BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
PENJADWALAN DAN PERENCANAAN PROYEK
Penjadwalan dalam pengertian proyek konstruksi merupakan perangkat untuk menentukan aktivitas yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek dalam urutan serta kerangka waktu tertentu, di mana setiap aktivitas harus dilaksanakan agar proyek selesai tepat waktu dengan biaya yang ekonomis (Callahan, 1992). Penjadwalan meliputi tenaga kerja, material, peralatan, keuangan, dan waktu. Dengan penjadwalan yang tepat maka beberapa macam kerugian dapat dihindarkan seperti keterlambatan, pembengkakan biaya, dan perselisihan.
Setiap kegiatan pada network diagram sebuah proyek selalu diapit oleh dua peristiwa yaitu peristiwa awal saat kegiatan yang bersangkutan dimulai dan peristiwa akhir saat kegiatan yang bersangkutan diselesaikan. Masing-masing peristiwa tersebut memiliki saat paling awal dan saat paling lambat yang pada umumnya satu sama lain berbeda. Rencana pelaksanaan yang pasti atau jadwal kegiatan yang pasti masih harus ditentukan dari alternatif / kemungkinan yang dihadapi. Alternatif tersebut timbul karena adanya perubahan saat paling awal dan saat paling lambat pada masing-masing peristiwa tersebut.
Oleh karena itu sebelum menentukan jadwal suatu kegiatan, harus lebih dahulu diketahui alternatif jadwal kegiatan yang bersangkutan dari network
8 Universitas Sumatera Utara
diagram proyek yang bersangkutan. Jumlah alternatif jadwal kegiatan, disamping ditentukan oleh saat paling lambat dan saat paling awal peristiwa awal ataupun peristiwa akhir, juga ditentukan oleh lama kegiatan dan sifat lama kegiatan. Sifat lama kegiatan dapat konstan ataupun bervariasi mulai dari harga minimum sampai dengan harga maksimum tertentu.
Alternatif jadwal kegiatan tersebut dibatasi oleh dua batas (limit) yaitu: pertama, jadwal terawal yaitu jadwal kegiatan yang dimulai dan diselesaikan seawal mungkin (Tipe I), dan kedua, jadwal paling lambat yaitu jadwal kegiatan yang pelaksanaanya dimulai dan diselesaikan selambat mungkin (Tipe II). Antara kedua batas tersebut terdapat sejumlah alternatif jadwal kegiatan yang banyaknya bergantung pada data yang ada. Salah satu yang terpenting dari alternatif tersebut adalah jadwal kegiatan yang pelaksanaanya menghabiskan free float-nya. Kegiatan yang memiliki free float mempunyai fleksibilitas yang tinggi karena penundaan pekerjaan selama masih kurang dari free Float bisa bebas dilaksanakan.
Dari beberapa kasus yang ada, penjadwalan merupakan alat mutlak yang diperlukan guna menyelesaikan suatu proyek. Unsur utama penjadwalan adalah peramalan (forecasting). Menjadwalkan adalah berfikir secara mendalam melalui berbagai persoalan-persoalan, menguji jalur-jalur yang logis, serta menyusun berbagai macam tugas, menghasilkan suatu kegiatan yang lengkap, dan menulis bermacam-macam kegiatan dalam kerangka yang logis dan rangkaian waktu yang tepat. (Putri Lynna,2005)
9 Universitas Sumatera Utara
Jadwal sebuah proyek bagai sebuah peta dalam perjalanan tanpa membaca peta dengan baik, perjalanan dapat tersesat sehingga menghabiskan banyak waktu, biaya bahan bakar, atau tidak sampai ketujuan karena kehabisan bahan bakar (proyek gagal). Untuk itu, sebelum proyek dimulai sebaiknya seorang manajer yang baik terlebih dahulu merencanakan jadwal proyek agar proyek dapat diselesaikan secara konsisten tepat waktu dan efisien.
Seperti yang dibahas diatas bahwa jadwal bagi proyek bagaikan sebuah peta dalam perjalanan. Karena ini sangat penting dalam penentuan arah dan mengetahui item pekerjaan lebih dahulu dikerjakan atau pekerjaan yang mendahului.
Tujuan dari perencanaan jadwal (Putri Lynna,2005) adalah :
1. Mempermudah perumusan masalah proyek, 2. Menentukan metode atau cara yang sesuai, 3. Agar kelancaran kegiatan lebih terorganisir, 4. Mendapatkan hasil akhir yang optimum.
Manfaat perencanaan tersebut bagi proyek adalah:
1. Mengetahui keterkaitan antar kegiatan, 2. Mengetahui kegiatan yang diperlukan menjadi perhatian (kegiatan kritis), 3. Mengetahui dengan jelas kapan memulai kegiatan dan kapan harus menyelesaikannya.
10 Universitas Sumatera Utara
Perencanaan adalah suatu proses yang mencoba meletakkan dasar tujuan dan sasaran termasuk menyiapkan segala sumber daya untuk mencapainya. Perencanaan memberikan pegangan bagi pelaksanaan mengenai alokasi sumber daya untuk melaksanakan kegiatan (Imam Soeharto, 1997). Secara garis besar, perencanaan berfungsi untuk meletakkan dasar sasaran proyek, yaitu penjadwalan, anggaran dan mutu.
Perencanaan merupakan bagian terpenting untuk mencapai keberhasilan proyek konstruksi. Pengaruh perencanaan terhadap proyek konstruksi akan berdampak pada pendapatan dalam proyek itu sendiri. Hal ini dikuatkan dengan berbagai kejadian dalam proyek konstuksi yang menyatakan bahwa perencanaan yang baik dapat menghemat ±40% dari biaya proyek, sedangkan perencanaan yang kurang baik dapat menimbulkan kebocoran anggaran yang sangat besar.
Tidak pernah dijumpai suatu proyek yang semua kegiatannya berjalan sesuai rencana dasar, terutama bagi proyek yang besar dan kompleks. Hal ini disebabkan antara lain pada waktu menyusun perencanaan dasar belum cukup tersedia data dan informasi yang diperlukan sehingga bahan perencanaan sebagian besar didasarkan atas perkiraan dan asumsi keadaan yang akan datang. Sebagai contoh, akan sulit menentukan selama proyek berlangsung mengenai berapa besar berubahnya nilai tukar mata uang, atau kemungkinan adanya pemogokan buruh, perubahan iklim yang tidak menolong, dan lain sebagainya. Oleh karena itu perubahan atau penyimpangan dari rencana selalu terjadi tetapi dengan adanya siklus perencanaan – pengendalian – koreksi terus menerus maka akibat
11 Universitas Sumatera Utara
penyimpangan itu dapat ditekan sekecil mungkin sehingga kesulitan besar untuk mencapai sasaran proyek dapat dihindari.
Sebuah kegiatan jasa konstruksi memiliki pekerjaan yang sangat banyak dan kompleks maka kebutuhan perencanaan dan pengelolaan amat vital. Padahal didalam perencanaan, penjadwalan merupakan salah satu maasalah yang dapat mempengaruhi kinerja pelaksanaan proyek. Karena itu perlu ditentukan penggunaan metode mana yang mempunyai waktu penyelesaian proyek paling pendek. Maka dari itu pemakaian metode penjadwalan sangat berpengaruhi waktu selesainya suatu proyek.
Sering terjadi ketidakpastian persepsi oleh pihak industri konstruksi antara “perencanaan” dan “penjadwalan”. Kedua kata tersebut sering disatukan dan digunakan untuk menyebut jabatan seseorang dalam unit usaha “perencanaan dan penjadwalan”. Arti sesungguhnya dari keduanya sangat berlainan meskipun tetap saling berkaitan. “penjadwalan” digunakan untuk menggambarkan proses dalam proyek konstruksi dan merupakan bagian dari perencanaan. Keterkaitan antara perencanaan dan penjadwalan dapat diilustrasikan sebagai berikut. Perencanaan pondasi dari sebuah bangunan mencakup beberapa fungsi yang terkait, yaitu fungsi
estimasi,
penjadwalan
pengendalian.
