BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka pada bab ini berisi bahasan tentang teori dasar yang berkaitan dengan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Modul Farmasi.
2.1
State of the Art Review Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Laboratorium Rumah Sakit
Kanker Dharmais (RSKD) yang dilakukan oleh Michael Yoseph Ricky menggunakan metode penelitian yaitu metode analisis, metode perancangan menggunakan Total Architecture Synthesis (TAS), dan metode perancangan basis data. Metode analisis meliputi survei langsung ke RSKD dan wawancara dengan pengguna sistem yang sedang berjalan. Metode perancangan menggunakan TAS meliputi tahap-tahap perancangan sebagai berikut: 1.
Menentukan initial scope.
2.
Menentukan kebutuhan.
3.
Mendesain arsitektur proses bisnis.
4.
Mendesain arsitektur sistem.
5.
Mengevaluasi arsitektur. Prinsip dasar dari TAS adalah apapun arsitektur yang dipilih untuk
memenuhi kebutuhan yang ada, keterhubungan dari setiap layanan untuk mendukung kebutuhan bahkan kebutuhan yang paling tidak terduga sekalipun tetap harus dipersiapkan. TAS adalah sebuah metode perancangan yang menggunakan
pendekatan
iteratif
dalam
mengumpulkan
kebutuhan,
mendefinisikan proses bisnis, dan mendefinisikan arsitektur dari sebuah sistem. Metode ini berawal dari inisiasi semua proses bisnis yang terpengaruh oleh perkembangan proyek yang dibuat. Proses bisnis kemudian diurutkan sesuai dengan tingkat kesulitan dan kepentingan bisnisnya. Iterasi untuk proyek dimulai setelah proses ini selesai dilakukan. Iterasi terdiri atas pengumpulan kebutuhan, pendefinisian proses bisnis, pendefinisian arsitektur sistem, dan evaluasi. Iterasi pertama diawali dengan proses bisnis yang paling sulit dan banyak mengalami 5
6
perubahan. Semua aktivitas di atas secara iteratif akan saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lainnya. Metode perancangan basis data meliputi perancangan basis data konseptual logikal dan fisikal. Hasil dari penelitian ini adalah dibuatnya suatu Aplikasi Sistem Informasi Rumah Sakit, dimana komponen-komponen di dalamnya terintegrasi antara satu sistem dengan sistem yang lain di RSKD (Michael, 2009). Analisis Kebutuhan Pengembangan Sistem Informasi Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo yang dilakukan oleh Nur Pratiwi Saud pada Tahun 2013 merupakan jenis penelitian kualitatif berdasarkan langkah-langkah Framework for the Application of Systems Techniques (FAST) mulai dari studi pendahuluan, analisis masalah, sampai analisis kebutuhan. Pemilihan sampel dilakukan secara purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu yakni sumber data dianggap paling mengetahui tentang apa yang diharapkan sehingga mempermudah peneliti menjelajahi objek atau situasi sosial yang diteliti. Tujuan yang ingin diperoleh dalam pengambilan sampel penelitian kualitatif adalah tuntasnya perolehan informasi dengan keragaman variasi yang ada bukan pada banyak sampel sumber data. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan pada bagian terkait untuk menggali informasi berdasarkan kerangka Performance, Information, Economic, Control, Efficiency, Service (PIECES). Observasi sistem informasi yang berjalan di rumah sakit dilakukan dengan mengamati objek yang diteliti secara langsung dan melakukan telaah dokumen yaitu mengumpulkan formulir atau dokumen sebagai masukan sistem berjalan (input), proses, dan keluaran sistem berjalan (output). Proses analisis dilakukan secara bertahap yaitu membuat transkrip hasil rekaman wawancara, melakukan pengkodean berdasarkan jenis informasi, mencari, serta menemukan tema dan hubungan hasil wawancara kemudian membuat interpretasi sesuai dengan yang diteliti. Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan narasi (Nur, 2013).
7
Laporan Tugas Akhir dengan judul Rancang Bangun Sistem Informasi Manajemen Apotek Berbasis Web yang dibuat oleh I Made Ngurah Budiartha dari Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana menggunakan metode pengumpulan data berupa metode observasi, metode kuisioner, dan metode studi literatur. Metode observasi dilakukan melalui penelitian atau wawancara langsung di lapangan dan mengadakan pengamatan terhadap masalah sistem yang ingin dirancang. Metode kuisioner yaitu metode dengan memberikan beberapa pertanyaan yang bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang selama ini sering terjadi di lapangan serta sejauh mana penggunaan Sistem Informasi Apotek telah digunakan. Metode studi literatur merupakan metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari berbagai buku yang menunjang dalam perancangan dan pembuatan sistem. Alur perancangan sistem dimulai dari pendefinisan masalah mengenai Sistem
Informasi
Manajemen
Apotek.
Langkah
selanjutnya
adalah
mengumpulkan data di apotek. Pemodelan data dilakukan setelah data yang diperlukan dirasa cukup, pemodelan dalam hal ini adalah normalisasi yang didasarkan pada proses yang terjadi di apotek. Perancangan desain user interface, coding, serta pengujian sistem kemudian dilakukan untuk mengetahui apakah sistem berjalan sesuai dengan harapan atau tidak (Budiartha, 2007).
