BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Viskositas
Viskometer merupakan peralatan yang digunakan untuk mengukur viskositas suatu fluida. Model viskometer yang umum digunakan berupa viskometer bola jatuh, tabung ( pipa kapiler ) dan sistem rotasi. Viskometer rotasi silinder sesumbu (concentric cylinder) dibuat berdasarkan 2 standar, sistem, dimana silinder bagian dalam berputar dengan silinder bagian luar diam dan sistem Couette dimana bagian luar silinder yang diputar sedangkan bagian dalam silinder diam. Fluida yang akan diukur ditempatkan pada celah diantara kedua silinder.
2.1.2 Hubungan Fluida Dan Viscositas Fluida ( zat alir ) adalah zat yang dapat mengalir, misalnya zat cair dan gas. Fluida dapat digolongkan dalam dua macam, yaitu fluida statis dan dinamis. Didalam fluida yang tidak diidealisir terdapat aktivitas molekuler antara bagian-bagian lapisannya. Salah satu akibat dari adanya aktivitas ini adalah timbulnya gesekan internal antara bagian-bagian tersebut, yang dapat digambarkan sebagai gaya luncur diantara lapisan-lapisan fluida tadi. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan kecepatan bergerak lapisan-lapisan fluida tersebut. Bila pengamatan dilakukan terhadap aliran fluida makin mengecil ditempat-tempat yang jaraknya terhadap dinding pipa semakin kecil, dan praktis tidak bergerak pada tempat di dinding pipa. Sedangkan kecepatan terbesar terdapat ditengah-tengah pipa aliran. Viskositas suatu fluida adalah sifat yang menunjukkan besar dan kecilnya tahanan dalam fluida terhadap gesekan. Fluida yang mempunyai viscositas rendah, misalnya air mempunyai tahanan dalam terhadap gesekan yang lebih kecil dibandingkan dengan fluida yang mempunyai viscositas yang lebih besar.
4 Universitas Sumatera Utara
5
Gaya
Kecepatan V cm/detik A cm2
F dyne
L cm A cm2
Gambar diatas merupakan 2 lapisan fluida sejajar dengan masing-masing mempunyai luas A cm2 dan jarak kedua lapisan L cm. Bila lapisan atas bergerak sejajar dengan lapisan bawah pada kecepatan V cm/detik relatif terhadap lapisan bawah, supaya fluida tetap mempunyai kecepatan V cm/detik maka harus bekerja suatu gaya sebesar F dyne. Dari hasil eksperimen didapatkan bahwa gaya F berbanding lurus dengan kecepatan V, luas A dan berbanding terbalik dengan jarak L. Persamaannya :
F
ŋ=
.V . A L 𝐹𝐿 𝐴𝑉
; = Tetapan viscositas ( gr
cm. det ik
)
……………………………………………………………………(2.1)
Gejala ini dapat dianalisis dengan mengintrodusir suatu besaran yang disebut kekentalan atau viscositas (viscosity). Oleh karena itu, viscositas berkaitan dengan gerak relatif antar bagian-bagian fluida, maka besaran ini dapat dipandang sebagai ukuran tingkat kesulitan aliran fluida tersebut. Makin besar kekentalan suatu fluida makin sulit fluida itu mengalir. Viscositas suatu cairan murni atau larutan merupakan indeks hambatan alir cairan. Beberapa zat cair dan gas mempunyai sifat daya tahan terhadap aliran ini, dinyatakan dengan Koefisien Viscositas (ไ). Viscositas ialah besarnya gaya tiap cm2 yang diperlukan supaya terdapat perbedaan kecepatan sebesar 1 cm tiap detik untuk 2 lapisan zat cair yang parallel dengan jarak 1 cm. Viscositas dapat dihitung dengan rumus Poiseville.
