BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1
Landasan Teori
2.1.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam perusahaan yang memiliki berbagai kepentingan untuk mencapai tujuan dalam kegiatan perusahaan. Teori ini muncul karena adanya hubungan antara principal dan agent.
Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu
bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Pemegang saham sebagai principal diasumsikan hanya tertarik pada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di dalam perusahaan.
Sedangkan para agent diasumsikan menerima
kepuasan berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut. Teori ini berusaha untuk menggambarkan faktor-faktor utama yang sebaiknya dipertimbangkan dalam merancang kontrak insentif (Warsidi dan Pramuka, 2009). Masalah keagenan potensial terjadi apabila bagian kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang dari seratus persen.Dengan proporsi kepemilikan yang hanya sebagian dari perusahaan membuat manajer cenderung bertindak untuk
kepentingan
pribadi
dan
bukan
untuk
memaksimumkan
nilai
19
Universitas Sumatera Utara
perusahaan.Inilah yang nantinya akan menyebabkan biaya agensi muncul. Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan agency cost sebagai jumlah dari pengeluaran pengawasan oleh principal, pengeluaran bonding oleh agen, dan kerugian residual (residual loss). Prinsipal dapat membatasi perbedaan (divergence) dari kepentingannya dengan menetapkan insentif yang sesuai bagi agen dan dengan melakukan monitoring cost (biaya pemantauan) yang didesain dari agen tersebut untuk membatasi aktivitas yang menyimpang (aberrant). Sebagai tambahan beberapa situasi, itu akan membayar agen untuk mengembangkan sumber daya (bonding cost) yang menjamin bahwa dia tidak akan memastikan bahwa tindakan itu akan membahayakan prinsipal atau meyakinkan bahwa prinsipal akan dikompensasi seandainya dia melakukan tindakan seperti itu. Bagaimanapun, itu umumnya tidak mungkin bagi prinsipal atau agen pada tingkat zero cost yang memastikan bahwa agen akan mengoptimalkan keputusan dari sudut pandang prinsipal. Dalam hubungan agensi, prinsipal dan agen memiliki komplikasi keputusan.Perbedaan ini juga menjadi sebuah biaya hubungan agensi yang berkaitan dengan biaya mendatang (latter cost) sebagai kerugian residual. Kerugian yang akan muncul di masa depan masih memerlukan biaya persiapan. Kerugian tersebut dialami prinsipal akibat keputusan yang diambil oleh agen yang menghasilkan kinerja dengan nilai output buruk sebagai seorang agen. Lebih lanjut, Depken et al. (2007) menyimpulkan secara empiris bahwa pengaruh bonding cost menurunkan biaya agensi. Pernyataan tersebut konsisten dengan teori Jensen dan Meckling (1976).Penambahan dari penghasilan manajemen dianggap sebagai suatu biaya agensi.
20
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.2 Teori Kepemilikan (ProprietaryTtheory) Kepemilikan
menjadi
nilai
bersih
usaha
yang
diwakili
oleh
ekuitas.Hubungan perusahaan dengan pemilik berada dalam akun ekuitas pemilik.Tujuan utama dari teori kepemilikan adalah penentuan dan analisis dari kekayaan bersih pemilik (networth). Vatter (1966) menyatakan bahwa akun pendapatan dan beban memiliki karakteristik aljabar yang sama sebagai ”networth”. Pendapatan dan beban adalah akun tambahan (subsidiary) dari kepemilikan. Pendapatan menaikkan kekayaan pemilik dan beban menurunkan kekayaan pemilik sehingga pendapatan yang lebih besar dari beban menjadi laba bersih yang akan memberikan kenaikan kekayaan pemilik dari operasi bisnis selama periode tertentu. Lebih lanjut, di bawah teori kepemilikan, aset dimiliki oleh pemilik, liabilitas adalah kewajibannya, dan ekuitas kepemilikan menambah tingkat kepemilikannya.Sebagai
bagian
dari
teori
ekuitas,
teori
kepemilikan
