BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Sumber Energi Peradaban manusia terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu,
perubahan ini didorong oleh perkembangan pengetahuan manusia. Karena dari waktu demi waktu pasti mengalami proses belajar. Perubahan terjadi dalam segala sendi kehidupan. Salah satu contoh dari kehidupan manusia yang selalu berubah adalah pemanfaatan sumber energi bagi kebutuhan manusia. Dahulu, sumber energi yang dimanfaatkan hanya yang sederhana seperti kayu bakar atau semak kering untuk memasak makanan dan penerangan. Matahari merupakan sumber dari segala sumber energi yang telah diciptakan Allah S.W.T untuk kemaslahatan makhluk hidup di dunia. Sumber energi lain selain
6
matahari adalah minyak bumi. Minyak bumi merupakan sumber energi fosil yang memegang peranan sangat penting pada kehidupan manusia saat ini. Hampir semua derivasi atau hasil olahannya dimanfaatkan sebagai sumber energi. Tetapi kelemahan dari minyak bumi adalah sifatnya yang tidak bisa diperbaharui. Proses pembentukan minyak bumi didalam perut bumi membutuhkan waktu berjuta-juta tahun. Sebaliknya, pengeksploitasian minyak bumi dilakukan setiap hari. Bisa dibayangkan jika pengembaliaan minyak bumi dilakukan terusmenerus pasti ketersediaannya semakin menipis. Resiko yang mungkin dihadapi adalah habisnya cadangan minyak bumi di dalam perut bumi. Deposit minyak bumi semakin langka, semula ditambang di daratan, lalu sekarang bergerak ke daerah pantai. Pada saat ini, berkembang ke dasar laut dengan menggunakan teknologi yang modern dan padat modal sehingga biaya produksi bahan bakar makin meningkat.
2.2
Biogas 2.2.1
Definisi Biogas
Biogas merupakan gas yang sangat mudah terbakar yang dihasilkan dari proses – proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara). yang berasal dari limbah rumah tangga, kotoran hewan dan sampah organik. Menurut beberapa literatur, sejarah keberadaan biogas sendiri sebenarnya sudah ada sejak kebudayaan Mesir, China, dan Romawi kuno. Masyarakat pada saat itu diketahui telah memanfaatkan gas alam ini yang dibakar untuk menghasilkan 7
panas. Namun, orang pertama yang mengaitkan gas bakar ini dengan proses pembusukkan bahan sayuran adalah Alessandro Volta (1776), sedangkan William Henry pada tahun 1806 mengidentifiksikan gas yang dapat terbakar tersebut sebagai methan. Becham (1868) murid Louis Pasteur dan Tappeiner (1882) memperlihatkan asal mikrobiologis dari pembentukan methan.
Bahan organik dimasukkan ke dalam ruangan tertutup kedap udara (disebut Digester) sehingga bakteri anaerob akan
membusukkan bahan organik tersebut
yang kemudian menghasilkan gas (disebut Biogas). Biogas yang telah terkumpul di dalam digester selanjutnya dialirkan melalui pipa penyalur gas menuju tabung penyimpan gas atau langsung ke lokasi penggunaannya.
Biogas dapat digunakan dalam berbagai keperluan seperti memasak, penerangan, pompa air, dan sebagainya. Berikut ini berbagai aplikasi pengunaan gas methan
Gambar 2.1
Penggunaan Biogas Untuk Berbagai Aplikasi (Kosaric dan Velikonja) 8
2.3
Komponen Utama Biogas
Komposisi gas yang terdapat di dalam Biogas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Komposisi biogas (%)
Kotoran Sapi 65,7
Biogas Campuran kotoran ternak dan sisa pertanian 54-70
Karbon dioksida (CO2)
27
45-27
Nitrogen (N2)
2,3
0,5-3,0
0
0,1
Oksigen (O2)
0,1
6
Propena (C3H8)
0,7
-
-
Sedikit
6513
4800-6700
Jenis Gas Methan (CH4)
Karbon monoksida(CO)
Hidrogen Sulfida (H2S) Nilai Kalor (kkal/m3)
Nilai kalori dari 1 meter kubik Biogas sekitar 1.25 kWh yang setara dengan setengah liter minyak diesel. Oleh karena itu Biogas sangat cocok digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan pengganti minyak tanah, LPG, butana, batubara, maupun dipergunakan dengan cara yang
bahan lain yang berasal dari fosil. Biogas dapat sama seperti gas-gas mudah terbakar yang lain.