Perencanaan
adalah
proses
pengambilan keputusan dari berbagai alternatif yang mungkin, misalnya metode konstruksi yang tepat dan urutan kerjanya. Proses ini nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk melakukan kegiatan estimasi dan penjadwalan dan selanjutnya sebagai tolak ukur untuk pengendalian proyek. Penjadwalan adalah kegiatan untuk menentukan waktu yang dibutuhkan dan urutan kegiatan
12 Universitas Sumatera Utara
merefleksikan perencanaan dan oleh karenanya perencanaan harus dilakukan lebih dahulu. Hal-hal yang mendasar dari kegiatan perencanaan adalah pencarian informasi dan data, pengembangan dari berbagai alternatif yang mungkin, melakukan analisis dan evaluasi dari berbagai alternatif pelaksanaan dan memberi masukan. (Wulvram,2002)
Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan suatu proyek merupakan kegiatan yang relatif kompleks dan sulit dilakukan karena kita dituntut untuk memperhatikan berbagai aspek seperti waktu, biaya, sumber daya, perkembangan pencapaian tujuan dan masih banyak lagi yang lain. Proyek memang merupakan suatu rangkaian tugas atau kegiatan yang melibatkan berbagai komponen dan sumber daya yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan secara efektif dan efisien. (Putri Lynna,2005)
Dalam proses untuk mencapai tujuan proyek terdapat batasan yang harus dipenuhi biaya atau anggaran, waktu atau jadwal, serta kualitas atau mutu. Tiga hal tersebut merupakan parameter penting dalam penyelengaraan suatu proyek dan sering disebut juga triple constrain. Triple constrain tersebut yaitu: 1.
Biaya atau anggaran Suatu proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak boleh melebihi anggaran. Proyek berskala besar dan proses pelaksanaannya bertahun-tahun, biayanya tidak hanya ditentukan dalam total proyek, akan tetapi terbagi atas bagian-bagian atau periode tertentu yang jumlahnya
13 Universitas Sumatera Utara
disesuaikan dengan keperluan. Dengan demikian penyelesaian bagianbagian proyek harus memenuhi sasaran anggaran per-periode. 2.
Waktu atau jadwal Proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu yang telah ditentukan dan penyerahannya tidak boleh melewati batas waktu yang telah ditentukan.
3.
Kualitas atau mutu Hasil kegiatan atau produk harus memenuhi spesifikasi dan kriteria mutu yang telah dipersyaratkan. Biaya
Waktu
Mutu
Gambar 2.1 Hubungan triple constrain (Iman Soeharto, 1997:3) Tiga batasan tersebut diatas bersifat saling bersangkutan dan saling tarikmenarik. Jika ingin meningkatkan kinerja produk yang telah ditentukan, maka secara umumnya harus diikuti dengan meningkatkan mutu. Hal ini selanjutnya berakibat pada naiknya biaya sehingga melebihi anggaran. Sebaliknya jika ingin menekan atau memperkecil biaya, maka biasanya harus memperhatikan jadwal atau waktu dan mutu juga.
14 Universitas Sumatera Utara
2.2
CPM (CRITICAL PATH METHOD)
2.2.1
Pengertian CPM
CPM adalah metode yang berorientasi pada waktu yang mengarah pada penentuan jadwal dan estimasi waktunya bersifat pasti. Menurut Srivastava (1995:663). Critical Path Method (CPM) merupakan model kegiatan proyek yang digambarkan dalam bentuk jaringan. Kegiatan yang digambarkan sebagai titik pada jaringan dan peristiwa yang menandakan awal atau akhir dari kegiatan digambarkan sebagai busur atau garis antara titik. Dalam metode CPM dikenal dengan adanya jalur kritis, yaitu jalur yang
memiliki
rangkaian
komponen-komponen
kegiatan
dengan
total jumlah waktu terlama. Jalur kritis terdiri dari rangkaian kegiatan kritis, dimulai dari kegiatan pertama sampai pada kegiatan terakhir proyek (Soeharto, 1999). Lintasan kritis (Critical Path) melalui aktivitas-aktivitas yang jumlah waktu pelaksanaannya paling lama. Jadi, lintasan kritis adalah lintasan yang paling menentukan waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan, digambar dengan anak panah tebal (Badri,1997).
Pada saat ini, penjadwalan dengan hanya memperhitungkan durasi dan ketergantungan pekerjaan saja tidak cukup. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya faktor-faktor yang harus diperhitungkan dalam menjadwalkan suatu proyek. Salah satu faktor yang paling menentukan adalah waktu penjadwalan suatu proyek. Oleh karena itu, banyak sekali metode yang
15 Universitas Sumatera Utara
dikembangkan untuk mengatasi masalah ini, salah satunya adalah metode lintasan kritis.
Lintasan kritis suatu proyek adalah lintasan dalam suatu jaringan kerja sedemikian sehingga kegiatan pada lintasan ini memiliki kelambanan nol. Sedangkan lintasan kritis adalah jalur atau jalan yang dilalui atau dilintasi yang paling menentukan berhasil atau gagalnya suatu pekerjaan. Dengan kata lain lintasan kritis adalah lintasan yang paling menentukan penyelesaian proyek secara keseluruhan.
Lintasan kritis memiliki arti penting dalam pengelolaan proyek karena lintasan kritis merupakan waktu atau durasi penentu penyelesaian proyek. Penundaan atau keterlambatan tugas dalam kategori lintasan kritis menyebabkan
penundaan
penyelesaian
proyek
secara
keseluruhan.
Keterlambatan tugas dalam kategori lintasan non-kritis tidak akan menunda penyelesaian proyek.
CPM Menurut Levin & Kirkpatrick (1972), merupakan metode untuk merencanakan dan mengawasi proyek. CPM merupakan sistem yang paling banyak dipergunakan diantara semua sistem lain yang memakai prinsip pembentukan jaringan. Dengan CPM, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan berbagai tahap suatu proyek dianggap dan diketahui dengan pasti, demikian pula hubungan antara sumber yang digunakan dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek.
16 Universitas Sumatera Utara
CPM mengasumsikan bahwa umur proyek bisa dipersingkat dengan penambahan sumber daya tenaga kerja, peralatan, modal untuk kegiatankegiatan tertentu. Bila tidak ada ketentuan lain, maka waktu pelaksanaan kegiatan dianggap berada pada kondisi "Normal", waktu pelaksanaan pada kondisi normal dinamakan waktu normal (Tn).Ongkos pelaksanaan suatu kegiatan pada kondisi normal dinamakan biaya normal (Cn). Penambahan tenaga kerja atau kerja lembur bisa mengurangi waktu normal. Penambahan tenaga kerja tersebut berarti penambahan biaya. Waktu normal (Tn) biasanya merupakan waktu terpanjang bagi suatu kegiatan sedangkan biaya normal (Cn) adalah biaya paling murah.
Cc
18
Crash Cost Slope
Biaya 8 Cn
normal
Tc=5
Tn=10
Gambar 2.2 Hubungan Biaya - Waktu Pada Keadaan Normal dan Crash
Bila semua sumber daya yang dipunyai perusahaan dikerahkan sehingga suatu kegiatan bisa diselesaikan secepat mungkin, kegiatan tersebut dikatakan Crashed. Kondisi crashed tidak hanya berhubungan
17 Universitas Sumatera Utara
dengan waktu tercepat, tetapi juga dengan biaya terbesar. Dalam kondisi crashed waktu pelaksanaan kegiatannya adalah (Tc), dan biayanya (Cc).