mengasumsikan bahwa pemilik dan perusahaan adalah identik (Wolk et al. 2008: 142). Informasi Kepemilikan telah didefinisikan oleh Dye (1985: 123) sebagai “suatu informasi yang dimana pengungkapannya berpotensi untuk mempengaruhi laba kotor perusahaan di masa depan, sebagai suatu bentuk kompensasi dari kebijakan manajemen senior”, termasuk informasi yang dapat mengurangi permintaan pelanggan akan produk perusahaan (Sheehata, 2014). Ketika informasi yang menyampaikan aspek krusial dari operasi perusahaan diungkapkan kepada investor, itu akan juga diketahui oleh para
21
Universitas Sumatera Utara
pesaing sehingga perusahaan merasa tidak diuntungkan secara kompetitif (Verrecchia, 2006). Kerugian yang muncul saat terungkapnya informasi sensitif dan dapat di utilisasi oleh pesaing untuk menghasilkan keuntungan strategis disebut biaya kepemilikan. Jika pesaing menghasilkan jenis informasi tersebut, arus kas akan melambat dalam kinerja mendatang sehingga berdampak pada pesaing yang menghasilkan pangsa pasar tambahan. (Beyer et al. 2014).Dengan demikian, biaya kepemilikan sangat berkaitan dengan pesaing yang menghasilkan informasi privat perusahaan, misalnya informasi mengenai desain produk baru atau rencana pengembangan riset. Sebagai tambahan, Scott (2009) menyatakan bahwa informasi kepemilikan (proprietary information) adalah informasi yang diungkapkan yang dapat secara langsung memengaruhi arus kas masa depan perusahaan, misalnya informasi mengenai rencana strategis untuk merger (bergabung) yang memungkinkan terungkapnya informasi tersebut tinggi. Dalam kerangka hipotesis biaya kepemilikan, manfaat untuk menurunkan asimetri informasi dan menurunkan biaya modal melalui pengungkapan dapat diimbangi oleh biaya pengungkapan (Monk, 2011). Verrecchia (2006) menjelaskan bahwa biaya kepemilikan adalah mekanisme untuk memodelkan trade-off pengungkapan.Pada model tersebut, perusahaan memilih untuk mengungkapkan informasi berdasarkan pada reaksi yang diharapkan oleh trader.Jika kerugian lebih besar dari manfaatnya, pengungkapan tidak sebaiknya terjadi.Hubungan
antara
persaingan
pasar
produk
dan
pengungkapan
diprediksikan negatif atau berbanding terbalik dalam suatu model.Dengan
22
Universitas Sumatera Utara
demikian, dapat dijelaskan bahwa biaya kepemilikan merupakan sebuah bentuk kerugian secara kompetitif. 2.1.1.3 Teori Sinyal (Signaling Theory) Meski
tujuan
dari
pengembangan
teori
sinyal
awalnya
untuk
mengklarifikasi asimetri informasi pada pasar ketenagakerjaan (Spence, 1973), teori sinyal juga sudah beberapa kali digunakan untuk menjelaskan seberapa besar pengungkapan yang diungkapkan oleh manajer pada laporan keuangan perusahaan (Ross, 1977).Akerlof (1970) memahami bahwa model sinyal diawali oleh penjual yang diasumsikan memiliki lebih banyak informasi mengenai produknya dibandingkan pembeli. Proses sinyal dapat dijelaskan dalam Pasar bagi Lemon (Market for Lemon). Sebuah lemon adalah istilah slang negara amerika untuk mobil yang ditemukan cacat hanya saat mobil tersebut sudah dibeli. Hubungan antara berbagai tingkat kualitas produk dan ketidakmampuan pembeli untuk mengetahui tingkat kualitas produk sebelum melakukan pembelian digambarkan pada pasar mobil bekas (used cars). Pasar bagi lemon berusaha mengaitkan kualitas dan ketidakpastian dalam menjelaskan mekanisme pasar. Adanya asimetri informasi yang terjadi ketika penjual yang lebih mengetahui tentang produknya dari pembeli.Masalah asimetri informasi juga menjadi asumsi dasar dari teori sinyal.Teori ini menunjukkan bagaimana asimetri informasi dapat dikurangi oleh pihak yang terkait. Masalah asimetri informasi yang berkurang ditandai bahwa para perusahaan mengirim sinyal kepada investor untuk menunjukkan bahwa mereka lebih baik dari perusahaan lain dalam pasar
23
Universitas Sumatera Utara
