BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kinerja Guru Kinerja diartikan beragam oleh para ahli. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kinerja diartikan sebagai
sesuatu
diperlihatkan, (2007:2)
yang
atau
dicapai,
kemampuan
mengungkapkan
bahwa
prestasi
yang
kerja.
Wibowo
kinerja
adalah
tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut, sedangkan Anwar Prabu mangkunegara (2002: 67) merumuskan bahwa kinerja merupakan prestasi kerja atau hasil kerja secara kualitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan jawab
yang
pengertian
tugasnya
sesuai
dengan
diberikan
kepadanya.
tersebut
dapat
tanggung
Dari
beberapa
diartikan
dengan
kemampuan kerja, aplikasi kerja dan hasil kerja yang dicapai dan
diperlihatkan
oleh individu
ataupun
kelompok dalam suatu organisasi atau perusahaan. Dengan demikian, guru sebagai salah satu komponen penting dalam sebuah lembaga pendidikan, diharuskan memiliki kompetensi yang sesuai dengan profesinya sebagai guru, selain itu juga harus mampu menyampaikan dengan baik semua kompetensi yang dimiliki dalam bentuk pendidikan dan pembelajaran, sehingga hasil dari keduanya dapat terlihat dan 12
dirasakan oleh peserta didik. Berbicara tentang kinerja sangat erat kaitannya dengan apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Mulyasa (2007: 135136) mengemukakan bahwa produktivitas itu dengan tolak ukur berdasarkan tingkatannya: prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja, dan unjuk kerja. Dari beberapa pengertian kinerja, maka dapat
disimpulkan
bahwa
kinerja
guru
dalam
meningkatkan produktivitas sekolah bukan sematamata
ditunjukkan
untuk
mendapatkan
hasil
sebanyak-banyaknya, melainkan kualitas unjuk kerja juga penting diperhatikan.
2.1.1 Kompetensi Guru Johnson (2006:17-18)
(1974:
126)
berpendapat
dalam
Wina
Sanjaya
bahwa:”Competency
as
rational performance which satisfactirily meets the objektive
for
kompetensi
a
desired
merupakan
condition”. perilaku
Menurutnya,
rasional
guna
mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Dengan demikian, suatu kompetensi ditunjukkan oleh penampilan atau unjuk kerja yang dapat dipertanggung jawabkan (rasional) dalam upaya mencapai tujuan. Untuk mempunyai
mencapai
keberhasilan,
kemampuan
yang
guru baik
harus dalam
melaksanakan tugasnya. Kemampuan tersebut harus didasarkan pada setiap kompetensi yang dimiliki.
13
Gordon (1998: 73) dalam Mulyasa (2007: 38-39) menjelaskan aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi sebagai berikut: a) Pengetahuan (knowledge); yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar, dan bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhannya. b) Pemahaman (understanding); yaitu kedalaman kognitif, dan afektif yang dimiliki oleh individu. Misalnya seorang guru yang akan melaksanakan pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta didik, agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien. c) Kemampuan (skill); adalah suatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Misalnya kemampuan guru dalam memilih, dan membuat alat peraga sederhana untuk memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik. d) Nilai (value); adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang. Misalnya standar perilaku guru dalam pembelajaran (kejujuran, keterbukaan, demokratis, dan lain-lainnya). e) Sikap (attitude); yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar. Misalnya reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan upah/gaji, dan sebagainya).
Dari beberapa kompetensi guru diatas, dapat disimpulkan kompetensi
bahwa berupa
guru
harus
pengetahuan,
mempunyai pemahaman,
kemampuan, nilai, sikap dan minat untuk mendidik anak dengan sebaik mungkin, hal ini agar peserta didik dapat menyerap ilmu atau informasi dengan baik.
14
Menurut
Muhibbin
Syah
(1997:
23)
dalam
Pupuh Fathurrohman (2007: 35) menyatakan bahwa ada sepuluh kompetensi dasar yang harus dimiliki guru dalam upaya meningkatkan keberhasilan belajar mengajar, yaitu: (a) menguasai bahan, (b) mengelola program belajar mengajar, (c) mengelola kelas, (d) menggunakan media atau sumber belajar, (e) menguasai landasanlandasan kependidikan, (f) mengelola interaksi belajar mengajar, (g) menilai prestasi siswa (h) mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan, (i) mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, (j) memahami prinsip-prinsip dan menfsirkan hasil-hasil pendidikan guna keperluan pengajaran.
Berdasarkan disimpulkan
penjelasan
bahwa
di
kompetensi
atas
dapat
guru
dapat
memberikan pandangan tersendiri bahwa tidak mudah untuk menjadi seorang guru yang profesional dan kompeten di bidang profesinya, seorang guru selain kemampuan materi, juga harus memiliki kemampuan metode penyampaian materi dengan baik, selain itu juga
seorang
guru
harus
memiliki
kemampuan
interpersonal yang baik kepada peserta didik, teman kerja dan atasan/kepala sekolah. Dari kompetensi yang dimiliki dan dilaksanakan sesuai dengan aturan, maka guru akan memberikan kinerja yang baik terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Dari
beberapa
pendapat
diatas,
penulis
mengkategorikan ke dalam dua kompetensi, pertama kompetensi yang menekankan pada aspek lahiriah manusia dalam proses mencapai suatu keberhasilan, 15
kedua adalah bentuk aktualisasi kompetensi yaitu sebagai
guru
dalam
mencapai
sepuluh
dasar
kompetensi tersebut. Jadi dengan keenam potensi yang telah dimiliki manusia secara lahiriah tersebut (pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat), seorang guru selanjutnya dapat mencapai kesepuluh kompetensi dengan mudah untuk mencapai sebuah keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Sedangkan Wina Sanjaya (2006: 18) mengkategorikan ke dalam tiga kompetensi yaitu: kompetensi pribadi, kompetensi
profesional,
dan
kompetensi
sosial
kemasyarakatan.
