9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan menggambarkan perusahaan sebagai suatu titik
temu
antara
pemilik
perusahaan
(principal)
dengan
manajemen (agent). (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Yustini dan Cholis, 2012) menyatakan bahwa hubungan keagenan merupakan sebuah kontrak yang terjadi antara manajer (agent) dengan pemilik perusahaan (principal). Wewenang dan tanggung jawab agent maupun principal diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama. Terdapat dua kepentingan yang berbeda antara agent dan principal dimana masing-masing memiliki kepentingan masingmasing untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki (Ali, 2002 dalam Ujiyantho dan Bambang, 2007). Untuk itu diperlukan adanya asimetri antara manajemen dengan pemilik. Pemilik
perusahaan
mempekerjakan
manajer
untuk
melakukan tugas kepentingan pemilik perusahaan, termasuk pengambilan keputusan dari pemilik perusahaan kepada manajer. Pada perusahaan yang modalnya terdiri atas saham, pemegang
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE ..., HASAN ABDUR ROHMAN LUTFI ,EKONOMI UMP, 2016
10
saham bertindak sebagai pemilik perusahaan, dan CEO (Chief Executive Officer) sebagai manajer mereka. Pemegang saham mempekerjakan CEO untuk bertindak sesuai dengan kepentingan principal. 2.1.2
Informasi Asimetri Menurut IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang berkaitan dengan posisi keuangan, prestasi (hasil usaha) perusahaan, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (Ghozali dan Chariri, 2007). Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (2009) menyatakan Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan
adalah
memberikan
informasi
mengenai
posisi
keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Laporan
keuangan
diperlukan
perusahaan
untuk
mengetahui kemajuan dari usaha perusahaan tersebut. Selain itu
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE ..., HASAN ABDUR ROHMAN LUTFI ,EKONOMI UMP, 2016
11
juga laporan keuangan digunakan untuk dasar menentukan posisi keuangan perusahaan tersebut. Salah satu kendala yang akan muncul antara agent dan principal adalah adanya informasi asimetri (information asymetry). Asimetri antara manajemen dengan pemilik dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba dalam rangka menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi perusahaan (Ujiyantho dan Bambang, 2007). Hal ini menyebabkan manajemen leluasa menggunakan informasi yang diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan keuangan sebagai usaha untuk memaksimalkan kemakmurannya. 2.1.3 Corporate Governance Corporate governance merupakan salah satu konsep yang dapat dipergunakan dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan direksi, para pemegang saham dan pemangku kepentingan perusahaan lainnya (Yustini dan Cholis, 2012). Prinsip-prinsip pokok Good Corporate Governance yang dinyatakan oleh KNKG (2006) harus diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan. Prinsip tersebut adalah: 1. Transparency (Keterbukaan Informasi) Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE ..., HASAN ABDUR ROHMAN LUTFI ,EKONOMI UMP, 2016
12
relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang diisyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya. 2. Accountability (Akuntabilitas) Perusahaan
harus
dapat
mempertanggungjawabkan
kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan
kepentingan
perusahaan
dengan
tetap
memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. 3. Responsibility (Pertanggungjawaban) Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE ..., HASAN ABDUR ROHMAN LUTFI ,EKONOMI UMP, 2016
13
4. Independency (Independensi) Untuk melancarkan pelaksanaan asas Good Corporate Governance, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. 5. Fairness (Kesetaraan dan kewajaran) Dalam melaksanakan
kegiatannya, perusahaan harus
senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. Manfaat dari prinsip corporate governance yang diterapkan Menurut Herawaty (2008) yaitu: 1. Meminimalkan agency costs dengan mengontrol konflik kepentingan yang mungkin terjadi antara pincipal dengan agent. 2. Meminimalkan cost of capital dengan menciptakan sinyal positif kepada para penyedia modal. 3. Meningkatkan citra perusahaan. 4. Meningkatkan nilai perusahaan yang dapat dilihat dari cost of capital yang rendah. 5. Peningkatan kinerja keuangan dan persepsi stakeholder terhadap masa depan.