R 4 8LV
.......................................................................................2.2
Universitas Sumatera Utara
6
Dengan : R = Jari-jari pipa dialiri cair (cm) T = Waktu alir (detik) P = Tekanan yang menyebabkan zat cair mengalir ( dyne
cm 2
)
V = Volume zat cair (liter) L = Panjang pipa (cm)
= Koefisien Viscositas (centipoise) Makin besar kekentalannya, makin sukar zat cair itu mengalir dan bila makin encer makin mudah mengalir.
1
Q
……………………………………………………………...(2.3)
dengan : Q = Fluiditas Fluiditas yaitu kemudahan suatu zat cair untuk mengalir. Dari rumus diatas dapat dilihat bahwa Fluiditas berbanding terbalik dengan kekentalan (Koefisien Viscositas).
2.1.3 Macam-Macam Viscositas Alat yang dipakai untuk menentukan Viscositas dinamakan Viscometer. Ada beberapa jenis Viscometer, diantaranya : a) Viscometer Ostwald b) Viscometer Lehman c) Viscometer bola jatuh dari Stokes.
2.1.3.1 Viscometer Ostwald Cara penggunaannya : Jika air dipakai sebagai pembanding, mula-mula air dimasukkan melalui tabung A kemudian dihisap agar masuk ke tabung B tepat sampai batas a kemudian dilepaskan dan siapkan stopwatch sebagai pengukur waktu. Umpamanya waktu yang diperlukan air untuk bergerak dari permukaan a sampai b sama dengan t 1, setelah itu percobaan diganti dengan zat cair lain dengan cara yang sama seperti gambar di bawah.
Universitas Sumatera Utara
7
Gambar 2.1 Viscometer Ostwald Umpamanya diperlukan t 2 dengan menggunakan rumus Poiseville karena V, L dan R sama maka didapat persamaan
1 1 1 2 2 2 Dengan :
……………………………………………………(2.4)
1 = Massa jenis air
2 = Massa jenis zat cair yang dicari Pada Ostwald yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah cairan tertentu untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu sendiri, jadi waktu yang dibutuhkan oleh cairan untuk melalui batas “a” dan “b” dapat diukur menggunakan stop watch.
2.1.3.2 Viscometer Lehman
Nilai viscositas Lehman didasarkan pada waktu kecepatan alir cairan yang akan diuji atau dihitung nilai viscositasnya berbanding terbalik dengan waktu kecepatan alir cairan pembanding, dimana cairan pembanding yang digunakan adalah air. Persamaannya adalah sebagai berikut :
Tcairan Tair
…………………………………………………….(2.5)
Universitas Sumatera Utara
8
2.1.3.3 Viscometer Bola Jatuh – Stokes Terhadap sebuah benda yang bergerak jatuh didalam fluida bekerja tiga macam gaya, yaitu : 1. Gaya gravitasi atau gaya berat (W). gaya inilah yang menyebabkan benda bergerak ke bawah dengan suatu percepatan. 2. Gaya apung (buoyant force) atau gaya Archimedes (B). arah gaya ini keatas dan besarnya sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda itu. 3. Gaya gesek (Frictional force) Fg, arahnya keatas dan besarnya seperti yang dinyatakan oleh persamaan :
Fg = kV
Dengan:
....................................................................................(2.6)
Fg = Gaya gesek k = Konstanta V = Kecepatan benda (m/s2)
Benda yang jatuh mempunyai kecepatan yang makin lama makin besar, tetapi dalam medium ada gaya gesek yang makin besar bila kecepatan benda jatuh makin besar. Benda yang bentuknya tidak beraturan dan rumit serta besar akan menghasilkan harga k yang besar. Fluida yang viscositasnya besar akan menghasilkan harga k yang besar pula.untuk benda yang berbentuk bola dengan jari-jari R dan fluida dengan viscositas
