BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Keuangan a. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering digunakan. Rasio keuangan menghubungkan berbagai perkiraan yang terdapat pada laporan keuangan sehingga kondisi keuangan dan hasil operasi dapat diinterpretasikan. Menurut Djarwanto (2001:123), “Yang dimaksud dengan ‘ratio’ dalam analisa laporan keuangan adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana”.
Menurut Simamora (2000:822), “Rasio merupakan pedoman yang berfaedah dalam mengevaluasi posisi dan operasi keuangan perusahaan dan mengadakan perbandingan dengan hasil-hasil dari tahun-tahun sebelumnya
atau
perusahaan-perusahaan
lain”.
Menurut
Harahap
(1999:297), “Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti)”. Dari defenisi ini, rasio keuangan harus menunjukkan hubungan yang sistematis dalam bentuk perbandingan antara perkiraan- perkiraan laporan keuangan. Agar hasil perhitungan rasio keuangan dapat diinterpretasikan, perkiraan-
18
Universitas Sumatera Utara
perkiraan yang dibandingkan harus mengarah pada hubungan ekonomis yang penting.
b. Jenis-Jenis Rasio Keuangan Secara umum rasio-rasio keuangan dapat diklasifikasikan
menjadi
empat jenis kelompok rasio keuangan, antara lain: 1) Rasio Likuiditas Rasio likuiditas biasa digunakan dalam melakukan analisis kredit karena likuiditas berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas menurut Van Horne (2005:206) adalah “rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya”. Pihak-pihak yang berkepentingan dalam menilai tingkat likuiditas perusahaan adalah kreditor-kreditor jangka pendek seperti pemasok dan bankir. Rasio likuiditas dapat dibagi lagi menjadi beberapa jenis. Rasio likuiditas tersebut menurut Tampubolon (2005:36) “antara lain current ratio, quick ratio, absolute liquidity rasio”. Menurut Darsono (2005:52-53) “rasio likuiditas meliputi current ratio, quick test ratio, net working capital, defensive interval ratio”. Rasio likuiditas yang menjadi fokus penelitian ini adalah current ratio (CR) dan quick ratio. Current ratio dan quick ratio merupakan rasio yang paling sering digunakan untuk menghitung tingkat likuiditas.
19
Universitas Sumatera Utara
2) Rasio Aktivitas Rasio aktivitas sering juga disebut sebagai rasio efisiensi atau rasio pemanfaatan aktiva. Menurut Van Horne (2005:212), “Rasio aktivitas (activity ratio) adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan berbagai aktivanya”. Rasio aktivitas dapat diklasifikasikan menjadi menjadi rasio perputaran kas (cash turnover), rasio perputaran piutang usaha (account receivable turnover), perputaran persediaan (inventory turnover), perputaran modal kerja (working capital turnover), perputaran aktiva tetap (fixed assets turnover), dan perputaran total aktiva (total assets turnover). Rasio aktivitas yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah total assets turnover (TATO). Pada penelitian terdahulu rasio aktivitas diwakili inventory turnover dan accounts receivable turnover, namun pada penelitian kali ini penulis membuat suatu perbedaan dengan menggunakan total assets turnover yang mewakili rasio aktivitas.
3) Rasio Leverage Rasio leverage (rasio utang) menurut Van Horne (2005:209) adalah “rasio yang menunjukkan sejauh mana perusahaan dibiayai oleh utang (dana pihak luar)”. Rasio ini menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman (kreditor). Pihak yang paling berkepentingan terhadap rasio leverage perusahaan adalah kreditur dan pemegang saham. Semakin besar jumlah pendanaan yang berasal dari kreditor, semakin
20
Universitas Sumatera Utara
tinggi resiko perusahaan tidak dapat membayar seluruh kewajiban beserta bunganya. Bagi pemegang saham, semakin tinggi rasio leverage, semakin rendah tingkat pengembalian yang akan diterima pemegang saham karena perusahaan harus melakukan pembayaran bunga sebelum laba dapat dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk deviden. Menurut Van Horne, ada dua rasio leverage yaitu “rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity) dan rasio utang terhadap total aktiva (debt to total assets ratio)”. Rasio leverage yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah debt to total assets ratio (DTAR). Pada kedua penelitian terdahulu rasio leverage diwakili oleh debt to equity ratio, namun kali ini penulis menggunakan debt to total assets ratio untuk mewakili rasio leverage.
4) Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas disebut juga rasio kinerja operasi. Menurut Van Horne (2005:222), “Rasio profitabilitas (profitability ratio) adalah rasio yang menghubungkan laba dari penjualan dan investasi”. Dari rasio profitabilitas dapat diketahui bagaimana tingkat profitabilitas perusahaan. Setiap perusahaan menginginkan tingkat profitabilitas yang tinggi. Untuk dapat melangsungkan hidupnya, perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan. Apabila perusahaan berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan, maka akan sulit bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman dari kreditor maupun investasi dari pihak luar. Rasio profitabilitas dapat diklasifikasikan menjadi margin laba bersih (net profit
21
Universitas Sumatera Utara
margin), margin laba kotor (gross profit margin), margin laba operasi (operating profit margin), margin laba sebelum pajak (pretax profit margin), return on assets (ROA), dan return on equity (ROE). Rasio profitabilitas yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah net profit margin. Rasio ini merupakan rasio yang paling sering digunakan untuk menghitung tingkat profitabilitas karena menggambarkan berapa laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan.
c. Manfaat Rasio Keuangan Para pemakai menggunakan analisa rasio keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Beberapa kebutuhan itu meliputi: 1) Investor Para investor membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual saham berdasarkan informasi yang didapatkan tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar deviden. 2) Manajer Dengan menganalisa laporan keuangan, para manajer perusahaan akan dapat mengetahui posisi keuangan perusahaannya pada periode yang baru lalu, sehingga dapat menyusun rencana kerja yang lebih baik pada
22
Universitas Sumatera Utara
periode yang akan datang, memperbaiki sistem pengawasannya, dan menentukan sistem kebijakan sasaran-sasaran yang tepat. 3) Kreditor dan pemasok Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan dapat membantu para kreditor untuk memutuskan apakah jumlah terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Para kreditor juga berkepentingan terhadap keamanan kredit yang telah diberikan kepada perusahaan, mengetahui kondisi keuangan jangka pendek (likuiditas), solvabilitas, dan profitabilitas perusahaan sebelum mereka memutuskan untuk memberi dan memperluas kredit yang akan diajukan oleh perusahaan. 4) Karyawan Para karyawan dan serikat pekerja tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja. 5) Pelanggan Para
pelanggan
berkepentingan
dengan
informasi
mengenai
kelangsungan hidup perusahaan, terutama jika mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan perusahaan. 6) Pemerintah Pemerintah yaitu aparatur negara dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya yang berkepentingan dengan alokasi sumber
23
Universitas Sumatera Utara
daya dan aktivitas perusahaan dalam menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. 7) Masyarakat Perusahaan dapat mempengaruhi masyarakat dengan berbagai cara, misalnya: perusahaan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan bagi para penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi mengenai kecenderungan dan perkembangan terakhir mengenai perusahaan dan rangkaian aktivitasnya.
2. Kredit a. Pengertian Kredit Istilah credit berasal dari bahasa Latin yaitu credo yang berarti I believe, I trust, saya percaya. Dalam artian luas kredit diartikan sebagai kepercayaan. Maksud dari percaya bagi si pemberi kredit adalah ia percaya kepada si penerima kredit bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai dengan perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit merupakan penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai jangka waktu. Menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998, “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-
24
Universitas Sumatera Utara
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.
Menurut Hasibuan (2001:87), “Kredit adalah semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati”. Menurut Rivai dan Veithzal (2004:4), “Kredit adalah penyerahan barang, jasa atau uang dari satu pihak (kreditur atau pemberi pinjaman) atas dasar kepercayaan kepada pihak lain (nasabah atau pengutang) dengan janji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak”.
