BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Air 1. Definisi Air Minum Menurut
Surat
keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor:
907/MENKES/SK/VII/2002 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Air Minum, maka definisi air minum adalah: “ Air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum “. Sedangkan Menurut Pedoman dan Pengawasan Hygiene Sanitasi Depo Air Minum Direktorat Penyehatan Air dan Sanitasi Departemen Kesehatan, definisi depo air minum adalah: “ Badan Usaha yang mengelola air minum untuk keperluan masyarakat dalam bentuk curah dan tidak dikemas “6). Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit perut seperti yang telah kita ketahui bahwa penyakit perut adalah penyakit yang paling banyak terjadi di Indonesia. 2. Fungsi air Air merupakan kebutuhan pokok bagi manusia dengan segala macam kegunaannya, antara lain untuk keperluan rumah tangga, misalnya untuk minum, masak, mandi, cuci dan pekerjaan lainnya. Keperluan umum misalnya untuk kebersihan jalan dan pasar, pengangkut air limbah, hiasan kota, tempat rekreasi dan lain-lainnya. Keperluan industri, misalnya untuk pabrik dan bangunan pembangkit tenaga listrik. Keperluan perdagangan, misalnya untuk hotel, restoran, binatu, keperluan pertanian dan peternakan, keperluan pelayaran dan lain sebagainya 7). Untuk kebutuhan manusia, WHO menetapkan bahwa untuk hidup sehat memerlukan air minimal 60 l/hari, disamping itu air tersebut harus memenuhi syarat dari segi kualitas1). Dari segi kualitas air memenuhi syarat-syarat fisika, kimiawi dan bakteriologi. Pada prinsipnya penyediaan air bagi penduduk adalah dimanfaatkannya air tersebut untuk keperluan hidupnya dan hal ini sangat
dipengaruhi oleh faktor yang ada di masyarakat seperti pengetahuan terhadap air dan kesehatan juga kebiasaan yang sudah membudaya di masyarakat. Fungsi Air yang utama dalam tubuh adalah 8): a) membentuk sel-sel baru, memelihara dan mengganti sel-sel yang rusak; b) melarutkan dan membawa nutrisi-nutrisi, oksigen dan hormon keseluruh sel tubuh yang membutuhkan; c) melarutkan dan mengeluarkan sampah-sampah dan racun dari dalam tubuh kita;d) katalisator dalam metabolisme tubuh; e) pelumas bagi sendi-sendi; f) menstabilkan suhu tubuh dan meredam benturan bagi organ vital 3. Sumber air 9) Dengan perkembangan peradaban serta semakin bertambahnya jumlah penduduk di dunia ini, dengan sendirinya menambah aktivitas kehidupan yang akhirnya akan menambah pengotoran dan pencemaran air yang pada hakikatnya dibutuhkan. Sumber air di alam terdiri atas : a) air dalam tanah, terdiri dari : mata air dan air sumur ;b) air permukaan, terdiri dari: air sungai, air danau dan air rawa ;c) air dari angkasa yaitu terdiri dari : air hujan dan air embun. 4. Syarat air minum Mengingat bahwa pada dasarnya tidak ada air yang seratus persen murni dalam arti sesuai benar dengan syarat air yang patut untuk kesehatan, namun demikian harus diusahakan syarat air minum tersebut harus terpenuhi, atau paling tidak mendekati syarat-syarat air yang baik. Pada saat ini telah tersusun syarat-syarat air yang dipandang baik, yang secara umum dibedakan atas tiga hal yaitu 10): a. Syarat fisik : Air yang sebaiknya dipergunakan untuk minum ialah air yang tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, jernih dengan suhu sebaiknya dibawah suhu udara sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa nyaman. Syarat fisik ini adalah syarat yang sederhana sekali, karena dalam praktek sehari-hari, sering ditemui air yang memenuhi semua syarat di atas, tetapi jika ditinjau dari segi kesehatan tidak memenuhi syarat misalnya mengandung bibit penyakit. b. Syarat bakteriologi