besarnya k dapat dinyatakan sebagai berikut ;
k = 6πŋR
....................................................................................(2.7)
Hubungan ini diberikan oleh Stokes dan berlaku untuk aliran fluida yang laminer. Jika kedua rumus digabungkan, maka akan diperoleh gaya gesek ;
Fg = 6πŋRV
................................................................................2.8
Alat ini terdiri dari sebuah tabung yang di bagian dinding luarnya diselubungi dengan air agar suhu di dalamnya konstan. Digunakan untuk menentukan Viscositas cairan yang kental tetapi yang tembus cahaya agar dapat mengamati jatuhnya bola besi sampai ke dasar tabung.. menurut hokum Stokes :
Universitas Sumatera Utara
9
2 gR 2 1 9V ….………………………………………......(2.9) Keterangan:
= Koefisien Viscositas (centipoise) R = Jari-jari bola (cm)
= Massa jenis bola peluru
1 = Massa jenis zat cair V = Kecepatan ( m
det ik
)
g = Kecepatan gravitasi (m/s2)
2.1.4 Pengaruh Temperatur Terhadap Viscositas Viscositas merupakan besaran yang harganya tergantung terhadap temperatur. Pada kebanyakan fluida cair, bila temperatur naik viscositas akan turun, dan sebaliknya bila temperatur turun maka viscositas akan naik. Pada Dinyatakan dengan rumus Log
A B T …………………………………………………(2.10)
A dan B tetapan untuk cairan tertentu T = Temperatur mutlak Rumus ini dapat dipakai untuk cairan murni, adapun rumus untuk sistem beberapa cairan adalah Log
A B LogT C T ………………………………………(2.11)
A, B dan C adalah tetapan
Universitas Sumatera Utara
10
2.1.5 Standart Minyak Pelumas
Standarisasi minyak pelumas untuk mesin kendaraan bermotor pertama kali dilakukan oleh Society of Automotif Engineering (SAE) pada tahun 1911 dengan kode SAE J300. Minyak pelumas dikelompokkan berdasarkan tingkat kekentalannya. Dalam kemasan atau kaleng pelumas, biasanya dapat ditemukan kode angka yang menunjukkan tingkat kekentalannya, seperti : SAE 40, SAE 90, SAE 10W-50, dsb. Semakin tinggi angkanya semakin kental minyak pelumas tersebut. Ada juga kode angka multi grade seperti 10W-50, yang dapat diartikan bahwa pelumas memiliki tingkat kekentalan sama dengan SAE 10 pada suhu udara dingin (W= Winter) dan SAE 50 pada udara panas.
2.2 Mikrokontroler AVR ATMEGA8535
Tidak seperti sistem komputer, yang mampu menangani berbagai macam program aplikasi (misalnya
pengolah kata,
pengolah
angka
dan
lain
sebagainya),
mikrokontroler hanya bisa digunakan untuk satu aplikasi tertentu saja. Perbedaan lainnya terletak pada perbandingan RAM-nya dan ROM. Pada system computer perbandingan RAM dan ROM-nya besar, artinya program-program pengguna disimpan dalam ruang RAM yang relative besar, sedangkan rutin-rutin antarmuka perangkat keras disimpan dalam ruang ROM yang kecil. Sedangkan pada mikrokontroler, perbandingan ROM dan RAM-nya yang besar artinya program control disimpan dalam ROM (bisa Masked ROM atau Flash PEROM) yang ukurannya relatif lebih besar, sedangkan RAM digunakan sebagai tempat penyimpanan sementara, termasuk register-register yang digunakan pada mikrokontroler yang bersangkutan.