Sastradipoera (2004:151) menyatakan bahwa, ”Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan (yang disamakan dengan uang) berdasarkan kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang dalam hal ini peminjam berkewajiban melunasi kewajibannya setelah jangka waktu tertentu dengan (biasanya) sejumlah bunga yang ditetapkan lebih dahulu”.
Berdasarkan pengertian-pengertian kredit di atas, dapat diketahui bahwa kredit mempunyai beberapa unsur, antara lain: 1. adanya dua pihak, yaitu pemberi kredit (kreditur) dan penerima kredit (debitur/nasabah). Hubungan pemberi kredit dan penerima kredit merupakan hubungan kerjasama yang saling menguntungkan, 2. adanya kerjasama pemberi kredit kepada penerima kredit bahwa kredit yang diberikan akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu pada masa yang akan datang. Kepercayaan ini diberikan oleh kreditur, dimana sebelumnya sudah melakukan penelitian penyelidikan tentang
25
Universitas Sumatera Utara
nasabah baik secara intern maupun ekstern. Penelitian ini meliputi kondisi masa lalu dan sekarang nasabah, 3. adanya persetujuan, berupa kesepakatan pada kreditur dengan pihak lainnya yang berjanji akan membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing, 4. adanya penyerahan barang, jasa, atau uang dari pemberi kredit kepada penerima kredit, 5. adanya unsur waktu. Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati, 6. adanya unsur resiko (degree of risk), baik di pihak pemberi kredit maupun di pihak penerima kredit. Suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko tidak tertagihnya/macetnya suatu kredit. Semakin panjang tenggang waktu suatu kredit, semakin besar resiko gagal bayar atau ketidakmampuan membayar. Resiko di pihak nasabah adalah kecurangan pihak kreditur, antara lain keinginan dari pihak pemberi kredit untuk mencaplok perusahaan yang diberi kredit atau tanah yang dijaminkan. 7. adanya unsur bunga sebagai kompensasi kepada pemberi kredit.
26
Universitas Sumatera Utara
b. Jenis-Jenis Kredit Jenis-jenis kredit menurut Kasmir (2003:99-102) dapat dilihat dari: 1. Dilihat dari segi kegunaan a. Kredit investasi, adalah kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek / pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. b. Kredit modal kerja, adalah kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. 2. Dilihat dari segi tujuan kredit a. Kredit produktif, adalah kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. b. Kredit konsumtif, adalah kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. c. Kredit perdagangan, adalah kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjulan barang dagangan tersebut. 3. Dilihat dari segi jangka waktu a. Kredit jangka pendek, adalah jenis kredit yang masa pengembaliannya kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. b. Kredit jangka menengah, adalah jenis kredit yang masa pengembaliannya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun, biasanya digunakan untuk investasi. c. Kredit jangka panjang, adalah jenis kredit yang masa pengembaliannya paling panjang, di atas 3 tahun atau 5 tahun. 4. Dilihat dari segi jaminan a. Kredit dengan jaminan, adalah kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, dapat berbentuk barang berwujud, atau tidak berwujud, atau jaminan orang. b. Kredit tanpa jaminan, adalah kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. 5. Dilihat dari segi sektor usaha a. Kredit pertanian, b. Kredit peternakan, c. Kredit industri, d. Kredit pertambangan, e. Kredit pendidikan, f. Kredit profesi, g. Kredit perumahan, h. Dan sektor-sektor lainnya.
27
Universitas Sumatera Utara
c. Tujuan dan Fungsi Kredit Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan dan fungsi tertentu. Adapun yang menjadi tujuan pemberian kredit adalah : 1. Mencari keuntungan Keuntungan diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. 2. Membantu usaha nasabah Bank memberikan fasilitas kredit untuk membantu usaha nasabah yang membutuhkan dana, baik untuk investasi maupun untuk modal kerja.
