10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.1
Tinjauan Pustaka Beberapa tulisan yang berhubungan dengan memperoleh penyimpangan mengkonsumsi minuman beralkoho dikaji dalam penelitian ini diantaranya, yaitu: Arifin (2007:23) penelitian Studi Terhadap Mahasiswa Universitas Tronojoyo Madura, meneliti tentang konsumsi minuman alkohol di Madura bahwa Mahasiswa yang datang dari luar kota Bangkalan ternyata tidak selalu bergelut dengan aktivitas kemahasiswaan. Ternyata mereka juga banyak terlibat aktif secara langsung perilaku penyimpangan mengkonsumsi minuman beralkohol. Sehingga dua orang mahasiswa dari Madura meninggal, akibat mengkonsumsi minuman keras dalam dosis yang berlebihan. Perilaku penyimpangan ini, mudah dapat mengundang resiko kepribadian pelaku, karena alkohol tidak mengontrol diri dengan penyalahgunaan minuman beralkohol di lingkungan pergaulan. Penyalahgunaan etanol dalam minuman beralkohol dan minuman berlebihan setiap pelaku atau peminum mempengaruhi semua sistem saraf pada tubuh. Karena jumlah mengkonsumsi minuman tersebut amat banyak, maka tidak mengherankan terjadi kerugian yang ditimbulkan, terutama dalam hal kesehatan. Hal tersebut mendorong perlunya dilakukan penelitian mengenai pengaruh buruk minuman beralkohol, terutama pada kelenjar vesikula seminalis dan jumlah lapisan sel spermatogenik di dalam testis. Alkohol yang dikonsumsi akan diabsorbsi, termasuk yang melalui saluran pernapasan. Penyerapan terjadi setelah alkohol masuk ke dalam lambung dan diserap di usus kecil.
11 Hanya 5-15% yang diekskresikan secara langsung melalui paru-paru, keringat, dan urin. Alkohol mengalami metabolisme di dalam ginjal, paru-paru, dan otot akan berdampak negatif bagi pengguna (Panjaitan, 2003:65) Suatu penelitian mengenai konsumsi alkohol di kalangan pelajar didapatkan bahwa 50% dari pelajar pernah minum-minuman keras, dan minuman favorit mereka adalah Martini (29%), Mansion House (20%) dan Bir (14%. Sebagian besar alasan mereka mengkonsumsi minuman keras adalah untuk menenangkan pikiran (40%), disusul karena ikut-ikutan teman (25%) dan hanya untuk coba-coba (11%). Pada acara pestapesta merupakan kesempatan yang paling banyak bagi pelajar untuk mengkonsumsi minuman alkohol (26% kemudian begadang malam (20%) dan waktu rekreasi(14%) (Bachtiar, 2000:23). Hawari, (1991:41) penelitian tentang mengkonsumsi minuman alkohol di Amerika serikat. Hasil penelitian tersebut diperoleh data sebagai berikut: 1. Satu pertiga kecelakaan lalu lintas disebabkan pengemudi dibawah pengaruh konsumsi minuman alkohol. 2. Kecelakaan lalu lintas tersebut menyebabkan kematian sebanyak 25.000 jiwa setiap tahunnya. 3. Tercatat kematian 15.000 jiwa setiap tahunnya yang berkaitan dengan pembunuhan atau bunuh diri dibawah pengaruh alkohol. 4. 40 juta anak dan suami atau istri menanggung derita mental karena salah satu atau lebih dari anggota keluarganya menderita ketergantungan alkohol. 5. Tercatat kematian 20.000 jiwa setiap tahunnya yang berkaitan dengan penyakit (komplikasi medik) yang disebabkan penyalahgunaan alkohol.
