4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk tanaman pangan yang sudah lama dibudidayakan di Indonesia, baik di lahan tegalan, lahan sawah, tadah hujan, dan lahan sawah pada musim tanam yang sesuai. Kacang hijau menjadi sumber protein, vitamin, dan mineral yang penting bagi manusia. Dengan potensinya ini kacang hijau dapat mengisi kekurangan protein pada umumnya, sekaligus menaikkan pendapatan petani. Klasifikasi tanaman kacang hijau menurut Purwono dan Hartono (2005) adalah sebagai berikut : Divisio
: Spermatophyta
Sub Divisio: Angiospermae Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Leguminales
Family
: Leguminaseae
Genus
: Vigna
Spesies
: Vigna radiata L.
Kacang hijau merupakan tanaman pangan semusim berupa semak yang tumbuh tegak. Umumnya kacang hijau berbatang tegak dengan ketinggian sangat bervariasi antara 30-60 cm tergantung varietasnya. Cabangnya menyamping pada batang utama, berbentuk bulat dan berbulu. Daunnya trifoliat (terdiri dari tiga helaian) dan letaknya berseling. Bunga kacang hijau berwarna kuning, tersusun dalam tandan, keluar pada cabang serta batang, dan dapat menyerbuk sendiri. Polong kacang hijau berbentuk silindris dengan panjang antara 6-15cm dan biasanya berbulu pendek. Setiap polong berisi 10-15 biji. Kacang hjau dapat tumbuh di segala macam tipe tanah yang berdrainase baik. Namun, pertumbuhan terbaiknya pada tanah lempung biasa sampai yang mempunyai bahan organik tinggi. Dibanding dengan tanaman kacang-kacangan lainnya, kacang hijau
5
memiliki kelebihan ditinjau dari segi agronomi dan ekonomis, seperti: (a) lebih tahan kekeringan; (b) serangan hama dan penyakit lebih sedikit; (c) dapat dipanen pada umur 55-60 hari; (d) dapat ditanam pada tanah yang kurang subur; dan (e) cara budidayanya mudah (Sunantara, 2000). Kacang hijau dapat digunakan sebagai tanaman utama maupun tanaman sela. Untuk Tanaman sela dengan sasaran dapat menunjang penambahan pendapatan dari hasil tanaman sela sebelum tanaman utama dipanen. Tanaman ini mempunyai ciri khas dapat bersimbiosis dengan mikroba yang disebut dengan bakteri Rhizobium dengan cara membentuk bintil akar yang mampu menyerap (fiksasi) nitrogen dari udara. Kacang hijau dapat tumbuh pada semua jenis tanah sepanjang kelembaban dan tersedianya unsur hara yang cukup. Untuk itu lahan yang akan dipergunakan harus dipersiapkan sebaik-baiknya. Deskripsi tanaman kacang hijau dijelaskan sebagai berikut: kacang hijau merupakan tanaman tropis yang membutuhkan suasana panas selama hidupnya. Tanaman ini sangat peka pada kondisi air yang berlebihan. Kacang hijau merupakan tanaman berumur pendek biasanya berbunga antara 30 – 70 hari. Bunga kacang hijau berbentuk seperti kupu-kupu dan berwarna kuning kehijauan atau kuning pucat. Bunganya termasuk jenis hermaprodit atau berkelamin sempurna. Proses penyerbukan terjadi pada malam hari sehingga pada pagi harinya bunga akan mekar dan pada sore hari sudah layu (Hartono, 2008). Buah kacang hijau berbentuk polong. Polong kacang hijau berbentuk bulat silindris atau pipih dengan ujung agak runcing atau tumpul. Polong muda berwarna hijau, setelah tua berubah menjadi kecoklatan atau kehitaman. Polongnya mempunyai rambut-rambut pendek/berbulu. Biji bewarna hijau atau kuning, seringkali coklat atau kehitam-hitaman. 2.2. Pupuk Phonska Pupuk phonska merupakan pupuk majemuk yang terdiri atas berbagai zat penambah unsur hara alami. Komposisi pupuk phonska yang mendasar terdiri atas Nitrogen (N): 15 Fosfat (P2O5): 15% Kalium (K2O): 15% Sulfur (S): 10%, Kadar air maksimal: 2 %. Pupuk phonska termasuk dalam jenis pupuk anorganik. Pupuk
6
anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia anorganik berkadar hara tinggi, misalnya urea berkadar N 45-46% (setiap 100 kg urea terdapat 45-46 kg hara nitrogen) (Lingga dan Marsono, 2000). Kandungan hara dalam pupuk anorganik terdiri atas unsur hara makro utama yaitu nitrogen, fosfor, kalium; hara makro sekunder yaitu: sulfur, calsium, magnesium; dan hara mikro yaitu: tembaga, seng, mangan, molibden, boron, dan kobal. Pupuk anorganik dikelompokkan sebagai pupuk hara makro dan pupuk hara mikro baik dalam bentuk padat maupun cair. Berdasarkan jumlah kandungan haranya pupuk anorganik dapat dibedakan sebagai pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Keunggulan pupuk phonska diantaranya (1) Mudah diserap tanaman sebab sifatnya yang higroskopis (2) Mengandung berbagai unsur yang dibutuhkan tanaman, kakayaan kandungan membuat pemupukan menjadi lebih mudah. (3) kandungan unsur haranya cukup merata (4) Sesuai untuk berbagai jenis tanaman, karena kandungannya yang merata dan lengkap (5) Meningkatkan produksi dan kualitas panen, sebab petani tidak perlu lagi menambahkan pupuk-pupuk untuk tanaman, penggunaan pupuk ini memperkecil resiko rugi (6) Menambah daya tahan tanaman terhadap gangguan hama, penyakit dan kekeringan (7) Menjadikan tanaman lebih hijau dan segar krena banyak mengandung butiran hijau daun. (8) Memacu pertumbuhan akar dan sistem perakaran yang baik. (9) Memacu pembentukan bunga, mempercepat panen dan penyimpanan. Ada beberapa keuntungan dari pupuk anorganik, yaitu (1) Pemberiannya dapat terukur dengan tepat, (2) Kebutuhan tanaman akan hara dpat dipenuhi dengan perbandingan yang tepat, (3) Pupuk anorganik tersedia dalam jumlah cukup, dan (4) Pupuk anorganik mudah diangkut karena jumlahnya relatif sedikit dibandingkan dengan pupuk organik. Pupuk anorganik mempunyai kelemahan, yaitu selain hanya mempunyai unsur makro, pupuk anorganik ini sangat sedikit ataupun hampir tidak mengandung unsur hara mikro (Lingga dan Marsono, 2000).
