968) Wood
Pine
Pine
Pine
Pine
Spruce
Lignin
28.9
30.7
31.1
42
41
Hemicelulosa dan gula
1.14
0.11
1.3
Extractif
6.69
2.53
5.7
3
18.8
28
Asam-asam Saccharinic Asam Asetat
3.52
2.08
5.2
3.83
5
Asam Formik
4.48
2.70
3.1
3.37
3
Asam organik lainnya
5.5
2.22
Senyawa organik yang tidak diketahui
19.0
29.5
5.8
Organically Combines Na
18.6
18.5
20.3
Senyawa-senyawa anorganik yang tidak
10.1
10.3
8.7
diketahui
2.08
1.35
1
25.6
Sulfur, S
3
Natrium, Na
15
TOTAL
100.0 100.0 100.0 100.0
100.0
Tabel 2.6 Kandungan Anorganik dalam Black Liquor (Grace T, 1977) Na2CO3
Na2SO4
R.A.A
Na
K
S
As Na2O
Sulfated Ash
Rata- rata
8.7
3.2
6.0
18.7
1.4
3.8
62.1
Nilai tertingi
12.3
8.3
8.6
20.5
2.7
6.2
69.2
Nilai terendah
6.6
0.9
3.9
17.2
0.4
2.6
57.3
Universitas Sumatera Utara
Fraksi anorganik pada liquor tidak kelihatan jelas sebab beberapa sodium terkumpul pada senyawa anorganik anion dan beberapa anion organik. Salah satu penaksiran kandungan anorganik sodium diberikan pada tabel 2.6. ada juga beberapa garam anorganik, beberapa diantaranya adalah Na2CO3, Na2SO4, Na2S2O3, Na2S, NaOH dan NaCl, yang terpenting diantaranya adalah Na2CO3 dan Na2SO4 (sebab senyawa-senyawa tersebut terdapat pada lapisan endapan), Na2S (pengeluaran yang berbau busuk dan sisa alkali) dan NaOH (efek-efek samping sisa alkali).
Garam-garam anorganik secara langsung berasal dari white liquor (lindi putih). Banyaknya komponen white liquor (NaOH dan Na2S) reaksinya dengan kayu dimasukkan selama proses-proses pulp. Sisa garam-garam anorganik dalam white liquor (Na2CO3, Na2SO4, Na2S2O3, dan NaCl).
Logam Logam menurut pengertian orang awam adalah barang yang padat dan berat yang biasanya selalu digunakan orang untuk alat atau perhiasan, yaitu besi, baja, emas dan perak. Padahal masih banyak logam lain yang penting dan sangat kecil serta berperan dalam proses biologis mahluk hidup misalnya, kobalt, mangan dan lain-lain
Logam-logam juga dapat menyebabkan timbulnya suatu bahaya pada mahluk hidup. Hal ini terjadi jika sejumlah logam mencemari lingkungan. Logam-logam tertentu sangat berbahaya jika ditemukan dalam konsentrasi tinggi dalam lingkungan, karena logam tersebut dapat merusak tubuh mahluk hidup. (Darmono, 1995)
2.4.1. Kadmium
Kadmium adalah suatu unsur kimia yang relatif jarang, simbolnya Cd, nomor atom 48. logam ini putih keperakan dengan berat atom 112.40, berat jenis 8.65 pada 20oC dengan jari-jario 1.54 Å (0.154 nm). Titik lebur 321oC dan titik didih 765oC.
Kadmium dialam tidak dijumpai dalam bentuk bebas, dan mineralnya yang dikenal, greenockite (Kadmium Sulfida) bukan merupakan sumber logam secara komersil. Hampir semua Kadmium yang diproduksi berasal dari hasil samping
Universitas Sumatera Utara
peleburan dan pemurnian bijih seng yang biasanya mengandung
0,2 – 0,4 %
Kadmium.
Logam ini banyak digunakan untuk pelindung besi dan baja dari korosi. Juga digunakan dalam baterai Nikel, Kadmium, pewarna, solder, dan sebagai stabiliser dalam pembuatan plastik. Karena kapasitas menyerap Netron yang besar, khususnya isotop 113, Kadmium digunakan juga pada reaktor nuklir.
Ammonia Sulfurdioksida menyebabkan korosi yang cepat pada Kadmium. Asam-asam kuat dapat melarutkan logam ini. Kadmium sangat larut dalam larutan Ammonium Nitrat pekat dan larutan ini biasa digunakan untuk mengupas Kadmium dari lapisan besi dan baja. Kadmium adalah bivalen dalam semua senyawa stabilnya dan ionnya tidak berwarna.