Pembakaran biogas dilakukan dengan mencampurnya dengan sebagian oksigen (O2). Namun demikian, untuk mendapatkan hasil pembakaran yang optimal, perlu
9
dilakukan prakondisi sebelum Biogas dibakar yaitu melalui proses pemurnian /penyaringan.
Biogas Sebagai salah
mengandung
beberapa gas lain yang tidak menguntungkan.
satu contoh, kandungan gas Hidrogen Sulfida yang tinggi yang
terdapat dalam Biogas jika dicampur dengan Oksigen dengan perbandingan 1 : 20, maka akan menghasilkan gas yang sangat mudah meledak. Tetapi sejauh ini belum pernah dilaporkan terjadinya ledakan pada sistem Biogas sederhana.
2.4
Bahan Baku Biogas
Prinsip utama pembuatan biogas adalah pengumpulan kotoran hewan dan dimasukkan ke dalam tangki yang kedap udara yang disebut dengan tangki digester. Didalam kotoran-kotoran tersebut akan dicerna dan difermentasikan oleh bakteribakteri anaerob. Gas yang dihasilkan akan tertampung ke dalam digester, dan terjadinya penumpukan produksi gas akan menimbulkan tekanan sehingga dari tekanan tersebut dapat disalurkan melalui pipa yang dipergunakan untuk kebutuhan bahan bakar atau pembangkit listrik. Gas tersebut sangat baik untuk pembakaran karena menghasilkan panas yang tinggi, tidak berbau dan tidak berasap. Selain itu, pupuk kandang yang dihasilkan dari pembuangan bahan biogas ini akan menaikkan bahan organik sehingga menjadi pupuk kandang yang baik dan siap pakai.
10
Tabel 2.2 No
Perbandingan jumlah tinja yang dihasilkan ternak
Jenis Ternak
Jumlah Tinja per hari /kg
Persentase Kandungan Air Bahan Kering
1
Sapi
28
80
20
2
Sapi perah
28
80
20
3
Kerbau
35
83
17
4
Kambing
1,13
74
26
5
Domba
1,13
74
26
6
Babi
3,41
67
33
7
Ayam/kampung/ras
0,18
72
28
Kesetaraan biogas dengan sumber energi lain 1 m3 biogas setara dengan elpiji 0,46 kg, minyak tanah 0,62 liter, minyak solar 0,52 liter, bensin 0,80 liter,dan kayu bakar 3,50 kg. Sedangkan produksi biogas dari berbagai bahan organik dapat dilihat.
Tabel 2.3
2.5
Produksi biogas dari berbagai limbah organik
No 1
Bahan Organik Kotoran Sapi
Jumlah (kg) 1
Biogas (lt) 40
2
Kotoran Kerbau
1
30
3
Kotoran Babi
1
60
4
Kotoran Ayam
1
70
Syarat Pembuatan Biogas Prinsip terjadinya biogas adalah fermentasi anaerob bahan organic yang
dilakukan oleh mikroorganisme sehingga menghasilkan gas yang mudah terbakar. Secara kimia, reaksi yang terjadi pada pembuatan biogas cukup panjang dan rumit,
11
meliputi tahap hidrolitis, tahap pengasaman, tahap metanogenik. Meskipun dalam prakteknya, pembuatan biogas relatif mudah. Biogas bisa dibuat jika memenuhi beberapa syarat sebagai berikut.
2.5.1
Bahan Pengisi
Bahan pengisi digester berupa bahan organik, terutama limbah pertanian dan perternakan. Selama ini limbah yang paling umum digunakan sebagai bahan pengisi adalah kotoran sapi. Hal ini disebabkan potensi limbah dari perternakan sapi (dihitung per ekor) lebih banyak sehingga dengan memelihara 5-10 ekor sapi sudah menghasilkan limbah yang cukup banyak. Akitivitas mikroorganisme dalam merombak organik dipengaruhi juga oleh komponen kimia bahan organiktersebut. Parameter yang sering digunakan untuk menentukan layak tidaknya bahan organik digunakan sebagai bahan pengisi digester adalah imbangan carbon (C) dan nitrogen (N) atau rasio (C/N). Bakteri metaorgenik akan bekerja optimal pada nilai rasio C/N sebesar 25-30. Kotoran ternak terutama feses dan urine sapi merupakan bahan yang paling umum digunakan sebagai bahan pengisi digester. Namun, dikalangan masyarakat, terutama yang mengolah industri kecil telah menggunakan bahan isian seperti ampas tahu yang berasal dari industri tahu.