2.2
Rumah Sakit Pendidikan Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
fungsi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Permenkes No 58 Tahun 2014). Pelayanan kesehatan yang diberikan mencakup upaya promotif, pencegahan, pengobatan, dan rehabilitasi. Setiap rumah sakit wajib memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit. Rumah sakit berdasarkan penyelenggaraan pendidikannya terdiri atas dua jenis, yaitu Rumah Sakit Pendidikan dan Rumah Sakit Non-Pendidikan.
8
Rumah Sakit Pendidikan adalah rumah sakit yang mempunyai fungsi sebagai tempat pendidikan, penelitian, dan pelayanan kesehatan secara terpadu dalam Bidang Pendidikan Kedokteran, Pendidikan Berkelanjutan, dan Pendidikan Kesehatan lainnya secara multiprofesi (Dikti, 2013). Residen (orang yang sedang dalam periode pelatihan spesialisasi medis tertentu setelah lulus dari Fakultas Kedokteran) melakukan pelayanan atau perawatan pasien di bawah pengawasan Staff Medik Rumah Sakit. Rumah sakit ini diselenggarakan oleh pihak universitas atau perguruan tinggi sebagai salah satu wujud pengabdian masyarakat atau Tri Dharma Perguruan Tinggi. Rumah Sakit Pendidikan bertujuan untuk: 1.
Menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk penelitian kedokteran dan kesehatan lainnya dengan mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien.
2.
Memberi perlindungan dan kepastian hukum bagi pasien, pemberi pelayanan, mahasiswa, dosen, subjek penelitian kedokteran dan kesehatan, peneliti,
penyelenggara
Rumah
Sakit
Pendidikan,
serta
Institusi
Pendidikan. 3.
Menjamin
terselenggaranya
pendidikan,
pelayanan
dan
penelitian
kedokteran, serta kesehatan yang bermutu. (Dikti, 2013) Rumah sakit yang tidak memiliki program pelatihan residensi dan tidak ada kerja sama rumah sakit dengan universitas disebut Rumah Sakit NonPendidikan.
2.3
Profil Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri Unud Rumah Sakit PTN Unud merupakan rumah sakit milik Universitas
Udayana yang berlokasi di Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Rumah sakit ini secara resmi dibuka pada Sabtu, 19 Oktober 2013. Pendirian rumah sakit dilatarbelakangi UU Nomor 20 Tahun 2013 yang mewajibkan setiap Fakultas Kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter mempunyai Rumah Sakit Pendidikan minimal Tipe B atau bekerja sama dengan salah satu rumah sakit setempat. Pembangunannya sendiri digagas oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Dikti) tanpa adanya campur tangan dari daerah dan
9
masih berada dibawah naungan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah. Bentuk pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di rumah sakit salah satunya adalah pelayanan farmasi. Layanan lain yang tersedia antara lain Poli Umum, Poli Anak, Poli Interna, Poli Obgyn, Poli Bedah, Poli Rehab Medik, Poli Neuro, Poli Geriatri, Poli Orthopedi, Poli Travel Medicine, Poli Penyakit Tropis, Poli Gigi, Poli THT, Laboratorium, dan Radiologi. Rumah Sakit Umum Pemerintah Pusat dan Daerah diklasifikasikan menjadi Rumah Sakit Umum Kelas A, B, C dan Kelas D. Klasifikasi tersebut didasarkan pada unsur pelayanan, ketenangan, fisik, dan peralatan. Rumah Sakit Umum Kelas B adalah Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan
medik
sekurang-kurangnya
11
spesialistik
dan
subspesialistik terbatas. Rumah Sakit Pendidikan merupakan Rumah Sakit Umum Pemerintah Kelas A dan B yang dipergunakan sebagai tempat pendidikan tenaga medik oleh Fakultas Kedokteran. 2.3.1
Visi dan Misi Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri Unud Visi RS PTN Unud adalah “Menjadi Rumah Sakit Pendidikan utamanya
dokter dan tenaga kesehatan serta bidang terkait yang mampu menjadi pemuka dalam pelayanan kesehatan dengan unggulan penyakit tropik dan travel medicine, pendidikan dan penelitian di Indonesia dengan sumber daya manusia yang unggul, mandiri, dan berbudaya untuk mewujudkan masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan”. Misi RS PTN Unud adalah sebagai berikut: 1.
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu, dan berkeadilan untuk seluruh lapisan masyarakat dengan unggulan penyakit tropik dan travel medicine.
2.
Menyelenggarakan pendidikan dokter utamanya dan tenaga kesehatan serta bidang terkait yang mampu menghasilkan dokter dan tenaga kesehatan serta bidang terkait yang profesional dan nasionalis.
3.
Menyelenggarakan penelitian dalam bidang kedokteran dan kesehatan serta bidang terkait yang bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan. Seluruh corporate dan sumber daya manusia RS PTN Unud diharapkan
mampu melaksanakan kinerja yang mengacu pada visi dan misi organisasinya.