12 6. Setiap tahunnya terdapat 5 juta kasus penahanan yang dilakukan oleh polisi yang perkaitan dengan penyalahgunaan alkohol, hal ini merupakan 50% dari seluruh kasus oleh penahanan pihak kepolisian. 7. Diperkirakan sekita 5% dari seluruh angkatan kerja menderita tergantung alkohol dari 5% lainnya adalah penderita yang gawat penderitaan pada tubuh. 2.2
Kerangka Konsep Judul penelitian ini adalah Penyimpangan Sosial Kamunitas Mahasiswa Papua di Denpasar (Studi Kasus Konsumsi Minuman Beralkohol). Penelitian ini memerlukan penjelasan atas pengertian-pengertian yang tertuang dalam judul penelitian tersebut sehingga persamaan persepsi dapat tercapai.
1.2.1 Penyimpangan Sosial Penyimpangan sosial dalam kehidupan masyarakat sering dijumpai adanya perilaku yang menyimpang, karena kurang sempurnanya proses sosialisasi individu atau suatu kelompok. Penyimpangan sosial adalah tindakan atau perilaku yang tidak sesuai dengan norma dan nilai yang dianut dalam lingkungan baik lingkungan keluarga maupun masyarakat. Dengan kata lain, perilaku yang menyimpang mengakibatkan terjadinya pelanggaran norma-norma dalam masyarakat. Penyimpangan sosial adalah perilaku dari para warga komunitas atau masyarakat yang dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan atau norma sosial yang berlaku. Secara umum, yang digolongkan sebagai perilaku menyimpang, antara lain tindakan yang nonconformi, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan nilai atau norma yang ada dalam sosial. Tindakan noncomformi pengaruh besar dalam melakukan perlaku seseorang akan menjadi anti sosial atau asosial, yaitu tindakan yang melawan kebiasaan komunitas yang
13 mencari kepentingan individu yang melangar. Tindakan-tindakan ini menyebabkan suatu ketimpangan kriminal sosial, yaitu tindakan yang nyata-nyata telah melanggar aturanaturan hukum tertulis dan mengancam jiwa atau keselamatan orang lain (Sandi, 1976). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI (Depdiknas, 2008) Pengertian penyimpangan sosial diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ditentukan di dalam masyarakat. Namun perilaku penyimpangan suatu hal yang buruk mengadopnosiskan tingkah laku seseorang akan keliru dalam kehidupan sosial dan, melaggar peraturan. Menurut Siahaan (2009), penyimpangan sosial adalah relatif terhadap norma suatu kelompok atau penyimpangan sosial merupakan hasil dari proses sosial yang tidak sempurna. Perilaku penyimpangan sosial mengakibatkan terjadinya pelanggaran norma. Pelanggaran tersebut terjadi karena seseorang perilaku tidak mematuhi norma-norma dan nilai-nilai sosial yang berlaku. Hal tersebut menyebabkan orang-orang yang mengadopsi peran penyimpangan mempengaruhi kehidupan seseorang. Penyimpangan antara lain orang yang mempunyai kebiasaan dengan mabukmabukan, pencuri dan melakukan pelangaran kriminal lainnya. Perilaku menyimpang ialah suatu bentuk perilaku ataupun tindakan yang keluar dan tidak sesuai dengan adat dan kebiasaan masyarakat sekitar. Jadi secara tidak langsung yang dilakukan oleh remaja yang memiliki kecendrungan untuk melanggar ataupun memiliki kecendrungan untuk keluar dari nilai-nilai yang berlaku pada suatu kelompok masyarakat tersebut. Karena di dalam tindakan tersebut terkandung atau terdapat hal yang dapat merugikan dirinya sendiri dan juga dapat merugikan bagi orang lain di sekitar kita.
14 Mudrajat (2010) menambahkan bahwa ada beberapa jenis penyimpangan sosial yang sering di jumpai dalam kehidupan mahasiswa ini misalnya, sebagai berikut: a.
Penyimpangan karena menyangkut harta benda seperti pencurian, menipulasi dan sebagainya.
b.