2.5.2
Instalasi Biogas
Komponen utama instalasi biogas adalah digester yang dilengkapi lubang pemasukan dan lubang pengeluaran, penampung gas, dan penampung sludge (sisa buangan). Pembangunan instalasi ini harus memenuhi beberapa persyaratan. 12
2.5.3
Terpengaruhinya Faktor Pendukung
Banyak faktor yang mempengaruhi produksi biogas yang dihasilkan. Kuantitas biogas dipengaruhi oleh faktor dalam( dari digester) dan faktor luar. Faktor dalam meliputi imbangan C/N, pH, dan struktur bahan isian. Faktor luar yang paling mempengaruhi kuantitas biogas adalah fluktuasi suhu. Bakteri perombak akan bekerja pada suhu optimal (25-280C). Karena itu, tata letak bangunan instalasi biogas harus benar-benar diperhatikan. Jangan sampai terkena sinar matahari terlalu banyak. Untuk menjaga suhu tetap stabil, banyak instalasi biogas yang dibangun dengan memberikan naungan atau menguburnya didalam tanah.
2.6
Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Biogas Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan produksi biogas. Faktor
pendukung untuk mempercepat proses fermentasi adalah kondisi lingkungan yang optimal bagi pertumbuhan bakteri perombak. Beberpa faktor yang berpengaruh terhadap produksi biogas sebagai berikut:
2.6.1
Kondisi Anaeob atau Kedap Udara
Biogas dihasilkan dari proses fermentasi bahan organik oleh mikroorganisme anaerob. Karena itu, instalasi pengolah biogas harus kedap udara (keadaan anaerob) Bakteri merupakan hal yang paling penting dalam proses anaerob, dan bakteri tersebut adalah bakteri Methanogen yang merupakan famili methanogen (bakteri metan) digolongkan menjadi 4 genus berdasarkan perbedaan-perbedaan sitologi.
13
Bakteri methanogen berbentuk batang, tidak berspora, metanobakterium, bakteri berbentuk lonjong. Bakteri ini berkembang lambat dan sensitif terhadap perubahan mendadak pada kondisi-kondisi fisik dan kimiawi, akibatnya penurunan 20C secara mendadak pada slurry mungkin secara signifikan berpengaruh pada pertumbuhannya dan laju produksi gas. Secara umum proses anaerob terbagi menjadi 4 tahap yaitu : hidrolisis, pembentukan asam, pembentukan asetat dan pembentukan metana. Proses anaerob dikendalikan oleh dua golongan mikroorganisme (hidrolitik dan metanogen). Bakteri hidrolitik terdapat dalam jumlah yang besar dalam kotoran hewan karena reproduksinya sangat cepat. Organisme ini memecah senyawa organik kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. Senyawa sederhana diuraikan oleh bakteri penghasil asam (acid-forming bacteria) menjadi asam lemak dengan berat molekul mengubah asam-asam tersebut menjadi metana. Rangkaian reaksi enzimatis berbagai senyawa organik misalnya pengurai karbohidrat lemak protein dapat dilihat berdasarkan reaksi berikut ini (Nemerow 1978) Penguraian karbohidrat (C6H10O6)x + xH2O
(C6H12O6)
(C6H12O6)
2 C2H5OH + 2 CO2
2CH3CH2OH
2CH3COOH +CH4
CH3COOH
CH4 +CO2
14
Penguraian lemak
2.6.2
Bahan Baku Isian
Bahan baku isian berupa bahan organik seperti kotoran ternak, limbah pertanian, sisa dapur, dan sampah organik. Bahan baku isian ini harus terhindar dari bahan anorganik seperti pasir, batu, plastik dan beling. Bahan isian ini harus mengandung bahan kering sekitar 7-9 %.Keadaan ini dapat
dicapai
dengan
melakukan
pengenceran
menggunakan
air
yang
perbandingannya 1 : 1-2 ( bahan baku : air)
2.6.3
Imbangan C/N
Imbangan karbon (C) dan nitrogen (N) yang terkandung dalam bahan organik sangat menentukan kehidupan dan aktivitas mikroorganisme. Imbangan C/N yang optimum bagi mikroorganisme peromabak adalah 25-30. Tabel 2.4
Rasio C/N Dari Beberapa Macam Organik Bahan
Rasio C/N
Kotoran Bebek
8
Kotoran Manusia
8
Kotoran Ayam
10
Kotoran Kambing
12
Kotoran Babi
18
15
Kotoran Domba
19
Kotoran Sapi/Kerbau
24
Eceng Gondok
25
Kotoran Gajah
43
Jerami (jagung)
60
Jerami (padi)
70
Jerami (gandum)
90
2.6.4
Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman sangat berpengaruh terhadap kehidupan mikroorganisme. Derajat keasaman yang optimum bagi kehidupan mikroorganisme adalah 6.8-7.8. Pada tahap awal fermentasi bahan organik akan terbentuk asam ( asam organik) yang akan menurunkan pH. 2.6.5
Temperatur
Produksi biogas akan menurun secara cepat akibat perubahan temperatur yang mendadak didalam instalasi pengolah biogas. Upaya praktis untuk menstabilkan temperatur adalah dengan menempatkan instalasi biogas didalam tanah.
