BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Teori
2.1.1 Pasar Modal Pasar modal merupakan suatu jenis pasar dimana para investor melakukan kegiatan menjual atau membeli sekuritas atau surat-surat berharga. Menurut Widoatmodjo (2012:15). “Pasar modal dapat dikatakan pasar abstrak, dimana yang diperjualbelikan adalah dana-dana dalam jangka panjang, yaitu dana yang keterkaitannya dalam investasi lebih dari satu tahun”. Sedangkan menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:1). “Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri”. Menurut Ridwan, Inge Berlian, dan Dharma (2010:427). “Pasar modal dalam istilah asing yang disebut “capital market”, pada hakikatnya ialah suatu kegiatan yang mempertemukan penjual dan pembeli dana”. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pasar modal merupakan pertemuan antara penawaran dengan permintaan surat berharga. Menurut Husnan (1996:5-6), faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pasar modal adalah sebagai berikut : 1. Supply Sekuritas Faktor ini berarti harus banyak perusahaan yang bersedia menerbitkan sekuritas di pasar modal. 2. Demand akan Sekuritas Faktor ini berarti bahwa harus terdapat anggota masyarakat yang memiliki jumlah dana yang cukup besar untuk di gunakan membeli sekuritas-sekuritas yang di gunakan. 3. Kondisi Politik dan Ekonomi Kondisi politik yang stabil akan ikut membantu pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya mempengaruhi supply dan demand akan sekuritas. 4. Masalah Hukum dan Peraturan Pembeli sekuritas pada dasarnya mengandalkan diri pada informasi yang disediakan oleh perusahaan perusahaan yang menerbitkan sekuritas. Sehingga peraturan yang melindungi pemodal dari informasi yang tidak benar dan menyesatkan menjadi mutlak di perlukan. 5. Peran Lembaga-Lembaga Pendukung Pasar Modal Lembaga-lembaga seperti BAPEPAM, bursa efek, angkutan public, underwriter, wali amanat, notaris, konsultan hukum, lembaga clearing, 7
8
dan lain lain perlu untuk berkerja dengan professional dan bisa diandalkan sehinngga kegiatan emisi dan transaksi di bursa efek bisa berlangsung dengan cepat, efisien dan dapat di percaya. 2.1.2
Saham
2.1.2.1 Pengertian Saham Saham pada dasarnya merupakan bukti penyertaan modal dari investor kepada emiten yang menunjang bukti kepemilikan suatu perusahaan. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011). “Saham (stock) didefinisikan sebagai berikut : Saham (stock) adalah sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Menurut Sunariyah (2007). “Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten. Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan tersebut”. 2.1.2.2 Harga Saham Harga saham merupakan salah satu indikator pengelolaan perusahaan. Keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan akan memberikan kepuasan bagi investor yang rasional. Harga saham yang cukup tinggi akan memberikan keuntungan, yaitu berupa capital gain dan citra yang lebih baik bagi perusahaan sehingga memudahkan bagi manajemen untuk mendapatkan dana dari luar perusahaan. Harga saham menurut Martono (2007:13) didefinisikan sebagai berikut “Harga saham merupakan refleksi dari keputusan-keputusan investasi, pendanaan (termasuk kebijakan dividen) dan pengelolaan aset”. Sedangkan menurut Susanto (2002:12) yaitu “Harga yang ditentukan secara lelang kontinu”. Menurut (Widoatmojo, 2005) definisi Harga Saham dapat di bedakan menjadi tiga yaitu: a. Harga Nominal Harga nominal merupakan nilai yang tertera pada lembaran surat saham yang besarnya di tentukan dalam anggaran dasar perusahaan. Harga
9
nominal sebagian besar merupakan harga dugaan yang rendah, yang secara arbitrer di kenakan atas saham perusahaan. Hal ini berguna untuk menentukan harga “harga saham biasa yang di keluarkan”. Besarnya harga nominal memberikan arti penting saham karena dividen minimal biasanya di tetapkan berdasarkan nilai nominal. b. Harga Perdana Harga ini merupakan pada waktu harga saham tersebut di catat di bursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya di tetapkan oleh penjamin emisi dan emiten. c. Harga Pasar Harga ini merupakan harga yang di tetapkan di bursa saham (stock exchange) bagi saham perusahaan publik, atau estimasi harga untuk perusahaan yang tidak memiliki saham. Dapat disimpulkan bahwa harga saham merupakan harga yang ditentukan di pasar modal bagi perusahaan yang terdaftar di BEI. Harga saham mengalami perubahan naik turun dari satu waktu ke waktu yang lain. Perubahaan tersebut tergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran. Apabila suatu saham mengalami kelebihan permintaan, maka harga saham akan cenderung naik. Sebaliknya, apabila kelebihan penawaran, maka harga saham cenderung turun. 2.1.