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE ..., HASAN ABDUR ROHMAN LUTFI ,EKONOMI UMP, 2016
14
2.1.3.1
Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham
perusahaan
oleh
instansi
keuangan
seperti
perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan investment banking (Siregar dan Siddharta, 2005 dalam Yustini dan Cholis, 2012). Melalui kepemilikan institusional tersebut pihak principal dapat mengendalikan pihak manajemen melalui proses
monitoring
secara
efektif
sehingga
dapat
mengurangi manajemen laba. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan
keuangan
yang tidak
menutup
kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen (Gideon, 2005 dalam Ujiyantho dan Bambang, 2007). 2.1.3.2
Ukuran Dewan Komisaris Dalam KNKG (2006) dewan komisaris merupakan organ perusahaan yang bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan good corporate governance. Ukuran
dewan
komisaris
merupakan
jumlah
keseluruhan anggota dewan komisaris, baik yang berasal
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE ..., HASAN ABDUR ROHMAN LUTFI ,EKONOMI UMP, 2016
15
dari internal perusahaan maupun dari eksternal perusahaan (Wahyono dkk., 2013). Banyaknya anggota yang menjadi dewan komisaris akan berakibat pada buruknya kinerja perusahaan
karena
sulit
untuk
berkomunikasi
dan
mengkoordinir kerja dari masing-masing anggota dewan itu sendiri. Menurut
Yustini
dan
Cholis
(2012)
agar
pelaksanaan tugas dewan komisaris dapat berjalan secara efektif, perlu dipenuhi prinsip-prinsip berikut: 1.
dewan
Komposisi
memungkinkan
komisaris
pengambilan
harus
keputusan
secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak independen. 2.
Anggota dewan komisaris harus profesional, yaitu berintegritas dan memiliki kemampuan sehingga
dapat
menjalankan
fungsinya
dengan baik termasuk memastikan bahwa direksi telah memperhatikan kepentingan semua pemangku kepentingan. 3.
Fungsi pengawasan dan pemberian nasihat dewan
komisaris
pencegahan,
mencakup
perbaikan,
sampai
tindakan kepada
pemberhentian sementara.
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE ..., HASAN ABDUR ROHMAN LUTFI ,EKONOMI UMP, 2016
16
2.1.3.3
Komisaris Independen Menurut
peraturan
Bank
Indonesia
nomor
8/14/PBI/2006, komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan atau hubungan keluarga dengan anggota dewan komisaris lainnya, direksi dan atau pemegang saham pengendali atau hubungan dengan bank, yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen. Ujiyantho dan Bambang (2007) mengatakan bahwa komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan
fungsi
monitoring
agar
terciptanya
perusahaan yang good corporate governance. Komisaris independen dapat bertindak sebagai penengah, mengawasi dan memberikan nasihat kepada manajemen. 2.1.3.4
Komite Audit Komite audit sesuai dengan Kep.29/PM/2004, mendefinisikan sebagai komite yang dibentuk oleh dewan komisaris
untuk
melaksanakan
tugas
pengawasan
pengelolaan perusahaan. Keanggotaan komite audit terdiri dari sekurangkurangnya tiga orang termasuk ketua komite audit. Anggota
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE ..., HASAN ABDUR ROHMAN LUTFI ,EKONOMI UMP, 2016
17
komite yang berasal dari komisaris hanya satu orang yaitu komisaris independen perusahaan sekaligus menjadi ketua komite audit. Anggota lain yang bukan merupakan komisaris independen harus berasal dari pihak eksternal yang independen. Seperti diatur dalam Kep-29/PM/2004 merupakan peraturan yang mewajibkan perusahaan membentuk komite audit, tugas komite audit antara lain: 1. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan perusahaan, seperti laporan keuangan, proyeksi dan informasi keuangan lainnya, 2. Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap
peraturan
perundang-undangan
di
bidang pasar modal dan peraturan perundangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan, 3. Melakukan
penelaahan
atas
pelaksanaan
pemeriksaan oleh auditor internal, 4. Melaporkan kepada komisaris berbagai risiko yang dihadapi perusahaan dan pelaksanaan manajemen risiko oleh direksi,
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE ..., HASAN ABDUR ROHMAN LUTFI ,EKONOMI UMP, 2016
18
5. Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada dewan komisaris atas pengaduan yang berkaitan dengan emiten, 6. Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan rahasia perusahaan. 2.1.4
Manajemen Laba Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi (Murtini dan Mansyur, 2012). Manajemen laba merupakan masalah
keagenan
sehingga
memicu
adanya
perbedaan
kepentingan antara pemegang saham dan manajer. Faktor-faktor yang mendorong tindakan manajer dalam melakukan kegiatan manajemen laba menurut scott (2009) dalam Wahyono dkk. (2013) adalah: 1. Kontrak Bonus Laba sering dijadikan indikator penilaian prestasi manajer perusahaan. Oleh karena itu, jika manajer perusahaan yang memperoleh laba di bawah target laba, maka akan melakukan manipulasi laba agar memperoleh bonus yang maksimal di periode mendatang.