Kadmium dapat menyebabkan keracunan yang aktif pada manusia yang mendapat unsur ini dari makanan. Uap Kadmium, senyawanya, dan larutannya sama berbahayanya. Oleh karena itu barang dagang yang mengandung lapisan Kadmium tidak diperkenankan dipakai didalam industri makanan dan minuman. Percobaan pada tikus menunjukkan bahwa konsentrasi unsur ini didalam ginjal dan hati akan meningkat pada keadaan dimana tikus tersebut diberi air dengan konsentrasi Kadmium 0.1 – 10 mg/L. Secara individual pemberian air dengan konsentrasi rata-rata 0.047 mg/L tidak memberikan gejala.
Unsur ini adalah termasuk unsur non essensial dalam tubuh manusia dan paling banyak terdapat pada hati dan ginjal. Konsumsi air minum dengan kandungan Kadmium melebihi standar yang sudah ditetapkan akan sangat merugikan karena unsur ini akan berakumulasi dalam tubuh. Keadaan ini dapat menimbulkan batu ginjal, gangguan dalam lambung, kerapuhan tulang, pigmentasi gigi. Konsentrasi standar maksimum yang diperbolehkan untuk air minum menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah sebesar 0.01 mg/L (Darmono, 1995)
Universitas Sumatera Utara
2.4.2. Zinkum (Zn)
Zink adalah logam yang putih kebiruan, yang disimbolkan dengan Zn dengan nomor atom 30 dan berat atom 65,38. Logam ini cukup mudah ditempa dan sangat liat pada 110-150oC. Zink melebur pada 410oC dan mendidih pada 906oC logamnya sangat murni dan larut sangat lambat sekali dalam asam dan dalam alkali. Adanya zatzat pencemar atau pengotor dengan platinum atau tembaga akan mempercepat reaksi. Asam nitrat pekat mempunyai pengaruh yang kecil zink, karena rendahnya kelarutan ZnNO3. Tetapi pelarut zink akan terjadi dalam asam nitrat yang encer sekali karena tidak ada gas yang dilepaskan. (Vogel A.L.)
Zink terdapat secara luas namun sumber utamanya adalah Sphalerite (ZnFe)S yang terdapat bersamaan dengan galena. Zn ini adalah mempunyai struktur yang rapat berupa eksagonal Zn sangat mudah bereaksi dengan asam-asam bukan pengoksidasi. Tetapi Zn larut dalam basah kuat karena mempunyai bentuk ion zinkat (ZnO2-2) (Cotton F.A, 1976)
Akibat kekurangan Zinkum.
Defisiensi zinkum dapat terjadi pada golongan rentan, yaitu anak – anak, ibu hamil dan ibu menyusui serta orang tua. Tanda-tanda kekurangn zinkum adalah gangguan pertumbuhan dan kematangan seksual, gangguan pencernaan seperti diare, dan gangguan fungsi kekebalan. Kekurangan zinkum kronis menggangu sistem saraf dan fungsi otak, serta menggangu metabolisme vitamin A, juga menggangu fungsi kelenjar tiroid dan laju metabolisme, gangguan nafsu makan, penurunan ketajaman indera perasa serta memperlambat penyembuhan luka.
Universitas Sumatera Utara
Spektrofotometri Serapan Atom
Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhofer, ketika menelaah garis-garis hitam pada spektrum matahari. Sedangkan yang memanfaatkan prinsip serapan atom pada bidang analisis adalah seorang Australia bernama Alan Walsh di tahun
1955.
sebelumnya
ahli
kimia
banyak
bergantung
pada
cara-cara
spektrofotometrik atau metode analisis spektrografik. Beberapa cara ini yang sulit dan memakan waktu, kemudian segera digantikan dengan Spektroskopi Serapan Atom (SSA). Metode ini sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah. Teknik ini mempunyai
beberapa
kelebihan
dibandingkan
metode
spektroskopi
emisi
konvensional.
Pada metode konvensional, emisi tergantung pada sumber eksitasi. Bila eksitasi dilakukan secara termal, maka ia bergantung pada sumber eksitasi. Bila eksitasi dilakukan secara termal, maka ia bergatung pada temperatur sumber. Selain itu eksitasi termal tidak selalu spesifik, dan eksitasi secara serentak pada berbagai spesies dalam suatu campuran dapat saja terjadi. Sedangkan dengan nyala, eksitasi unsur-unsur dengan tingkat energi eksitasi yang rendah dapat dimungkinkan. Tentu saja perbandingan banyaknya atom yang tereksitasi terhadap atom yang berada pada tingkat dasar harus cukup besar, karena metode serapan atom hanya tergantung pada perbandingan ini dan tidak bergantung pada temperatur. Metode serapan sangatlah spesifik. Logam-logam yang membentuk campuran kompleks dapat dianalisis dan selain itu tidak selalu diperlukan sumber energi yang besar (Khopkar, SM, 1990).