Garis yang berhubungan dua titik dalam gambar tersebut dinamakan Cost Slope. Untuk suatu aktivitas mempunyai cost-slope tersendiri.
Cc dan Cn adalah biaya crash dan biaya normal (biaya crashed > biaya normal), Tn dan Tc adalah waktu normal dan waktu crash (waktu normal > waktu crashed) untuk kegiatan yang sama. Cost Minimalis Biaya dan Alokasi Sumber daya Slope menyatakan berapa besar berubahnya biaya bila suatu aktivitas dipercepat atau diperlambat. Kemiringan cost slope akan bertambah bila aktivitas dipercepat penyelesaiannya, dengan ongkos perwaktunya lebih mahal.
2.2.2
1.
Komponen-komponen CPM
Diagram Network Variabel kegiatan dalam membuat diagram network adalah kurun
waktu, tanggal mulai dan tanggal berakhir. Bila kegiatan tersebut dijumlahkan kembali akan menjadi lingkup proyek keseluruhan. a)
Peristiwa atau kejadian dan milestone, adalah suatu titik waktu dimana semua kegiatan sebelumnya sudah selesai dan kegiatan sesudah itu dapat dimulai. Peristiwa dalam proyek adalah titik awal dimulainya proyek dan peristiwa akhir adalah titik dimana proyek selesai. Salah satu peristiwa atau event yang penting dinamakan tonggak kemajuan atau milestone.
18 Universitas Sumatera Utara
b)
Node i dan node j, yang berada diekor anak panah adalah node i, sedangkan yang dikepala adalah node j. Tetapi node j akan menjadi node i untuk kegiatan berikutnya.
c)
Kecuali kegiatan awal maka sebelum suatu kegiatan dapat dimulai, kegiatan terdahulu harus sudah selesai.
d)
Dummy merupakan anak panah yang hanya menjelaskan hubungan ketergantungan antara dua kegiatan, tidak memerlukan sumber daya dan tidak membutuhkan waktu.
e)
Penyajian grafis jaringan kerja tidak membutuhkan skala, kecuali untuk keperluan tertentu.
EETi
EETj
Kegiatan i-j j
i LETi
LETj
L
Gambar 2.3 Hubungan Kegiatan dalam CPM Keterangan:
i
:Nomor dari lingkaran kegiatan yang merupakan permulaan dari kegiatan yang ditinjau.
j
:Nomor dari lingkaran kejadian yang merupakan ujung akhir dari kegiatan yang ditinjau.
L
:Durasi kegiatan. Untuk menyusun network planning digunakan tanda atau simbol
sebagai berikut: 19 Universitas Sumatera Utara
a)
Anak panah (arrow) Adalah lambang aktifitas atau kegiatan. Anak panah menggambarkan
keterkaitan antar kegiatan proyek atau urutan kegiatan yang harus diselesaikan. Kegiatan ini memerlukan jangka waktu tertentu dengan menggunakan sumber daya. b)
Lingkaran kecil (node) Menyatakan
suatu
kegiatan,
peristiwa
atau
event.
Kejadian
didefinisikan sebagai ujung atau pertemuan dari satu atau lebih kegiatan. c)
Anak panah sejajar (double arrow) Merupakan yang menunjukkan kegiatan dilintasan kritis.
d)
Anak panah terputus-putus (dummy) Menunjukan kaitan antara dua kegiatan yang satu harus menunggu
selesainya satu kegiatan lain/kegiatan semu. Dummy berfungsi untuk membatasi mulainya kegiatan. Dummy tidak mempunyai durasi karena tidak memakai atau menghabiskan sumber daya. 2.
Hubungan antar simbol dan urutan kegiatan Dalam proses perhitungan dengan metode CPM dikenal adanya
beberapa parameter sebagai berikut: a.
EET (Earliest Event Time / Saat Paling Awal) : Saat paling cepat atau paling awal peristiwa / node / event mungkin terjadi, yang berarti
20 Universitas Sumatera Utara
waktu paling cepat suatu kegiatan yang berasal dari node tersebut dapat dimulai karena menurut aturan dasar suatu kegiatan baru dapat dimulai bila kegiatan-kegiatan terdahulu selesai. EETi : Saat paling cepat peristiwa yang mungkin terjadi, maksudnya
b.
waktu mulai paling awal suatu kegiatan. Bila waktu kegiatan dinyatakan dalam hari, maka waktu ini merupakan hari pertama kegiatan dimulai. c.
EETj : Saat paling cepat peristiwa terakhir mungkin terjadi, berarti waktu selesai paling awal suatu kegiatan. Bila hanya ada satu kegiatan terdahulu, maka EETj kegiatan terdahulunya merupakan EETi kegiatan berikutnya.
Untuk sebuah kegiatan menuju ke sebuah peristiwa:
EETi
EETj
X j
i L
Gambar 2.4 Hubungan EET Satu Kegiatan Menuju Ke Satu Peristiwa Rumus : EETj = EETi + L Keterangan : X
= Kegiatan
21 Universitas Sumatera Utara
J
= Peristiwa akhir kegiatan X
I
= Peristiwa awal kegiatan X
L
= Lama kegiatan X yang diperkirakan
EETi = Saat paling awal peristiwa awal EETj = Saat paling awal peristiwa akhir Untuk sebuah kegiatan menuju ke sebuah peristiwa
EETi1 i1 X1 L1 EETj j X2 EETi2 i2
L2
Gambar 2.5 Hubungan EET Beberapa Kegiatan Menuju Ke Satu Peristiwa Rumus :
EETj = (EETin + Ln) maksimum
Keterangan : n
= Nomor kegiatan (n = 1,2,3…….z)
Xn
= Nma kegiatan ke – n
22 Universitas Sumatera Utara
j
= Peristiwa akhir bersama dari semua kegiatan Xn
in
= Peristiwa awal kegiatan Xn
EETin
= Saat paling awal peristiwa awal dari kegiatan Xn
Ln
= Lama kegiatan Xn yang diperkirakan
EETj
=Saat paling awal peristiwa akhir seluruh kegiatan. LET (Latest Event Time/Saat Paling Lambat) : Saat paling lambat
suatu peristiwa boleh terjadi, berarti waktu paling lambat yang masih diperbolehkan bagi suatu peristiwa terjadi. a.
LETi : Saat paling lambat peristiwa awal boleh terjadi atau waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai, yaitu waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai tanpa memperlambat proyek secara keseluruhan.
b.
LETj : Saat paling lambat peristiwa akhir boleh terjadi, berarti waktu paling akhir kegiatan boleh selesai tanpa memperlambat penyelesaian proyek.
Untuk sebuah kegiatan keluar dari sebuah peristiwa
X j
i LETi
L
LETj
Gambar 2.6 Hubungan LET Sebuah Kegiatan Keluar dari Satu Peristiwa
23 Universitas Sumatera Utara
Rumus : LETi = LETj – L
Keterangan: X
= Kegiatan
j
= Peristiwa akhir kegiatan X
i
= Peristiwa awal kegiatan X
L
= Lama kegiatan X yang diperkirakan
LETi
= Saat paling lambat peristiwa awal
LETj
= Saat paling lambat peristiwa akhir.
Untuk beberapa kegiatan keluar dari sebuah peristiwa
X1
j1 LETj1
L1 i LETi
X2 L2
j2 LETj2
Gambar 2.7 Hubungan LET Beberapa Kegiatan Keluar dari Satu Peristiwa
24 Universitas Sumatera Utara
Rumus :
LETi = (LETjn - Ln) minimum
Keterangan: n
= Nomor kegiatan (n = 1,2,3…….z)
Xn
= Nama kegiatan ke – n
i
= Peristiwa awal bersama dari semua kegiatan n
jn
= Peristiwa akhir masing-masing kegiatan n
LETjn
= Saat paling lambat peristiwa akhir kegiatan Xn
Ln
= Lama kegiatan Xn yang diperkirakan
LETi
= Saat paling lambat peristiwa awal kegiatan
3.