2.3.2
Struktur Organisasi Rumah Sakit PTN Unud Struktur organisasi Rumah Sakit PTN Unud dapat dilihat pada Gambar 2.1. Rektor Prof.Dr.dr.Ketut Suastika SpPD KEMD FINASIM Dewan Pengawas 1. PR.DR. Ir. Budi Susrusa 2. Prof. DR.dr. Wiryana, SpAn 3. dr. Wayan Sutarga, MPH
Dekan FK Unud Prof.DR.dr. Putu Astawa, SpOT
Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan dr. Made Ayu Haryati MARS
Bag. Pelayanan Medik
· Rawat Jalan · Ka.Poli Umum : Dr. Luh Sudarmini · Ka. Poli Spesialis : Dr. Uttara, SpAn,MARS · Rawat Inap · UGD dan OK · ICU · Rehabilitasi Medik · Home Care · Nursing Home · Rekam Medik ·
Bag. Pelayanan Penunjang
Direktur Utama Dr.dr. RA Tuty Kuswardhani SpPD KGer.MARS
Direktur Umum SDM Kerjasama Pendidikan dan Pelatihan dr. I Wayan Wartawan MARS
Bag.Pelayanan Keperawatan
Bag SDM
Bag. Pendidikan dan Pelatihan
Bag. Umum
SPI
Direktur Operasional dan Keuangan DR.dr. AA. Wiradewi Lestari, SpPK
Bag. Pemasaran dan Kerjasama
Bag. Perencanaan dan Evaluasi
Direktur Akademik Penelitian Pengembangan dan Pengabdian dr. Ketut Suarjana, MPH
Bag. Keuangan
Purchasing
· Medik · Dr Luh Sudiramini · Keperawatan Non Medik : ·
· · · · · · ·
Farmasi : IBN Maharjana S.Apt Farm Lab Radiologi Gizi CSSD Laundry
· Bidang SDM · Bidang Renumerasi
Bid. Pendidikan Dr. Ida Ayu Kusumawardani, SpKJ,MARS
· · · · ·
Tata Usaha Administrasi Umum (Sarana, Rumah Tangga) Hukum IPAL
· Pemasaran dan · Kerjasama · (pelayanan Sarana) ·
· · · ·
Akuntansi Verifikasi Bendahara Renumerasi
Bag. Akademik
Bag. Penelitian dan Pengembangan
Koordinator Pendidikan S1 : Dr. Desak Indrasari Utami SpS Dr. Pande Dwipayana SpPD Koordinator. PPDS: Dr. Lanang SpOT Koordinator Pendidikan Sp1: Dr. I Nyoman Semadi SpB SpBTKV Dr. AA Mas Putrawati Triningrat SPM Koordinator HTA Dr. I Putu Eka Widyadharma Msc SpS Keperawatan dan Analisis Ns. Ni Putu Kusumayuni S.Kep Koordinator Ilmu Kesehatan Masyarakat (S2IKM) Ketut Hari Mulyawan, MPH Koordinator Ilmu Fisioterapi Koordinator Pendidikan Kedoteran Gigi
Bag. Pengabdian
· Bid. Penelitian Dr.dr. Sri Budayanti
· Bid. Pengabdian · Dr. Ni Nyoman · Metriani Nesa, SpA
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Rumah Sakit PTN Unud (Sumber: Rumah Sakit PTN Unud)
10
11
Rumah Sakit PTN Unud dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang setara dengan Dekan Fakultas Kedokteran dan Satuan Pengawas Internal (SPI). Direktur Utama berada langsung di bawah Rektor Universitas Udayana dan diawasi oleh Dewan Pengawas. Bidang yang ada secara garis besar dibagi menjadi empat bagian yang dikepalai oleh seorang direktur, meliputi Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan, Direktur Umum SDM Kerjasama Pendidikan dan Pelatihan, Direktur Operasional dan Keuangan, serta Direktur Akademik Penelitian Pengembangan dan Pengabdian. Direktur Bagian mengepalai beberapa subbagian dan bertanggungjawab langsung kepada Direktur Utama.
2.4
Pengertian Instalasi Farmasi Rumah Sakit Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu departemen, unit atau
bagian rumah sakit di bawah pimpinan Apoteker dibantu oleh beberapa orang Asisten Apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional, sebagai tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian untuk keperluan rumah sakit itu sendiri. Perencanaan, pemilihan, penetapan spesifikasi, pengadaan, pengendalian mutu, penyimpanan, dispensing, distribusi bagi pasien, pemantauan efek, pemberian informasi dan sebagainya merupakan tugas, fungsi, dan tanggung jawab IFRS. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetik. Pekerjaan kefarmasian yang dilakukan meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika. (Permenkes Nomor 58 Tahun 2014)
12
2.4.1
Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Instalasi Farmasi Rumah Sakit dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan
pada standar pelayanan farmasi di rumah sakit yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2004 dan evaluasinya mengacu pada Pedoman Survei Akreditasi Rumah Sakit yang digunakan secara nasional di samping ketentuan di masing-masing rumah sakit. Tugas dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit diantaranya adalah sebagai berikut: 1.
Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.
2.
Menyelenggarakan
kegiatan
pelayanan
farmasi
yang
profesional
berdasarkan prosedur kefarmasian dan etika profesi. 3.
Melaksanakan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE).
4.
Memberi pelayanan bermutu melalui analisa dan evaluasi untuk meningkatkan mutu pelayanan farmasi.
5.
Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
6.
Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.
7.
Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.
8.
Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formalium rumah sakit. Instalasi Farmasi Rumah Sakit dalam melaksanakan tugas dan pelayanan
farmasi yang luas tersebut mempunyai berbagai fungsi, yaitu: 1.
Pengelolaan Perbekalan Farmasi Kegiatan pelayanan kefarmasian dalam hal pengelolaan perbekalan
farmasi diantaranya adalah sebagai berikut: a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit yang merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk
dan
dosis,
menentukan
kriteria
pemilihan
dengan
memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat.
13
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal yang merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar perencanaan yang telah ditentukan. c. Mengadakan perbekalan farmasi yang berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai kebutuhan yang berlaku melalui pembelian (tender dan langsung), produksi sediaan farmasi (produksi steril dan non-steril), serta sumbangan, droping, atau hibah. d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang merupakan kegiatan membuat, mengubah bentuk, dan pengemasan kembali sediaan farmasi steril dan non-steril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. e. Menerima
perbekalan
farmasi
sesuai
dengan
spesifikasi
dan
persyaratan kefarmasian. f. Menyimpan perbekalan farmasi ke Unit Pelayanan di rumah sakit yang dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya, suhu, kestabilan, mudah tidaknya terbakar, tahan atau tidaknya terhadap cahaya disertai sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan. g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke Unit Pelayanan di rumah sakit untuk pasien rawat inap, pasien rawat jalan, dan untuk pendistribusian perbekalan farmasi di luar jam kerja (ruang rawat yang menyediakan perbekalan farmasi emergency). 2.
Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan Kegiatan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat
kesehatan diantaranya adalah sebagai berikut: a. Mengkaji instruksi pengobatan atau resep pasien meliputi seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasi, dan persyaratan klinis.
14
b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan pengggunaan obat dan alat kesehatan. c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan. d. Memantau efektivitas dan kemampuan penggunaan obat dan alat kesehatan. e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien, atau keluarga. f. Memberi konseling kepada pasien atau keluarga. g. Melakukan pencampuran obat suntik. h. Melakukan penyimpanan nutrisi parental. i. Melakukan penanganan obat kanker. j. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah. k. Melakukan pencatatan setiap kegiatan. l. Melaporkan seluruh kegiatan. Pelayanan informasi dan pelaporan tersebut wajib didasarkan pada kepentingan masyarakat. Intalasi Farmasi Rumah Sakit merupakan satu-satunya unit di rumah sakit yang bertanggung jawab sepenuhnya pada pengelolaan semua aspek berkaitan dengan obat atau perbekalan kesehatan yang digunakan di rumah sakit.
2.4.2
Peranan Apoteker Pengelola Instalasi Farmasi Rumah Sakit Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan
telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku serta berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker (Kepmenkes RI No. 1027/MenKes/SK/IX/2004). Apoteker merupakan tenaga kesehatan profesional yang banyak berhubungan langsung dengan masyarakat sebagai sumber informasi obat, oleh karena itu informasi obat yang diberikan pada pasien haruslah berupa informasi yang lengkap dan mengarah pada orientasi pasien bukan pada orientasi produk. Seorang Apoteker harus mampu memberi informasi yang tepat dan benar sehingga pasien memahami dan yakin bahwa obat
15
yang digunakannya dapat mengobati penyakit yang dideritanya dan merasa aman menggunakannya. Apoteker merupakan tenaga profesional kesehatan dalam mengelola Instalasi Farmasi Rumah Sakit, oleh karena itu tidak hanya dituntut keahliannya dari segi teknis kefarmasian saja tetapi juga dari segi manajemen.