2.1.2 Peran dan Tugas Guru Guru perkembangan
sangat
berperan
peserta
didik
dalam untuk
membantu mewujudkan
tujuan hidupnya secara optimal. Ketika orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah pada saat itu juga ia menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal. Natawidjaja (1994: 6-7) dalam Uzer (1995: 9-13) menjelaskan beberapa peran guru dalam membantu perkembangan peserta didik : a. Peran guru dalam proses belajar mengajar 1) Guru sebagai demontrator, dalam perannya sebagai
demonstrator,
guru
senantiasa
menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan 16
diajarkan
serta
senantiasa
mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam ilmu yang dimilikinya karena hal ini sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik. 2) Guru sebagai pengelola kelas, dalam perannya sebagai
pengelola
kelas,
guru
hendaknya
mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah diatur
yang dan
mengajar
perlu diawasi
terarah
pengawasan
diorganisir. agar
pada
kegiatan
tujuan
terhadap
Lingkungan belajar
pendidikan,
lingkungan
turut
menentukan sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik, tujuan pengelolaan
kelas
adalah
menyediakan
dan
menggunakan fasilitas kelas untuk bermacammacam kegiatan belajar mengajar adar mencapai hasil yang maksimal. 3) Guru sebagai mediator dan fasilitator, sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan
karena
media
pendidikan
merupakan alat komunikasi yang efektif untuk proses belajar mengajar, dengan demikian media pendidikan
merupakan
diperlukan
yang
berhasilnya
proses
dasar
bersifat
yang
sangat
melengkapi
pendidikan
di
demi
sekolah,
sebagai mediator gurupun menjadi perantara dalam hubungan antar manusia, untuk itu guru 17
harus
terampil
untuk
berkomunikasi
tujuannya kualitas
menggunakan
agar
dengan
guru
lingkungan
pengetahuan
dapat
secara
orang
lain,
menciptakan
maksimal
dan
interaktif. 4) Guru sebagai evaluator, dalam proses belajar mengajar guru hendaknya menjadi evaluator yang
baik,
untuk
mengetahui
ketercapaian
tujuan yang telah dirumuskan, dan ketepatan atau kesesuaian materi yang diajarkan, seorang guru sebagai penilai hendaknya terus menerus mengikuti
hasil
yang
telah
dicapai
siswa,
informasi dari evaluasi dapat menjadikan umpan balik
(feedback)
terhadap
proses
belajar
mengajar, yang bisa dijadikan sebagai tolak ukur untuk memperbaiki dan meningkatkan kegiatan belajar mengajar berikutnya. b. Peran guru dalam administrasi Dalam hubungannya dengan administrasi seorang guru berperan sebagai berikut: 1) Pengambilan inisiatif, pengarah, dan penilai kegiatan-kegiatan pendidikan, hal ini berarti guru turut serta memikirkan kegiatan-kegiatan pendidikan yang direncanakan serta nilainya. 2) Wakil
masyarakat,
yang
berarti
dalam
lingkungan sekolah guru menjadi anggota suatu masyarakat,
18
sehingga
guru
harus
mencerminkan
suasana
dan
kemauan
masyarakat yang baik. 3) Orang yang ahli dalam mata pelajaran, guru harus bertanggung jawab untuk mewariskan kebudayaan kepada generasi muda yang berupa pengetahuan. 4) Penegak disiplin, guru harus menjaga agar tercapai suatu disiplin. 5) Pelaksana
administrasi
pendidikan,
selain
menjadi pengajar, gurupun bertanggung jawab akan kelancaran jalannya pendidikan untuk itu guru harus mampu melaksanakan administrasi. 6) Pemimpin generasi muda, masa depan generasi muda terletak di tangan guru, guru berperan sebagai pemimpin dalam mempersiapkan diri anggota masyarakat dewasa. 7) Penerjemah kepada masyarakat, artinya guru berperan
untuk
menyampaikan
segala
perkembangan kemajuan dunia sekitar kepada masyarakat,
khususnya
masalah-masalah
pendidikan. c. Peran guru sebagai pribadi Dilihat dari dirinya sendiri (self oriented), seorang guru harus berperan sebagai berikut: 1) Petugas sosial, yaitu seorang guru yang harus membantu
untuk
kepentingan
masyarakat,
dalam kegiatan di masyarakat guru senantiasa 19
menjadi
petugas
yang
dipercaya
untuk
berpartisipasi di dalamnya. 2) Pelajar dan ilmuwan, yaitu senantiasa terus menerus menuntut ilmu pengetahuan, dengan berbagai cara setiap saat guru harus belajar untuk
mengikuti
perkembangan
ilmu
pendidikan. 3) Orang tua, yaitu mewakili orang tua murid di sekolah dalam pendidikan anaknya. 4) Pencari teladan, yaitu harus selalu mencarikan teladan yang baik untuk peserta didik, karna guru menjadi ukuran bagi norma-norma tingkah laku. 5) Pencari keamanan, yaitu mencari rasa aman bagi peserta didik, karna guru menjadi tempat berlindung bagi peserta didik. d. Peran guru secara psikologis Peran
guru
secara
psikologis,
guru
dipandng
sebagai berikut: 1) Ahli
psikologi
pendidikan,
yaitu
petugas
psikologi dalam pendidikan yang melaksanakan tugasnya atas dasar prinsip-prinsip psikologis. 2) Seniman dalam hubungan antar manusia, yaitu orang yang mampu membuat hubungan antar manusia
untuk
tujuan
tertentu
dengan
menggunakan teknik tertentu, khususnya dalam kegiatan pendidikan. 20
3) Pembentuk kelompok sebagai jalan atau alat dalam pendidikan. 4) Catalytic agent, yaitu orang yang mempunyai pengaruh dalam menimbulkan pembaharuan, sering disebut sebagai inovator (pembaharu) 5) Petugas worker),
kesehatan yang
pembinaan
mental
bertanggung
kesehatan
(mental jawab
mental
hygiene terhadap
khususnya
kesehatan mental siswa. Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa dari beberapa peran guru tersebut, apabila dijalankan dengan penuh tanggung jawab dan komitmen, maka akan dapat memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan. Uzer (1995: 6-7) membagi tugas guru ke dalam tiga tugas: tugas yang berkaitan dengan profesi, kemanusiaan, meliputi:
dan
mendidik
kemasyarakatan berarti
:
(a)
profesi,
meneruskan
dan
mengemabngkan nilai-nilai hidup, mengajar yaitu meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi,
melatih
yaitu
mengembangkan
ketrampilan dan penerapannya. (b) kemanusiaan, meliputi: sebagai orang tua bagi siswanya, menarik simpati dan perhatian siswa dari semua lapisan masyarakat,
memotivasi
mentransformasikan
diri
siswa kepada
siswa.
dan (c)
kemasyarakatan, meliputi: mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia
21
yang
bermoral
Pancasila,
mencerdaskan
bangsa
Indonesia. Bila kita cermati tugas-tugas diatas, tugas guru begitu berartinya bagi seluruh kehidupan manusia, yaitu
dengan
melihat
tugas-tugasnya
dari
mulai
lingkungan terkecil (bagi dirinya sendiri), kemudian antar manusia, bahkan sampai tugasnya bagi bangsa dan negara. Sedangkan tanggung jawab seorang guru bukan hanya dilihat dari peran dan tugasnya saja akan tetapi juga dalam kewajibannya sebagai tenaga pendidik, dimana Undang-undang republik Indonesia No. 20 tahun
2003
tentang
sistem
Pendidikan
nasional
menjelaskan bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban: a) Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis. b) Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan. c) Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Dengan
memperhatikan
tugas,
peran,
serta
kewajiban guru yang begitu kompleks, apabila hal tersebut
dapat
dilaksanakan dengan
baik, maka
proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.