Jalur Kritis Peristiwa kritis adalah peristiwa yang tidak mempunyai tenggang
waktu EET-nya sama dengan LET-nya. Sedangkan kegiatan kritis adalah kegiatan yang sangat sensitif terhadap keterlambatan, sehingga bila sebuah kegiatan kritis terlambat satu hari saja, sedang kegiatan lainnya tidak, maka proyek akan mengalami keterlambatan selama satu hari. Sifat kritis ini disebabkan karena kegiatan tersebut harus dimulai dan harus selesai pada satu saat.
25 Universitas Sumatera Utara
Kesimpulannya berarti : EETi = LETi
EETj = LETj
Karena harus dimulai pada suatu saat awal saja dan selesai suatu saat akhir saja dan tidak ada alternatif saat lainnya, maka : EETi + L = EETj
LETi + L = LETj
Keterangan: L
= Lama kegiatan kritis
EETi
= EET peristiwa awal
EETj
= EET peristiwa akhir
LETi
= LET peristiwa awal
LETj
= LET peristiwa akhir Lintasan kritis adalah lintasan yang terdiri dari kegiatan-kegiatan
kritis, peristiwa-peristiwa kritis, dan dummy. Tujuan mengetahui lintasan kritis adalah untuk mengetahui dengan cepat kegiatan dan peristiwa yang tingkat kepekaannya paling tinggi terhadap keterlambatan pelaksanaan, sehingga setiap saat dapat ditentukan tingkat prioritas kebijaksanaan proyek, yaitu terhadap kegiatan kritis dan hampir kritis. Dalam mengidentifikasikan jalur kritis perhitungan waktu pada suatu jaringan kerja dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu :
26 Universitas Sumatera Utara
a)
Perhitungan maju Hitungan maju adalah cara perhitungan waktu mulai dari selesai suatu
kegiatan dalam rangkaian jaringan kerja hanya mempergunakan EETi, EETj, dan L. Aturan dalam hitungan maju.
Kecuali kegiatan awal, maka suatu kegiatan baru dapat dimulai bila kegiatan yang mendahuluinya telah selesai. Rumus : EETj = EETi + L
Bila suatu kegiatan memiliki dua atau lebih kegiatan menggabung, maka EETj kegiatan tersebut adalah EETi yang terbesar dari kegiatan terdahulu.
b)
Perhitungan mundur Perhitungan mundur dimaksudkan untuk mengetahui waktu paling
akhir kegiatan masih dapat dimulai dan mengakhiri masing-masing kegiatan. Hitungan mundur dimulai dari ujung kanan suatu jaringan kerja atau waktu akhir penyelesaian proyek. Aturan dalam hitungan mundur
Bila hanya ada satu kegiatan yang keluar dari peristiwa, maka waktu paling akhir dari kegiatan tersebut sama dengan waktu selesai paling akhir dikurangi dengan kurun waktu kegiatanya.
27 Universitas Sumatera Utara
Rumus : LETi = LETj – L
Bila suatu kegiatan memiliki dua atau lebih yang mengikuti, maka LETi kegiatan tersebut adalah sama dengan LETj kegiatan berikutnya yang terkecil.
4.
Tenggang Waktu Kegiatan Tenggang waktu kegiatan adalah jangka waktu yang merupakan
ukuran batas toleransi keterlambatan kegiatan. Dengan ukuran ini dapat diketahui karakteristik pengaruh keterlambatan terhadap penyelenggaraan proyek dan terhadap pola kebutuhan sumber daya dan biaya. a)
Syarat menghitung tenggang waktu kegiatan adalah:
Telah ada network diagram yang tepat yaitu terdiri dari kegiatan, peristiwa, dan dummy (bila diperlukan) yang jumlahnya tepat, hubungan logika antar kegiatan memenuhi persyaratan, dan nomornomor peristiwanya memenuhi persyaratan.
Lama kegiatan perkiraan masing-masing telah ditentukan.
Telah dihitung EET dan LET semua peristiwa.
b)
Float Float merupakan sejumlah waku yang tersedia dalam suatu kegiatan,
sehingga memungkinkan penundaan atau perlambatan kegiatan secara
28 Universitas Sumatera Utara
sengaja / tidak sengaja, tetapi penundaan tersebut tidak menyebabkan proyek menjadi terlambat dalam penyelesainnya. Ada tiga macam bentuk tenggang waktu kegiatan yaitu :
Total Float (TF) : Pada penyusunan dan perencanaan jadwal proyek, arti penting dari total Float adalah menunjukan jumlah waktu yang diperkenankan suatu kegiatan boleh ditunda tanpa mempengaruhi jadwal proyek secara keseluruhan. Rumus : TF = LETj - L – EETi
Free Float (FF) : adalah jangka waktu antara saat paling awal peristiwa akhir (EETj) kegiatan yang bersangkutan dengan saat selesainya kegiatan yang bersangkutan, bila kegiatan tersebut dimulai pada saat paling awal (EETi). Rumus : FF = EETj - L – EETi
5.
Limit jadwal kegiatan
a)
Keadaan jadwal paling awal Merupakan keadaan pada saat pelaksanaan kegiatan dimulai dan
diselesaikan seawal mungkin. Ini berarti bahwa kegiatan tersebut tidak mungkin
dilaksanakan
sebelum
saat
paling
awal
kegiatan
yang
29 Universitas Sumatera Utara
bersangkutan. Keadaan ini selanjutnya disebut jadwal tipe I dan disebut juga hari mulai satu (HM1), dan hari penyelesaian kegiatan tersebut adalah hari selesai satu (HS1). Rumus : HM1 = EET1+1 HS1= EET1+L b)
Keadaan jadwal paling lambat Merupakan keadaan pada saat pelaksanaan kegiatan dimulai dan
diselesaikan selambat mungkin. Oleh karena itu kegiatan tersebut tidak boleh berlangsung melebihi saat paling lambatnya, agar proyek tidak mengalami keterlambatan. Hari mulai jadwal tipe II disebut hari mulai dua (HM2) dan hari penyelesaian disebut hari penyelesaian dua (HS2). Rumus : HM2 = LETj+L+1 HS2 = EETj (Tubagus haedar ali, 1997, 111) Setelah diperoleh durasi waktu tiap-tiap kegiatan, dari hitungan maju maupun mundur, dapat dianalisis tenggang waktu aktifitas kegiatan tersebut. Dengan menganalisis Float dapat diketahui batas toleransi keterlambatan itu apakah dapat mempengaruhi proyek atau tidak.
30 Universitas Sumatera Utara
2.2.3
Metodologi CPM
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. (Arikunto, 2000:309). Untuk mempermudah analisis dalam penelitian ini maka diperlukan data-data yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan proyek pembangunan. Data-data tersebut antara lain : Rencana kerja dalam bentuk kurva S, Rencana Angaran Biaya (RAB), item pekerjaan dan volume pekerjaan beserta harga satuan pekerjaan, dan data lain yang berhubungan dengan permasalahan penelitian. Langkah-langkah analisis dengan metode CPM adalah sebagai berikut : 1)
Pengumpulan data baik di lingkungan proyek maupun dari instansi terkait.
2)
Menguraikan jenis kegiatan menjadi kegiatan atau kelompok kegiatan yang merupakan komponen proyek.
3)
Menyusun hubungan ketergantungan antara kegiatan-kegiatan yang terlibat dalam pelaksanaan dan menjadikannya mata rantai dengan urutan yang sesuai dengan logika ketergantungan tersebut. Urutan ini dapat berbentuk seri atau paralel.