yang sejenis sehingga para perusahaan dapat memperoleh investasi dan meningkatkan reputasinya (Verrecchia, 1983). Akibatnya, pengungkapan dapat dijadikan sebagai alat sinyal. Perusahaan akan mengungkapkan lebih informasi agar sinyalnya lebih baik terlihat oleh para investor (Shehata, 2014). Teori sinyal dapat digunakan dalam menilai informasi segmen melalui pengungkapan (Hunzker, 2014). Itu dinyatakan bahwa jika perusahaan mengungkapkan sedikit informasi dari yang lain, pengungkapan itu diinterpretasikan sebagai sinyal yang menyembunyikan beberapa informasi yang relevan. Abbas dan Hamid (2015) menyatakan bahwa perusahaan mungkin mengembangkan strategi pengungkapan dengan mempertimbangkan internal (pengungkapan yang bertindak sebagai pemantauan) dan eksternal (pengungkapan yang bertindak sebagai upaya transparansi yang baik).Kinerja perusahaan bisa menjadi sinyal untuk para investor di dalam kegiatan investasinya. 2.1.1.4 Perusahaan Multinasional Perusahaan multinasional adalah perusahaan yang memiliki operasi – operasi yang signifikan di dua atau lebih negara secara bersamaan, namun keputusan utama dan kontrolnya dilakukan oleh dilakukan oleh perusahaan di negara asalnya (M. Faisal, 2001), sedangkan menurut Shapiro dalam M. Faisal, perusahaan multinasional adalah perusahaan yang beroperasi (memproduksi dan menjual barang atau jasanya) di lebih dari satu negara. Perusahaan ini terdiri dari perusahaan induk (parent company) yang berlokasi di negara asalnya dan memiliki paling sedikit lima atau enam perusahaan afiliasi / subsidiary (anak
24
Universitas Sumatera Utara
perusahaan) di luar negeri, secara khas dengan suatu interaksi derajat yang tinggi atau saling terkait antara suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. 2.1.1.5IFRS 8 Operating Segment IFRS 8 Operating Segment merupakan standar pengungkapan yang diterbitkan pada tahun 2006 menggantikan standar sebelumnya yaitu IAS 14R Segment Reporting.Salah satu perbedaan signifikan yang terdapat pada peralihan standar tersebut adalah perubahan pendekatan dari Risk and Reward Approach menjadi Management Approach. IFRS 8 mengatur tingkat pengungkapan informasi mengenai segmen operasi entitas dan produk jasa, area geografis, dan pelanggan utamanya.Prinsip utama IFRS 8 adalah untuk mengevaluasi sifat dan pengaruh keuangan aktivitas bisnis.Peralihan standar ke IFRS 8 tidak luput untuk melihat dampaknya pada pengungkapan segmen.Keberadaan IFRS 8 yang mendorong kualitas pada pengungkapan informasi segmen dengan pendekatan manajemen (management approach)
memiliki
pengaruh
positif
terhadap
peningkatan
informasi
segmen.European Commission (2007:4) telah menghasilkan beberapa kesimpulan mengenai dampak IFRS sebagai berikut: a. “Penggunaan pendekatan manajemen memiliki pengaruh positif terhadap kualitas inforrmasi segmen karena kegunaan dan relevansinya akan meningkat. Tidak ada bukti dalam praktik bahwa informasi segmen yang diisyaratkan oleh IFRS 8 memberikan pengaruh yang merugikan.
25
Universitas Sumatera Utara
b. Kegunaan dan relevansi meningkat dari informasi segmen yang berdasarkan pada pendekatan manajemen. IAS 14 tidak selalu memastikan komparabilitas dan stabilitas informasi segmen.
c. IFRS 8 menyediakan kebutuhan global pengguna laporan keuangan yang sesuai bagi pengungkapan geografis dan tidak akan mengurangi informasi dalam praktik yang dibandingkan terhadap IAS 14. Informasi mengenai tanggung jawab social perusahaan dalam laporan terpisah mendorong perkembangan pedoman yang diharapkan.
d. IFRS 8 tidak menciptakan masalah yang berkaitan dengan tata kelola pemerintahan di Eropa. Sebagian besar para pihak-pihak terkait memandang konsep CODM dari IFRS 8 berhasil.
e. IFRS 8 menyediakan peraturan pelaporan segmen bagi perusahaan kecil. Bahkan beberapa informasi mungkin dipertimbangkan sebagai “sensitive secara komersial”, semua perusahaan yang terdaftar tanpa melihat ukuran, harus menyediakan informasi yang sama sebagai kebutuhan para investor yang tidak secara substansi berbeda dari ukuran perusahaan. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi peraturan khusus yang mengaitkan pelaporan segmen bagi masing-masing entitas.”