Penyimpangan
yang
menyangkut
fisik
manusia
seperti
tindakan
kekerasan,
pengeroyokan, ribut di jalan umum dan tidak mengedalikan peraturan lalu lintas; c.
Penyimpangan yang menyangkut ketentraman umum seperti tindakan main hakim sendiri, penyalahgunaan wewenang, mencaci maki keyakinan atau kepercayaan orang lain di depan umum, pemerasan; dan
d.
Penyimpangan yang menyangkut harkat dan martabat manusia sejati, seperti; pemerkosaan, pelacuran, tawuran, ekploitasi. Dari berbagai jenis penyimpangan sosial yang mendefinisikan diatas yang marak disaksikan sekarang. Tetapi dari segi kualitas dan itensitasnya ibarat fenomena “gunung es”, nampak kecil di puncaknya, tetapi kualitas dan intensitas sesungguhnya yang tidak nampak di permukaan justru jauh lebih besar penyimpangan sosial yang sedang mengalami di kalangan mahasiswa di lingkungan pergaulan secara umum.
2.2.2 Komunitas Gusfield (1975) dalam Algesheimer (2005) komunitas membedakan diantara dua jenis komunitas. Pertama adalah komunitas tradisional yang mengacu pada wilayah atau geografis. Pada titik ini komunitas mengacu pada lingkungan tempat tinggal, kota, atau daerah. Kedua adalah komunitas rasional yang mengacu pada hubungan manusia tanpa kaitan dengan lokasi. Sebagai contoh, ada beberapa komunitas yang memiliki
15 ketertarikan seperti klub hobi, grup agama, atau klub penggemar. Tetapi kedua tipe komunitas ini tidak saling mengesklusifkan, banyak grup yang berdasarkan ketertarikan tetapi merangkap sebagai komunitas yang berbasiskan dengan lokasi manusia tinggal. Komunitas merupakan hal yang sangat penting dan kerap menjadi ajang untuk menunjukkan identitas diri. Berbagai macam cara yang dilakukan orang-orang untuk bisa menunjukkan jati dirinya masing-masing, baik itu entah dari segi cara berpakaian, gaya hidup, seksual bahkan sampai ke menyimpang yang tidak efektif atau melangar normanorma atau nilai-nilai yang dipatutkan pada setiap kehidupan komunitas atau masyaraka luas. Dimaksud norma-norma itu mempunyai dua isi berwujud: perintah dan larangan, yang dimaksud perintah dan larangan menurut isi norma tersebut, perintah merupakan kewajiban bagi seseorang untuk berbuat sesuatu oleh karena akibat-akibatnya dipandang baik. Sedangkan larangan tidak berbuat sesuatu oleh karena sesuatu akibat-akibatnya dibandang tidak baik yang dilakukan setiap anggota komunitas sering berinteraksi dilingkungan pergaulan dengan komunitas lainnya. Komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi atau hubungan pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interaksi dengan proses pembentukannya bersifat horisontal karena dilakukan oleh individuindividu yang kedudukannya setara. Komunitas sebuah identifikasi dan interaksi sosial yang dibangun dengan berbagai dimensi kebutuhan fungsional ataupun kekuatan pengikat suatu komunitas, terutama, adalah kepentingan bersama dalam memenuhi kebutuhan kehidupan sosialnya. Biasanya, didasarkan atas kesamaan latar belakang
16 budaya, ideologi, sosial, ekonomi dan kepercayaan yang dimiliki oleh masyarakat pada umumnya. 2.2.3 Konsumsi Minuman Beralkohol Menurut Chaney (2003) konsumsi adalah seluruh tipe aktifitas sosial yang orang lakukan sehingga dapat dipakai untuk mencirikan dan mengenal mereka, selain (sebagai tambahan) apa yang mungkin mereka lakukan untuk hidup. Chaney menambahkan, gagasan bahwa konsumsi telah menjadi (atau sedang menjadi) fokus utama kehidupan sosial dan nilai-nilai kultural mendasari gagasan lebih umum dari budaya konsumen. Konsumsi dapat digolongkan dalam dua bagian, yaitu konsumsi langsung dan konsumsi tidak langsung dalam kebutuhan oleh manusia sehari-hari yang diperlukan (Jasmani manusia). Konsumsi langsung merupakan mengkonsumsikan barang yang langsung dilakukan oleh pengguna barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya. Contohnya, makanan, minuman, dan pakaian yang langsung dipakai oleh pengguna sementara itu, konsumsi tidak langsung merupakan pemakaina benda konsumsi berupa barang dan jasa yang tidak secara langsung digunakan untuk memenuhi kebutuhan pengguna barang contohnya, pembelian bahan baku pabrik yang akan diproses lebih lanjut untuk keperluan penciptaan barang. Pembelian bahan baku dapat dikategorikan sebagai tindakan konsumsi, tetapi bukan merupakan konsumsi langsung. Konsumsi salah satunya yang sering
mengamati dalam kehidupan seperti perilaku konsumsi minuman keras oleh
kalangan remaja.