7
Nyakpa et al., (1988) menjelaskan bahwa suplai nitrogen di dalam tanah merupakan faktor yang sangat penting dalam kaitannya dengan pemeliharaan atau peningkatan kesuburan tanah, karena senyawa organik di dalam tanaman pada umumnya mengandung N antara lain asam amino, enzim dan bahan lainnya yang menyalurkan energi dan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman serta dapat merangsang perkembangan perakaran tanaman. Unsur P dapat mempertinggi hasil produksi tanaman serta berat bahan kering, bobot biji, memperbaiki kualitas hasil serta mempercepat masa kematangan. Sedangkan pengaruhnya terhadap resistensi penyakit, unsur P dapat mempertinggi daya resistensi terhadap serangan penyakit terutam cendawan. Unsur kalium di dalam tanaman dapat berfungsi untuk menguatkan batang tanaman sehingga tanaman tidak mudah rebah. Unsur kalium dapat mempertinggi hasil produksi dan memperbaiki kualitas hasil tanaman. Selanjutnya kalium akan mempertinggi resistensi tanaman terhadap serangan penyakit, terutama terhadap penyakit oleh cendawan. 2.3. Pertumbuhan dan Produksi Kacang Hijau Pada umumnya kacang hijau membutuhkan tanah yang cukup lembab untuk perkecambahannya, sedangkan untuk masa pertumbuhan pertama (masa vegetatif), hujan yang merata sangat diperlukan. Mulai saat pergantian dari masa vegetatif ke masa generatif hingga masaknya buah diperlukan iklim kering. Keadaan lembab yang terus menerus tidak menguntungkan karena mengurangi pembuahan (bunga rontok), mengakibatkan berkecambahnya biji dalam polong, dan mengundang serangan penyakit. Peningkatan produksi kacang hijau dilakukan dengan cara memperbaiki kultur teknis petani, mengupayakan untuk mendapatkan varietas-varietas yang produksinya tinggi dan masak serempak, serta mengupaya peningkatan usaha pengelolaan lepas panennya. Pada awal pertumbuhan (vegetatif) kecepatan pertumbuhan kacang hijau relatif lambat. Keadaaan ini dianggap sebagai penyebab potensi hasil menjadi rendah karena bagian tanaman yang berfungsi melakukan fotosintesis, seperti daun, masih kurang. Pertumbuhan lebih cepat
8
bersamaan dengan mulainya fase generatif yang berarti pada saat mulai berbunga dan pembentukan polong, masih diikuti pembentukan daun baru. Tantangan pengembangan kacang hijau di lahan kering adalah peningkatan produktivitas dan mempertahankan kualitas lahan untuk berproduksi lebih lanjut. Kesiapan teknologi dalam pengembangan kacang hijau di lahan kering yakni berupa keterbatasan modal, garapan lahan kering yang relatif luas, anggapan petani terhadap kacang hijau sebagai tanaman kedua, dan infrastruktur yang kurang memadai merupakan faktor biofisik dan sosial ekonomi yang menghambat pengembangan kacang hijau di lahan kering. Untuk mendapatkan hasil kacang hijau yang lebih tinggi masih memungkinkan jika kendala dalam pertumbuhannya dapat diatasi dengan teknologi budidaya yang tepat. Komponen teknologi yang harus diperhatikan dalam budidaya tanaman kacang hijau antara lain: (1) penggunaan varietas unggul; (2) penyiapan lahan; (3) penanaman; (4) pemupukan; (5) penggunaan mulsa jerami; (6) penyiangan gulma; (7) pengairan; (8) pengendalian hama; (9) pengendalian penyakit; dan (10) panen dan pascapanen. Kacang hijau memiliki kelebihan dibandingkan tanaman pangan lainnya, yaitu: (1) berumur genjah (55-65 hari), (2) lebih toleran kekeringan dengan kebutuhan air untuk pertumbuhan kacang hijau relatif kecil, yakni 700-900 mm/tahun. Pada curah hujan yang lebih rendah dari itu masih dapat tumbuh karena ia berakar dalam, (3) dapat ditanam pada lahan yang kurang subur dan penyubur tanah karena bersimbiose dengan rhizobium dan menghasilkan biomasa banyak (11-12 t/ha), (4) cara budidayanya mudah, cukup olah tanah minimal dan biji disebar, (5) hama yang menyerang relatif sedikit dan (6) harga jual tinggi dan stabil (Rp. 4200- Rp. 5000). Karena kelebihan tersebut kacang hijau dapat dipandang sebagai komoditas alternatif untuk dikembangkan di lahan kering, khususnya yang memiliki indeks panen rendah.