4)
Membuat diagram network untuk tiap kegiatan-kegiatan pada pelaksanaan proyek.
31 Universitas Sumatera Utara
5)
Menentukan kurun waktu bagi masing-masing kegiatan yang dihasilkan dari penguraian lingkup proyek. Umumnya satuan waktu yang digunakan adalah hari. Penentuan kurun waktu kegiatan tergantung dari volume pekerjaan, sumber daya, ruangan, dan produktifitas jam kerja perhari kerja.
6)
Menentukan atau mengidentifikasi jalur kritis dan Float pada jaringan kerja.
7)
Analisa waktu yang dilakukan yaitu dengan membuat tolak ukur waktu pada saat paling awal / EET dan pada saat paling lambat / LET.
8)
Setelah diperoleh diagram network dengan tolak ukur yang menunjukan EET dan LET, maka kita dapat membandingkan antara perencanaan atau jadwal dari pihak kontraktor dengan hasil analisis ini.
9)
Pengambilan kesimpulan dari hasil analisis yang dilakukan dan merupakan jawaban atas rumusan masalah.
2.2.4
Manfaat CPM
Menurut Badri (1997:24) manfaat yang diperoleh jika mengetahui lintasan kritis adalah sebagai berikut:
a)
Penundaan pekerjaan pada lintasan kritis menyebabkan seluruh proyek tertunda penyelesaiannya.
32 Universitas Sumatera Utara
b)
Proyek dapat dipercepat penyelesaiannya bila pekerjaan-pekerjaan yang ada dilintasan kritis dapat dipercepat.
c)
Pengawasan atau kontrol hanya diperketat pada lintasan kritis saja, sehingga pekerjaan-pekerjaan dilintasan kritis perlu pengawasan ketat agar tidak tertunda dan kemungkinan di trade off (pertukaran waktu dengan biaya yang effisien) dan crash program (diselesaikan dengan waktu yang optimum dipercepat dengan biaya yang bertambah pula) atau dipersingkat waktunya dengan tambahan biaya atau lembur.
Time slack (kelonggaran waktu) terdapat pada pekerjaan-pekerjaan yang tidak dilalui oleh lintasan kritis. Ini memungkinkan bagi manajer untuk memindahkan tenaga kerja, alat-alat, dan biaya-biaya kepekerjan-pekerjaan dilintasan kritis demi efisiensi.
Kelebihan dan Kelemahan CPM
2.2.5 1.
Kelebihan CPM a.
Menghemat waktu dan biaya proyek,
b.
Alat komunikasi yang efektif,
c.
Sangat berguna untuk mengetahui pekerjaan mana yang bersifat kritis,
d.
Dapat digunakan untuk menghitung toleransi keterlambatan suatu pekerjaan yang tidak bersifat kritis.
2.
Kelemahan CPM a.
Pekerjaan yang terlalu banyak,
b.
Penilaian durasi pekerjaan,
33 Universitas Sumatera Utara
2.3
c.
Penilaian interdependensi pekerjaan,
d.
Pembuatan dan pembacaan jadwal yang jauh lebih sulit.
PERT 2.3.1
Pengertian PERT
PERT merupakan singkatan dari Program Evaluation and Review Technique (teknik menilai dan meninjau kembali program). Teknik PERT adalah suatu metode yang bertujuan untuk sebanyak mungkin mengurangi adanya penundaan, maupun gangguan produksi, serta mengkoordinasikan berbagai bagian suatu pekerjaan secara menyeluruh dan mempercepat selesainya proyek (Levin, 1972). Metode
PERT
tidak
hanya
memungkinkan
pengguna
untuk
menghitung durasi proyek yang paling mungkin terjadi, namun juga memungkinkan pengguna untuk menghitung kemungkinan (probabilitas) proyek, atau sebagian proyek yang akan diselesaikan dalam jangka waktu tertentu. Metode CPM, PDM dan PERT adalah metode deterministik, yang artinya semua nilai yang dihitung baik itu waktu kegiatan, durasi pekerjaan, dan lain-lain, semuanya ditentukan dari data yang digunakan. Metode
probabilistik
yang
digunakan
dalam
metode
PERT
memberikan kesempatan pada prosedur perhitungan untuk meningkatkan keakuratan nilai dari hasil yang perhitungan durasi proyek. Hasil yang lebih akurat ini didapat karena metode deterministik biasanya membutuhkan 34 Universitas Sumatera Utara
asumsi yang akan mempermudah proses perhitungan. Dengan adanya nilainilai asumsi tersebut maka didapatkanlah nilai yang lebih akurat. Metode PERT dikembangkan sebagai metode yang berorientasi pada kejadian. Secara teknis, waktu yang di taksir / perkirakan adalah waktu yang diperlukan suatu kejadian. Metodologi PERT divisualisasikan dengan suatu grafik atau bagan yang melambangkan ilustrasi dari sebuah proyek. Diagram jaringan ini terdiri dari beberapa titik (nodes) yang merepresentasikan kejadian (event) atau suatu titik tempuh (milestone). Titik-titik tersebut dihubungkan oleh suatu vektor (garis yang memiliki arah) yang merepresentasikan suatu pekerjaan (task) dalam sebuah proyek. Arah dari vektor atau garis menunjukan suatu urutan pekerjaan. Adapun langkah awal dalam melakukan perencanaan dengan menggunakan metode PERT ialah mengidentifikasi aktivitas (activity) dan titik tempuhnya (milestone), kemudian menetapkan urutan pengerjaan dari aktivitas-aktivitas yang telah direncanakan. Setelah urutan pekerjaan didapat langkah selanjutnya adalah memperkirakan waktu pengerjaannya, bisa dalam satuan hari, minggu atau bulan.
Pada tahap ini ada 3 variabel yang digunakan yaitu ta, tb, dan tm. ta merupakan waktu optimis, yaitu kondisi dimana proyek berjalan tanpa adanya kendala sama sekali sehingga proyek berjalan lebih cepat dari jadwal yang ditentukan. tb merupakan waktu pesimis, yaitu waktu dimna proyek berjalan penuh hambatan dan kendala sehingga proyek berjalan sangat 35 Universitas Sumatera Utara
lambat. tm merupakan waktu yang paling memungkinkan untuk terjadi, artinya proyek berjalan pada kondisi yang wajar dimana beberapa kali dijumpai adanya kendala. Setelah perkiraan waktu pengerjaan didapat, ditetapkanlah suatu jalur kritis (critical path),
Suatu jalur kritis bisa didapatkan dengan menambah waktu suatu aktivitas pada tiap urutan pekerjaan dan menetapkan jalur terpanjang pada tiap proyek. Biasanya sebuah jalur kritis terdiri dari pekerjaan-pekerjaan yang tidak bisa ditunda waktu pengerjaannya.
Berdasarkan jalur kritis yang didapat dari Network Diagram, dapat ditentukan waktu tercepat yang diharapkan dan waktu terlama penyelesaian pekerjaan yang diperbolehkan.
2.3.2
Penentuan Urutan Pekerjaan
Perencanaan suatu proyek pelaksanaan terdiri dari tiga tahap,yaitu:
1.
Membuat uraian-uraian kegiatan, menyusun logika urutan kejadiankejadian,
menentukan
syarat-syarat
pendahuluan,
menguraikan
interaksi dan interdependensi antara kegiatan-kegiatan. 2.
Penaksiran waktu yang diperlukan untuk melaksanakan tiap kegiatan, menegaskan kapan suatu kegiatan berlangsung dan kapan berakhir.
3.
Menetapkan alokasi biaya dan peralatan guna pelaksanaan tiap kegiatan penjadwalan.