17 Menurut Sutisna (2001:31) perilaku konsumsi merupakan tindakan konsumen (perilaku pembelian) dan penilaian konsumen terhadap derajat kepuasan yang diperoleh dari tindakan. Perilaku konsumsi ini dipengaruhi adanya rangsangan yang dikeluarkan oleh penjual dan tanggapan yang diterima oleh pembeli. Dalam berperilaku konsumsi remaja dipengaruhi adanya tiga tipe situasi yang dikemukakan oleh Assael (dalam Sutisna, 2001:137), yaitu : 1.
Situasi konsumsi, merupakan suatu peristiwa penggunaan suatu merk produk tertentu. Kesempatan atau peristiwa dimana remaja mengkonsumsi suatu jenis minuman keras.
2.
Situasi pembelian, yaitu perilaku konsumsi individu dipengaruhi oleh situasi pembelian itu sendiri, yaitu ketika remaja menginginkan suatu jenis minuman keras tertentu, tetapi produk yang tersebut tidak ada. Maka pada saat itu remaja akan memutuskan untuk membeli jenis minuman keras yang lain atau menunda membelinya.
3.
Situasi komunikasi, yaitu serangkaian komunilkasi yang telah dirancang oleh para pengedar minuman keras yang akan ditunjukkan kepada remaja yang mengkonsumsi minuman keras agar mau membelinya, baik dilakukan dengan paksaan atau dengan menawarkan secara biasa dari teman. Sehingga apabila dikaitkan dengan mahasiswa Papua yang mengkonsumsi minuman keras, maka perilaku konsumsi ini dipengaruhi oleh adanya komunikasi dengan orang lain baik itu sesama mahasiswa maupun teman sebaya yang sering kebiasaan dengan
minuman
keras,
yang
akan
menimbulkan
suatu
rangsangan
untuk
mengkonsumsinya. Berdasarkan pengaturan minuman beralkohol yang pada umumnya disebut sebagai minuman keras, terdapat dalam peraturan mentri kesehatan tentang minuman
18 keras Nomor 86/Men/Kes/Per/IV/77, yang dimaksud dengan minuman keras adalah semua jenis beralkohol, tetapi bukan obat meliputi minuman keras golongan A, minuman keras golongan B dan minuman keras golongan C. Minuman keras A adalah minuman keras dengan kadar ethanol dari 1% sampai 5%. Minuman keras galongan B adalah minuman keras dengan kadar ethanol lebih dari 5% sampai dengan 20%. Minuman keras golongan C adalah minuman keras dengan ethanol lebih dari 20% sampai dengan 55% (Sasangka, 2003:107). Jumlah alkohol yang diminum juga akan mempunyai pengaruh yang berbedabeda pada tubuh manusia. Dalam tahap yang ringan yaitu 0, 05% alkohol dalam darah manusia hanya mempengaruhi kemampuan alkohol kontrol dan pertimbangan seseorang. Bila kadar alkohol mencapai 0,10% dalam darah maka terjadi gangguan pusat bicara, keseimbangan dan kecelakaan tangan. Gerakan motorik tubih akan terganggu pada saat alkohol mencapai dalam darah 0,45% akan terjadi koma atau hilangnya kesadaran seseorang. Pernafasan dan jantung akan berhenti berdeyut bila kadar alkohol dalam mencapai 0,45% (Joewama, 1989:9). Keputusan presiden RI No. 3 tahun (1997) tentang pengawasan dan pengedalian minuman beralkohol, yang dimaksud dengan minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung ethanol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu atau tidak, menambahkan bahan lain atau tidak, maupun yang diproses dengan cara mencapur konsentrat dengan alkohol atau dengan cara pengenceran minuman yang mengandung ethanol yang permentasinya campuran alkohol. Alkohol semacam cairan derivat yang larut dalam air mudah menguap,