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE ..., HASAN ABDUR ROHMAN LUTFI ,EKONOMI UMP, 2016
19
2. Stock Price Effect Manajer melakukan manajemen laba dalam laporan keuangan bertujuan untuk mempengaruhi pasar. 3. Faktor Politik Untuk mengurangi biaya politis dan pengawasan dari pemerintah, dilakukan dengan cara menurunkan laba, untuk memperoleh kemudahan dan fasilitas dari pemerintah misalnya, dilakukan dengan cara menurunkan laba untuk meminimalkan tuntutan serikat buruh. 4. Faktor Pajak Pada perioda terjadi kenaikan harga (inflasi), penggunaan LIFO akan menghasilkan laba yang dilaporkan lebih rendah dan pajak yang dibayarkan juga menjadi lebih rendah. Jadi manajer perusahaan berusaha menurunkan laba dengan tujuan untuk mengurangi beban pajak yang dikenakan perusahaan. 5. Penawaran Saham Perdana (IPO) Pada
umumnya,
perusahaan
yang
akan
melakukan
penawaran saham perdana (IPO) melakukan aktifitas manajemen laba pada periode terakhir sebelum IPO. Saat perusahaan go public, informasi keuangan yang ada dalam prospektus merupakan sumber informasi yang penting dan utama. Informasi ini dapat dipakai sebagai sinyal kepada
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE ..., HASAN ABDUR ROHMAN LUTFI ,EKONOMI UMP, 2016
20
calon
investor
tentang
nilai
perusahaan
untuk
mempengaruhi calon investor, maka manajer berusaha untuk menaikkan laba yang dilaporkan, agar harga saham tinggi pada saat IPO. Teknik dalam manajemen laba menurut Setiawati dan Na’im (2000) dalam Wahyono dkk. (2013) dapat dilakukan dengan tiga teknik: 1. Memanfaatkan peluang atau memainkan kebijakan untuk membuat estimasi akuntansi manajemen mempengaruhi laporan keuangan dengan cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgment (perkiraan) estimasi akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi, dan lain-lain. 2. Mengubah metode akuntansi Untuk dapat menaikkan dan menurunkan angka laba yaitu dengan mengubah metode akuntansi yang berbeda dengan metode sebelumnya, Perubahan metode akuntansi tersebut yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi, contoh : merubah metode depresiasi aktiva tetap, dari metode depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis lurus, merubah metode perhitungan persediaan dari metode LIFO ke metode FIFO atau sebaliknya.
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE ..., HASAN ABDUR ROHMAN LUTFI ,EKONOMI UMP, 2016
21
3. Menggeser periode biaya atau pendapatan Banyak hal yang menggeser periode biaya atau pendapatan, sebagai contoh merekayasa periode biaya atau pendapatan, seperti mempercepat atau menunda pengeluaran untuk meneliti dan mengembangkan sampai pada periode akuntansi
berikutnya,
pengeluaran
promosi
mempercepat
atau
mempercepat sampai
atau
periode
menunda berikutnya,
menunda pengiriman produk ke
pelanggan, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tidak dipakai. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. 1
2
Nama Peneliti dan Tahun Nasution dan Doddy (2007)
Ujiyantho dan Bambang (2007)
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Variabel dependen : Manajemen Laba. Variabel Independen : Pengaruh corporate governance (komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris dan komite audit). Populasi dan sampel : Perusahaan perbankan yang terdaftar di BEJ 2000-2004.
Komposisi dewan komisaris dan komite audit berpengaruh secara negatif signifikan terhadap praktik manajemen laba perusahaan. Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. kepemilikan institusional dan ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, kepemilikan manajerial
Variabel dependen : manajemen laba Variabel independen : Mekanisme corporate governance (kepemilikan
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE ..., HASAN ABDUR ROHMAN LUTFI ,EKONOMI UMP, 2016
22
3
Farida dkk. (2010)
4
Murtini dan Mansyur (2012)
institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris indepeneden, ukuran dewan komisaris). Populasi dan sampel : Perusahaan manufaktur 20022004 Variabel dependen : Earnings management dalam menilai kinerja keuangan Variabel independen : Pengaruh penerapan corporate governance (Ukuran dewan komisaris, komposisi dewan komisaris independen, komite audit, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial). Sampel dan populasi : Perusahaan perbankan indonesia yang listing di BEI 2005-2007 Variabel dependen : Manajemen Laba Variabel Independen : Pengaruh corporate governance (kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan kualitas auditor). Populasi dan sampel : Perusahaan go public di Indonesia tahun 2004-2007.