2.2.1 Arsitektur Mikrokontroler AVR ATMEGA8535
AVR termasuk kedalam jenis mikrokontroler RISC (Reduced Instruction Set Computing) 8 bit. Berbeda dengan mikrokontroler keluarga MCS-51 yang berteknologi CISC (Complex Instruction Set Computing). Pada mikrokontroler dengan teknologi RISC semua instruksi dikemas dalam kode 16 bit (16 bits words)
Universitas Sumatera Utara
11
dan sebagian besar instruksi dieksekusi dalam 1 clock, sedangkan pada teknologi CISC seperti yang diterapkan pada mikrokontroler MCS-51, untuk menjalankan sebuah instruksi dibutuhkan waktu sebanyak 12 siklus clock. Secara garis besar, arsitektur mikrokontroler ATMEGA8535 terdiri dari : 1. 32 saluran I/O (Port A, Port B, Port C dan Port D) 2. 10 bit 8 Channel ADC (Analog to Digital Converter) 3. 4 Channel PWM 4. 6 Sleep Modes : Idle, ADC Noise Reduction, Power-save, Power-Down, Standby and Extended Standby 5. 3 buah timer/counter. 6. Analog Compararator 7. Watchdog timer dengan osilator internal 8. 512 byte SRAM 9. 512 byte EEPROM 10. 8 kb Flash memory dengan kwmampuan Read While Write 11. Unit interupsi (internal dan external) 12. Port antarmuka SPI8535 “memory map” 13. Port USART untuk komunikasi serial dengan kecepatan maksimal 2,5 Mbps 14. 4,5 V sampai 5,5 V operation, 0 sampai 16 MHz
Universitas Sumatera Utara
12
Gambar 2.2 Arsitektur ATMEGA8535
Universitas Sumatera Utara
13
2.2.2 Konfigurasi Pin Mikrokontroler AVR ATMEGA8535 Mikrokontroler ATMega8535 memiliki 40 pin untuk model PDIP, dan 44 pin untuk model TQFP dan PLCC. Nama-nama pin pada mikrokontroler ini adalah : 1. VCC : merupakan pin yang berfungsi sebagai pin masukan catu daya 2. GND : merupakan pin ground. 3. Port A (PA0...PA7) : merupakan pin I/O dan pin masukan ADC 4. Port B (PB0 – PB7) : merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu sebagai Timer/Counter, komperator analog dan SPI. 5. Port C (PC0 – PC7) : merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu TWI, komperator analog, input ADC dan Timer Osilator. 6. Port D (PD0 – PD7) : merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu komperator analog, interupsi eksternal dan komunikasi serial. 7. RESET : merupakan pin yang digunakan untuk mereset mikrokontroler. 8. XTAL1 dan XTAL2 : merupakan pin masukan clock eksternal. 9. AVCC
: merupakan pin masukan tegangan untuk ADC.
10. AREF : merupakan pin tegangan referensi ADC
Gambar 2.3 IC Mikrokontroler ATMEGA8535
Universitas Sumatera Utara
14
2.3 Kumparan Deteksi Kumparan deteksi ini menggunakan sebuah induktor yang terbuat dari lilitan tembaga pada sebuah silinder (bukan logam) sehingga membentuk sebuah solenoida. Banyaknya lilitan (N), diameter kumparan (2a) dan panjang lilitan (b) dapat ditentukan dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut:
Gambar 2.4 Lilitan Tembaga Besarnya induktansi pada induktor yang dibuat berupa solenoid dapat di hitung dengan menggunakan rumus:
𝐿=
µ𝑜𝑛 2 𝐴 𝑏
...............................................................................(2.12)
Keterangan: L = Nilai induktansi (H) µo = 4π x 10-7 (H/m) A = Luas penampang (m2) n = Jumlah lilitan b = Panjang lilitan (m) Panjang lilitan ditentukan berdasarkan besarnya nilai induktansi, panjang lilitan berpengaruh terhadap banyaknya lilitan yang digunakan pada media untuk menghasilkan induktansi yang diinginkan. Menurut Hukum Ohm, untuk menghitung nilai hambat induktor (ωf) yang disebut reaktansi induktif (XL) dapat di rumuskan: XL = ωL atau XL = 2πfL ...............................................................(2.13)
Universitas Sumatera Utara
15
2.4 Sensor Pendeteksi Besi
Detektor logam secara umum dapat dikatakan sebagai alat yang dapat mendeteksi adanya logam pada jarak tertentu dari sensor. Metode yang digunakan untuk membangun sebuah rangkaian detektor logam sangat beragam tergantung dari aplikasinya. Maksud dari aplikasinya adalah apa yang akan dideteksi oleh sensor, apakah itu logam yang dalam atau logam yang dangkal, atau juga benda non logam. Jadi detektor logam bukan berarti hanya digunakan untuk mendeteksi adanya logam, yang penting lagi bahwa sensornya dapat mendeteksi objek yang dipilih. Ada 3 (tiga) metode yang dipakai untuk mendeteksi logam yaitu : a. Beat Frequency Oscilator (BFO) b. Fix Frequency Oscilator (FFO) c. Magnetometer
Dari ketiga metode diatas yang, metode yang dipakai dalam percobaan ini yaitu metode Beat Frequency Oscilator (BFO), karena yang diperlukan dalam percobaan ini yaitu perubahan frekuensi yang dihasilkan oleh kumparan dengan bola besi.