19 dan memiliki bau khas, bila dikonsumsi dapat menyebabkan ketergantungan fisik maupun psikis dan mempengaruhi fungsi tubuh dan perilaku seseorang, mengubah suasana hati dan perasaan, bersifat menenangkan. Fuhrman (1990:132) dikemukakan tahapan mengenai perilaku minum-minuman keras dan obat-obatan berbahaya yang membedakan menjadi tiga yaitu, (a) eksprimen, (b) kebiasaan, dan (c) ketergantungan, bahwa pada tahap eksprimen, biasanya seseorang menggunakan alkohol maupun obat-obatan hanya pada saat-saat tertentu dan umumnya digunakan bila seseorang berada di tengah-tengah kelompoknya. Toleransi terhadap obatobatan maupun minuman keras pada tahap ini masih rendah. Tahap kebisaan akan terjadi jika pada tahap eksprimen penggunaannya makin meningkat. Individu akan berusaha mencari teman sebaya yang juga menggunakan obat-obatan. Pada tahap ini sudah muncul gejalah-gejalah peningkatan tolerasi untuk mendapatkan efek yang didapatka sebelumnya. Tahap ketergantungan terjadi jika keinginan untuk menggunakan secara teratur sudah makin meningkat. Danpak minuman beralkohol seperrti gangguan yang bersifat fisik maupun psikologis, seperti kehilangan kesadaran (blackout), berat badan menurun drastis, suka memberontak, melawan orang tua, tidak mampu bekerja dengan baik dan kurang beribadah. Kesimpulan yang dapat diajukan mengenai definisi perilaku minum-minuman keras adalah perilaku yang berupa pemikiran, perasaan dan tindakan individu yang dapat diamati baik secara langsung maupun tidak langsung meliputi pemakaian minumminuman keras yang mengandung alkohol mulai dari tahap penggunaan yang ringan sampai berat, maka terjadi kecenderungan perilaku menyimpang. Alkohol juga
20 menyebabkan perubahan struktur dan gerak tidak normal spermatozoa akibat penghambatan metabolisme vitamin A (Anonim, 2005:129). 2.3
Landasan Teori Teori yang dipakai acuan dalam penelitian ini adaptasi penyimpangan sosial yaitu:
1.3.1 Teori Durkheim pertentangan struktur sosial Emile Durkheim (1964:64). Memberikan penjelasan pada “normlessness, lessens social control”, bahwa kemerosotan moral yang terjadi sebagai akibat berkurangnya pengawasan dan pengendalian sosial, sehingga menyebabkan individu sulit untuk menyesuaikan diri dalam perubahan norma, bahkan seringkali terjadi konflik norma dalam pergaulan. Menurut Durkheim perilaku individu tidak hanya dipengaruhi oleh diri individu itu sendiri,tetapi juga dipengaruhi oleh kelompok ataupun organisasi sosial lainnya, mempengaruhi perilaku seseorang. Teori Durkheim ini dipandang sebagai kondisi yang mendorong sifat individualistis yang cenderung melepaskan pengendalian sosial. Keadaan ini juga akan diikuti dengan perilaku menyimpang dari individu dalam pergaulan di lingkungan masyarakat. Durkheim memandang bahwa suatu masyarakat yang sederhana atau berada komunitas, suatu ketika berkembang menuju suatu masyarakat modern, maka kedekatan (intimacy) yang diperlukan untuk melanjutkan seperangkat norma-norma umum (common set of rules) juga akan merosot ke perubahan, maka seseorang secara perilaku termotivasi hal-hal yang baru. Dalam sebuah ketentuan dalam masyarakat, tindakan serta harapan individu akan bertentangan dengan harapan dan tindakan individu lainnya. Hal