22
2.1.3 Tanggung Jawab Keguruan Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen bab I disebutkan bahwa tugas utama guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta
didik,
oleh
sebab
itu
tanggung
jawab
keberhasilan pendidikan berada di pundak guru, perubahan
peran
guru
yang
tadinya
sebagai
penyampai pengetahuan, pengalihan pengetahuan dan ketrampilan, berubah
serta
peran
satu-satunya
menjadi
sumber
pembimbing,
belajar, pembina,
pengajar, dan pelatih. Dalam kegiatan pembelajaran guru bertindak sebagai fasilitator yang bersikap akrab dengan penuh tanggung jawab, serta memberlakukan peserta didik sebagai mitra dalam menggali dan mengolah informasi menuju tujuan belajar mengajar yang telah direncanakan. Tanggung jawab
guru
juga
dalam bentuk
kepribadian peserta didik, seperti yang dikemukakan oleh Darajat (2001: 43) bahwa setiap guru sepatutnya mengetahui
dan
kepribadiannya
yang
menyadari
betul
bahwa
tercermin
dalam
berbagai
penampilan ikut menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan pada umumnya, dan tujuan lembaga pendidikan tempat mengajar pada khususnya. Dari
beberapa
penjelasan
diatas
dapat
disimpulkan bahwa beberapa tanggung jawab guru
23
dalam proses belajar mengajar yaitu membimbing, melatih
atau
menggali
potensi,
serta
memupuk
kepribadian peserta didik.
2.2 Manajerial Kepala Sekolah 2.2.1 Fungsi Kepala Sekolah Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik. Bersifat kompleks karena sekolah sebagai organisasi di dalamnya terdapat berbagai dimensi yang satu
sama
lain
saling
berkaitan
dan
saling
menentukan. Sedang bersifat unik karena sekolah memiliki karakter tersendiri, dimana terjadi proses belajar
mengajar,
tempat
terselenggaranya
pembudayaan kehidupan manusia. Karena sifatnya yang kompleks dan unik tersebut, sekolah sebagai organisasi memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Keberhasilan
sekolah
adalah
keberhasilan
kepala
sekolah. Wahjosumidjo (2005: 349) mengemukakan secara sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seseorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas
untuk
memimpin
suatu
sekolah
dimana
diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di
mana
memberi
terjadinya pelajaran
interaksi dan
antara
murid
yang
guru
yang
menerima
pelajaran. Kepala sekolah dilukiskan sebagai orang yang memiliki harapan tinggi bagi para staf dan para siswa. Studi 24
keberhasilan
kepala
sekolah
menunjukkan
bahwa
kepala
sekolah
adalah
seseorang
yang
menentukan titik pusat dan irama suatu sekolah. Wahjosumidjo
(2005:
82)
mengemukakan
bahwa
kepala sekolah yang berhasil adalah kepala sekolah yang
memahami
organisasi
keberadaan
kompleks
yang
sekolah
unik,
sebagai
serta
mampu
melaksanakan perannya dalam memimpin sekolah. Kepala sekolah adalah guru yang mempunyai kedudukan
sebagai
pimpinan
organisasi
sekolah.
Dalam
kepimpinan
mempunyai
menentukan organisasi
dalam
di
suatu
kedudukan
manajemen.
dibutuhkan
dalam
pemimpin
suatu
organisasi, yang
paling
Dalam
suatu
yang
mampu
mengarahkan bawahannya guna mancapai tujuan organisasi tersebut secara efektif dan efisien. Kepala sekolah mempunyai wewenang guna mengelola
semua
sumber
daya
yang
ada
dan
bertanggung jawab dalam meningkatkan proses dan hasil
pendidikan
menyatakan
di
bahwa
sekolah.
Thoha
manajemen
(2006:
merupakan
9)
jenis
pemikiran yang khusus dari kepimpinan di dalam usahanya
mencapai
tujuan
organisasi.
Dengan
demikian kepala sekolah sebagai seorang pemimpin yang dibatasi oleh tata krama birokrasi dapat berperan sebagai
manajer,
perencanaan,
sehingga
fungsi-fungsi
pengorganisasian,
seperti
penggerakan,
dan
pengendalian merupakan fungsi pokok yang tidak terpisahkan
dalam
setiap
pembahasan
mengenai
manajemen. Dengan kuasa dan wewenang tersebut, 25
seorang
kepala
sekolah
berfungsi
sebagai:
(1)
edukator, (2) manajer, (3) administrator, (4) supervisor, (5) leader, (6) inovator, dan (7) motivator di sekolah yang dipimpinnya.
2.2.2 Peran Kepala Sekolah Kepala sekolah sebagai pemimpin diharapkan mempunyai
peranan
menjalankan Mintzberg
sebagai
manajer
kewajiban-kewajibannya. (2004)
dalam
Thoha
dalam Menurut
(2006:
12),
mengemukakan ada 3 peranan utama yang harus dimainkan oleh seorang manajer yaitu : Pertama, peranan
hubungan antar pribadi
(Interpersonal Role). Peranan ini berhubungan dengan status
dan
otoritas
manajer
dan
hal-hal
yang
berhubungan dengan pengembangan hubungan antar pribadi dengan perincian sebagai berikut: (1) Peranan sebagai Figurehead, peranan yang sangat dasar dan sederhana dilakukan untuk mewakili organisasi yang dipimpinnya dalam setiap kesempatan dan persoalan yang
timbul
pimpinan
secara
(leader),
formal, yaitu
(2)
Peranan
melakukan
sebagai
hubungan
interpersonal dengan yang dipimpin dan melakukan fungsi-fungsi pokoknya, dan (3) Peranan sebagai pejabat perantara (liaison manager), yaitu melakukan interaksi dengan teman sejawat, staf, dan orang-orang di luar organisasinya untuk mendapatkan informasi.