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya, bahkan setiap detikpun harga saham dapat berubah. Oleh karena itu, investor harus mampu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal maupun eksternal. Faktor internalnya antara lain laba perusahaan, pertumbuhan aktiva tahunan, likuiditas, nilai kekayaan total dan penjualan. Sementara itu, faktor eksternalnya adalah kebijakan pemerintah dan dampaknya, pergerakan suku bunga, fluktuasi nilai tukar mata uang, rumor dan sentimen pasar, penggabungan usaha (business combination). 2.1.3 Return On Equity (ROE) ROE ( Return On Equity ) adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal sendiri dan menghasilkan laba bersih yang tersedia bagi pemilik atau investor. ROE sangat bergantung pada besar kecilnya perusahaan, misalnya untuk perusahaan kecil tentu memiliki modal yang relative kecil, sehingga ROE yang dihasilkanpun
10
kecil,begitu pula sebaliknya untuk perusahaan besar.ROE ( Return On Equity ) membandingkan laba bersih setelah pajak dengan ekuitas yang telah diinvestasikan pemegang saham perusahaan (Van Horne dan Wachowicz, 2005:225). Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku para pemegang saham, dan sering kali digunakan dalam membandingkan dua atau lebih perusahaan atas peluang investasi yang baik dan manajemen biaya yang efektif. Menurut Tandelilin( 2002:269), ”ROE (Return On Equity) mereflesikan seberapa banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas dana yang telah diinvestasikan oleh pemegang saham (baik secara langsung atau dengan laba yang telah ditahan)”. ROE sangat menarik bagi pemegang saham maupun calon pemegang saham, dan juga bagi manajemen Karen arsio tersebut merupakan ukuran atau indicator penting dari shareholders value cration, artinya semakin tinggi rasio ROE , semakin tinggi pula nilai perusahaan, hal ini tentunya merupakan daya tarik bagi
investor
untuk
menanamkan
modalnya
diperusahaan
tersebut.
Brigham, Enrhardt (2005:225), “ROE ( Return On Equity ) mengukur daya perusahaan untuk menghasilkan laba pada investasi nilai buku pemegang saham”.Menurut Gibson ( 2001:294),” Return On Equity measures the return to the common stockholders the residual owner”. Pengembalian laba atas ekuitas yang terdiri dari saham biasa (Return On Common equity) merupakan alat ukur terhadap
pengembalian
laba
kepada
pemegang
saham
biasa.
Rasio ini menggambarkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini semakin baik karena berarti posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian juga sebaliknya. Seperti rasio keuangan tradisional pada umumnya ROE tidak mempertimbangkan unsure resiko dan jumlah modal yang diinvestasikan karena ROE hanya melihat sisi laba dan jumlah saham yang beredar. 2.1.4 Debt to Total Assets Ratio (DAR) Menurut Syamsuddin (2006:30) Debt to Total Assets Ratio (DAR) digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan dibiayai dengan total hutang. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar jumlah modal
11
pinjaman yang digunakan untuk investasi pada aktiva guna menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Debt to Total Assets Ratio (DAR) adalah salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat solvabilitas perusahaan. Tingkat solvabilitas perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka panjang perusahaan tersebut. Suatu perusahaan dikatakan solvabel berarti perusahaan tersebut memiliki aktiva dan kekayaan yang cukup untuk membayar hutanghutangnya. Rasio ini menunjukkan besarnya total hutang terhadap keseluruhan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini merupakan persentase dana yang diberikan oleh kreditor bagi perusahaan. Rasio hutang bisa berarti buruk pada situasi ekonomi sulit dan suku bunga tinggi, dimana perusahaan yang memiliki rasio hutang yang tinggi dapat mengalami masalah keuangan, namun selama ekonomi baik dan suku bunga rendah maka dapat meningkatkan keuntungan. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan dari resiko pada kreditor berupa ketidakmampuan perusahaan membayar semua kewajibannya. Menurut Darsono (2005), dari pihak pemegang saham, rasio yang tinggi akan mengakibatkan pembayaran bunga yang tinggi yang pada akhirnya akan mengurangi pembayaran dividen. Rasio pendanaan
hutang dengan
ini
menekankan
pentingnya
jalan
menunjukkan persentase aktiva perusahan yang didukung oleh hutang. Rasio Ini dalam
juga
menyediakan
mengatasi
kondisi
informasi pengurangan
tentang
kemampuan
aktiva akibat
perusaaan
kerugian
tanpa
mengurangi Pembayaran bunga kepada kreditor. 2.1.5 Net Profit Margin (NPM) Menurut Lukman Syamsuddin (2001: 62), ratio ini merupakan ratio antara laba bersih (Net profit) yaitu penjualan sesudah dikurangi dengan seluruh expenses termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan. Semakin tinggi net profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan. Suatu net profit margin yang dikatakan “baik” akan sangat tergantung dari jenis industri di dalam dimana perusahaan itu berusaha.