2.6.6
Toxicity
Ion mineral, logam berat, dan detergen adalah beberapa material racun yang mempengaruhi pertumbuhan normal bakteri patogen di dalam digester. Ion mineral dalam jumlah kecil (sodium, kalsium, amonium dan belerang) juga merangsang pertumbuhan bakteri. Namun, bila ion-ion ini dalam konsentrasi yang tinggi akan berakibat
meracuni.
Sebagai
contoh,
pertumbuhan
mikroba.
Namun,
bila
konsentrasinya di atas 1500 mg/l akan mengakibatkan keracunan.
16
2.7
Teknik Pembuatan Biogas Proses pembentukan biogas dalam digester model kontinu akan melalui
beberapa tahapan sebagai berikut:
2.7.1
Menampung kotoran sapi di bak penampungan sementara
Kotoran sapi dari kandang yang tercampur dengan air ditampung didalam bak penampungan sementara. Bak penampungan sementara ini berfungsi untuk menghomogenkan bahan masukan. Dalam bak penampungan ini kotoran sapi yang menggumpal dihancurkan dan diaduk dengan perbandingan air dan kotoran sapi 1 : 2. Pengadukan harus dilakukan secara merata sehingga bentuknya menjadi lumpur kotoran sapi. Bentuk lumpur seperti ini akan mempermudah proses pemasukannya ke dalam digester. Selain itu, kotoran sapi yang berbentuk lumpur juga sangat menguntungkan karena dapat menghindari terbentuknya kerak didalam digester yang bisa menghambat pembentukkan biogas.
2.7.2
Mengalirkan kotoran sapi ke digester
Lumpur kotoran sapi dialirkan ke digester melalui lubang pemasukan. Pada pengisian pertama, pengeluaran gas yang ada di puncak kubah sebaiknya tidak disambungkan ke pipa. Kran tersebut dibuka agar udara dalam digester terdesak keluar sehingga proses pemasukan lumpur kotoran sapi lebih mudah.
17
2.7.3
Membuang gas yang pertama dihasilkan
Dari awal hingga hari ke-8, kran yang diatas kubah dibuka dan gasnya dibuang. Pembuangan gas ini disebabkan gas awal yang terbentuk didominasi CO2. Pada hari ke-10 hingga hari ke-14 pembentukan gas CH4 semakin meningkat dan CO2.menurun. Pada saat komposisi CH4 54% dan CO2 27% maka biogas akan menyala. Selanjutnya, biogas dapat dimanfaatkan untuk menyalakan lampu.
2.7.4
Memanfaatkan biogas yang sudah jadi
Pada hari ke -14, gas sudah mulai terbentuk dan bisa digunakan untuk menghidupkan nyala api pada kompor. Mulai hari ke-14 kita sudah bisa menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti bau kotoran sapi. Selanjutnya, digester terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinu sehingga dihasilkan biogas yang optimal. Selain menghasilkan sisa buangan lumpur yang bisa digunakan sebagai pupuk organik. Sisa buangan lumpur ini dapat dipisahkan menjadi bagian padatan dan cairan yang selanjutnya dapat dijadikan pupuk organik padat dan pupuk organik cair.
2.8.