21 ini jika terjadi secara berkelanjutan maka tidak mungkin sistem yang dibangun dalam masyarakat akan rusak atau sudah cap, sehingga masyarakat tersebut berada pada kondisi anomi atau ketika anggota komunitas berinteraksi sosial dengan kelompok lain. Kurangnya hubungan suatu masyarakat dengan masyarakat lain, sehinggga ketersingan hidup anggota terpengaruh dengan polah trade kebudayaan. Analisis tentang pemberian cap itu dipusatkan pada reaksi orang lain. Artinya ada orang-orang yang memberi definisi, julukan, atau pemberi label (definers/labelers) pada individu-individu atau tindakan yang menurut penilaian orang tersebut adalah negatif. disebut penipu, pencuri, wanita nakal, orang gila, dan sebagainya, maka si pelaku akan terdorong untuk melakukan penyimpangan sekunder. Misalnya, Sebagai tanggapan terhadap pemberian cap oleh orang lain maka si pelaku penyimpangan primer mendefinisikan
dirinya
sebagai
penyimpang
dan
mengulangi
lagi
perbuatan
menyimpangnya melakukan penyimpangan sekunder sehingga mualai menganut suatu gaya hidup menyimpang (deviant life style) yang menghasilakan suatu karier menyimpang (deviant carieer) dalam kelompok atau komunitas tertentunya.
Teori Adaptasi Penyimpangan Menurut teori Robert K Merton, dalam (Cullen & Agnew,1980:171), akar penyimpangan sosial, tidak seperti kebanyakan teori yang mengemukakan bahwa kejahatan dan penyimpangan timbul dari sebab-sebab individu yang melanggar normanorma dan nilai-nilai dalam masyarakat pada umumnya. Merton mengemukakan bahwa penyimpangan perilaku itu terjadi karena masyarakat mempunyai struktur budaya dengan sistem nilai yang berbeda-beda dalam sosial atau tidak ada satu standar nilai yang
22 dijadikan suatu kesepakatan untuk dipatuhi bersama. Sehingga masyarakat akan berubah perilaku yang tidak wajar. Menurut Prasetija, (2009) konsep dasar teori adaptasi muncul dari dunia biologi, dimana ada 2 yang penting yaitu evaluasi genetika, yang berfokus pada umpan balik dari interaksi lingkungan dan adaptasi biologi yang berfokus pada perilaku menyimpang dari organisme selama masa hidupnya. Organisme tersebut baru menguasai fokus lingkungan, tidak fokus umpan balik lingkungan. Adaptasi juga merupakan proses penyesuaian diri dilingkungan pergaulan pertemanan, dan aktivitas seseornga yang dilakukan dimana mereka tinggal, yang mengalami perubahan-perubahan sikap dan tingkah laku terhadap dalam masyarakat. Maka Teori ini berpandangan bahwa munculnya perilaku menyimpang yang menyebakan serta melaggar suatu hukum sosial yang berlaku kehidupan masyarakat pada umumnya. Merton menggambarkannya ke dalam lima kemungkinan adaptasi untuk mencapainya tujuan-tujuan budaya yang ada di kalangan masyarakat sebagai berikut: 1.