Prinsip Dasar Analisa Spektrofotometer Serapan Atom
Prinsip penentuan metode ini didasarkan pada penyerapan energi radiasi oleh atom-atom netral pada keadaan dasar, dengan panjang gelombang tertentu yang menyebabkan tereksitasinya dalam berbagai tingkatan energi. Keadaan eksitasi ini tidak stabil dan kembali ke tingkat dasar dengan melepaskan sebagian atau seluruh energi eksitasinya dalam bentuk radiasi. Sumber radiasi tersebut dikenal sebagai lampu katoda berongga (Hallow Lamp). Proses-proses yang terjadi dari saat pemasukan larutan dari unsur yang dianalisa sampai pencatatan adalah atomisasi.
Universitas Sumatera Utara
Interaksi atom-atom dengan berbagai bentuk energi dan pengukuran intensitas frekwensi radiasi oleh pencatat. Unsur yang diperiksa harus dalam keadaan atom yang tidak tereksitasi, proses untuk menghasilkan atom tersebut disebut atomisasi (Haswel, S.J, 1991)
Instrumentasi Sumber Sinar
Telah diketahui bahwa untuk pengukuran absorbans atau serapan atom diperlukan sumber sinar yang memberikan spektrum pancaran yang terdiri dari puncak-puncak atau garis-garis pancaran yang sempit. Hal ini perlu oleh karena spektrum serapan atom didalam nyala juga terdiri dari puncak-puncak serapan dengan lebar pita yang sempit, kira-kira 0,02 – 0,05 A. Lebar pita panjang gelombang sinar dari sumber yang akan diserap harus lebih sempit dari pada lebar pita puncak serapan. Sumber sinar yang memenuhi persyaratan tersebut dan lazim digunakan dalam alat SSA adalah Lampu Katoda Berongga (Hallow Cathode Tubes) (Khopkar, S.M, 1990). Lampu Katoda Berongga (Hallow Cathode Tubes)
Lampu katoda berongga itu terdiri dari tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan suatu anoda. Katoda tersebut berbentuk silinder berongga yang terbuat dari atau yang permukaannya dilapisi dengan unsur yang sama dengan unsur yang akan dianalisa. Tabung lampu itu diisi dengan gas mulia neon atau argon, intensitas pancaran lampu yang lebih tinggi. Sumber cahaya
Nyala
Monikromator
Detektor
Penguat arus
Pencatat
Gambar 2. Instrumen Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)
Nyala
Bagian yang terpenting dari suatu nyala adalah alas nyala (base), kerucut dalam (inner cone), daerah reaksi (reaktion zone) dan lapisan luar (outer matle).
Universitas Sumatera Utara
a. Alas Nyala. Larutan cuplikan masuk kedalam nyala melalui alas nyala, berupa tetesan-tetesan yang sangat halus. Pada alas nyala ini sudah mulai terjadi penguapan air dari tetesan-tetesan tersebut. Jadi sebagian dari larutan cuplikan akan memasuki bagian nyala yang disebut kerucut dalam (inner cone) sebagai butir-butir halus yang padat. b. Kerucut Dalam. Bagian nyala ini terjadi penguapan pelarut (desolvasi) lebih lanjut dan penguraian cuplikan menjadi atom-atom (atomisasi). Dan bagian ini pula terjadi proses penyerapan sinar oleh atom-atom dan proses eksitasi. c. Daerah reaksi. Sesudah melalui daerah kerucut dalam, maka atom-atom akan memasuki bagian nyala yang disebut daerah reaksi (reaction zone). Di dalam daerah reaksi ini, atom-atom tersebut bereaksi dengan oksigen menjadi oksidaoksida. d. Lapisan Luar (Outer Mantle). Oksida yang terjadi dalam daerah reaksi itu kemudian akan memasuki lapisan luar nyala dan seterusnya keluar meninggalkan nyala (Ismono, 1981).
Monokromator
Tujuan monokromator adalah untuk memilih garis pancaran tertentu dan memencilkannya dari garis-garis lain dan kadang-kadang dari pancaran pita molekul. Dalam spektroskopi absorpsi atom fungsi monokromator adalah untuk memencilkan garis resonansi dari semua garis yang tidak diserap yang dipancarkan oleh sumber radiasi. Dalam kebanyakan instrumen komersial digunakan kisi difraksi karena sebaran yang dilakukan oleh kisi lebih seragam daripada yang dilakukan oleh prisma dan akibatnya instrumen kisi dapat memelihara daya pisah yang lebih tinggi sepanjang jangka panjang gelombang yang lebih lebar (Vogel, A.I, 1961).