Secara teoritis semua air minum hendakya dapat terhindar dari kemungkinan terkontaminasi dengan bakteri, terutama yang bersifat pathogen. Namun dalam kehidupan sehari-hari, tidak mudah untuk menentukan apakah air tersebut benar-benar bersih dari hama atau tidak. c. Syarat Kimia a. Air minum yang baik ialah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia ataupun mineral, terutama oleh zat-zat ataupun mineral yang berbahaya bagi kesehatan. Selanjutnya zat ataupun bahan kimia yang terdapat di dalam air minum, tidak sampai menimbulkan kerusakan pada tempat penyimpanan air, sebaliknya zat ataupun bahan kimia dan ataupun mineral yang dibutuhkan oleh tubuh, harus terdapat dalam kadar yang sewajarnya dalam sumber air minum tersebut. 5. Sanitasi air minum9) Sanitasi air minum adalah bagian dari ilmu kesehatan lingkungan. Standar air minum meliputi : a. Standar fisik Standar fisik terdiri dari suhu, warna, bau, rasa, dan kekeruhan air, suhu di bawah suhu udara sehingga menimbulkan rasa nyaman b. Standar biologis Air harus bebas dari bibit penyakit, meliputi kuman-kuman parasitik, kuman-kuman patogen, dan bakteri golongan coli. c. Standar kimiawi Standar kimiawi meliputi derajat keasaman (pH), jumlah zat padat (total dissolved solids), dan bahan kimia lainnya
d. Standar radioaktif Standar radioaktif meliputi benda-benda radioaktif yang mungkin terkandung dalam air. 6. Pengolahan Air untuk minum Ditinjau dari perlu tidaknya pengelolaan sumber air minum dapat dibebankan atas :
a. Air yang langsung dapat diminum, misalnya air tanah yang tidak terkontaminasi b. Air yang perlu pembubuhan desinfektan, misalnya air dalam tanah atau air permukaan yang hampir tidak terkontaminasi c. Air yang membutuhkan penyaringan pasier cepat dan dilanjutkan dengan klorinasi secara tetap Untuk mengelola ketiga jenis air tersebut, secara umum dapat dibedakan menjadi sebagai berikut : a. Pengelolaan secara alamiah (sistem sedimentasi) Dilakukan dengan penyimpanan/pengendapan (purifikasi) Penyimpanan air yang cukup lama mempunyai nilai purifikasi yang cukup tinggi asal dijaga agar tempat penampungan terhindar dari kontaminasi dengan pengawasan yang baik. b. Pengolahan air dengan menyaring (rapid sand filter) Dalam proses ini dikenal dua jenis saringan, sebagai berikut : 1) Saringan pasir lambat (slow sand filter) di mana aliran air hanya berdasarkan gaya gravitasi 2) Saringan pasir cepat (rapid sand filter) Dalam hal ini aliran berdasarkan tekanan dan perlu adanya pengolahan air sebelumnya, misalnya dengan menambahkan zat koagulan (zat kimia untuk mempercepat proses penjernihan) c. Pengelolaan air dengan menambahkan zat kimia (sistem desinfektan) Adapun zat kimia yang digunakan dalam proses ini, sebagai berikut : 1) Zat koagulan yaitu zat kimia yang berguna untuk mempercepat proses penjernihan 2) Zat klor Proses ini dinamakan dengan klorinasi, yaitu bertujuan untuk membunuh bibit penyakit (kuman) dalam air d. Pengolahan air dengan mengalirkan udara (aerotion) Proses ini bertujuan untuk : 1) Menghilangkan rasa dan bau yang tidak enak