2.4.1 Beat Frequency Oscilator (BFO).
Prinsip yang digunakan adalah terjadinya perubahan karakteristik pada sensor akibat mendeteksi adanya logam. Detektor bekerja berdasarkan frekuensi resonan yang telah diatur berubah-ubah ketika terdapat objek berupa logam yang letaknya cukup dekat dengan sensor search coil. Rangkaian tuning (tune circuit) harus merupakan bagian dari rangkaian osilator sehingga jika koil sensor didekati oleh logam tertentu maka frekuensi output dari rangkaian osilasi akan berubah. Variasi perubahan frekuensi output ini tergantung dari frekuensi yang dipilih.
Search coil
Search coil oscilator
Mixer
Beat Frequency Oscilator
Audio Frequency Amplifier
Output Buffer
Speaker
Meter drive Circuit
Gambar 2.5 Blok diagram detektor logam dengan Beat Frequency Oscilator Universitas Sumatera Utara
16
2.4.2 Fix Frequency Oscilator (FFO)/detektor resonansi dengan frekuensi tetap
Pada prinsipnya metode ini hampir sama dengan metode BFO tetapi sedikit berbeda pada rangkaian tune circuitnya. Disini perubahan karakteristik pada search coilnya akan menyebabkan perubahan nilai Q, sehingga osilator dengan frekuensi tetap akan berubah-ubah amplitudonya.
Search Coil
Tuned Circuit
Rectifier/ Filter
Voltmeter
Speaker
Oscilator
Gambar 2.6 Detektor Resonansi dengan Frekuensi tetap
2.4.3 Magnetometer Sistem ini menggunakan sensor magnet buatan yang sangat kuat dengan sensor yang berbentuk U.
Oscilator dan Rangkaian Driver
Ke rangkaian Level Detector
Gambar 2.7 Blok diagram detektor logam dengan metode Magnetometer
Universitas Sumatera Utara
17
Pada sensor itu terdapat dua kumparan, kumparan yang satu merupakan kumparan penghasil medan listrik kuat untuk menimbulkan medan magnit kuat pada sensor itu. Kumparan yang lain dihubungkan ke rangkaian level detektor yang akan mendeteksi adanya perubahan level tegangan pada sensor tersebut. Detektor dengan metode magnetometer ini tidak kebal terhadap adanya gangguan yang disebabkan oleh medan-medan listrik dan medan-medan magnet liar yang disebabkan oleh jaringan listrik atau bahan-bahan magnetik.