36 Universitas Sumatera Utara
Ada 3 hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan urutan pekerjaan suatu proyek konstruksi, yaitu : Predecessor adalah pekerjaan (aktivitas) sebelumnya atau yang pekerjaan yang mendahului pekerjaan yang bersangkutan. Successor / followers, adalah semua pekerjaan yang dilakukan setelah pekerjaan yang bersangkutan selesai. Dan Concurrent, adalah pekerjaan ataupun kegiatan-kegiatan yang dapat berlangsung dan dikerjakan bersamaan dengan pekerjaan yang bersangkutan.
Komponen-komponen PERT
2.3.3
Komponen-komponen dalam pembuatan PERT adalah : a.
Kegiatan (activity) Suatu pekerjaan / tugas dimana penyelesaiannya memerlukan periode
waktu, biaya, serta fasilitas tertentu. Kegiatan ini diberi simbol tanda panah. b.
Peristiwa (event) Menandai permulaan dan akhir suatu kegiatan. Peristiwa diberi simbol
lingkaran (nodes) dan nomor, dimana nomor dimulai dari nomor kecil bagi peristiwa yang mendahuluinya. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan network PERT: 1)
Sebelum suatu kegiatan dimulai, semua kegiatan yang mendahului harus sudah selesai dikerjakan.
2)
Anak panah menunjukkan urutan dalam mengerjakan pekerjaan.
3)
Nodes diberi nomor supaya tidak terjadi penomoran nodes yang sama.
37 Universitas Sumatera Utara
4)
Dua buah peristiwa hanya bisa dihubungkan oleh satu kegiatan (anak panah).
5)
Network hanya dimulai dari suatu kejadian awal yang sebelumnya tidak ada pekerjaan yang mendahului dan network diakhiri oleh satu kejadian saja.
Berikut adalah penjelasan network PERT melalui contoh gambar. 1)
Sebuah kegiatan (activity) merupakan proses penyelesaian suatu pekerjaan selama waktu tertentu dan selalu diawali oleh node awal dan di akhiri oleh node akhir yaitu saat tertentu atau event yang menandai awal dan akhir suatu kegiatan.
Node awal kegiatan
Node akhir kegiatan
1
2
Kegiatan
Gambar 2.8 Notasi network PERT 2)
Kegiatan B baru bias dimulai setelah kegiatan A selesai A 1
B 2
3
Gambar 2.9 Hubungan kegiatan pada network PERT
38 Universitas Sumatera Utara
3)
Kegiatan C baru bisa mulai dikerjakan setelah kegiatan A dan B selesai. A
C
1
3
4
B 2
Gambar 2.10 Hubungan kegiatan pada network PERT c.
Waktu Kegiatan (activity time) Activity time adalah kegiatan yang akan dilaksanakan dan berapa lama
waktu penyelesaiannya. Ada 3 estimasi waktu yang digunakan dalam penyelesaian suatu kegiatan:
d.
1)
Waktu optimistik (ta),
2)
Waktu realistik (tm),
3)
Waktu pesimistik (tb).
Taksiran Waktu Penyelesaian Kegiatan Ketiga estimasi waktu kemudian digunakan untuk mendapatkan waktu
kegiatan yang diharapkan (expected time) dengan rumus:
te
ta 4tm tb 6
Untuk menghitung varians waktu penyelesaian kegiatan, maka dihitung dengan rumus:
39 Universitas Sumatera Utara
tb ta v 6
2
PERT menggunakan varians kegiatan jalur kritis untuk membantu menentukan varians proyek keseluruhan. Varians proyek dihitung dengan menjumlahkan varians kegiatan kritis :
2 p varians proyek (varians kegiatan pada jalur kritis) e. 2.3.4
Penjadwalan Proyek Metodologi PERT
PERT merupakan metode yang digunakan dalam analisis network. Analisis network bertujuan untuk membantu dalam penjadwalan dan pengawasan kompleks yang saling berhubungan dan saling tergantung satu sama lain. Hal ini dilakukan agar perencanaan dan pengawasan semua kegiatan itu dapat dilakukan secara sistematis, sehingga dapat diperoleh efisiensi kerja. Metodologi PERT divisualisasikan dengan suatu grafik atau bagan yang melambangkan ilustrasi dari sebuah proyek. Diagram jaringan ini terdiri dari beberapa titik (nodes) yang merepresentasikan kejadian (event). Titik-titik tersebut dihubungkan oleh suatu vektor (garis yang memiliki arah) yang merepresentasikan suatu pekerjaan (task) dalam sebuah proyek. Arah dari garis menunjukan suatu urutan pekerjaan. Ada dua pendekatan untuk menggambarkan jaringan proyek, yaitu:
40 Universitas Sumatera Utara
a.
Kegiatan pada titik (activity on node – AON) Pada AON, titik menunjukkan kegiatan.
Keg.A
Keg.B
Gambar 2.11 Hubungan peristiwa dan kegiatan pada AON b.
Kegiatan pada panah (activity on arrow – AOA) Pada AOA, panah menunjukkan aktivitas.
Kegiatan
Gambar 2.12 Hubungan peristiwa dan kegiatan pada AOA AOA kadang-kadang memerlukan tambahan kegiatan dummy untuk memperjelas hubungan. Kegiatan dummy adalah kegiatan yang sebenarnya tidak nyata, sehingga tidak membutuhkan waktu dan sumberdaya. Dummy digambarkan dengan garis putus-putus dan diperlukan bila terdapat lebih dari satu kegiatan yang mulai dan selesai pada event yang sama. Kegunaan dari kegiatan dummy (semu) yaitu: a.
Untuk menunjukkan urutan pekerjaan yang lebih tepat bila suatu kegiatan tidak secara langsung tergantung pada suatu kegiatan lain.
41 Universitas Sumatera Utara
b.
Untuk menghindari network dimulai dan diakhiri oleh lebih dari satu peristiwa dan menghindari dua kejadian dihubungkan oleh lebih dari satu kegiatan.
2.3.5
1)
Kelebihan dan kelemahan PERT
Kelebihan pada metode PERT a.
Berguna pada tingkat manajemen proyek.
b.
Secara matematis tidak terlalu rumit.
c.
Menampilkan secara grafis menggunakan jaringan untuk menunjukkan hubungan antar kegiatan.
d.
Dapat ditunjukkan jalur kritis, jalur yang tidak ada slack nya atau halangan.
e.
Dapat memantau kemajuan proyek.
f.
Dapat diketahui waktu seluruh proyek akan diselesaikan.
g.
Mengetahui apa saja kegiatan kritis yaitu kegiatan yang akan menunda proyek jika terlambat dikerjakan.
h.
Apa kegiatan non-kritis : kegiatan yang boleh dikerjakan terlambat.
i.
Mengetahui probalilitas proyek selesai pada waktu tertentu.
j.
Mengetahui jumlah uang yang dibelanjakan sesuai rencana sesuai dengan proyek tersebut.
k.
Efisiensi jumlah sumberdaya yang ada dapat menyelesaikan proyek tepat waktu.
42 Universitas Sumatera Utara
2)
Kelemahan PERT a.
Kegiatan proyek harus didefinisikan dengan jelas.
b.
Hubungan antar kegiatan harus ditunjukkan dan dikaitkan.
c.
Perkiraan waktu cenderung subyektif oleh perancang PERT.
d.
Terlalu fokus pada jalur kritis, jalur yang terlama dan tanpa hambatan.
2.3.6
1)
Manfaat PERT
Mengetahui ketergantungan dan keterhubungan tiap pekerjaan dalam suatu proyek.
2)
Dapat mengetahui implikasi dan waktu jika terjadi keterlambatan suatu pekerjaan.
3)
Dapat mengetahui kemungkinan untuk mencari jalur alternatif lain yang lebih baik untuk kelancaran proyek.