26
Kedua, peranan yang berhubungan dengan informasi (informational role). Manajer sebagai pusat informasi
bagi
monitor,
yaitu
pengumpul
organisasinya, manajer
sebagai
informasi
pengertian
yang
dipimpinnyadan
yaitu
dan
mengembangkan
dari
pemahaman
sebagai
penerima
guna
baik
(1)
organisasi yang
yang
komprehensif
tentang lingkungan, (2) sebagai dessiminator, yaitu menangani proses transmisi dari informasi-informasi ke
dalam
organisasi
penyampaian
yang
informasi
dipimpinnya,
dari
luar
yaitu
ke
dalam
organisasinya, dan juga dari bawahan atau staf ke bawahan atau staf yang lainnya, dan (3) sebagai jurubicara (speakerman), yaitu manajer mewakili dan bertindak
atas
nama
organisasi
menyampaikan
informasi keluar lingkungan organisasinya. Ketiga,
peranan
pembuat
keputusan
(Decissional Role). Merupakan peranan yang tidak boleh tidak dijalankan karena seorang manajer harus terlibat langsung dalam proses pembuatan strategi organisasi. berikut:
Peranan
(1)
ini
Sebagai
dikelompokkan
entrepreneur,
yaitu
sebagai manajer
bertindak sebagai pemprakarsa dan perancang dalam organisasi
dengan
memfokuskan
manajerial
dengan
mulai
pada
aktivitas
pekerjaan
melihat
atau
memahami masalah-masalah dalam organisasi yang mungkin dapat diselesaikan, (2) Sebagai penghalau gangguan
(disturbance
handler),
yaitu
manajer
bertanggung jawab mengatasi ancaman bahaya atau 27
perbuatan yang tidak diketahui sebelumnya yang menganggu atau memungkinkan timbulnya krisis di dalam
organisasi,
(3)
Sebagai
pembagi
sumber
(resource allocator), yaitu memutuskan pendistribusian sumber
dana
ke
bagian-bagian
organisasi
guna
mempermudah pelaksanaan kerja, dan (4) Sebagai negosiator, yaitu aktif berpartisipasi atau terlibat dalam negosiasi dengan pihak-pihak lain baik di luar maupun didalam organisasi.
2.3 Keterampilan Manajerial 2.3.1 Keterampilan Konseptual Megginson, (1992: 30) mengemukakan bahwa keterampilan konseptual adalah kemampuan dalam melihat
gambaran
secara
komprehensif
untuk
mengenali unsur-unsur penting dalam suatu situasi, untuk memahami hubungan-hubungan antara unsurunsur
sehingga
dapat
dipelajari,
dianalisis,
dan
diinterpretasikan berbagai informasi yang diterima dari
berbagai
sumber
sehingga
dapat
diambil
keputusan yang menyeluruh bagi organisasi. Menurut pengertian ini, berarti merupakan kemampuan mental dan pengetahuan dari seorang manajer mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan tugas, fungsi dan kedudukan
organisasi.
Oleh
karenanya
dengan
kemampuan tersebut diharapkan manajer mampu mengkoordinasi, memahami masalah, memecahkan
28
masalah,
membuat
keputusan,
dan
membuat
perencanaan bagi organisasi. Dalam
organisasi
pendidikan,
keterampilan
konseptual kepala sekolah berarti kemampuan yang dimiliki
kepala
sekolah
untuk
melihat
sekolah,
lingkungan, dan programnya sebagai keseluruhan. Dengan kemampuan tersebut kepala sekolah akan memperoleh digunakan
berbagai untuk
informasi,
menganalisis,
sehingga dan
dapat
mengambil
keputusan terbaik bagi sekolah. Kemapuan yang bersifat komprehensif inilah memungkinkan kepala sekolah
mampu
menyeimbangkan,
menyatukan
berbagai fungsi yang ada di sekolah, menemukan kebutuhan sekolah, serta merencanakan dan melihat perubahan sekolah di masa depan.
2.3.2 Keterampilan Hubungan Manusia Elemen organisasi
pertama
termasuk
di
dalam
didalamnya
lingkungan
sekolah
adalah
orang-orang (manusia). Sumber daya pendidikan lain seperti gedung, laboratorium, perpustakaan, keuangan dan sebagainya dapat berfungsi sebagai secara efektif tergantung pada kemampuan orang-orang yang ada di sekolah. Mereka
saling berinteraksi satu
dengan
lainnya selama bekerja. Agar dalam berinteraksi dapat berjalan secara harmonis dan terhindar dari konflik maka peranan manajer sangat diperlukan untuk mengoptimalkan kinerja orang-orang yang terlibat
29
dalam
kegiatan
sekolah.
Disinilah
dibutuhkan
keterampilan hubungan manusia dari kepala sekolah dalam
menciptakan
tersebut.
Lebih
manusia
sangat
komunikasi,
dari
keharmonisan itu
keterampilan
penting
koordinasi,
dan
untuk
dan
interaksi hubungan
mengefektifkan
pengarahan
kepada
bawahan ke arah pencapaian tujuan sekolah. Berdasarkan disimpulkan
penjelasan
bahwa
hubungan
di
atas
dapat
manusiawi
dalam
sekolah adalah kemampuan kepala sekolah untuk menciptakan
komunikasi
yang
harmonis
dengan
personil sekolah, memotivasi, mengembankan sikap dan moral yang baik, memahami dan menyelesaikan konflik,
memahami
kebutuhan
personil
dan
mengusahakan
untuk
memenuhinya,
serta
mengembangkan
sumber
daya
guna
manusia
menciptakan kerjasama yang efektif sehingga kinerja guru dapat ditingkatkan. Karenanya perilaku kepala sekolah dalam mengimplementasikan keterampilan hubungan manusiawi terhadap para guru harus mencakup:
(1)
bersedia
untuk
bekerjasama;
(2)
menjalin komunikasi yang hangat; (3) memberikan bimbingan (bantuan) dalam menyelesaikan tugas; (4) menyelesaikan masalah; (5) melibatkan guru dalam mengambil keputusan; (6) memberikan penghargaan; dan (7) membangun kepercayaan diri para guru.
30
2.3.3 Keterampilan Teknikal Dalam rangka memberikan pembinaan kepada guru,
seorang
kemampuan
kepala
yang
sekolah
berkaitan
harus
dengan
memiliki
tugas
dan
tanggung jawab. Jika tidak maka akan mengurangi kredibilitas kepala sekolah dimata para guru. Itulah sebabnya Soebagio (2005: 203) mengemukakan bahwa kepala
sekolah
keterampilan
sudah
teknikal
seharusnya
yaitu
memiliki
pengetahuan
dan
kemahiran dalam kegiatan-kegiatan yang menyangkut metode,
proses,
mengajarkannya
dan kepada
prosedur bawahan.
guna
dapat
Keterampilan
tersebut merupakan keterampilan khusus, sehingga kepala sekolah dituntut mampu menggunakan alatalat, prosedur dan teknik yang berhubungan dengan bidang
khusus
yaitu
dengan
pengelolaan
proses
pembelajaran. Berdasarkan
penjelasan-penjelasan
di
atas
dapat digaris bawahi bahwa keterampilan teknikal yang diperlukan oleh kepala sekolah antara lain: (1) pengetahuan
tentang
pengelolaan
kelas;
(2)
penggunaan metode pembelajaran; (3) penggunaan teknik evaluasi; (4) pembuatan desain pengajaran dan program
pembelajaran;
(5)
pengetahuan
tentang
administrasi sarana prasarana dan keuangan; (6) teknik sepervisi dan lain sebagainya. Keterampilan
manajerial
kepala
sekolah
merupakan kemampuan dan keahlian yang dimiliki oleh kepala sekolah dalam mengelola tugas-tugas di 31
sekolah, yang terdiri atas three basic skills yaitu technical skill, human skill, dan conceptual skill. Keterampilan
teknikal
(technical
skill)
adalah
kemampuan kepala sekolah dalam membimbing guru dalam
melaksanakan
proses
belajar
mengajar
administrasi sekolah maupun kelas. Keterampilan hubungan manusia (human skill) adalah kemampuan dan
keahlian
kepala
sekolah
dalam
menjalin
kerjasama, komunikasi, membangun sikap dan moral, menyelesaikan konflik dan memberikan kesejahteraan guru. Sedangkan keterampilan konseptual adalah kemampuan
dan
keahlian
kepala
sekolah dalam
merencanakan, mengkoordinasikan dan mengevaluasi kegiatan sekolah.