2.5
Pengelolaan Perbekalan Farmasi Pengelolaan perbekalan farmasi di suatu Instalasi Farmasi Rumah Sakit
dapat dibagi menjadi beberapa proses diantaranya adalah Proses Manajemen Inventory Obat, Peracikan Obat, Harga Jual, Penjualan, dan Administrasi. 2.5.1
Proses Manajemen Inventory Obat Pengadaan sediaan farmasi harus direncanakan dengan baik agar obat
tersedia dengan jenis dan jumlah yang tepat sesuai kebutuhan dan menghindari terjadinya kekosongan obat. Sediaan farmasi yang fast moving (barang yang sering dibeli) disediakan dalam jumlah yang lebih banyak sedangkan sediaan farmasi yang slow moving (barang yang jarang dibeli) disediakan dalam jumlah cukup sehingga setiap resep yang masuk dapat dilayani. Proses Manajemen Inventory Obat secara garis besar terdiri atas tiga bagian penting yaitu Bagian Penerimaan Barang (Receiving), Pembelian Barang (Purchasing), dan Gudang (Store). 2.5.1.1 Proses Bagian Penerimaan Barang (Receiving) Bagian Penerimaan Barang (Receiving) bertugas menerima barang dari Distributor. Staff IFRS melakukan pengecekan barang berdasarkan Purchase Order (PO) dan Delivery Order (DO) kemudian meng-input-kan data obat ke sistem. Staff IFRS melakukan pengecekan terhadap barang yang dikirim oleh Distributor, jika jumlah barang yang diterima sudah sesuai dengan jumlah barang di formulir pemesanan maka staff dapat mem-posting data transaksi tersebut dan membuat laporan penerimaan barang atau Receiving Report (RR) untuk diserahkan ke Bagian Accounting khususnya Account Payable (AP). User di Bagian Accounting akan memeriksa formulir pemesanan, invoice, dan laporan penerimaan untuk memproses pencatatan hutang dan proses pengajuan pembayaran.
16
Staff IFRS akan melakukan transaksi pengembalian barang (retur) ke Distributor jika terjadi masalah misalnya barang yang datang dari Distributor tidak sesuai dengan kualitas yang ditetapkan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit, barang sudah atau mendekati kadaluwarsa (expired) atau masalah lainnya. 2.5.1.2 Proses Bagian Pembelian Barang (Purchasing) Bagian Pembelian Barang (Purchasing) bertugas melakukan pemesanan atau order barang ke Distributor berdasarkan permintaan pembelian barang dari Gudang atau Purchase Request (PR). Transaksi permintaan pembelian barang akan diolah dengan mengelompokkan transaksi berdasarkan Distributor dan meng-input-kan harga, diskon, pajak, serta informasi lain. Staff IFRS akan melakukan konfirmasi dengan pihak Distributor mengenai harga, diskon, dan informasi lainnya sehingga didapatkan kesepakatan mengenai harga, jumlah barang dan lain-lain. Staff IFRS setelah itu membuat formulir pemesanan barang ke Distributor atau yang disebut dengan Purchase Order (PO). Draft pemesanan barang akan ditujukan ke Kepala Gudang Farmasi untuk dimintai persetujuan, setelah disetujui formulir tersebut akan dikirim ke Distributor. 2.5.1.3 Proses Bagian Gudang (Store) Transaksi permintaan barang ke gudang atau yang disebut dengan Store Requisition (SR) dibuat oleh Bagian Layanan untuk tindakan medis pasien dan memenuhi ketersediaan farmasi di masing-masing Unit Layanan. Data yang dapat dilihat dalam permintaan ini adalah: 1.
Item code (kode barang yang diminta).
2.
Description (nama barang beserta spesifikasinya).
3.
Unit (satuan barang, misal: botol, pepel dan sebagainya).
4.
Qty requisition (jumlah barang yang diminta).
5.
Qty issued (jumlah barang yang diberikan dan diisi oleh Staff IFRS). Data Transaksi Pengiriman Barang (Delivery Request) untuk pemenuhan
SR diperiksa oleh Kepala Gudang Farmasi, jika telah sesuai maka Kepala Gudang Farmasi akan memberikan persetujuan (approval). Staff IFRS melakukan pengiriman barang dari Gudang dan dicatat ke kartu stok gudang farmasi. Staff IFRS akan melakukan transaksi permintaan barang ke Bagian Pembelian atau
17
yang biasa disebut dengan Purchase Request (PR) apabila jumlah barang yang dipesan tidak mencukupi atau menunjukkan jumlah stok minimum. Tiga bulan sekali dilakukan penyesuaian stok fisik dengan stok pada sistem melalui transaksi yang disebut stok opname, tujuannya adalah menyesuaikan atau menyamakan stok barang pada sistem dengan stok fisik barang serta untuk mengetahui selisih antara stok sistem dengan stok fisik. Penyimpanan obat di Gudang Instalasi Farmasi menggunakan gabungan antara Metode FIFO dan FEFO. Metode First in First Out (FIFO) merupakan metode yang menempatkan obat-obatan yang baru masuk di belakang obat yang terlebih dahulu datang sedangkan Metode First Expired First Out (FEFO) merupakan metode dengan cara menempatkan obat-obatan yang mempunyai expired date lebih lama diletakkan dibelakang obat-obatan yang mempunyai expired date lebih pendek. Proses penyimpanannya memprioritaskan Metode FEFO kemudian FIFO. Barang yang expired date-nya paling dekat diletakkan di depan
meskipun
barang
tersebut
datangnya
belakangan.
Penyimpanan
dikelompokkan berdasarkan jenis dan macam sediaan, abjad, dan khasiat obat. Obat yang karena sesuatu hal tidak dapat digunakan lagi atau dilarang penggunaannya harus dimusnahkan dengan cara dibakar, ditanam atau cara lain yang ditetapkan oleh Dirjen Pengawas Obat dan Makanan. Pemusnahan dilakukan oleh Apoteker dibantu sekurang-kurangnya seorang Asisten Apoteker. Kegiatan pemusnahan wajib dibuatkan Berita Acara Pemusnahan. Pemusnahan dilakukan apabila produk tidak memenuhi persyaratan mutu, telah kadaluwarsa, tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan, dan dicabut izin edarnya. Tahap pemusnahan obat terdiri atas: 1.