12
Menurut Van Horne dan Wachowicz terjemahan Sutojo (1997:156) mengemukakan bahwa: “Net profit margin secara umum digunakan untuk mengukur keuntungan berkenaan dengan peningkatan penjualan, pendapatan bersih dari 1 dollar penjualan”. Jadi NPM adalah indikator seberapa besar laba bersih dari setiap rupiah pendapatan. Net profit margin yang tinggi tidak hanya sekedar menunjukan kekuatan bisnis tetapi juga semangat yang kuat pihak manajemen untuk melakukan kontrol terhadap biaya. Dengan demikian perusahaan tersebut memiliki efisiensi yang tinggi dan juga berarti menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang tinggi dari penjualannya. 2.2
Penelitian Terdahulu Judul yang diangkat tentu tidak lepas dari penelitian terdahulu sebagai
landasan dalam menyusun sebuah kerangka pikir ataupun arah dari penelitian ini. Penelitian ini di buat dalam bentuk tabel berikut ini : Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu Judul Perbedaam Variabel LDR, CAR, Penelitian ROE, NPM, berbeda LDR, EPS, ROA, DPS CAR,EPS,ROA dan DER , dan DER terhadap Harga Saham di BEJ Variabel CAR, CAR, RORA, RORA, ROA, NPM, ROA dan LDR, dan data LDR terhadap yang diambil Harga Saham
No 1
Penelitian Setyaning sih Sri Utami (2005).
2
Anita Ardiani (2007)
3
Henry Dwi Purnomo (2007)
CAR, RORA, NIM, ROA dan LDR terhadap Harga Saham
4
Kurnia Windias Praditasari (2009)
CAR, KAP, LDR dan BOPO terhadap Harga Saham di BEI
Variabel CAR, RORA, NIM, ROA, LDR, dan data yang diambil Viariabel CAR, KAP, LDR, dan BOPO
Hasil Penelitian Variabel Independen EPS, ROA, dan DERtidak berpengaruh terhadap variabel dependen Viaribel ROA, NPM, BOPO tidak berpengaruh terhadap harga saham Sedangkan RORA, NIM dan LDR tidak berpengaruh secara signifikan Secara simultan CAR, KAP, LDR berpengaruh kurang signifikan terhadap harga saham, sedangkan BOPO tidak
13
5
Ratna Purwasih (2010)
CAR, RORA, NPM, ROA dan LDR terhadap Harga Saham
Variabel CAR, RORA, ROA, dan LDR
6
Haryetti (2012).
CAR, RORA, NPL, ROE, GWM dan LDR terhadap Harga Saham
Variabel CAR, RORA, NPL, GMW, dan LDR
2.3
berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Sedangkan untuk CAR, NPM dan LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham. NPL, dan GWM tidak berpengaruh signifikan tehadap harga saham.
Kerangka Pemikiran Menurut Sugiyono (2009:127) “Kerangka pemikiran merupakan konsep yang
menggambarkan hubungan antara teori dengan berbagai faktor yang teridentifikasi sebagai masalah riset”. Berikut adalah kerangka yang digunakan dalam penelitian ini:
Return On Equity (ROE) X1 Debt to Total Assets Ratio(DAR) X2
H1 H2
Harga Saham (Y)
H4
H3
Net Profit Margin (NPM) X3 X3
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Berdasarkan kerangka pikir diatas maka, Peranan kerangka pemikiran dalam penelitian sangat penting untuk menggambarkan secara tepat obyek yang akan diteliti dan untuk memberikan suatu gambaran yang jelas dan sistematis. Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis sejauh mana kekuatan variabel-
14
variabel bebas seperti: ROE,DAR, dan NPM, secara parsial maupun secara simultan mempengaruhi harga saham (variabel dependen) pada perusahaan Subsektor Pertambangan Batu Bara yang terdaftar di BEI pada periode 2012 sampai dengan 2014. Informasi keuangan perusahaan sangat berguna bagi para investor sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan. Dari informasi rasio keuangan investor dapat melakukan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan harga saham. Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, dari sekian banyak rasio keuangan , diambil beberapa rasio yang dinilai berkaitan secara signifikan dengan harga saham yaitu ROE, DAR, dan NPM. Selanjutnya informasi mengenai rasio-rasio keuangan tersebut dapat digunakan oleh investor dalam mengambil keputusan berinvestasi, untuk membeli, mempertahankan, atau menjual saham yang dimiliki. Hal ini akan mempengaruhi permintaan dan penawaran saham, sehingga akan berpengaruh terhadap harga saham. 2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, teori, penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Tidak terdapat dapat hubungan antara ROE terhadap Harga saham pada perusahaan Subsektor Subsektor Pertambangan Batu Bara yang terdaftar di BEI secara parsial. 2. Tidak terdapat dapat hubungan antara DAR terhadap Harga saham pada perusahaan Subsektor Subsektor Pertambangan Batu Bara yang terdaftar di BEI secara parsial. 3. Tidak terdapat dapat hubungan antara NPM terhadap Harga saham pada perusahaan Subsektor Subsektor Pertambangan Batu Bara yang terdaftar di BEI secara parsial. 4. Tidak terdapat dapat hubungan antara ROE, DAR, dan NPM terhadap Harga saham pada perusahaan Subsektor Subsektor Pertambangan Batu Bara yang terdaftar di BEI secara simultan (bersama-sama).