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, dan proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
kepemilikan manajerial yang terbukti berpengaruh terhadap manajemen laba sedangkan ukuran dewan komisaris, komposisi dewan komisaris independan,komite audit dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,komisaris independen dan kualitas auditor berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, sedangkan ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE ..., HASAN ABDUR ROHMAN LUTFI ,EKONOMI UMP, 2016
23
4
Yustini dan Cholis (2012)
5
Wahyono dkk. (2013)
Variabel dependen : Manajemen laba Variabel Independen : Pengaruh corporate governance (proporsi komisaris independen, ukuran dewan komisaris independen dan komite audit). Populasi dan sampel : Perusahaan perbankan publik 2009-2011 Varibel dependen : Manajemen laba Variabel independen : Pengaruh corporate governance (dewan komisaris, komite audit,manajemen dan shareholder). Populasi dan sampel : Perbankan persero dan perbankan umum swasta nasional di BEI 2008-2010.
komite audit yang mempengaruhi manajemen laba sedangkan proporsi komisaris independen dan ukuran dewan komisaris tidak mempengaruhi manajemen laba.
Mekanisme corporate governance berpengaruh tidak signifikan terhadap manajemen laba.
2.2 Kerangka Pemikiran Untuk
menggambarkan
pengaruh
mekanisme
corporate
governance terhadap manajemen laba, maka dibuat suatu kerangka pemikiran sebagai berikut:
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE ..., HASAN ABDUR ROHMAN LUTFI ,EKONOMI UMP, 2016
24
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Mekanisme Corporate Governance : H1-
Kepemilikan institusional
Ukuran dewan komisaris
H2+
Manajemen Laba
H3Komisaris Independen H4-
Komite audit
2.3 Hipotesis Penelitian Hipotesis dari penelitian yang akan dilakukan berdasarkan permasalahan dan tujuan yang ada dapat diuraikan sebagai berikut : 2.3.1
Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba Kepemilikan mengendalikan
institusional
manajemen
dengan
memiliki
kemampuan
memonitoring
tindakan
manajemen sehingga dapat mengurangi manajemen laba (Murtini dan Rizal, 2012). Ujiyantho dan Bambang (2007) menemukan bukti bahwa adanya kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini juga tidak terbukti oleh penelitian Guna dan Arleen (2010) bahwa kepemilikan institusional dalam struktur
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE ..., HASAN ABDUR ROHMAN LUTFI ,EKONOMI UMP, 2016
25
modal yang dimiliki di industri perbankan Indonesia jumlahnya sangat sedikit sehingga tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. H1 : Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. 2.3.2 Ukuran Dewan Komisaris terhadap Manajemen Laba Makin banyaknya anggota dewan komisaris maka badan ini akan
mengalami
kesulitan
dalam
menjalankan
perannya,
diantaranya kesulitan dalam berkomunikasi dan mengkoordinir kerja dari masing-masing anggota dewan itu sendiri. Dalam penelitian Murtini dan rizal (2012) menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap manajemen laba, hal ini juga mendukung penelitian dari Nasution dan Doddy (2007) yang menyatakan hasil penelitiannya bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap manajemen laba hal ini disebabkan ukuran dewan komisaris dalam perusahaan memiliki dewan komisaris yang terlalu banyak sehingga memicu terjadinya manajemen laba. H2 : Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE ..., HASAN ABDUR ROHMAN LUTFI ,EKONOMI UMP, 2016
26
2.3.3 Komisaris Independen terhadap Manajemen Laba Menurut peraturan Bank Indonesia nomor 8/14/PBI/2006, komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan atau hubungan keluarga dengan anggota dewan komisaris lainnya, direksi dan atau pemegang saham pengendali atau hubungan dengan bank, yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen. Penelitian Murtini dan Rizal (2012) dan Yustini Cholis (2012) menyatakan bahwa komisaris independen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba hal ini disebabkan karena ketentuan minimum dewan komisaris independen sebesar 30% mungkin belum cukup tinggi untuk menyebabkan para komisaris independen tersebut dapat mendominasi kebijakan yang diambil oleh dewan komisaris. H3 :
Komisaris independen berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba. 2.3.4
Komite Audit terhadap Manajemen Laba Sesuai dengan Kep. 29/PM/2004, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan. Komite audit
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE ..., HASAN ABDUR ROHMAN LUTFI ,EKONOMI UMP, 2016
27
merupakan komponen baru dalam sistem pengendalian perusahaan. Selain itu komite audit dianggap sebagai penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam menangani masalah pengendalian. Hasil penelitian Nasution dan Doddy (2007) dan Yustini dan Cholis (2012) menyatakan bahwa komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Dengan demikian komite audit sangat diperlukan untuk mengurangi adanya manajemen laba. H4 :
Komite audit berpengaruh negatif manajemen laba.
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE ..., HASAN ABDUR ROHMAN LUTFI ,EKONOMI UMP, 2016