2) Menghilangkan gas-gas yang tidak dibutuhkan, misalnya : a). CO2, metan, H2S dan lain-lain b). Menaikkan pH air c). Menambahkan gas-gas yang diperlukan ataupun untuk mendinginkan air sampai pada suhu yang diperlukan e. Memanaskan air hingga mendidih Pada waktu klorinasi, kadar klor sisa dalam air untuk air minum adalah 0,1 ppm – 0,2 ppm, maksimal 0,4 ppm Daya membunuh yang dimiliki oleh klor tergantung dari klor aktif yang ada f. Sistem koagulasi Sistem pembersihan dan penjernihan air dengan cara keping-keping, kotoran digumpalkan dengan zat penggumpal seperti tawas, kapur dan soda 7. Sanitasi Pengelolaan air minum isi ulang a. Sumber Air Bersih Sumber air bersih yang bersumber dari sumber mata air pegunungan atau PDAM hendaknya telah direkomendasikan. Sumber air baku memenuhi Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawas Kualitas Air Minum 6). Air bersih yang berasal dari sumber mata air pegunungan dibuktikan dengan sertifikat sumber air dari pengelola sumber air baku yang harus disertakan dalam pengiriman air baku ke tempat depo air minum 6). b. Pengangkutan Air Baku Pengangkutan air bersih yang berasal dari mata air pegunungan dilakukan oleh perusahaan yang telah mendapat izin pengangkutan air dari instansi yang berwenang dan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota. Kendaraan tangki air pengangkut air bersih terbuat dari bahan yang tidak dapat melepaskan zat-zat beracun ke dalam air seperti food grade stainless steel atau wadah berlapis polycarbonat. Kendaraan tangki pengangkut air bersih selama dalam perjalanan wajib dalam keadaan terkunci/tersegel dan tidak dibuka selama dalam
perjalanan. Air yang diangkut sampai ke Depo Air Minum paling lama dalam waktu 12 jam. c. Bangunan Fisik 1) 1) Bangunan fisik yang kuat, aman dan mudah dibersihkan serta mudah pemeliharaannya 2) Syarat dari lantai sebagai berikut : a) Bahan kedap air, permukaan rata halus tetapi tidak licin dan tidak menyerap debu serta mudah dibersihkan; b) Kelandaiannya cukup untuk memudahkan kebersihan; c) Jrigen dalam keadaan bersih dan tidak berdebu 3) Syarat dinding depo sebagai berikut : a) Bahan kedap air; b)Permukaan rata, halus, tidak menyerap debu dan mudah dibersihkan; c)Warna dinding terang dan cerah 4) Dinding depo dalam keadaan bersih, tidak berdebu dan bebas dari pakaian bergantung 5) Dinding yang berhubungan dengan semprotan air mempunyai kerapatan air setinggi minimal 2 meter dari lantai 6) Atap dan langit-langit depo memenuhi syarat sebagai berikut: a)Atap bangunan harus menutup sempurna seluruh bangunan; b)Bahan atap tahan terhadap air dan tidak bocor; c)Konstruksi atap dan langit-langit dibuat anti tikus (rodent proof); d)Langit-langit harus menutup sempurna seluruh ruangan; e)Bahan langit-langit harus kuat, tahan lama dan mudah dibersihkan dan tidak menyerap debu; f)Permukaan langit-langit harus rata dan berwarna terang; g)Permukaan langit-langit dalam keadaan bersih dan tidak berdebu; h)Tinggi langit-langit minimal 3 meter dari lantai. 7) Pintu depo harus memenuhi syarat sebagai berikut : a)Bahan pintu harus kuat, tahan lama dan tidak melepaskan zat beracun; b)Permukaan rata, halus, berwarna terang dan mudah dibersihkan; c)Pemasangannya rapi sehingga dapat menutup dengan baik; d)Membuka kedua arah; e)Selalu dalam keadaan bersih dan tidak berdebu 8) Jendela depo harus memenuhi syarat sebagai berikut : a)Jendela depot harus dibuat dari bahan tembus sehingga proses pengolahan dapat terlihat
jelas; b)Dibuat dari bahan yang tahan lama; c)Permukaan rata, halus, berwara terang dan mudah dibersihkan; d)Tinggi sekurang-kurangnya 1 meter di atas lantai; e)Luasnya disesuaikan dengan kegunannya 9) Pencahayaan ruangan depo harus memenuhi syarat sebagai berikut: Permukaan