Informasi segmen IFRS 8 dilaporkan secara konsisten dengan cara manajemen mengatur perusahaan secara internal bagi pengambilan keputusan operasi dan menilai kinerja (produk dan jasa, area geografis, pelanggan, dan entitas legal). Oleh karena itu, IFRS 8 mulai memperkenalkan pendekatan manajemen yang mengartikan bahwa definisi segmen dan persiapan informasi yang berguna bagi pelaporan
26
Universitas Sumatera Utara
segmen adalah keduanya berdasarkan pada informasi yang dipersiapkan bagi keputusan manajemen internal.Oleh karena itu, persyaratan pengungkapan
IFRS 8 memerlukan lebih informasi
yang telah
dipersiapkan dan diukur oleh keputusan manajemen internal daripada informasi yang digunakan bagi keputusan pengguna eksternal.Penggunaan perspektif manajemen membuat komunikasi antara manajemen dan investor.Keduanya bisa berkomunikasi dengan lebih mudah dan biaya tambahan atas implementasi IFRS 8 menjadi rendah. 2.1.1.6PSAK 5 Segmen Operasi Di Indonesia terdapat standar akuntansi yang mengatur pelaporan segmen. Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) Indonesia telah mengeluarkan PSAK 5 Revisi 2009 (yang kini lebih dikenal dengan PSAK 5 (Penyesuaian 2014)) tentang Segmen Operasi yang mengadopsi IFRS 8 karena adanya program konvergensi PSAK terhadap IFRS. Standar ini telah berlaku efektif sejak 1 Januari 2011 menggantikan PSAK 5 (Revisi 2000). Adapun tujuan pengungkapan informasi segmen tersebut sebagaimana yang dijelaskan dalam paragraf 1 PSAK 5 (Revisi 2000) adalah untuk membantu pengguna laporan keuangan dalam memahami kinerja masa lalu perusahaan secara lebih baik, menilai risiko dan imbalan perusahaan secara lebih baik, dan menilai perusahaan secara keseluruhan dengan lebih memadai.
27
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.7Pengungkapan Segmen Pelaporan segmen termasuk dalam klasifikasi finer information, yaitu memberikan informasi yang lebih rinci pada laporan keuangan yang dibuat berdasarkan
biaya
historis.Finer
information
akan
membantu
manajer
memberikan kemampuan yang lebih baik dalam pembuatan keputusan (Scott 2000:). Tingginya tingkat persaingan ekonomi global maupun domestik memicu munculnya pengembangan strategis sepertidiversifikasi usaha pada aktivitas bisnis suatu perusahaan sehingga informasi keuangan yang relevan menjadi sangat berharga bagi para investor untuk keputusan investasinya. Pengungkapan yang rinci mengenai informasi segmen akan mengurangi asimetri informasi, yaitu gap informasi yang diterima, antara manajemen dan investor. IFRS 8 memperkenalkan pendekatan manajemen yang mengarahkan pengungkapan segmen kepada organisasi internal dan memberikan manajer sebagian besar kebebasan dalam pelaporan segmennya sehingga tingkat pengungkapan sepenuhnya menjadi kebijakan manajer itu sendiri. Pengungkapan segmen menyediakan suatu pengukuran yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Jumlah item dan segmen yang dinilai dengan cara memberikan nilai 1 jika diungkapkan dan 0 jika tidak diungkapan menjadi pengukuran yang bersifat kuantitatif, sedangkan informasi dalam setiap segmen menjadi pengukuran yang bersifat kualitatif. Abbas dan Hamid (2015) menyatakan bahwa kuantitas dan kualitas pengungkapan segmen dapat menjadi dua sinyal untuk menyampaikan informasi kepada pihak-pihak yang terkait.Sinyal
28
Universitas Sumatera Utara
dapat digunakan secara bersamaan atau terpisah (Li dan McConomy, 2014). Pada kuantitas pengungkapan segmen, jumlah segmen dan item informasi segmen yang diungkapkan
dalam
laporan
tahunan
diidentifikasi
bahwa
informasinya
mengalami peningkatan yang dimandatkan sesuai standar atau tetap sama. Perubahan yang terjadi dalam tingkat pengungkapan segmen dan item menjadi pengukuran sederhana untuk menganalisis informasi segmen sebelum dan sesudah peralihan IFRS 8.Perubahan segmen dapat dilihat dari perbedaan antara informasi item segmen pada masa sebelum dan sesudah adopsi IFRS 8. Kuantitas pengungkapan segmen adalah suatu proksi sederhana dari bagaimana perusahaan menyediakan informasi segmen ketika itu lebih beragam (Pelaez, 2009), sedangkan pada kualitas pengungkapan segmen, itu mungkin menjadi ukuran yang sulit dalam cara yang detail. Namun, kegunaan informasi menjadi pedoman yang dipertimbangkan sebagai fungsi yang relevan bagi para investor dalam memperoleh pengungkapan kualitas yang tinggi. Pada IFRS 8, segmen yang ditentukan dengan pendekatan manajemen mengindikasikan bahwa segmen diungkapkan oleh struktur manajemen internal. Penggunaan pendekatan manajemen memiliki pengaruh positif terhadap kualitas informasi segmen karena kegunaan dan relevansinya akan meningkat. Andre et al. (2013) menguraikan bahwa kuantitas pengungkapan segmen yang dilaporkan didorong oleh kualitas pengungkapan segmen yang tinggi yang disediakan oleh manajer. Dengan kata lain, kualitas pengungkapan segmen yang baik telah mencerminkan kuantitas pengungkapan segmen yang baik tetapi suatu kuantitas pengungkapan belum tentu menghasilkan kualitas pengungkapan segmen yang baik.