Membuat daftar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang akan dimusnahkan.
2.
Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan.
3.
Mengkoordinasikan jadwal, metode, dan tempat pemusnahan kepada pihak terkait.
4.
Menyiapkan tempat pemushanan.
18
5.
Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta peraturan yang berlaku. Penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Penarikan dilakukan oleh BPOM atau pabrikan asal. Rumah sakit harus mempunyai sistem pencatatan terhadap kegiatan penarikan.
2.5.2
Peracikan Obat Bagian Produksi Instalasi Farmasi bertugas untuk melakukan peracikan
obat berdasarkan resep yang telah dibuat oleh Dokter untuk penanganan medis pasien. Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas, dan memberikan etiket pada kemasan. Resep adalah permintaan tertulis dari seorang Dokter kepada Apoteker baik dalam bentuk paper maupun elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan obat ke pasien sesuai peraturan yang berlaku (Permenkes Nomor 58 Tahun 2014). Apoteker berkewajiban menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin. Penerimaan resep dilakukan dengan memeriksa keabsahan, nomor resep, dan ketersediaan obat. Apoteker mengecek ketersediaan obat, jika obat tersedia maka dilakukan proses peracikan, jika obat tidak tersedia maka dicek ada atau tidak pengganti obat atas persetujuan Dokter atau pasien. Instalasi Farmasi Rumah Sakit akan mengusahakan obat dari sumber lain atau membuat permintaan pembelian barang. Peracikan dilakukan dengan menyiapkan etiket atau penandaan obat pada kemasan dan meracik obat berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan. Pemeriksaan akhir dilakukan sebelum menyerahkan obat ke pasien meliputi kesesuaian hasil peracikan dengan resep, keseuaian salinan resep dengan resep asli, dan kebenaran kuitansi. Penyerahan obat disertai dengan pemberian informasi mengenai obat tersebut agar tidak terjadi penyalahgunaan pemakaian obat.
19
Peracikan obat dalam sistem mencakup Proses Insert, Edit, Delete, dan Search daftar obat racikan. Insert resep obat racikan digunakan untuk mendaftarkan obat racikan yang belum terdaftar pada sistem. Edit dan Delete digunakan untuk memanipulasi data obat racikan yang telah didaftarkan pada sistem. Search digunakan untuk melihat daftar obat racikan yang tersimpan di sistem berdasarkan key tertentu.
2.5.3
Harga Jual Komponen-komponen yang mempengaruhi harga jual suatu obat terdiri
dari harga bahan baku, harga produksi, biaya pemasaran, profit margin distributor, profit margin pengecer (di apotek atau rumah sakit), dan pajak (pajak impor dan PPN). Pabrik obat atau Pedagang Besar Farmasi (PBF) dalam menyalurkan obat generik kepada pemerintah, rumah sakit, apotek, dan sarana pelayanan kesehatan lainnya harus menggunakan Harga Netto Apotek (HNA) + Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebagai harga patokan tertinggi. Apotek, rumah sakit, dan sarana pelayanan kesehatan lainnya yang melayani penyerahan obat generik harus menggunakan Harga Eceran Tertinggi (HET) sebagai harga patokan tertinggi dan dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan ditambah dengan jasa service sebesar Rp. 500,00 untuk resep tunggal dan Rp. 1000,00 untuk resep racikan. Komponen tarif pelayanan farmasi terdiri atas bahan dan jasa sarana, jasa pelayanan, dan jasa service. Besarnya jasa pelayanan di Instalasi Farmasi adalah sebesar 100% dari profit margin yang ditetapkan. Besarnya jasa service adalah sebesar 100% dari jasa service yang ditetapkan. Penyerahan obat-obatan yang dilakukan oleh Instalasi Farmasi terutang PPN sebesar 10% berdasarkan KMK-253/KMK.03/2002 dan KMK-402/KMK.03/2002 tentang Pajak Pertambahan Nilai atas Penyerahan Barang Dagangan oleh Pedagang Eceran selain yang menggunakan norma perhitungan penghasilan netto sehingga atas penyerahan obat-obatan kepada pasien rawat jalan akan terutang PPN sebesar 10%. HET = HNA + PPN 10% + Margin 25%...........................................................(2.1)
20
Contoh perhitungannya misal nama obat Piroxicam dengan HNA dus 5x10 kapsul 10mg/Rp. 7.600,00 = Rp. 152/kapsul. HET = Rp. 152,00 x 1,1 x 1,25 = Rp.209,00/kapsul. Harga resep untuk 10 kapsul Piroxicam = (Rp. 209,00 x 10) + Rp. 500,00 = Rp. 2.590,00.
2.5.4
Penjualan Penjualan sediaan farmasi dapat berupa pelayanan resep, penjualan obat
bebas, kosmetik, dan alat kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memberikan pelayanan kepada konsumen adalah sebagai berikut: 1.