tempat
kerja
dan
ruangan
pengolahan
dan
penyimpanan mendapat penyinaran cahaya baik alam maupun buatan dengan minimal 10-20 foot candle atau 100-200 lux. Pencahayaan dapat mempengaruhi kadar pencemaran di udara karena dengan adanya pencahayaan alami (sinar matahari) beberapa pencemar udara dapat dipercepat atau di perlambat reaksinya dengan zat-zat lain di udara sehingga kadarnya dapat berbeda menurut banyaknya pencahayaan 10) Suhu ruangan depo harus memenuhi syarat sebagai berikut 1): Permukaan
tempat
kerja
dan
ruangan
pengolahan
dan
penyimpanan suhu ruangan antara 25-31oC. Suhu ruangan dapat mempengaruhi konsentrasi pencemaran di udara sesuai dengan keadaan cuaca tertentu. Suhu ruangan yang tinggi menyebabkan udara makin renggang sehingga konsentrasi pencemaran makin rendah sebaliknya pada suhu yang dingin keadaan udara makin padat sehingga konsentrasi pencemaran di udara tampaknya makin tinggi 11) Kelembaban ruangan depo harus memenuhi syarat sebagai berikut: Permukaan
tempat
kerja
dan
ruangan
pengolahan
dan
penyimpanan kelembaban ruangan antara 80-90 %. Kelembaban udara dapat juga dapat mempengaruhi konsentrasi pencemaran di udara. Pada kelembaban yang tinggi maka kadar uap air di udara dapat bereaksi dengan pencemaran udara, menjadi zat lain yang tidak berbahaya atau menjadi pencemaran sekunder 12) Ventilasi depo harus memenuhi syarat sebagai berikut : Untuk kenyamanan, depo harus diatur ventilasi yang dapat menjaga suhu yang nyaman dengan cara : a)Menjamin terjadinya peredaran udara yang baik; b)Tidak mencemari proses pengolahan dan atau air minum; c)Menjaga suhu tetap nyaman dan sesuai kebutuhan
13) Sekat pemisah banguna depo harus memenuhi syarat sebagai berikut : a)Setiap sekat pemisah bangunan depot untuk pencucian, pengisian dan pengolahan harus dari bahan yang kuat, tidak melarutkan zat beracun serta mudah dibersihkan; b)Konstruksi sekat pemisah harus menjamin tidak dapat dimasuki serangga dan tikus (Insect and rodent proof) 8. Disain Pengolahan air Minum Untuk peralatan proses isi ulang yang baik adalah memiliki kelengkapan yang sama dengan peralatan pada AMDK hanya beda di kapasitas produksinya saja. Standar disain peralatan depo air minum isi ulang12). a). Saringan dari pasir silica, berfungsi menyaring partikel besar kekeruhan, mengikat polutan dan penyeimbang kandungan air lainnya. b). Saringan dari karbon aktif, berfungsi menyaring bau, rasa dan warna pada air sehingga didapat ait yang murni dan jernih. c). Saringan dari mikrofilter, berfungsi untuk menyaring partikel kecil sesuai ukuran micron yang ingin dicapai. d). Desinfeksi (Ozon dan Ultraviolet), berfungsi membunuh bakteri yang sifatnya patogen. e). Alat pembuat Ozon (ozone generator). f). Alat pencampur ozon (ozone mixing) Pembersihan jirigen (tidak menggunakan bahan kimia apapun) cukup menggunakan air yang steril (tersteril Ultraviolet dan Ozone) terkecuali mempuyai mesin/peralatan pendukung untuk menggunakan zat kimia (reswater cam). Peralatan pendukung lain tangki air, pompa, instalasi harus dari bahan yang food grade (aman untuk makanan dan minuman) dapat dari bahan Poli Vinil Clorida (PVC), Poleitelin (PP), Poli carbonat (PC), Stainless Steel (SS) dan PVC Rucika (sudah food grade) 9. Prosedur Pengisian Air pada Depo Air Minum Isi Ulang a. Prosedur Pencucian Wadah (jirigen) adalah sebagai berikut 1): 1) Jirigen yang diperbolehkan di isi ulang adalah jrigen yang dijamin dalam keadaan bersih dan telah di desinfeksi.