29
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.8 Tindakan Pajak Agresif Tindakan pajak agresif adalah suatu tindakan yang ditujukan untuk menurunkan laba kena pajak melalui perencanaan pajak, baik dengan cara yang sah (tax avoidance) maupun dengan cara yang melanggar hukum (tax evasion) (Sari dan Martani, 2010). Hal ini dapat terjadi karena adanya kelemahan pada peraturan perpajakan yang dapat dimanfaatkan oleh manajer sebagai pemimpin perusahaan.Pemimpin
perusahaan
adalah
pihak
yang
berwenang
untuk
pengambilan keputusan segala aspek yang ada di dalam perusahaan, baik aspek yang mengandung risiko tinggi ataupun risiko rendah. Tindakan pajak agresif dapat digolongkan sebagai suatu tindakan yang memiliki risiko tinggi, karena akibat yang dapat muncul ketika tindakan tersebut terdeteksi adalah perusahaan akan berpotensi memeroleh sanksi berupa denda yang tinggi, hingga rusaknya image perusahaan di mata publik. Istilah tax avoidance diartikan sebagai suatu skema transaksi yang ditujukan untuk meminimalkan beban pajak dengan memanfaatkan kelemahankelemahan (loophole) ketentuan perpajakan suatu negara. Pengertian dari tax avoidance adalah upaya pengurangan pajak secara konstitusional (international tax glossary, 2005). Brown (2012) menyatakan bahwa tax avoidance isarrangement of a transaction in order to obtain a tax advantage, benefit, or reduction in a manner unintended by the tax law.Tax avoidance bukan merupakan pelanggaran undang-undang perpajakan karena usaha wajib pajak untuk mengurangi, menghindari, meminimumkan atau meringankan beban pajak dilakukan dengan cara yang dimungkinkan oleh Undang-Undang Pajak. 30
Universitas Sumatera Utara
2.2 Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Ole-Kristian Hope, Mark (Shuai) Ma dan Wayne B. Thomas (2011)
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu Variabel Variabel Independen Dependen Tax Avoidance Multinational Corporate, U.S. Tax Law, SFAS 131, Schedule M-3
Jasper Banghoj dan Thomas Plenborg (2002)
Voluntary Disclosure
Annual Stock Returns, Unanticipated Earnings, Revision in Market Expectations
Ahmad Abbas, Abdul Hamid dan Grace Pontoh (2015)
Kualitas Pengungkapan Segmen, Biaya Modal Ekuitas
Kualitas Pengungkapan Segmen, Agency Cost, Proprietary Cost, Kualitas Audit, Kinerja Perusahaan, Diversifikasi Usaha
Hasil Penelitian Pengimplementasian Schedule M-3 tidak memberikan pengaruh yang signifikan dalam pendeteksian perilaku Tax Avoidance perusahaan asing IRS. Pengungkapan secara voluntary tidak dapat menjelaskan hubungan antara current returns dengan laba masa depan secara signifikan. Agency Cost, Proprietary Cost, Diversifikasi Usaha berpengaruh secara positif terhadap Kualitas Pengungkapan Segmen. Kualitas Pengungkapan Segmen berpengaruh negatif terhadap Biaya Modal Ekuitas.
31
Universitas Sumatera Utara
Fitriany dan Sandra Aulia (2009)
Pengungkapan Segmen, Forward Earning Response Coefficient
PSAK 5 (Revisi 2009)
Penerapan PSAK 5 (revisi) tentang informasi segmen memberikan pengaruh positif pada kemampuan pasar untuk memprediksi laba masa depan yang tercermin dalam FERC, namun tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan segmen.