2.4 Peningkatan Kinerja Guru Upaya peningkatan kinerja guru oleh kepala sekolah harus dilaksanakan dengan strategi yang matang. Kuncoro (2006: 12) mengemukakan bahwa strategi merupakan “sejumlah keputusan dan aksi yang ditunjukkan untuk mencapai tujuan (goal) dalam menyesuaikan
sumber
peluang
tantangan
dan
daya yang
organisasi dihadapi
dengan dalam
lingkungan industrinya. Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia “strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus”, hal ini sejalan dengan pendapat Sagala (2007: 181) mengemukakan bahwa Strategy (Strategi) adalah seperangkat tindakan yang koheren sebagai 32
suatu pola tanggap organisasi terhadap lingkungannya dalam rencana jangka panjang berkenaan dengan alokasi dan penggunaan sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan. Dari
beberapa
disimpulkan
bahwa
pengertian strategi
tersebut
merupakan
dapat sebuah
langkah dalam mencapai kesuksesan organisasi sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Secara umum pimpinan di sebuah organisasi khususnya
kepala
sekolah
di
sebuah
institusi
pendidikan harus memperhatikan kebutuhan sekolah akan sumber daya manusia (guru), selain itu kepala sekolah juga harus mampu mengembangkan sikap profesional guru agar mempunyai inisiatif sendiri dalam
melaksanakan
tugasnya
tanpa
instruksi
terlebih dahulu dari kepala sekolah, serta dapat mengembangkan sumber daya manusia agar mampu melakukan komunikasi dan kerja sama di institusi pendidikan. Strategi pendidikan
kepala
berkaitan
sekolah erat
dalam
dengan
institusi
peningkatan
kualitas sumber daya manusia (guru). Dalam strategi umum Castetter (2001: 32) dalam Mulyasa (2007: 128) membagi
ke
dalam
tiga
bagian
diantaranya:
pengembangan tenaga kependidikan harus dilakukan berdasarkan rencana kebutuhan yang jelas, dalam dunia pendidikan perlu senantiasa dikembangkan sikap dan kemampuan profesional, serta kerjasama dunia pendidikan dengan perusahaan perlu terus 33
menerus
dikembangkan
memanfaatkan
(terutama
perusahaan
untuk
dalam
laboratorium
praktek dan objek studi). Strategi khusus adalah strategi
yang
langsung
berkaitan
dengan
pengembangan dan peningkatan pengelolaan tenaga kependidikan yang lebih efektif. Strategi tersebut berkaitan
dengan
kesejahteraan,
pendidikan,
rekruitmen dan penempatan, pembinaan mutu, dan pengembangan karier. Untuk itu kepala sekolah harus mempunyai pilihan-pilihan yang tepat, efektif dan efisien sehingga misi dan tujuan organisasi tercapai dengan baik. Berdasarkan konsep diatas, dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah dalam mengembangkan sumber daya
manusia
yang
ada
di
lingkungan
sekolah
khususnya guru harus melaksanakan strategi-strategi tersebut dalam perencanaan dan kebijakan yang dibuat. Banyak hal yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja guru di sebuah institusi pendidikan, diantaranya adalah dengan cara melakukan
pembinaan
terhadap
kinerja
guru,
melakukan pengawasan (supervisi) terhadap kinerja guru, mengadakan evaluasi terhadap proses dan hasil kerja (kinerja) guru. a) Pembinaan Kinerja Guru Imron (1993: 9) menjelaskan bahwa pembinaan guru secara terminologi diartikan sebagai serangkaian
34
usaha bantuan kepada guru, terutama bantuan yang berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah, pemilik sekolah dan pengawas serta pembinaan lainnya untuk meningkatkan proses hasil belajar. Lebih lanjut Subroto (1984: 147) mengartikan pembinaan
atau
pengembangan melalui
pengembangan
profesi guru
keaktifan
sendiri
guru
yaitu
sebagai usaha-usaha untuk
meningkatkan
penegetahuan dan kecakapan sehingga akan berguna dalam menjalankan kewajiban sebagai guru. Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembinaan terhadap guru dapat dilakukan dengan cara melalui bantuan orang lain baik dari kepala sekolah, ketua yayasan, komite, pengawas dan instansi lain yang akan memberikan pembinaan, selain itu kegiatan pembinaan guru juga dapat dilakukan sendiri yaitu dengan keaktifan dan kesadaran diri untuk mengembangkan potensi diri sendiri. Imron (1995: 13) mengelompokkan pembinaan guru
menjadi
tiga
macam
pembinaan.
Pertama,
pembinaan kemampuan guru dalam hal memelihara program pengajaran di kelas, kedua, kemampuan guru dalam hal menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi belajar anak didik, ketiga, memperbaiki situasi belajar anak didik. Dalam hal pembinaan kemampuan guru dalam memelihara program pengajaran di kelas, kepala sekolah harus mengetahui dan memahami tahaptahap proses pengajaran sehingga dapat membantu 35
kepala
sekolah
untuk
melaksanakan
pembinaan
perogram pengajaran kepada guru-guru, selajutnya kepala sekolah juga harus memahami faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi belajar peserta
didik,
seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa
aman,
dan
ketrampilan
guru
dalam
berkomunikasi. Jika kepala sekolah memahami faktor-faktor tersebut, maka kepala sekolah akan lebih mudah dalam melakukan pembinaan kepada guru dalam hal evaluasi/penilaian
terhadap
faktor-faktor
yang
mempengaruhi belajar peserta didik, untuk itu kepala sekolah
juga
hendaknya
dengan
para
tenaga
kependidikan, agar mereka dapat mengemukakan berbagai
permasalahan
yang
dihadapi
dalam
melaksanakan tugasnya sebagai tenaga kependidikan. b. Pengawasan/supervisi terhadap kinerja guru Salah satu strategi dalam upaya mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut adalah dengan meningkatkan
mutu
pendidikan.