2) Pencucian dilakukan pada semua bagian jirigen yaitu bagian permukaan dalam dan mulut jirigen. 3) Setelah jrigen dibersihkan, dilakukan desinfeksi pada bagian dalam jirigen dengan cara: semprotan air panas, larutan airt mengandung ozon atau penyinaran dengan sinar ultraviolet. 4) Jirigen yang telah di desinfeksi harus dikeringkan sebelum di isi dengan air minum dari kran pengisian. b. Prosedur pengisian air pada kran outlet sebagai berikut 1): 1) Petugas yang melakukan pengisian air minumm fisiknya harus bersih dan sehat, tidak batuk, korengan, luka atau berperilaku yang tidak hygienis lainnya. 2) Tangan petugas harus dicuci bersih dengan sabun dan tidak memegang rokok atau makanan. 3) Pengisian jirigen dilakukan di dalam ruangan tertutup yang tembus pandang sehingga dapat dilihat dari luar. 4) Pengisian jirigen dilakukan maksimum sampai pundak dirigen sehingga tidak terjadi tumpahan air yang berlebihan yang dapat mencemari lingkungan minum dan lingkungan kerja. 5) Jirigen yang telah di isi penuh segera ditutup dengan penutup jirigen yang baru dan steril (dalam kemasan tertutup). 6) Jika penutup jirigen dibawa di rumah, maka harus dilakukan pencucian dan desinfeksi penutup jirigen yang diperlakukan sama dengan jirigen air minum. 7) Jirigen yang telah berisi dan memadai tutup harus segera dibawa keluar dari depo dan tidak boleh berada di depo dalam waktu lebih dari 1x24 jam. B. Kuman Pada pertumbuhan kuman terjadi sintesa yang khas dan berimbang dari komponen-komponen protoplasma dari bahan-bahan gizi (nutrien) yang terdapat dalam lingkungannya. Ini merupakan proses yang terus berubah menurut waktu dan merupakan sifat utama mahluk hidup. Kuman-kuman merupakan kelompok
organisme
yang
sangat
omnivor
(memakan
segalanya).
Mereka
mampu
melaksanakan proses-proses metabolisme dengan memanfaatkan segala macam sumber bahan makanan, mulai subtrat anorganik sampai bahan organik yang sangat kompleks
15
. Agaknya tidak ada satupun persenyawaan organik yang tidak dapat
dimanfaatkan oleh kuman. Ini merupakan bukti akan kemampuan kuman untuk mengadaptasikan dirinya dan mencerminkan kemampuannya untuk menanggapi rangsangan yang sebelumnya adalah asing baginya. Meskipun di antara bermacammacam spesies kuman terdapat perbedaan-perbedaan dalam keperluannya akan bahan gizi, tetapi ada bahan-bahan gizi yang agaknya diperlukan oleh setiap jenis kuman. Kuman memerlukan air dalam konsentrasi tinggi disekitarnya karena diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan. Air merupakan pengantar semua bahan gizi yang diperlukan sel dan untuk membuang za-zat sel dan membuang semua zat-zat yang diperlukan ke luar sel. Selain untuk melancarkan reaksi-reaksi metabolik, air juga merupakan bagian terbesar dari protoplasma 15). 1. Pertumbuhan kuman Adalah suatu proses terkoordinasi peningkatan masa dan ukuran setiap sel, diikuti oleh duplikasi kromosom dan pembelahan sel
16
. Bila kuman ditanam
dalam pembenihan yang sesuai dan pada waktu-waktu tertentu ditinjau jumlah kuman yang hidup, maka dapat dilihat suatu grafik yang dapat dibagi 4 fase, yaitu16 : 1) Fase penyesuaian diri (lag phase) yaitu waktu penyesuaian yang umumnya berlangsung selama 2 jam. Kuman belum berkembang biak dalam faseini, tetapi aktivitas metabolismenya sangat tinggi. Fase ini merupakan persiapan fase berikutnya ;2) Fase pembelahan (logarhytmik phase / exponential phase) yaitu kuman berkembang biak dengan berlipat 2, jumlah kuman meningkat secara exponential. Untuk kebanyakan kuman fase ini berlangsung 18-24 jam. Pada pertengahan fase ini pertumbuhan kuman sangat ideal, pembelahan terjadi secara teratur, semua bahan dalam sel berada dalam keadaan seimbang ; 3) Fase Stationer (stationary phase) yaitu dengan meningkatnya jumlah kuman, meningkat juga hasil metabolisme yang toksis. Kuman ada yang mati, pembelahan terhambat. Pada suatu saat terjadi jumlah kuman yan ghidup tetap sama ; 4) Fase kemunduran / penurunan (Period of decline) yaitu jumlah kuman
hidup berkurang dan menurun. Keadaan lingkungan menjadi sangat jelek. Pada beberapa jenis kuman timbul bentuk-bentuk abnormal.