Sumber : Dikembangkan oleh penulis, 2016
2.3
Kerangka Konseptual Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara biaya agensi,
biaya kepemilikan, kinerja perusahaan, diversifikasi usaha dengan kualitas pengungkapan segmen dan implikasinya terhadap tindakan pajak agresif (Tax Avoidance). Informasi keuangan khususnya informasi segmen merupakan sebuah informasi yang sangat bernilai bagi para pengguna laporan keuangan, termasuk juga pemerintah didalam melakukan pemeriksaan pajak.
32
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Biaya Agensi Ukuran Perusahaan Rasio Hutang Biaya Kepemilikan
H1 H2 H3
Kinerja Perusahaan H4
Kualitas Pengungkapan Segmen
H5 Tax Avoidance
Diversifikasi Usaha
2.4
Hipotesis
2.4.1
Pengaruh Biaya Agensi terhadap Kualitas Pengungkapan Segmen Teori agensi membahas secara eksplisit hubungan antara prinsipal dan
agen.Pada kerangka teori agensi tersebut, hubungan agensi memicu masalah asimetri informasi karena manajer cenderung mengakses informasi yang lebih mendalam dari pemilik.Lebih lanjut, Nanda et al. (2003) dan Berger dan Hann (2003) berpendapat jika permasalahan agensi adalah salah satu alasan dibalik rendahnya kualitas pengungkapan.Manajer sebagai agen tidak menginginkan adanya perhatian lebih serta tindak lanjut dari para pemegang saham sebagai prinsipal mengenai item – item yang berpotensi secara negatif mempengaruhi jenjang karir dan reputasi eksternal manajer tersebut.Hal tersebut memicu manajer
33
Universitas Sumatera Utara
untuk membatasi serta melakukan diskresi terhadap informasi keuangan yang diungkapkannya, tak terkecuali informasi mengenai segmen. Motif pengungkapan segmen yang dilihat dari biaya agensi dapat membatasi pilihan manajer untuk mengungkapkan informasi segmennya.Berger dan Hann (2007) telah menyimpulkan bahwa para manajer menghadapi biaya agensi dari pengungkapan segmen.Mendukung pernyataan tersebut, Leung dan Verriest (2014) juga menyatakan bahwa biaya agensi memainkan peranan penting dalam keputusan manajer untuk mengungkapkan atau menyembunyikan informasi segmennya. Manajer perusahaan dengan transfer yang tidak efisien menghadapi biaya agensi untuk menyembunyikan data segmen. Lail et al. (2013) dan You (2012) telah memahami bahwa perubahan agregasi dari satu segmen dilaporkan ke segmen yang lain atau manajer melakukan transfer beban ke satu segmen ke segmen lain dan memastikan bahwa kondisi tersebut dapat dilakukan tanpa perubahan secara visibel sehingga kualitas pengungkapan segmen lebih mudah didiskresi. Terdapat ruang lingkup yang lebih besar yang dimiliki oleh manajer untuk berperilaku oportunis (Abbas dan Hamid, 2015).Jensen (1986) dan Hope dan Thomas (2008) secara eksplisit menerangkan hipotesis biaya agensi sebagai insentif manajer untuk membuat keputusan yang menguntungkan dirinya.Biaya agensi muncul saat manajer mengambil keputusan yang bertujuan untuk menguntungkan dirinya, bukan untuk memaksimumkan nilai perusahaan.Manajer menciptakan diskresi dengan memanipulasi laba segmen guna mengambil keuntungan biaya agensi yang lebih besar. Dengan demikian dapat disimpulkan 34
Universitas Sumatera Utara
secara
sementara
jika
biaya
agensi
akan
membatasi
manajer
dalam
mengungkapkan informasi segmennya. H1 :
Biaya agensi berpengaruh negatif terhadap kualitas pengungkapan segmen
2.4.2
Pengaruh Biaya Kepemilikan terhadap Kualitas Pengungkapan Segmen Informasi Kepemilikan telah didefinisikan oleh Dye (1985: 123) sebagai
“suatu informasi yang dimana pengungkapannya berpotensi untuk mempengaruhi laba kotor perusahaan di masa depan, sebagai suatu bentuk kompensasi dari kebijakan manajemen senior”, termasuk informasi yang dapat mengurangi permintaan pelanggan akan produk perusahaan (Sheehata, 2014). Bagi perusahaan, informasi adalah sesuatu yang sensitif serta memiliki pengaruh terhadap output perusahaan itu sendiri. Konsep Biaya dan Manfaat (Cost and Benefit) memainkan peranan penting dalam kerangka teori kepemilikan.Manajer cenderung untuk tidak mengungkapkan informasi segmennya jika dia menyadari bahwa biaya dari informasi tersebut jauh lebih besar dari manfaatnya.Penilaian tersebut di ukur dari tingkat sensitivitas informasi terkait. Informasi segmen krusial seperti desain produk baru atau pengembangan riset memiliki probabilitas tinggi untuk tidak diungkapkan oleh perusahaan karena kekhawatiran akan di utilisasinya informasi tersebut oleh para pesaing sehingga perusahaan akan mengalami kerugian secara kompetitif.