Untuk
dapat
mewujudkan mutu pendidikan diperlukan pendidik yang profesional. Guru
sebagai
kompetensi
dalam
pendidik
harus
pengelolaan
mempunyai pembelajaran,
pengembangan potensi dan penguasaan akademik. Kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian, paedagogik, professional dan sosial. Sebagai seorang
36
yang professional, maka dalam pengelola pembelajaran guru
harus
(desainer),
mampu
berperan
pelaksana
sebagai
(implementor)
perencana
dan
penilai
(evaluator) kegiatan pembelajaran. Salah satu upaya untuk
meningkatkan
profesionalisme
guru
perlu
pembinaan dari kepala sekolah melalui supervisi akademik. Harris
sebagaimana
dikutip
oleh
Sahertian
(2008: 18) menyatakan bahwa supervisi pengajaran adalah segala sesuatu yang dilakukan personalia sekolah untuk memelihara atau mengubah apa yang dilakukan
sekolah
dengan
cara
yang
langsung
mempengaruhi proses belajar mengajar dalam upaya meningkatkan proses belajar siswa. Menurut Alfonso dalam Sahertian (2008: 18) supervisi pengajaran adalah tindakan pejabat yang dirancang oleh lembaga yang langsung berpengaruh terhadap perilaku guru dalam berbagai cara untuk membantu cara belajar siswa dan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh lembaga itu. Dapat disimpulkan bahwa supervisi pengajaran adalah usaha memberi layanan kepada guru–guru baik secara individual maupun kelompok dalam usaha memperbaiki perencanaan dan proses pembelajaran yang merupakan unsur dari kompetensi paedagogik guru. Kata kunci dari supervisi pada akhirnya adalah memberikan layanan dan bantuan. Tara J. Fenwick (2006: 401) mengemukakan bahwa supervisi pengajaran perlu diarahkan pada 37
upaya-upaya yang sifatnya memberikan kesempatan kepada guru untuk berkembang secara profesional, sehingga mereka lebih mampu untuk melaksanakan tugas pokoknya yaitu memperbaiki dan meningkatkan proses dan hasil pembelajaran. Kualitas
mengajar
guru
secara
langsung
maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran
siswa.
Untuk
itu
perlu
diadakan
pembinaan tindak lanjut dari kepala sekolah antara lain melalui supervisi pengajaran. b) Pembinaan disiplin tenaga kependidikan Dalam
meningkatkan
kinerja
guru,
kepala
sekolah harus mampu meningkatkan disiplin tenaga kependidikan, terutama disiplin diri. Seperti yang dikemukakan oleh Mulyasa (2003: 141) kepala sekolah harus mampu
melakukan: (a) membantu
tenaga
kependidikan mengembangkan pola perilakunya, (b) membantu
tenaga
kependidikan
meningkatkan
strandar perilakunya, (c) menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat. Guru yang telah dibina oleh kepala sekolah dengan baik, maka akan bisa menjadi guru yang profesional di bidangnya, dengan mengedepankan disiplin kerja sebagai acuan untuk mencapai target pembelajaran yang diinginkan. Jika semua tercapai maka kualitas pendidikan di sekolah akan menjadi lebih baik.
38
c) Pengendalian dan pengawasan kinerja guru Menurut Mulyasa (2003: 111) kepala sekolah harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. merupakan
Pengawasan
kontrol
agar
dan
pengendalian
kegiatan
pendidikan
ini di
sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal pengawasan dan pengendalian kinerja guru, kepala sekolah melakukan pengawasan dan pengendalian kunjungan
dengan kelas,
cara
diskusi
pembicaraan
kelompok,
individual,
dan
simulasi pembelajaran. Namun dalam pengawasannya, Mulyasa (2003: 113) mengatakan bahwa seorang kepala sekolah harus memperhatikan prinsip-prinsip: (a)
hubungan
konsultatif,
kolegial
dan
bukan
hirarkhis, (b) dilaksanakan secara demokratis, (c) berpusat pada tenaga kependidikan, (d) dilakukan berdasarkan
kebutuhan
tenaga
kependidikan,
(e)
merupakan bantuan profesional. Prinsip-prinsip tersebut harus diperhatikan oleh kepala
sekolah
agar
proses
pengendalian
dan
pengawasan terhadap kinerja guru dapat terlaksana dengan baik dan guru tidak merasa terbebani dengan pengawasan yang ada, namun sebaliknya guru merasa dibantu dan diperhatikan serta dihargai. d) Pemberian motivasi Setiap
tenaga
kependidikan
memiliki
karakteristik yang berbeda satu dengan yang lainnya, 39
hal tersebut memerlukan perhatian dan pelayanan khusus dari pimpinannya agar dapat memanfaatkan waktu
untuk
meningkatkan
kinerjanya.
Mulyasa
(2003: 143) menjelaskan bahwa perbedaan tenaga kependidikan tidak hanya dalam bentuk fisiknya tetapi juga psikis, misalnya motivasi. Oleh karena itu untuk
meningkatkan
produktifitas
kerja
perlu
diperhatikan motivasi para tenaga kependidikan dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Motivasi yang diberikan dapat melalui reward, apresiasi, beasiswa pendidikan, penugasan, promosi terhadap kinerja para guru. Guru akan lebih giat lagi dalam meningkatkan kinerjanya, apabila ada motivasi atau dorongan dari kepala sekolah. Hal ini bisa berupa dengan pembinaan atau dengan dorongan kata-kata. e) Penghargaan Penghargaan meningkatkan
sangat
produktivitas
penting kerja
dan
untuk untuk
mengurangi kegiatan yang kurang produktif, melalui penghargaan tenaga kependidikan dirangsang untuk meningkatkan kinerja yang positif dan produktif. Penghargaan ini akan bermakna apabila dikaitkan dengan prestasi tenaga kependidikan secara terbuka, sehingga setiap tenaga kependidikan memiliki peluang untuk meraihnya, seperti yang dikemukakan oleh Mulyasa (2003: 151) penggunaan penghargaan perlu dilakukan secara tepat, efektif, dan efisien, agar tidak menimbulkan dampak negatif.