2.5 LCD (Liquid Crystal Display)
LCD berfungsi menampilkan suatu nilai hasil sensor, menampilkan teks, atau menampilkan menu pada aplikasi mikrokontroler. LCD yang digunakan adalah jenis LCD M1632. LCDM1632 merupakan modul LCD dengan tampilan 16 x 2 baris dengan konsumsi daya rendah. M1632 adalah merupakan modul LCD dengan tampilan 16 x 2 baris dengan konsumsi daya yang rendah. Modul ini dilengkapi dengan mikrokontroler yang didisain khusus untuk mengendalikan LCD. Kegunaan LCD banyak sekali dalam perancangan suatu sistem dengan menggunakan mikrokontroler. LCD dapat berfungsi untuk menampilkan suatu nilai hasil sensor, menampilkan teks, atau menampilkan menu pada aplikasi mikrokontroler. Pada bab ini akan dibahas antarmuka LCD dengan mikrokontroler ATMega8535.
Gambar 2.8 LCD (Liquid Crystal Display)
Urutan pin (1), umumnya, dimulai dari sebelah kiri (terletak di pojok kiri atas) dan untuk LCD yang memiliki 16 pin, 2 pin terakhir (15 & 16) adalah anoda dan katoda untuk back-lighting.
Universitas Sumatera Utara
18
Tabel 2.1 Fungsi pin-pin pada Liquid Crystal Display
Sebagaimana terlihat pada kolom deskripsi (symbol and functions), interface LCD merupakan sebuah parallel bus, dimana hal ini sangat memudahkan dan sangat cepat dalam pembacaan dan penulisan data dari atau ke LCD. Kode ASCII yang ditampilkan sepanjang 8 bit dikirim ke LCD secara 4 atau 8 bit pada satu waktu. Jika mode 4 bit yang digunakan, maka 2 nibble data dikirim untuk membuat sepenuhnya 8 bit (pertama dikirim 4 bit MSB lalu 4 bit LSB dengan pulsa clock EN setiap nibblenya). Berikut adalah contoh LCD (2×16) yang umum digunakan :
Gambar 2.9 LCD M1632 Jalur kontrol EN digunakan untuk memberitahu LCD bahwa mikrokontroller mengirimkan data ke LCD. Untuk mengirim data ke LCD program harus menset EN ke kondisi high (1) dan kemudian menset dua jalur kontrol lainnya (RS dan R/W) atau juga mengirimkan data ke jalur data bus. Saat jalur lainnya sudah siap, EN harus diset ke 0 dan tunggu beberapa saat (tergantung pada datasheet LCD), dan set EN kembali ke high (1). Ketika jalur RS berada dalam kondisi low (0), data yang dikirimkan ke LCD dianggap sebagai sebuah perintah atau instruksi khusus (seperti bersihkan layar, posisi kursor dll). Ketika RS dalam kondisi high atau 1, data yang dikirimkan adalah data ASCII yang akan ditampilkan dilayar. Misal, untuk menampilkan huruf pada
Universitas Sumatera Utara
19
layar maka RS harus diset ke 1. Jalur kontrol R/W harus berada dalam kondisi low (0) saat informasi pada data bus akan dituliskan ke LCD. Apabila R/W berada dalam kondisi high (1), maka program akan melakukan query (pembacaan) data dari LCD. Instruksi pembacaan hanya satu, yaitu Get LCD status (membaca status LCD), lainnya merupakan instruksi penulisan. Jadi hampir setiap aplikasi yang menggunakan LCD, R/W selalu diset ke 0. Jalur data dapat terdiri 4 atau 8 jalur (tergantung mode yang dipilih pengguna), mereka dinamakan DB0, DB1, DB2, DB3, DB4, DB5, DB6 dan DB7. Mengirim data secara parallel baik 4 atau 8 bit merupakan 2 mode operasi primer. Untuk membuat sebuah aplikasi interface LCD, menentukan mode operasi merupakan hal yang paling penting. Mode 8 bit sangat baik digunakan ketika kecepatan menjadi keutamaan dalam sebuah aplikasi dan setidaknya minimal tersedia 11 pin I/O (3 pin untuk kontrol, 8 pin untuk data). Sedangkan mode 4 bit minimal hanya membutuhkan 7 bit (3 pin untuk kontrol, 4 untuk data). Aplikasi dengan LCD dapat dibuat dengan mudah dan waktu yang singkat, mengingat koneksi parallel yang cukup mudah antara kontroller dan LCD.