35
Universitas Sumatera Utara
Pisano dan Landriani (2012) menemukan bahwa tingkat persaingan usaha dari konsentrasi industri yang diukur dengan menggunakan HHI berpengaruh positif terhadap pengungkapan informasi segmen. Pernyataan mengenai semakin tinggi tingkat persaingan usaha akan meningkatkan kualitas pengungkapan segmen tentu belum bisa diyakini sepenuhnya (Abbas dan Hamid, 2015). Lebih lanjut, Abbas dan Hamid (2015) menyatakan bahwa perusahaan yang mengungkapkan segmen yang baik akan lebih menguntungkan pesaingnya. Para pesaing dapat memperoleh keuntungan dari pengungkapan informasi tambahan yang disediakan oleh perusahaan sehingga pertumbuhan perusahaan berpotensi mengalami penurunan.Implikasinya, biaya untuk mengungkapkan informasi segmen secara kompetitif menjadi lebih besar.Biaya tersebut adalah biaya kepemilikan.Mendukung uraian sebelumnya, Leung dan Verriest (2014) turut menyatakan bahwa biaya kepemilikan memainkan peranan krusial dalam keputusan manajer untuk mengungkapkan atau menyembunyikan informasi segmennya. Teori kepemilikan yang dijelaskan dalam bentuk biaya kepemilikan ditandai oleh tingkat persaingan usaha (HHI). Semakin banyak informasi yang diungkapkan, maka risiko akan terjadinya utilisasi informasi oleh pesaing akan menjadi lebih besar. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat persaingan, maka manajer akan semakin cenderung untuk membatasi kualitas pengungkapan segmennya.
36
Universitas Sumatera Utara
H2:
Biaya kepemilikan berpengaruh negatif terhadap kualitas pengungkapan segmen
2.4.3
Pengaruh Kinerja Perusahaan terhadap Kualitas Pengungkapan Segmen Kinerja perusahaan merupakan salah satu alat sinyal yang mendasari
manajer untuk meningkatkan atau membatasi informasi segmennya.Manajer tentu memiliki motivasi yang lebih untuk mengungkapkan informasi segmennya apabila kinerja perusahaan dalam menghasilkan profitabilitas dinilai memuaskan. vPihak eksternal tentu meyakini jika kinerja perusahaan itu berbanding lurus dengan performa manajer.Hal tersebut melahirkan self-motivation manajer untuk memperoleh insentif lebih atas kontribusinya terhadap kinerja perusahaan. Semakin baik kinerja perusahaan, maka pengungkapan informasi segmen yang diungkapkan oleh manajer akan meningkat. Lan et al. (2013) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa perusahaan dengan kinerja yang baik cenderung membuat informasi keuangannya lebih siap untuk diungkapkan.Sebaliknya, perusahaan dengan kinerja yang buruk lebih mudah dikenali oleh pihak eksternal daripada perusahaan dengan kinerja yang baik.Pihak eksternal tidak sulit untuk menilai kualitas segmen yang diungkapkan perusahaan jika kinerja keuangan yang buruk telah diindikasikan memiliki kualitas pengungkapan segmen yang rendah. Berdasarkan uraian diatas, ditarik hipotesis sementara jika perusahaan dengan kinerja buruk akan menghasilkan kualitas pengungkapan segmen yang rendah.