40
Kepala
sekolah
yang
mengerti
kebutuhan
seorang guru, maka akan memberikan penyemangat agar guru dapat meningkatkan kinerjanya, hal ini bisa dilakukan dengan kenaikan jabatan, finansial, piagam. Dan harus disesuaikan dengan tugas yang diberikan serta hasil kerja guru tersebut, sebagaimana yang diatur oleh Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen bahwa guru yang berprestasi, berdedikasi luar biasa, dan/atau bertugas khusus berhak memperoleh penghargaan. f) Persepsi Menurut Badudu (1990: 675) persepsi adalah proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindara,
sedangkan
Sarlito
(1982:
76)
mengartikan persepsi sebagai daya mengenal obyek, mengelompokkan,
membedakan,
memusatkan
perhatian, mengetahui dan mengertikan melalui panca indra. Persepsi yang baik akan menumbuhkan iklim kerja
yang
kondusif
serta
sekaligus
akan
meningkatkan produktivitas kerja. Kepala sekolah perlu menciptakan persepsi yang baik bagi setiap tenaga kependidikan terhadap kepemimpinan dan lingkungan sekolah, agar mereka dapat meningkatkan kinerjanya. Persepsi sangat berpengaruh terhadap kinerja para gurunya, melaui komitmen yang diberikan kepala sekolah terhadap guru maka akan tertanam atau memunculkan tenaga pengajar yang berdedikasi tinggi dalam menjalankan tugasnya. Guru akan merasa 41
dihargai hasil karyanya oleh kepala sekola, merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kinerja guru Dari upaya peningkatan kinerja guru yang dilakukan oleh kepala sekolah di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa
kependidikan,
pembinaan
pemberian
disiplin
motivasi,
tenaga
penghargaan,
persepsi harus dilaksanakan dengan dukungan dari kedua belah pihak.
2.4.1 Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Pengembangan
Keprofesian
Berkelanjutan
(PKB)/ Continous professional development (CPD) terdiri dari serangkaian aktivitas reflektif yang dirancang untuk
meningkatkan
pemaham-an,
dan
kemampuan,
keterampilan
pengetahuan,
seseorang.
PKB
mendukung pemenuhan kebutuhan seseorang dan meningkatkan praktik profesional mereka. PKB juga bermakna
cara
setiap
anggota
memelihara,
memperbaiki,
pengetahuan
dan
asosiasi
dan
keterampilan
profesi
memperluas mereka
dan
mengembangkan kualitas diri yang diperlukan dalam kehidupan profesional mereka. PKB mencakup gagasan bahwa individu selalu bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan profesional mereka di luar apa yang mereka dapatkan dalam pelatihan dasar yang mereka terima ketika pertama kali melakukan pekerjaan tersebut. 42
Tujuan Utama dari pengembangan profesional guru melalui PKB adalah peningkatan pembelajaran siswa. Dalam buku 1 PKB menyampaikan bahwa pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) ini penting karena berkaitan dengan : (1) optimalisasi pelayanan terhadap klien dalam hal ini siswa; (2) bukti dari profesionalisme; (3) prasyarat pekerjaan; (4) meningkatkan keterampilan kerja guru secara individual; (5) memperluas pengalaman guru untuk keperluan perkembangan karir atau promosi;(6) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman profesional guru secara individual; (7) meningkatkan pendidikan pribadi atau pendidikan umum individu guru; (8) membuat guru merasa dihargai; (9) meningkatkan rasa puas terhadap pekerjaan; (10) meningkatkan pandangan positif mengenai pekerjaan; (11) memungkinkan guru mengantisipasi dan bersiap untuk menghadapi perubahan; (12) mengklarifikasi keseluruhan kebijakan sekolah atau departemen.
Sesuai dengan buku tersebut terdapat beberapa prinsip
Pengembangan
(PKB)/Continous
Keprofesian
Professional
Berkelanjutan
Development
(CPD).
Beberapa prinsip dalam pelaksanaan PKB adalah: (1) Berpengaruh penting terhadap kehidupan keprofesian; (2) PKB harus menjadi bagian dari sekuens atau siklus aktivitas yang lebih panjang yang akan mengarah pada peningkatan keterampilan atau pengetahuan guru untuk mendorong murid mencapai tingkat kinerja yang lebih tinggi; (3) PKB harus membuat keluarankeluaran yang spesifik yang diharapkan akan dicapai melalui aktivitas-aktivitas pengembangan profesional dalam hal meningkatkan keahlian guru, praktik ruang
43
kelas, kemajuan murid, dan standar prestasi; (4) Para pelaksana
PKB
harus
memilih,
merencanakan,
memonitor, dan mengevaluasi peluang-peluang PKB dalam cara yang sistematik atau mengetahui sejauh mana
kebutuhan-kebutuhan
dipenuhi;
(5)
PKB
harus
pengembangan mencakup
telah
prosedur
monitoring untuk memverifikasi bahwa pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang telah didapatkan berhasil diterapkan dalam latar ruang kelas. Kerangka dalam hal Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) harus memungkinkan : (1) guru, sekolah, institusi-institusi pendidikan guru, dan para pemangku
kepentingan
untuk
memastikanadanya
pertumbuhan profesional para guru individual di sepanjang karir mereka; (2) Guru, sekolah, institusiinstitusi
pendidikan
kepentingan
untuk
guru,
dan
para
merencanakan
pemangku
pengembangan
profesional bagi tujuan-tujuan sekolah, organisasional, dan individual; (3) institusi-institusi pendidikan guru untuk
merencanakan
pengembangan
keperluan
profesional
yang
program-program sesuai
dengan
pertumbuhan profesional dan kebutuhan karir para guru; (4) Pemerintah untuk membuat kebijakankebijakan
bagi
kelanjutan
pendidikan
guru
dan
alokasi sumber daya untuk hal tersebut. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) yang baik tentunya akan menunjukkan karakteristik tertentu. Dalam penerapan PKB terdapat beberapa karakteristik PKB yang baik misalnya : (1) Setiap 44
aktivitas
dalam
perencanaan
PKB
jangka
merupakan
bagian
dari
panjang yang koheren
yang
memberi para partisipan peluang untuk menerapkan apa yang telah mereka pelajari dalam praktik mengajar mereka dan untuk mengembangkan praktik mereka tersebut; (2) PKB direncanakan dengan visi yang jelas mengenai efektivitas atau peningkatan praktik yang ingin dicapai. Visi ini dibagi bersama di antara mereka yang menjalani proses pengembangan dan mereka yang
memimpin
pengembangan
atau
tersebut.