Dengan
dana
ini
maka
pihak
debitur
akan
dapat
mengembangkan dan memperluas usahanya. 3. Membantu pemerintah Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor. Fungsi
kredit
dalam
perekonomian
yang
modern
menurut
Sastradipoera (2004:169) adalah: a) Kredit dapat meningkatkan efisiensi penggunaan uang atau modal dengan meningkatkan produktivitas perusahaan, b) Kredit dapat meningkatkan efisiensi penggunaan barang karena kredit dapat membantu proses produksi dari bahan mentah menjadi bahan jadi dan sekaligus membantu proses pemindahan barang dari produsen kepada konsumen dalam proses marketing; kredit ikut melancarkan arus barang, c) Kredit dapat meningkatkan arus peredaran lalu lintas uang, misalnya melalui penggunaan cek, giro, wesel, promes, dan kartu kredit yang diterbitkan oleh bank,
28
Universitas Sumatera Utara
d) Kredit dapat menjadi alat stabilitas moneter yang dilakukan melalui kebijaksanaan ekspansi dan kontraksi kredit, misalnya dengan politik diskonto oleh bank sentral, walaupun bersifat tidak langsung, bank sentral dengan cara menaikkan suku bunga pada saat inflasi dan menurunkannya pada saat deflasi, maka uang beredar diharapkan menjadi stabil, e) Kredit dapat berfungsi sebagai “jembatan” untuk meningkatkan pendapatan nasional suatu negara, f) Kredit dapat menciptakan daya beli baru bagi para debitur, meskipun debitur-debitur tersebut tidak memiliki uang tunai dalam saldo neracanya. Tentu saja ”kebijaksanaan uang murah” (easy money policy) yang waktunya tidak tepat (time lag) , bukan situasi moneter yang stabil yang dapat diraih, namun meningkatnya hargaharga umum dalam kadar yang kian berbahayalah yang akan terjadi.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilaksanakan ini merujuk pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, antara lain: Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu No
Penulis
Judul
Variabel
Hasil
1.
Reza Fahlevi Nasution (2008)
Analisis Laporan Keuangan Debitur dalam Pemberian Kredit pada PT. Sarana Sumut Ventura
Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE)
Rasio likuiditas (CR), rasio leverage (DER), dan rasio profitabilitas (NPM, ROA, ROE) secara parsial dapat mengidentifikasi kelayakan kredit yang diajukan calon debitur, dan secara menyeluruh rasio-rasio tersebut memang dapat mengidentifikasi kelayakan kredit yang diajukan sesuai dengan laporan keuangan debitur. Variabel-
29
Universitas Sumatera Utara
2.
Yuniar Salehaty Sebayang (2006)
Peranan Analisis Laporan Keuangan Debitur dalam Pengambilan Keputusan Pemberian Kredit Modal Kerja Jangka Pendek pada PT. Bank Lippo, Tbk cabang Pemuda Medan
variabel independen dapat mengidentifikasi kelayakan kredit sebesar 85,9%, sedangkan 14,1% lainnya diidentifikasi oleh variabel lain. Current Ratio Rasio keuangan debitur (CR), Inventory (CR, ITO, DER, PMR, Turn Over (ITO), ROI) yang bersumber Debt to Equity dari laporan Ratio (DER), keuangannya Profit Margin berpengaruh secara Ratio (PMR), signifikan terhadap Return On pengambilan keputusan Investment (ROI), pemberian kredit, pemberian kredit sementara pengujian secara parsial menunjukkan hasil bahwa hanya ITO dan PMR yang berpengaruh terhadap pemberian kredit
C. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lima variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas yang digunakan yaitu Current Ratio, Quick Ratio, Total Assets Turnover, Debt to Total Assets Ratio, Net Profit Margin, dan variabel terikat yang digunakan pemberian kredit modal kerja. 1. Pengujian secara simultan menunjukkan tidak adanya pengaruh antara Current Ratio, Quick Ratio, Total Asset Turnover, Debt to Total Asset Ratio, Net Profit Margin terhadap pemberian Kredit Modal Kerja. Hal ini dikarenakan bahwa rasio keuangan yang dipakai penulis dalam penelitian ini berbeda dengan rasio keuangan yang dipakai pihak bank dalam
30
Universitas Sumatera Utara
memutuskan pemberian kredit. Pihak bank menggunakan rasio-rasio keuangan berikut ini: Net Working Capital, Interest Coverage Ratio (ICR), Net Profit Margin (NPM), Return On Equity (ROE), Return On Assets (ROA), Debt Equity Ratio (DER), Day Of Receivable (DOR), dan Day Of Inventory (DOI). 2. Pengujian secara simultan menunjukkan tidak adanya pengaruh antara Current Ratio, Quick Ratio, Total Asset Turnover, Debt to Total Asset Ratio, Net Profit Margin terhadap pemberian Kredit Modal Kerja. Hal ini dikarenakan bahwa rasio keuangan yang dipakai penulis dalam penelitian ini berbeda dengan rasio keuangan yang dipakai pihak bank dalam memutuskan pemberian kredit. Pihak bank menggunakan rasio-rasio keuangan berikut ini: Net Working Capital, Interest Coverage Ratio (ICR), Net Profit Margin (NPM), Return On Equity (ROE), Return On Assets (ROA), Debt Equity Ratio (DER), Day Of Receivable (DOR), dan Day Of Inventory (DOI).