37
Universitas Sumatera Utara
H3:
Kinerja perusahaan yang buruk berpengaruh negatif terhadap kualitas pengungkapan segmen
2.4.4
Pengaruh Diversifikasi Usaha terhadap Kualitas Pengungkapan Segmen Diversifikasi usaha dapat dijadikan suatu sinyal yang informatif dalam
menilai kualitas pengungkapan segmen.Diversifikasi usaha mempresentasikan jumlah segmen usaha.Jumlah segmen usaha yang beragam dapat menstimulan manajer untuk lebih mengungkapkan informasi segmennya.Hal tersebut terjadi karena segmen adalah komponen yang diharapkan memiliki kontribusi terhadap keberhasilan perusahaaan dalam memperoleh profitabilitas.Ahmad Abbas dan Hamid (2015) menyatakan bahwa peningkatan jumlah segmen yang diungkapkan oleh
perusahaan
menandakan
kualitas
pengungkapan
segmen
yang
meningkat.Pihak eksternal tidak hanya memerlukan informasi mengenai aktivitas umum perusahaan, melainkan juga informasi segmen perusahaan.Perusahaan yang mengungkapkan diversifikasi usaha dalam bentuk informasi segmen usahanya dapat membantu pihak eksternal dalam menilai perusahaan secara memadai.Dengan demikian, semakin banyak segmen usaha yang diungkapkan, semakin meningkat kualitas pengungkapan segmen.
H4:
Diversifikasi usaha berpengaruh positif terhadap kualitas pengungkapan segmen
38
Universitas Sumatera Utara
2.4.5
Pengaruh Kualitas Pengungkapan Segmen terhadap Tindakan Pajak Agresif Implikasi kualitas pengungkapan segmen terhadap pajak agresif selalu
menjadi hal yang menarik untuk lebih dipahami.Bervariasinya kesimpulan pada banyak penelitian terdahulu membuktikan hal tersebut.Beberapa penelitian terdahulu
mengaitkan
penghindaran
pajak
dengan
penurunan
kualitas
pengungkapan (Hope, Ma dan Thomas 2013; Robinson dan Schmidt 2013; Dyreng et al, 2014). Lebih lanjut, Balakrishnan et al. (2012) dan Neuman et al. (2013) secara konsisten menguraikan bahwa tindakan penghindaran pajak yang tinggi memiliki kaitan dengan kompleksitas keuangan yang tinggi, yang mengakibatkan penurunan pada transparansi perusahaan. Penurunan tersebut mendorong perusahaan untuk meningkatkan kualitas pengungkapan yang mereka miliki, tanpa ada peningkatan tambahan pada pengungkapan informasi yang berkaitan
dengan
pajak
(Balakrishnan
et
al.
2012,
Neuman
et
al.
2013).Inkonsisten dengan hasil penelitian tersebut, Lnych et al (2014) menyatakan bahwa peningkatan kualitas pengungkapan dapat meminimalisasi tindakan penghindaran pajak karena adanya antisipasi lebih dari manajer dan investor terhadap biaya yang akan muncul dari tindakan tersebut. Dengan demikian, kualitas pengungkapan segmen dapat dikatakan memainkan peranan penting di dalam tindakan pajak agresif, yakni penghindaran pajak.Transparansi merupakan hal yang mendasari hubungan antara kedua variabel tersebut.Konsisten dengan penjelasan mengenai biaya kepemilikan, biaya menjadi fokus utama manajer dalam melakukan atau tidaknya penghindaran 39
Universitas Sumatera Utara
pajak.Informasi segmen termasuk dalam klasifikasi finerinformation dan telah dikembangkansebagai salah satu pengungkapan khusus yang diperlukan dalam laporan keuangan tahunan.Adanya peningkatan pada pengungkapan informasi segmen tentu meningkatkan kualitas pengungkapan informasi laporan keuangan yang juga berpotensi membuat informasi sensitif yang berkaitan dengan pajak turut terungkap.Lebih lanjut, peningkatan pengungkapan tersebut membantu pihak eksternal, tak terkecuali pihak pemerintah, dalam menilai potensi perusahaan.Pemerintah yang kini memiliki informasi yang lebih rinci mengenai keuangan suatu perusahaan, secara langsung telah melakukan pengawasan secara memadai terhadap perusahaan yang mengakibatkan risiko terdeteksi (detection risk) menjadi tinggi (Lynch et al. 2014).Tingginya risiko terdeteksi tersebut menimbulkan biaya terduga dari penghindaran pajak menjadi semakin tinggi.Biaya tersebut memiliki potensi yang cukup besar untuk muncul ke permukaan apabila manajer tetap konsisten untuk melakukan penghindaran pajak.Berdasarkan
argumentasi
tersebut,
kualitas
pengungkapan
segmen
diharapkan dapat menekan tindakan penghindaran pajak. H5:
Kualitas pengungkapan segmen berpengaruh negatif terhadap tindakan pajak agresif
40
Universitas Sumatera Utara