mendukung
proses
Perencanaan
harus
menujukkan secara jelas keahlian, pemahaman, atau teknik apa yang ingin ditingkatkan melalui aktivitasaktivitas PKB; (3) PKB memungkinkan peserta untuk mengembangkan
keterampilan,
pengetahuan,
dan
pemahaman yang praktis dan relevan serta dapat diterapkan dalam peran mereka saat ini dan amsa depan; (4) PKB harus disiapkan oleh orang yang berpengalaman, berkeakhlian, dan berketerampilan; (5) PKB didasarkan pada bukti-bukti terbaik yang tersedia
tentang
mempertimbangkan
praktik
pembelajaran;
pengetahuan
dan
(6)PKB
pengalaman
peserta; (7) PKB ditunjang oleh pembinaan atau mentoring oleh teman sejawat yang berpengalaman baik dari dalam sekolah itu sendiri maupun dari luar; (8) PKB dapat menggunakan hasil observasi kelas sebagai dasar pengembangan fokus PKB dan dampak PKB; (9) PKB merupakan pemodelan pembelajaran efektif dan pemodelan strategi pembelajaran; (10) PKB memunculkan secara terus menerus rasa ingin tahu 45
dan kemampuan problem solving dalam kehidupan sehari-hari di sekolah; (11) Dampak PKB terhadap proses pembelajaran terus menerus dievaluasi dan hasil
evaluasi
ini
mengarahkan
pengembangan
aktivitas profesional secara terus menerus. Rancangan dalam pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) yang baik harus didorong oleh perhatian pada tujuan dan kinerja siswa. PKB yang baik dibangun berdasarkan keterlibatan guru dalam mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran dan dalam membentuk peluang dan proses-proses pembelajaran, berbasis sekolah dengan menekankan pembelajaran yang melekat pada pekerjaan, bersifat kolaboratif dan pemecahan masalah. Kegiatan PKB berlangsung secara terus menerus dengan didasarkan pada informasi yang kaya dengan sumber informasi yang beragam untuk mengevaluasi hasil, didasarkan pada pemahaman teoretik dan memanfaatkan
penelitian
mengembangkan, pembelajaran. perubahan
yang
mendukung,
PKB
adalah
komprehensif
ada
dan bagian
yang
untuk
meningkatkan dari
proses
menghubungkan
pembelajaran individual dan kolektif dengan isu-isu dan kebutuhan organisasional.
46
2.4.2
Penyelenggaraan
PKB
(Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan) Untuk melaksanakan PKB mungkin kita dapat kembali merefleksi yang kita lakukan dalam PKB, pengembangan dimanajemen
keprofesian (proses
berkelanjutan
penentuan
perlu
langkah-langkah
sistematis dan terpadu untuk pencapaian tujuan secara produktif, berkualitas, efektif, dan efisien). Di dalam manajemen
tentu
akan ada
perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Pada pelaksanaan PKB sekolah sesuai dengan buku pedoman PKB dalam melaksanakan kegiatankegiatan
sesuai
dengan
yang
direncanakan.
Pengembangan guru di sekolah dapat mengambil berbagai macam bentuk, seperti: (1) hari pelatihan seluruh sekolah; (2) Induksi, mentoring, dan penilaian guru secara individual; (3) Observasi kolega; (4) Perencanaan dan evaluasi kolaboratif; (5) Evaluasi diri sendiri Sementara
itu
di luar
sekolah,
guru
dapat
membangun jejaring dengan mengunjungi sekolahsekolah
lain,
menghadiri
konferensi-konferensi,
menjalani pelatihan bersama dengan sekolah-sekolah lain, mengikuti jejaring guru, dan terlibat dalam asosiasi-asosiasi spesialis mata pelajaran, menghadiri kursus singkat oleh penyedia kursus komersial dan non-profit, kuliah untuk gelar yang lebih tinggi yang divalidasi
oleh
proses-proses
universitas, pemeriksaan
berpartisipasi (misalnya
dalam menjadi 47
pemeriksa), belajar secara daring (online), terlibat dalam kegiatan-kegiatan pertukaran. Pengendalian adalah proses untuk memastikan bahwa kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan yang
direncanakan.
Dalam
kaitannya
dengan
pengendalian PKB, maka sekolah harus membuat standar kinerja, mengukur kinerja guru, membandingkan
kinerja
ditetapkan,
guru
dengan
mengambil
standar
tindakan
yang
telah
korektif
saat
terdeteksi penyimpangan. Guru bersama koordinator PKB/mentor melakukan evaluasi terhadap pencapaian peningkatan kinerja.
2.5 Kerangka Konseptual Penelitian Mengacu
pada
kondisi
Nusantara
Semarang,
melakukan
strategi
kualitas
kinerja
kepala
dalam
para
riil
di
SMA
sekolah
upaya
gurunya,
Bina sudah
meningkatkan
namun
strategi
tersebut belum terlaksana dengan baik, hal ini dapat di
lihat
pada
memberikan
pelaksanaan
hasil
yang
yang
baik,
masih
yaitu
belum
kurangnya
memberikan pengawasan dan pengendalian terhadap proses
mengajar
guru,
sehingga
sulit
untuk
mengetahui kekurangan-kekurangan guru yang harus dibenahi, selain itu kepala sekolah juga belum optimal dalam mengadakan pembinaan terhadap guru dan dalam pengadaan fasilitas untuk menunjang proses mengajar guru. 48
Selain kepala sekolah, guru melalui kinerja yang dilakukan juga memiliki pengaruh dalam peningkatan kualitas
pendidikan,
namun
kenyataan
yang
ditemukan, sebagian guru masih belum memenuhi kompetensi mereka sebagai seorang guru, baik itu kompetensi
pribadi,
profesional,
sosial
kemasyarakatan. Seperti belum menguasai materi ajar yang
akan
disampaikan
di
kelas
sehingga
mengakibatkan ketidaksiapan guru dalam mengajar, masih
adanya
guru
yang
menggunakan
metode
ceramah (kurang kreatifnya guru), kedisiplinan kinerja yang belum maksimal, kurang optimalnya guru dalam mengajar, dan lain sebagainya. Melihat berbagai kenyataan tersebut, hal ini masih jauh untuk mencapai harapan sekolah, karena dengan strategi dan upaya yang dilakukan untuk guru yang
diharapkan
mampu
melaksanakan
kinerja
mereka dengan baik, efektif dan efisien masih belum terlaksana diakibatkan adalah
dengan
baik.
oleh
beberapa
penerapan
Kondisi
strategi
tersebut
sebab, salah yang
dapat
satunya
masih
butuh
pembenahan lebih lanjut. Pembenahan tersebut dapat dilakukan
dengan
pembinaan
lebih
kepala lanjut
sekolan
terhadap
melakukan
kinerja
guru,
pembinaan disiplin tenaga kependidikan, pengendalian dan pengawasan kinerja guru, pemberian motivasi, penghargaan, serta membangun komitmen guru untuk bekerja lebih baik.
49
Kerangka berpikir di atas dapat digambarkan pada bagan sebagai berikut: Input Output
Proses
Kondisi Nyata A. Strategi Kepala Sekolah 1. Kurangnya pengawasan 2. Kurangnya pembinaan 3. Kurangnya fasilitas dalam pelaksanaan tugas guru
B. Kinerja guru 1. Kurangnya optimal guru dalam mengajar 2. Ketidakdisipli nan guru dalam mengajar 3. Ketidaksiapan guru mengajar 4. Lemah penguasaan metode
Masalah Belum efektifnya strategi Kepala Sekolah dalam meningkatkan kinerja guru
Strategi Pembinaan kinerja guru Pembinaan disiplin tenaga pendidik Pengendalian dan pengawasan kinerja guru Pemberian motivasi Pemberian penghargaan Membangun komitmen guru
Feedback
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Proses Penelitian
50
Harapan Kinerja guru yang efisien