Model Digester Pada dasarnya kotoran ternak yang ditumpuk atau dikumpulkan begitu saja
dalam beberapa waktu tertentu dengan sendirinya akan membentuk gas methan. Namun, karena tidak ditampung, gas itu akan hilang menguap ke udara. Karena itu, untuk menampung gas yang terbentuk dari kotoran sapi dapat dibuat beberapa model
18
kontruksi alat penghasil biogas. Berdasarkan cara pengisiannya ada jenis digester (pengolah gas) yaitu: Batch feeding adalah jenis digester yang pengisian bahan organik ( campuran kotoran ternak dan air) dilakukan sekali sampai penuh, kemudian ditunggu sampai biogas dihasilkan.Setelah biogas tidak berproduksi lagi atau produksinya sangat rendah, isian digesternya dibongkar, lalu diisi kembali dengan bahan organik yang baru. Countinuous feeding adalah jenis digester yang pengisian bahan organiknya dilakukan setiap hari dalam jumlah tertentu, setelah biogas mulai berproduksi, pengisisan bahan organik dilakukan secara kontinu setiap hari dalam jumlah tertentu. Setiap pengisisan bahan organik yang baru akan selalu diikuti pengeluaran bahan sisa (sludge). Karena itu, jenis digester ini akan didesain dengan membuat lubang pemasukan dan lubang pengeluaran. Sludge adalah cairan lumpur yang keluar dari digester yang telah mengalami fermentasi. Sludge bisa dipisahkan menjadi bagian padatan dan cairan yang semuanya dapat dimanfaatkan langsung sebagai pupuk tanaman yaitu pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Digester jenis continuous feeding mempunyai dua model yaitu: a. Fixed dome, digester ini memiliki volume tetap sehingga produksi gas akan meningkatkan tekanan dalam reaktor (digester). Karena itu dalam konstruksi ini gas yang terbentuk akan segera dialirkan ke pengumpul gas diluar reaktor.
19
Gambar 2.2 Kontruksi digester tipe Fixed dome
b. Floating dome, pada tipe ini terdapat konstruksi pada reaktor yang bisa bergerak untuk menyesuaikan dengan kenaikan tekanan reaktor. Pergerakan reaktor ini juga tanda telah dimulainya produksi gas didalam reaktor biogas, pada reaktor jenis ini pengumpul gas berada dalam satu kesatuan dengan reaktor
Gambar 2.3 Konstruksi Digester tipe Floating dome 20
2.8.1
Komponen Digester Komponen pada digester sangat bervariasi, tergantung pada jenis biodigester
yang digunakan. Tetapi, secara umum digester terdiri dari komponen-komponen utama sebagai berikut: a. Saluran Slurry (kotoran segar) Saluran ini digunakan untuk memasukkan slurry (campuran kotoran ternak dan air) ke dalam reaktor utama. Pencampuran ini berfungsi untuk memaksimalkan potensi biogas, memudahkan endapan pada saluran masuk. Slurry sebaiknya telah disaring untuk menghindari bahan-bahan lain yang masuk ke dalam reaktor. b. Saluran keluar residu Saluran ini digunakan untuk mengeluarkan kotoran yang telah difermentasi oleh bakteri. Saluran ini bekerja berdasarkan prinsip kesetimbangan tekanan hidrostatik. Residu yang dikeluarkan pertama kali merupakan slurry masukan yang pertama setelah waktu retensi. c. Katup Pengaman Tekanan (Control Value) Katup tekanan ini berguna untuk pengatur tekanan gas dalam biodigester. Katup pengaman ini menggunakan prinsip pipa T, bila tekanan gas dalam saluran gas lebih tinggi dari kolom air. Maka gas akan keluar melalui pipa T sehingga tekanan dalam digester akan turun. d. Saluran Gas Saluran gas ini disarankan terbuat dari bahan polimer untuk menghindari korosi. Untuk pembakaran gas pada tungku, pada ujung saluran pipa bisa disambung dengan pipa baja antikarat. 21
e. Tangki/Wadah Penyimpanan Gas Konstruksi tangki atau wadah penyimpan gas dibuat khusus gas tidak bocor dan tekanan yang terdapat dalam bahan seragam. Di sisi lain, untuk teknik dan bahan yang lebih murah dapat digunakan plastik untuk pembangkitnya/reaktor. Plastik yang digunakan adalah polythylene (PE) tulubar dengan tipe pembangkit horisontal continous feed, biasa disebut juga tipe plug-flow. Pertimbangan tersebut dilakukan karena biaya realtif rendah, instalasinya mudah dan bahan/alat yang digunakan mudah ditemukan di lokasi.