4)
Dapat mengetahui kemungkinan percepatan dari salah satu atau beberapa jalur kegiatan.
5) 2.4
Dapat mengetahui batas waktu penyelesaian proyek.
PERBEDAAN CPM DAN PERT
Ada beberapa perbedaan yang dimiliki antara dua metode itu, yaitu metode CPM dan PERT. Baik dalam penggunaan durasi maupun manfaat nya. Adapun perbedaan kedua metode tersebut seperti pada tabel dibawah ini:
43 Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Perbedaan CPM dan PERT No.
PERT
CPM
Menggunakan tiga perkiraan waktu Hanya menggunakan satu perkiraan untuk setiap kegiatan. Yaitu, waktu waktu yaitu waktu yang paling tepat 1. tercepat,terlama dan terlayak/paling dan layak untuk menyelesaikan suatu
2.
memungkinkan.
proyek,
Penekanan pada tepat waktu
Penekanan pada tepat biaya
Anak panah menunjukkan tata 3.
Anak panah menunjukkan kegiatan urutan (hubungan presidential) Memusatkan penemuan
perhatian waktu
pada
penyelesaian Memusatkan
perhatian
pada
kegiatan yang bersifat probabilistic penemuan waktu percepatan suatu 4.
sehingga proyek
waktu bisa
penyelesaian kegiatan dengan biaya minimum
dianalisis
menggunakan
dengan agar proyek bisa selesai dalam waktu
hukum-hukum tertentu.
statistik. Digunakan apabila taksiran waktu Digunakan 5.
pada
proyek
yang pengerjaan setiap kegiatan dapat
taksiran waktu kegiatannya tidak diketahui bisa dipastikan.
dengan
baik,dimana
penyimpangannya relatif kecil atau dapat diabaikan.
44 Universitas Sumatera Utara
2.5
PERSAMAAN CPM DAN PERT 1)
Menggunakan diagram anak panah untuk menggambarkan kegiatan, perencanaan, dan pengendalian proyek.
2)
Mengenal istilah jalur kritis dan Float (slack).
3)
Memerlukan prasyarat dalam melaksanakan kegiatan.
4)
Mendeskripsikan aktifitas proyek dalam jaringan kerja dan mampu dilakukan berbagai analisis untuk pengambilan keputusan tentang waktu, biaya, serta penggunaan sumber daya.
2.6
REVIEW PENELITIAN TERDAHULU 1. Menurut Joakem Ndeo (2013) dalam “Analisi Durasi Proyek Jalan dengan Penggabungan Metode CPM dan PERT (Studi Kasus Pada Ruas Jalan Dalam Kota Lewoleba Kabupaten Lembata – Provinsi Nusa Tenggara Timur)”,
pada
perhitungan
durasi
proyek
dengan
menggunakan
penggabungan metode Critical Path Method (CPM) dan Program Evaluation and Review Technique (PERT), di dapat: a. Paket I
:Durasi tidak optimal, dari 175 HK naik menjadi 180 HK
b. Paket II
: Durasi tidak optimal, dari 128 HK naik menjadi 135 HK
c. Paket III
: Durasi optimal, dari 100 HK turun menjadi 99 HK
45 Universitas Sumatera Utara
d. Paket IV
: Durasi tidak optimal, dari 70 HK naik menjadi 99 HK
e. Paket V
: Durasi tidak optimal, dari 68 HK naik menjadi 76 HK
f. Paket VI
: Durasi tidak optimal, dari 64 HK naik menjadi 75 HK
g. Paket VII
: Durasi tidak optimal, dari 60 HK naik menjadi 62 HK
h. Paket VIII
: Durasi tidak optimal, dari 73 HK naik menjadi 106 HK
Dari 8 (delapan) paket proyek jalan dalam Kota Lewoleba yang diteliti didapat hanya 1 (satu) yaitu paket III yang durasinya paling optimal dan ada efisiensi cost. 2. Menurut Petrus Maranresy,Bonny F.Sompie, dan Pingkan Pratasis (2015) dalam “Sistem Pengendalian Waktu pada Pekerjaan Konstruksi Jalan Raya dengan Menggunakan Metode CPM”, Berdasarkan hasil penelitian terhadap 20 item pekerjaan konstruksi jalan raya di Kepulauan Tanimbar, Kabupaten Maluku Tenggara Barat dari Desa Arui Das sampai Desa Arma, tentang sistem pengendalian waktu pada pekerjaan konstruksi jalan raya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: a. Proyek mengalami keterlambatan 3 hari (10%), pada pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Kelas B tahap dua, sehingga total umur
46 Universitas Sumatera Utara
perkiraan proyek sebesar 178 hari dari umur rencana proyek yaitu 175 hari kerja. b. Percepatan durasi pada pekerjaan Lapis Resap Pengikat Aspalt Cair dapat dipakai karena durasi percepatan (d’s) 7 hari yang dibutuhkan lebih kecil atau sama dengan durasi rencana pekerjaan Lapis Resap Pengikat Aspalt Cair yaitu 7 hari, hal ini disebabkan karena Pekerjaan tersebut memiliki Total Float atau tenggang waktu 0. c. Percepatan durasi pada pekerjaan Laston Lapis Pondasi (ARSBase) dapat dipakai karena durasi percepatan (d’s) 34 hari yang dibutuhkan lebih kecil dari durasi rencana pekerjaan Laston Lapis Pondasi (ARS-Base) yaitu 35 hari, hal ini disebabkan karena Pekerjaan tersebut memiliki Total Float atau tenggang waktu 0. d. Percepatan durasi pada pekerjaan Timbunan Pilihan dapat dipakai karena durasi percepatan (d’s) 14 hari yang dibutuhkan lebih kecil dari durasi rencana pekerjaan Timbunan Pilihan yaitu 14 hari, hal ini disebabkan karena Pekerjaan tersebut memiliki Float atau tenggang waktu 0. 3. Menurut Sugiyarto, Siti Qomariyah, dan Faizal hamzah (2013) dalam “Analisi Network Planning dengan CPM (Critical Path Method) dalam rangka Efisiensi Waktu dan Biaya Proyek”, Dengan penggunaan metode CPM ini menghasilkan satu jalur kritis dengan 18 kegiatan dan dua kurva S yaitu untuk jadwal kegiatan paling awal dan paling lambat. Hasil perhitungan dengan metode CPM membutuhkan waktu 135 hari dengan
47 Universitas Sumatera Utara
biaya Rp. 979.239.000,- sedangkan perhitungan yang dilakukan oleh CV. Catur Tunggal membutuhkan waktu 150 hari dengan biaya Rp. 1.001.454.000,-.
Berdasarkan
metode
CPM
menghemat
waktu
penyelesaian proyek 15 hari (10%) dan biaya sebesar Rp. 22.215.000,-. 4. Menurut Dewi Taurusyanti, dan muh.Fikri Lesmana (2015) dalam “Optimalisasi Penjadwalan Proyek Jembatan Girder Guna Mencapai Efektifitas Penyelesaian dengan Metode PERT dan CPM pada PT Buana Masa Metalindo”, a) Peluang/probabilitas pencapaian target waktu penyelesaian proyek yang diharapkan yaitu, 35 hari adalah 99,98% dengan nilai Z atau peluang 3.653970257. b) Percepatan durasi proyek dilakukan dengan menggunakan tiga alternatif, yaitu penambahan tenaga kerja, jam lembur dan subkontrak. Total biaya dengan penambahan tenaga kerja adalah Rp48,650,000.00 pada durasi 35 hari kerja, biaya proyek dengan kerja lembur adalah Rp56,105,000.00 pada durasi 35 hari kerja dan biaya proyek dengan sub-kontrak sebesar Rp62,575,000.00 dengan durasi 35 hari kerja. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa percepatan durasi dari ketiga alternatif tersebut adalah 7 hari kerja atau 16,67% dari durasi normal, namun menghasilkan biaya yang berbeda. Pada alternatif penambahan tenaga kerja terjadi penurunan sebesar Rp1,540,000.00 atau 3,07% dari total biaya proyek normal. Sedangkan, penambahan jam lembur menghasilkan
48 Universitas Sumatera Utara
kenaikan biaya sebesar Rp5,915,000 atau 10,54% dari total biaya proyek normal. Total biaya proyek pada alternatif sub-kontrak terjadi kenaikan yang paling besar dibandingkan penambahan tenaga kerja ataupun jam lembur sebesar Rp12,385,000 atau 19,79 dari total biaya proyek normal. c) Durasi dan biaya proyek optimal untuk menyelesaikan Proyek Jembatan Girder adalah dengan efektivitas waktu yang tercapai selama 35 hari dan biaya sebesar Rp48,650,000.00 dengan menggunakan alternatif penambahan tenaga kerja. Tabel 2.2 Daftar referensi terdahulu Penulis, No.