Kelengkapan Obat Obat-obat yang dibutuhkan oleh konsumen hendaknya tersedia dengan
lengkap baik obat bebas, obat bebas terbatas, maupun obat keras sehingga dapat melayani dan memenuhi kebutuhan konsumen. 2.
Harga Obat Harga obat merupakan faktor yang mempengaruhi pelayanan kefarmasian
di Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Obat disesuaikan dengan kemampuan masyarakat sehingga masyarakat dapat memperoleh harga yang terjangkau dan kualitas yang terjamin. 3.
Pelayanan Pelayanan yang baik dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit terhadap
konsumen meliputi keramahan dalam pelayanan, keamanan, kenyamanan ruang tunggu, dan kemudahan dalam memperoleh informasi tentang obat dapat memberikan nilai tambah bagi Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Pendistribusian sediaan farmasi dilakukan atas dasar jenis perbekalannya yang dibagi menjadi dua golongan yaitu perbekalan farmasi habis pakai serta obat dan alat kesehatan. Setiap petugas di Nurse Station dapat langsung mengadakan permintaan untuk jenis barang habis pakai ke gudang dengan menggunakan buku permintaan. Buku tersebut berisi nomor, nama perbekalan, jumlah yang dibutuhkan, jumlah yang diberikan oleh gudang, dan tanda tangan petugas dari masing-masing depo.
21
Unit Dose Dispensing System (UDDS) merupakan metode pelayanan yang diterapkan dimana sediaan farmasi obat oral dan injeksi pada pasien rawat inap dalam bentuk dosis tunggal diserahkan untuk sekali pemakaian selama pengobatan berlangsung. Sistem distribusi ini berlaku di Pelayanan Rawat Inap. Setelah Staff IFRS menerima resep dan melakukan skrining resep, petugas lalu mencatat obat-obat yang digunakan di dalam catatan penggunaan obat yang berbeda di setiap pasien dan obat akan disiapkan sesuai jadwal pemberiannya. Petugas mengatur jadwal minum obat sesuai dengan signa (aturan pakai obat) yang tertulis pada resep. Obat oral diberikan langsung oleh Apoteker atau Asisten Apoteker Rawat Inap sesuai jadwal sedangkan untuk obat-obat parenteral dikirim ke Nurse Station menggunakan pneumatic tube dan diberikan oleh perawat. Obat dan alat kesehatan yang dibayar pasien hanya yang telah digunakan dan hal ini sangat menguntungkan bagi pasien terutama dari segi biaya. Individual Prescription merupakan pelayanan sediaan farmasi obat dan alat kesehatan kepada pasien secara individual dengan resep yang telah diberikan oleh dokter kepada pasien tersebut. Sistem distribusi ini berlaku di Pelayanan Farmasi Rawat Jalan serta pasien rawat inap yang mendapat resep saat pulang. Instalasi Farmasi setelah menerima resep dan mengecek kelengkapannya, petugas menghitung harga obat dan meminta persetujuan pasien. Petugas menyiapkan obat kemudian memberikan obat tersebut dengan memberikan penjelasan penggunaan obat serta informasi yang berkaitan dengan obat. Floor Stock (FS) adalah stok obat yang ada di setiap Nurse Station yang berisi bahan medis dan alat kesehatan habis pakai dan merupakan bagian dari pelayanan keperawatan. Distribusi floor stock berasal dari logistik melalui Kepala Layanan Keperawatan. Setiap Nurse Station mengirimkan permintaan floor stock ke Instalasi Farmasi melalui pneumatic tube. Penggunaan Sistem Distribusi Floor Stock dapat mengembalikan obat yang tidak terpakai serta mempercepat pelayanan pada kondisi emergency.
22
2.5.5
Administrasi Administrasi dan pelaporan merupakan kegiatan yang berkaitan dengan
pencatatan manajemen inventory serta penyusunan laporan yang berkaitan dengan transaksi secara rutin atau tidak rutin dalam periode bulanan, triwulan, atau tahunan. Kegiatan administrasi dan pelaporan dilakukan dengan tujuan untuk: 1.
Menyediakan data yang akurat sebagai bahan evaluasi.
2.
Menyediakan informasi yang akurat.
3.
Menyediakan arsip yang memudahkan penelusuran surat dan laporan.
4.
Mendapatkan
data
atau
laporan
yang
lengkap
untuk
membuat
perencanaan. 5.
Anggaran yang tersedia untuk pelayanan dan perbekalan farmasi dapat dikelola secara efisien dan efektif. Administrasi yang biasa dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
meliputi
administrasi
pergudangan,
pembukuan,
administrasi
administrasi
pembelian,
dan
pelayanan,
administrasi
administrasi kepegawaian.
Administrasi yang teratur sangat dibutuhkan untuk menjamin terselenggaranya sistem pembukuan yang baik, oleh karena itu tugas administrasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit dikoordinir oleh koordinator yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
2.6
Deskripsi Obat Obat adalah suatu bahan yang digunakan dalam menetapkan diagnosa,
mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka, atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan termasuk memperelok tubuh manusia (Anief, 1991). Istilah-istilah dalam pendefinisian obat yang perlu diketahui adalah: 1.