Konformitas (conformity) menerima tujuan masyarakat dan sarana sosial dapat diterima untuk mencapainya suatu kesuksesan. Merton mengklaim bahwa sebagian besar masyarakat kelas menengah telah mampu mengakses peluang di dalam masyarakat seperti pendidikan, kesehatan yang lebih baik untuk mencapai kesuksesan moneter melalui kerja keras. Konformitas menerima baik tujuan budaya yang ditetapkan maupun cara untuk mencapai tujuan tersebut.
2.
Inovasi (inovation) merupakan respon karena ketegangan yang dihasilkan oleh penekanan budaya kita pada kekayaan dan kurangnya kesempatan untuk menjadi kaya, yang menyebabkan orang menjadi "inovator" dengan terlibat mencuri dan menjual obat-
23 obatan. Inovator menerima atau mengikuti tujuan yang ditentukan oleh masyarakat, tetapi ia memakai cara yang dilarang sosial (termasuk tindakan kriminal). 3.
Ritualisme (ritualism) mengacu pada ketidakmampuan untuk mencapai tujuan budaya sehingga merangkul aturan ke titik di mana mereka melupakan tujuan mereka yang lebih besar untuk merasa terhormat. Ritualis cenderung menghindari risiko (seperti pelanggaran hukum), dan hidup nyaman dalam batas-batas dari rutinitas sehari-hari.
4.
Retretisme (retreatism) merupakan respon yang menunjukkan ketidakmampuan seseorang untuk menolak baik tujuan budaya maupun tujuan yang ditetapkan oleh masyarakat, dengan cara membiarkan orang yang menolak tujuan masyarakat dan sarana yang sah untuk mencapai tujuan mereka contah respon pencadu, peminum alkohol dan orang yang bakal menjadi sakit mental, dan tidak dimobilisir dapat dilihat sebagai retreating. Merton melihat hal yang demikian sebagai suatu penyimpangan sosial, karena mereka melakukan tindakan penyimpangan untuk mencapai hal-hal yang tidak selalu sejalan dengan nilai-nilai masyarakat yang dipatuhi.
5. Pemberontakan (Rebellion) mirip dengan retreatisme, karena pemberontakan juga menolak tujuan budaya dan cara mencapainya, tetapi mereka melangkah lebih jauh dan tandingan" yang mendukung tatanan sosial lain yang sudah ada (melanggar aturan)." Pemberontak menolak tujuan masyarakat dan tidak mengakui struktur yang ada dan menciptakan struktur sosial yang baru. Merton mengambarkan beberapa pemikiran diatas maka, yang menjawab dalam pokok permasalahan penelitian ini adalah Retretisme, (retreatism) menunjukan bahwa untuk menolak tujuan masyarakat terhadap memengaruhi perilaku penyimpangan sosial dalam mengkonsumsi minuman alkohol. Sehingga komunitas mahasiswa Papua sekarang
24 sedang mengalami hal yang sama dalam perilaku penyimpangan terhadap melanggar norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam sosial. Menurut Kartono (1988:93) mengatakan perilaku menyimpang sosial disebut pula sebagai anak cacat sosial. Artinya perilaku yang tidak sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku di masyarakat. Teoriteori umum tentang penyimpangan berusaha menjelaskan semua contoh penyimpangan sebanyak mungkin dalam bentuk apapun misalnya kejahatan, gangguan mental, bunuh diri, pencuri dan penyalagunaan alkohol. Sehingga menimbulkan gangguan-gangguan kejiwaan seorang pelaku minum keras karena
sistem pencernaan tubuh sangat
mengakibatkan oleh minuman beralkohol. Situasi ini pada akhirnya menimbulkan banyak perilaku yang menyimpang dari norma agama dan adat yang dilakukan oleh seseorang yang tidak sesuai hukum masyarakat