2.6 Perangkat Lunak
2.6.1 Bahasa Pemrograman
Pada perancangan program pada alat, program yang digunakan adalah pemrograman bahasa C. Untuk dapat memahami bagaimana suatu program ditulis, maka struktur dari program harus dimengerti terlebih dahulu, atau sebagai pedoman penulis program (programmer) bagaimana seharusnya program tersebut ditulis. Struktur dari program C dapat diihat sebagai kumpulan dari sebuah atau lebih fungsi-fungsi. Fungsi pertama yang harus ada di program C yang sudah ditentukan namanya, yaitu fungsi main(). Artinya program C minimal memiliki satu fungsi (fungsi main()). Fungsi-fungsi lain selain fungsi utama bisa dituliskan setelah atau sebelum fungsi utama dengan deskripsi prototype fungsi pada bagian awal program. Bisa juga dituliskan pada file lain yang apabila kita ingin memakai atau memanggil fungsi dalam file lain tersebut, kita harus menuliskan header file-nya, dengan preprocessor directive #include. File ini disebut file pustaka (library file). Struktur bahasa C dapat dilihat pada contoh dibawah ini:
Universitas Sumatera Utara
20
Main () { Statement_1; Statement_2; } Fungsi_lain () { Statement_statement; } Contoh program bahasa C menghitung viskositas dengan hukum Stokes = F/ 6(3,14).R.V = m.g / 6(3.14).R.V Keterangan : m = 0,15 kg g = 10 m/s2 r = 0,02 m v = 2 m/s = ? (dalam poise) #include <mega8535.h> #include <delay.h> #define ADC_VREF_TYPE 0x00 #include <stdio.h> #define sensor_a PORTB.1 ADMUX=ADC_VREF_TYPE & 0xff; ADCSRA=0x83; SFIOR&=0xEF; while (1) { // Place your code here if ( sensor_a == 1 ) { koe = ( 0,15 * 10 ) / ( 6 * 3,14 * 0,02 * 2 ); PORTA = 0x55; } }
2.6.2 CodeVisionAVR
CodeVisionAVR merupakan software compiler yang khusus digunakan untuk mikrokontroller keluarga AVR. Meskipun CodeVisionAVR termasuk software komersial, namun kita tetap dapat menggunakannya dengan mudah karena terdapat versi evaluasi yang disediakan secara gratis walaupun dengan kemampuan yang dibatasi. Dari beberapa software kompiler C yang pernah digunakan, CodeVisionAVR merupakan yang terbaik jika dibandingkan dengan kompiler-kompiler yang lain karena memiliki beberapa kelebihan yang dimiliki oleh CodeVisionAVR antara lain :
Universitas Sumatera Utara
21
1. Menggunakan IDE (Integrated Development Environment) 2. Fasilitas yang disediakan lengkap (mengedit program, mengkompile program, mendownload program) serta tampilannya terlihat menarik dan mudah dimengerti 3. Mampu membangkitkan kode program secara otomatis dengan menggunakan fasilitas CodeWizardAVR 4. Memiliki fasilitas untuk mendownload program langsung dari CodeVisionAVR dengan menggunakan hardware khusus seperti Atmel STK500, Kanda System STK200+/300 dan bebarapa hardware lain yang telah didefenisikan oleh CodeVisionaAVR 5. Memiliki fasilitas debugger sehingga dapat menggunakan software compiler lain untuk mengecek kode assemblernya, contoh AVRStudio 6. Memiliki terminal komunikasi serial yang terintegrasi dalam CodeVisionAVR sehingga dapat digunakan untuk membantu pengecekan program yang telah dibuat khususnya yang menggunakan fasilitas komunikasi serial USART.
Gambar 2.10 Tampilan CodeVisionAVR
Universitas Sumatera Utara