2.9
Tahap Pembuatan Biogas Pertama, siapkan bahan baku organik yang dapat dicerna oleh bakteri dan
mikroorganisme yang ada dalam pembangkit biogas dengan terlebih dicampur antara kotoran sapi dengan air. Tahap selanjutnya adalah input, yaitu melakukan pengolahan terhadap bahan baku agar dapat memenuhi persyaratan pembuatan biogas yatu:
2.9.1
Penyaringan bahan baku
Penyaringan ini dilakukan agar bahan baku tidak mengandung serat yang terlalu kasar. Serat kasar tersebut berupa sampah atau kotoran lain dari kandang selain kotoran ternak misalnya serpihan kayu, akar, daun keras, sisa batang rumput atau kotoran lainnya yang kebanyakan berupa sisa-sisa pakan ternak yang terlalu keras.
22
2.9.2
Pencampuran dengan air dan pengadukan
Air berguna bagi mikroorganisme di dalam pembangkit sebagai media transpor saat pencampuran kotoran. Campuran tidak boleh terlalu encer atau terlalu kental karena dapat menggangu kinerja pembangkit/digester dan menyulitkan saat penanganaan hasil keluaran pembangkit biogas. 2.9.3
Memasukkan bahan organik
Memasukkan bahan organik yang sudah cair masukkan ke saluran masukan yang berdiameter 50 cm yang menuju ke badan digester, kemudian isi hingga setengah volume digester.
2.10
Lampu Petromak. Lampu petromak adalah peralatan penting lain yang digunakan dalam reaktor
biogas. Para pengguna harus dapat memodifikasi lampu petromak menjadi bisa digunakan untuk bahan bakar biogas yang memiliki tekanan yang lebih kecil dibandingkan dengan bahan bakar gas elpiji. Lampu petromak harus dibuat loss tidak ada penghalang apapun dan penampang saluran menuju ke kaos petromak juga harus dibuat loss.
2.11
Cara Kerja Lampu Petromak
Untuk pertama kali akan menyalakan lampu petromak dengan mantle kaos petromak yang masih baru, harus dilakukan pre-burning agar dapat bekerja dengan optimal. Adapun langkah-langkah pre-burning adalah sebagai berikut:
23
a. Pasang kaos petromak yang baru pada burner cup b. Memastikkan valve steam dalam keadaan OFF c. Bakar kaos petromak dengan menggunakan korek api menyebar dan membakar keseluruh permukaan kaos petromak. Pada proses pembakaran ini dibutuhkan waktu 3 samapai 4 menit dan akan mengeluarkan asap putih karena mengandung zat kimia. d. Setelah kaos petromak terbakar, ukuran kaos petromak tersebut akan menjadi kecil dan rapuh. Proses pre-burning ini hanya dilakukan satu saja. Setelah dilakukan pre-burning, lampu petromak siap untuk dinyalakan secara normal. Adapun langkah menghidupkan lampu petromak berbahan bakar gas methan adalah sebagai berikut: a. Putar valve steam ke posisi ON maka gas akan mengakir secara perlahan. Pada saat membuka valve steam hindari pembukaan valve steam terlalu besar karena dapat menimbulkan api yang terlalu besar pada saat dinyalakan. b. Tunggu beberapa detik, lalu bajkar kaos petromak dengan korek api. c. Setelah lampu menyala, atur valave steam untuk mengatur terangnya cahaya yang dihasilkan kaos petromak.
24
2.12
Jenis Penerangan a. Gerbang ke luar Penerangan ini terdiri atas sebuah lampu atau luminair, selain lampu tanda
keluar yang disyaratkan dalam ketentuan yang berlaku, yang ditempatkan di dekat lampu tanda keluar dan dapat terlihat secara langsung atau tidak langsung dari segala tempat yang membutuhkan. Yang dimaksudkan terlihat secara tidak langsung disini adalah suatu permukaan yang faktor pemantulannya tidak kurang dari 30% yang bila diterangi oleh lampu atau luminair tersebut penerangannya mencapai sekurangkurangnya 1 lux. b. Penerangan lorong ke luar Terdiri dari penerangan yang menerangi lorong ke luar yang berbahaya, seperti tangga dan lain-lain. Penerangannya sekurang-kurangnya 5 lux. Pada lantai dibawah lampu atau sekurang – kurangnya 1.3 lux pada tangga, bordes dan bagianbagian lainnya. c. Penerangan anti panik Penerangan pada suatu auditorium, ruang rapat dan ruang-ruang tempat pertemuan lainnya harus sekurang-kurangnya 5 lux. Letak sumber penerangan harus sedemikian rupa sehingga pada seluruh lantai kuat penerangannya tidak ada yang lebih kecil dari 1.4 lux. Pada setiap sangkar lift harus tersedia penerangan darurat.
25