Gambar kurva pertumbuhan kuman 15. log kuman/cc
c
d
b a
e 5
10
30 waktu sesudah penanaman (jam)
Kurva perkembangbiakan : a-b : lag phase (2jam) : kuman menyesuaikan diri terhadap keadaan sekitarnya. b-c : lag phase (exponential phase) ; kuman berkembang biak logaritmik sampai jam ke 10. c-d : stationary phase : jumlah kuman relatif konstan d-e : period of decline ; jumlah kuman yang mati lebih banyak. 2. Total kuman Metode hitungan cawan, sampel air yang diperkirakan mengandung lebih dari 300 sel jasad renik per ml atau per gr atau per cm permukaan memerlukan perlakuan pengenceran sebelum ditumbuhkan pada medium agar di dalam cawan petri. Setelah diinkubasikan akan terbentuk koloni pada cawan tersebut, dalam jumlah yang dapat dihitung, di mana jumlah yang terbaik adalah di antara 30-300 koloni.
Total Plate Count merupakan salah satu cara pemeriksaan total mikroba dalam sampel air. Total Plant Count suatu produk yang dapat mencerminkan teknik penanganan kualitas sanitasi air minum. Prinsip metode hitungan cawan antara lain, jika sel mikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada agar maka sel mikroba tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskup. Metode hitungan cawan merrupakan cara yang paling sensitif untuk menghitung jumlah mikroba, sebab17 : a. Hanya sel yang masih hidup yang dihitung. b. Beberapa jenis jasad renik dapat dihitung sekaligus. c. Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi jasad renik. Sedangkan kelemahan dari metode Total Plant Count adalah: a. Hasil hitungan tidak menunjukkan jumlah sel yang sebenarnya, karena beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk satu koloni. b. Medium dan kondisi inkubasi yang berbeda mungkin menghasilkan nilai yang berbeda. c. Jasad renik yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan membentuk koloni yang kompak dan jelas tidak menyebar. d. Memerlukan persiapan dan inkubasi relatif lama sehingga pertumbuhan koloni dapat dihitung. Prinsip hitungan cawan dapat digunakan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam sampel yaitu dengan menggunakan media PCA (plate count agar). PCA adalah suatu medium yang mengandung 0,5% tripton, 0,25% ekstrak khamir, dan 0,1% glukosa sehingga semua mikroba termasuk bakteri, kapang, dan khamir dapat tumbuh dengan baik pada medium tersebut. 3. Perhitungan Total Kuman Perhitungan jumlah koloni akan lebih mudah dan cepat jika pengenceran dilakukan secara desimal. Pengenceran awal 1:10 (10-1), 1:100(10-2), 1:1000(10-3)
dan seterusnya. Dibuat dengan cara mengencerkan 1 ml air ke dalam 12 larutan pengencer, dilanjutkan dengan pengenceran yang lebih tinggi. Semakin tinggi jumlah mikroba yang terdapat dalam air minum isi ulang semakin tinggi pengenceran yang harus dilakukan18. Faktor pengencer = pengenceran x jumlah yang ditumbuhkan Jumlah koloni dapat dihitung sebagai berikut: Koloni per ml atau per gr = jumlah koloni per cawan x 1 /faktor pengenceran Untuk hasil analisis mikrobiologi digunakan suatu standar yang disebut “standard plate counts”(SPC) sebagai berikut: 1. Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni antara 30 sampai 300. 2. Baberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan satuan kumpulan koloni yang besar di mana jumlah koloninya diragukan dapat dihitung sebagai satu koloni. Satu deretan rantai koloni yang terlihat sebagai satu garis tebal dihitung sebagai satu koloni. 4. Peranan Air Dalam Penularan Penyakit11) Air mempunyai peranan besar dalam penularan beberapa penyakit menular. Besarnya peranan air dalam penularan penyakit adalah disebabkan keadaan alam itu sendiri sangat membantu dan sangat baik untuk kehidupan mikrobiologis. Air juga merupakan tempat pertumbuhan mikroorganisme dan juga sebagai tempat tinggal sementara (perantara) sebelum mikroorganisme berpindah ke manusia. Dalam hal ini ada 4 macam cara dimana penyediaan air dapat mempengaruhi transmisi penyakit dari seseorang ke orang lainnya. a. Cara Water Borne Infection Adalah penyakit yang ditransmisikan bila organisme penyebab penyakit (patogen) yang berada di dalam air terminum oleh orang atau hewan sehingga menimbulkan infeksi. Water Borne Infection ini dalam kenyataanya