Judul
No. ISSN
Hasil Penelitian
Tahun Analisa
Dari
Penjadwalan
penyelesaian
Proyek dengan
adalah 201 hari dan untuk
Metode PERT di
segi
waktu untuk
awal
usulan (dipercepat) adalah Irwan
PT.HASANA 1.
selama 168 hari, sehingga Raharja,
DAMAI PUTRA
terjadi
efisiensi
waktu
2014 Yogyakarta Pada
selama 33 hari.
Proyek Perumahan Tirta Sana
49 Universitas Sumatera Utara
Penulis, No.
Judul
No. ISSN
Hasil Penelitian
Tahun Dari
Time
Schedule
kontraktor didapatkan durasi pembangunan Studi Kasus Penerapan
selama 28 minggu. Dari Christian,
perhitungan metode PERT
Cefiro,
didapatkan durasi selama 32
PERT
dan
minggu. Dari pengamatan
pada
Sentosa,
lapangan hingga 1 Juni 2013
Metode 2.
gudang
Proyek
2013
Gudang X
diketahui
bahwa
durasi
lapangan lebih mendekati pada
durasi
metode
perhitungan
PERT
daripada
durasi Time Schedule. Perbedaan waktu pengerjaan pada saat kondisi awal dan Analisis kondisi percepatan adalah 6 Penjadwalan Supriyadi
hari. Besarnya nilai proyek
dan Idris
2407-7819 yang dijalankan sebesar Rp
perakitan Panel 3. Listrik dengan Ali
85.000.000,-
dan
apabila
mengalami
keterlambatan
metode Critical Path Method dalam
pengerjaan
akan
dikenakan biaya penalty
50 Universitas Sumatera Utara
Penulis, No.
Judul
No. ISSN
Hasil Penelitian
Tahun 10% yang besar uangnya sekitar
Rp
8.500.000,-
Perbandingan antara kondisi percepatan
lebih
besar
keuntungannya dibandingkan kondisi
dengan
awal.
Dari
perbandingan memiliki
tersebut
selisih
antara
kondisi awal dan percepatan ialah Rp 7.400.000 Optimalisasi
Durasi dan biaya proyek
Penjadwalan
optimal
Proyek Jembatan
menyelesaikan
Proyek
Jembatan
adalah
untuk
Dewi Girder Guna
Girder
Taurusyan Mencapai
dengan
efektivitas
waktu
ti dan 4.
Efektifitas
2502-5678 yang tercapai selama 35 hari Muh. Fikri
Penyelesaian
dan
biaya
sebesar
Lesmana, dengan Metode
Rp48,650,000.00
dengan
2015 PERT dan CPM
menggunakan
alternatif
pada PT Buana
penambahan tenaga kerja.
Masa Metalindo
51 Universitas Sumatera Utara
Penulis, No.
Judul
No. ISSN
Hasil Penelitian
Tahun Dari hasil analisis didapat biaya
5.
optimum
Menganalisis
penambahan
Sensitivitas
untuk
Keterlambatan
kegiatan
Durasi Proyek
Pratasik
dengan Metode
Failen,dkk
CPM (Studi
, 2013
jam
pada kerja
masing-masing dengan
biaya
penambahan biaya sebesar 2337-6732 Rp. 7.540.000,00 dan waktu pemendekan
durasi
pada
Kasus :
lintasan kritis yaitu 16 hari,
Perumahan Puri
artinya
Kelapa Gading)
dipercepat akan ada biaya
saat
durasi
akibat pemendekan durasi tersebut. Hasil perhitungan dengan Analisis Network
metode CPM membutuhkan
Planning dengan
waktu
135
hari
CPM (Critical
biaya
Rp.
979.239.000,-
dengan
Sugiyarto, 6.
Path Method)
2354-8630 sedangkan perhitungan yang dkk, 2013
dalam Rangka
dilakukan oleh CV. Catur
Efisiensi Waktu
Tunggal
dan Biaya Proyek
wak-tu 150 hari dengan
membutuhkan
biaya Rp. 1.001.454.000,-.
52 Universitas Sumatera Utara
Penulis, No.
Judul
No. ISSN
Hasil Penelitian
Tahun Berdasarkan metode CPM menghemat
waktu
penyelesaian proyek 15 hari (10%) dan biaya sebesar Rp. 22.215.000,-. Proyek
mengalami
Sistem keterlambatan 3 hari (10%), Pengendalian
Maranresy
Waktu Pada
, Sompie
Pekerjaan
Bonny F,
Konstruksi Jalan
Pratasis
Raya dengan
Pingkan,
Menggunakan
2015
pada
pekerjaan
Lapis
Pondasi Agregat Kelas B 7.
2337-6732 tahap dua, sehingga total umur
perkiraan
proyek
sebesar 178 hari dari umur rencana proyek yaitu 175 Metode CPM hari kerja. Penerapan
Perencanaan
waktu
dan
Metode Jalur
biaya dengan menggunakan Wiratmani
Kritis dalam
Critical
Path
Methode
Elfitria, Penyusunan 8.
(CPM) Prawitasar
Jadwal
pada
manajemen
1979-276x proyek
pembangunan
i Galih, Pelaksanaan
fasilitas rumah karyawan di 2013
Proyek
Serawak
Damai
Estate,
Pembangunan
Kalimantan Tengah yang
53 Universitas Sumatera Utara
Penulis, No.
Judul
No. ISSN
Hasil Penelitian
Tahun dilakukan
oleh
penulis
Fasilitas Rumah selama 55 hari dengan total Karyawan. biaya Rp 277.619.172,71. From planning delayed 104 weeks to 113 weeks, so the probability of completion of
9.
Analisis
the project the week to 110
Pelaksanaan
probability
Proyek dengan
demonstrated its value in
metode CPM dan
the normal curve at 99%,
PERT (studi
then at week 111 s / d to 113
already
Kasus Proyek
Susilo
weeks was not able to show
Pelaksanaan
Yayuk
the value of the probability
Main Stadium
Sundari
of the completion of this
University Of
project suggests that the
Riau
timing of the planning over
(Multiyears)).
the target and the target
Riau. Universitas
does not match the optimal
Riau
execution time so that the time spent in completing the construction of Main Stadium University of Riau.
54 Universitas Sumatera Utara
Penulis, No.
Judul
No. ISSN
Hasil Penelitian
Tahun Hasil
penelitian
Optimalisasi
menunjukkan durasi optimal
Pelaksanaan
proyek
adalah
150
hari
Dannyanti 10.
Proyek Dengan
dengan biaya total proyek Eka, 2010
Metode PERT
sebesar
dan CPM
Rp21.086.217.636,83 pada alternatif subkontrak.
55 Universitas Sumatera Utara