Detektor
Dalam spektrofotometer absorpsi atom, mengingat kepekaan spektral yang lebih baik yang diperlukan, digunakan pengganda foton. Keluaran dari detektor diumpankan ke suatu sistem peragaan yang sesuai, dan dalam hubungan ini hendaknya diingat bahwa radiasi yang diterima oleh detektor berasal tidak hanya dari
Universitas Sumatera Utara
garis resonansi yang telah diseleksi tetapi dapat juga timbul dari emisi dalam nyala. Emisi ini dapat disebabkan oleh emisi atom yang timbul dari atom-atom yang sedang diselidiki dan dapat juga dari emisi pita molekul. Jadi sebagai ganti intensitas isyarat dengan intensitas IA, detektor dapat menerima isyarat dengan intensitas (IA + S) dengan S ialah intensitas radiasi yang dipancarkan. Karena hanya diperlukan pengukuran yang timbul dari garis resonansi itu, dan pengganda detektor itu kemudian distel pada frekuensi ini, dengan cara ini, isyarat-isyarat yang timbul dari nyala, pada pada hekekatnya berkarakter arus searah, secara efektif disingkarkan (Vogel, A.I, 1961).
Sistem Pencatat
Sistem pencatat yang digunakan pada instrumen SSA berfungsi untuk mengubah sinyal yang diterima melalui bentuk digital, berarti sistem pencatat mencegah atau mengurangi kesalahan dalam pembacaan skala secara paralaks, kesalahan interpolasi diantara pembagian skala dan sebagainya, serta menyeragamkan tampilnya data (yaitu dalam satuan absorbansi). Sistem pencatat untuk instrumen SSA sekarang
ini
dilengkapi
dengan
suatu
mikroprosesor
(komputer)
sehingga
memungkinkan pembacaan langsung konsentrasi daripada analit di dalam sampel yang dianalisis (Haswel, S.J, 1991)
2.6. Metode Destruksi
Destruksi merupakan suatu cara perlakuan ( perombakan ) senyawa menjadi unsur-unsur sehingga dapat dianalisa. Metode destruksi organic dapat dilakukan dengan dua cara yaitu a. Metode destruksi kering ( Dry ashing) b. Metode destruksi basah ( wet Digeston )
Penguraian sample dengan asam- asam kuat baik tungal maupun campuran dikenal dengan metode destruksi basah sedangakan penguraian sample dengan cara pengabuan sample dalam tanur dikenal dengan destruksi kering.( Raimon, 1992 )
Universitas Sumatera Utara
Metode destruksi basah dilakukan dengan memanaskan contoh ( organic dan biologis ) dengan adanya asam- asam mineral yamg pekat atau campurandari asamassam tersebut. Jika asam yang digunakan cukup untuk mengoksidasi contoh dipanaskan dalam suhu yang cukup tinggi dan pemanasan dilanjutkan dalam waktu yang lama maka sebagian besar dari contoh telah teroksidasi dengan sempurna. (Almatsier,R,. 1987)
Asam- asam kuat yangdapat digunakan untuk mendestruksi sample organic adalah asasm nitrat ( HNO3 ), asam sulfat (H2SO4 ), asam perklorat ( HClO4 ), asam klorida ( HCl ) yang dapat digunakansecara tunggal amuapun campuran
Asam kuat yang umum digunakan untuk mendestruksi adalah asam nitrat. Kebaikan metode desrtuksi basah ini adalah metodenya sangat sederhana, karena oksidasinya kontiniu dan cepat serta unsur- unsur yang diperoleh mudah larut sehingga dapr ditentukan dengan metode analisis tertentu.Kekurangan metode ini adalah reaksi berlangsung sangat kuat dan dapat membuar residu keluar, maka dilakuakan pemanasan lebih berhati- hati.( Egan,H.,1981 )
Metode destruksi basah dengan menggunakan asam nitrat pekat sebagai pengoksidasi dengan dikombinasikan menggunakan asam pengoksidasi lain seperti asam sulfat, asam perklorat dan hidrogen peroksida adalah metode yang paling lazim digunakan.
Kesempurnaan destruksi ditandai dengan diperolehnya larutan jernih pada larutan hasil destruksi, yang menunjukkan bahwa semua konstituen yang ada telah larut sempurna atau penguraian senyawa-senyawa organik telah berjalan dengan baik. Senyawa-senyawa garam yang terbentuk setelah hasil destruksi merupakan senyawa garam yang stabil yang dapat disimpan selama beberapa hari, untuk selanjutnya dianalisis konsentrasi logamnya dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) (Raimon, 1992).
Universitas Sumatera Utara