dapat disebarkan tidak hanya lewat air, tetapi juga melewati setiap sarana yang memungkinkan bahan tinja untuk memasuki mulut (alur Faecal Oral), misalnya lewat makanan yang terkontaminasi. Water Borne Infection meliputi peyakit-penyakit : Tiphoid, Cholera, Disentri Amuba dan Basiler serta Hepatitis Infeksiosa. b. Cara Water Washed Infection Water washed memiliki 3 macam bentuk yaitu : Pertama, penyakit infeksi saluran pencernaan misalnya Cholera dan Disentri. Kedua, penyakit infeksi permukaan mata, misalnya penyakit Kulit jamur dan Infeksi Mata, misalnya Trachoma. Ketiga, penyakit yang dibawa oleh parasit insekta, pada permukaan tubuh, terutama lice (kutu) yang terdapat pada tubuh maupun pakaian. Seperti halnya pada infeksi macam kedua dan infeksi macam ketiga ini juga dihilangkan dengan peningkatan kebersihan perseorangan yang dapat dipenuhi dengan tersedianya air dalam kuantitas yang memadai. c. Cara Water Bushed Dalam cara ini organisme penyebab penyakit melangsungkan sebagian dari penghidupannya di dalam suatu pejamu perantara yang hidup di air, misalnya siput air. Schistosomiasis merupakan contoh penyakit ini, dimana air yang terpolusi oleh tinja mungkin mengandung siput air, dimana larva Schistosomiasis tumbuh sampai menjadi cercarie yang infektif yang kemudian masuk ke air dan menginfeksi. Contoh lain adalah penyakit Guinea Worm (Dracunculus Medinensis) dari Afrika Barat, dimana larva cacing tumbuh dalam Krustasea air. Infeksi akan terjadi bila air yang mengandung Krustasea ini terminum. d. Cara Mekanisme Vektor Insekta Disini penyakit tersebar merata melalui insekta yang berkembang biak dalam air atau menggigit di dekat air. Contoh penyakitnya adalah Malaria dan Yellow Fever Dengue yang disebarkan oleh nyamuk Aedes. Garribilan Sleeping Sicknees (Tripanasomiasis) di Afrika Barat ditransmisikan oleh Lalat Tse-Tse yang menggigit mangsanya di dekat air. Ada penyediaan air berpengaruh pada penyebaran Water Related Disease
melalui 3 cara tersebut di atas. Selain itu, dalam rantai makanan pada ekosistem, air juga berperan terhadap kesehatan manusia, misalnya pada bahan makanan yang beracun air raksa. Lebih lanjut perlu dikemukakan bahwa terdapatnya kasus-kasus penyakit (outbreaks) dari penyakit yang tergolong dalam “Water Borne” seperti yang dimaksud di atas dapat pula sebagai indikasi atau gambaran keadaan penyediaan air minum yang kurang baik, sekaligus dapat pula memeberikan kesimpulan akan kondisi sanitasi lingkungan yang tidak memuaskan. C. Kerangka Teori Pengangkutan Air Baku
Sumber Air Baku Kondisi Hygiene Sanitasi Lingkungan Fisik - lantai - dinding - atap - pintu - pencahayaan - jendela - kelembaban - ventilasi - sekat pemisah - fasilitas sarana
Air Baku Dalam Tandon Penampungan
Kran Outlet
Prosedur Pengisian
Total Kuman
Sumber : Modifikasi : 1),8),9) D. Kerangka Konsep Variabel Bebas Kualitas sanitasi depo
Variabel Terikat Total Kuman
E. Hipotesa Berdasarkan permasalahan yang ada, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah, “Ada perbedaan total kuman pada air minum isi ulang berdasarkan kualitas sanitasi depo di kecamatan Pedurungan Semarang