31
Universitas Sumatera Utara
Current Ratio (X1)
H1
Quick Ratio (X2)
H2
Total Assets Turnover (X3)
Pemberian H3 Kredit
(Y)
Debt to Total Assets Ratio (X4)
H4
Net Profit Margin (X5)
H5
H6
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Current Ratio merupakan rasio yang paling banyak dipakai untuk mengukur likuiditas perusahaan. Current Ratio digunakan untuk melihat sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban–kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan kewajiban lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Quick Ratio menunjukkan likuiditas perusahaan
32
Universitas Sumatera Utara
yang diukur menggunakan unsur-unsur aktiva lancar yang likuid. Melalui penilaian rasio likuiditas ini, akan menambah keyakinan bank kepada calon debitur untuk pembayaran kembali kreditnya sehingga dapat mempengaruhi penyaluran kredit oleh kreditur. Total Assets Turnover menunjukkan sejauh mana tingkat kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan. Rasio ini menunjukkan hubungan antara penjualan bersih dengan total aktiva. Melalui rasio ini, bank dapat menilai salah satu aspek penilaian sC’s yaitu capacity yang dimiliki oleh calon debitur. Debt to Total Asset Ratio digunakan untuk melihat seberapa besar total aktiva perusahaan yang didanai oleh utang/pinjaman dari pihak lain. Semakin besar rasio ini, berarti semakin besar peranan dana dari luar untuk membelanjai aktiva dan semakin besar risiko kreditor sehingga akan mempengaruhi penyaluran kredit. Melalui rasio ini, bank dapat menilai salah satu aspek penilaian sC’s yaitu capital yang dimiliki oleh calon debitur. Penilaian atas besarnya modal sendiri merupakan hal yang penting mengingat kredit bank hanya sebagai tambahan pembiayaan dan bukan untuk membiayai seluruh modal yang diperlukan. Net Profit Margin menunjukkan berapa besar pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi. Kegunaan dari penilaian ini untuk mengukur sejauh mana calon nasabah mampu untuk mengembalikan atau melunasi utang-utangnya secara tepat waktu dari usaha yang diperolehnya. Melalui rasio ini, bank dapat memperoleh keyakinan
33
Universitas Sumatera Utara
bahwa calon debitur telah memenuhi salah satu aspek penilaian 5C’s yaitu capacity. Oleh karena itu, rasio ini juga turut mempengaruhi penyaluran kredit.
D. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan proporsi keilmuan yang disimpulkan dari kerangka konseptual dan merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti yang dapat diuji berdasarkan fakta empiris. Berdasarkan latar belakang masalah perumusan masalah, maka yang menjadi hipotesis adalah : H0 : Current Ratio (CR), Quick Ratio (QR), Total Asset Turnover (TATO), Debt to Total Asset Ratio (DTAR), Net Profit Margin (NPM) tidak berpengaruh terhadap penyaluran kredit modal kerja secara parsial dan simultan. H1 : Current Ratio (CR), Quick Ratio (QR), Total Asset Turnover (TATO), Debt to Total Asset Ratio (DTAR), Net Profit Margin (NPM) berpengaruh terhadap penyaluran kredit modal kerja secara parsial dan simultan.
34
Universitas Sumatera Utara