Obat tradisional adalah obat jadi atau obat berbungkus yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik, atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang usaha pengobatannya berdasarkan pengalaman.
23
2.
Obat jadi adalah obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk serbuk, cairan, salep, tablet, pil, supositoria atau bentuk lain yang mempunyai nama teknis sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3.
Obat paten adalah obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama si pembuat atau yang dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang memproduksinya.
4.
Obat baru adalah obat yang berisi suatu zat baik sebagai bagian yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat, misalnya lapisan, pengisi, pelarut, bahan pembantu (vehiculum) atau komponen lain yang belum dikenal.
5.
Obat esensial adalah obat yang paling dibutuhkan untuk pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang meliputi diagnosa, profilaksi terapi, dan rehabilitasi.
6.
Obat generik berlogo adalah obat esensial yang tercantum dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan mutunya terjamin karena diproduksi sesuai dengan persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan diuji ulang oleh Badan Pemeriksaan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan.
7.
Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep Dokter oleh Apoteker di apotek. Obat memiliki karakteristik atau ciri yang menandai identitas obat tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut: 1.
No Batch adalah nomor yang menandakan bahwa sejumlah produk obat yang mempunyai sifat dan mutu yang seragam dihasilkan dalam satu siklus pembuatan atas suatu perintah pembuatan tertentu. Esensi suatu batch adalah homogenitasnya.
2.
Expired Date adalah tanggal yang menyatakan bahwa sebelum tanggal tersebut suatu obat atau produk tertentu masih memenuhi spesifikasi standar mutu yang dipersyaratkan sehingga setelah tanggal yang tercantum produk tersebut tidak layak pakai.
24
3.
No ID atau nomor identitas terkecil setiap penerimaan suatu batch obat yang harus dicantumkan oleh distributor.
4.
Obat bebas dan obat bebas terbatas diwajibkan di dalam kemasannya disertakan brosur yang menerangkan indikasi obat, cara pemakaian obat, nama obat, dosis (jumlah takaran), kontra indikasi, cara penyimpanan obat, kemungkinan adanya gangguan terhadap obat serta gejala-gejalanya. Obat yang tidak disertai keterangan tersebut dinyatakan sebagai obat keras. Istilah dalam brosur obat tersebut mengandung maksud: a. Indikasi obat adalah petunjuk kegunaan obat dalam pengobatan penyakit. b. Kontra indikasi adalah petunjuk penggunaan obat yang tidak diperbolehkan karena berlawanan dengan kondisi tubuh. c. Efek samping adalah efek yang timbul dan bukan merupakan efek yang diinginkan. Efek samping bersifat merugikan atau berbahaya. d. Dosis obat adalah besarnya obat yang boleh digunakan untuk orang dewasa atau anak-anak berdasarkan berat badan atau umur.
5.
Tanda Obat adalah tanda yang dibuat untuk menggolongkan obat ke dalam kategori tertentu sehingga mempermudah dalam pengelolaan obat-obatan yang jumlahnya sangat banyak. Tanda obat misalnya tanda lingkaran hijau untuk obat bebas, tanda lingkaran biru untuk obat bebas terbatas, dan tanda lingkaran merah untuk obat keras.
6.
No Registrasi adalah nomor izin edar yang menyatakan bahwa obat sudah terdaftar dan sudah dievaluasi mengenai keamanan dan mutu obat tersebut. Obat akan berfungsi apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu
penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat, apabila obat salah digunakan dalam pengobatan atau dengan dosis yang berlebih maka akan menimbulkan keracunan dan bila dosisnya kecil tidak akan memperoleh penyembuhan. 2.6.1
Penggolongan Obat Penggolongan obat dimaksudkan meningkatkan keamanan dan ketepatan
penggunaan serta pengamanan distribusi. Pemerintah menggolongkan obat menjadi lima golongan untuk mengawasi penggunaan obat oleh rakyat
25
diantaranya adalah obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika. 1.
Obat Bebas Obat bebas adalah obat yang boleh digunakan tanpa resep dokter disebut
juga obat OTC (Over The Counter). Penandaan obat bebas diatur berdasarkan S.K. Menkes RI Nomor 2380/A/SKA/I/1983 tentang Tanda Khusus untuk Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas.
Gambar 2.2 Lambang Obat Bebas (sumber: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 1983)
Obat golongan ini di Indonesia ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh obat yang termasuk obat bebas adalah tablet multivitamin, bodrex, biogesic, panadol, entrostop dan sebagainya. 2.
Obat Bebas Terbatas Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras
tetapi masih dapat dijual bebas tanpa resep dokter dan disertai dengan tanda peringatan.
Gambar 2.3 Lambang Obat Bebas Terbatas (sumber: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 1983)
Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh obat yang termasuk obat bebas terbatas adalah tinctura iodii (P3) = antiseptik. 3.
Obat Wajib Apotek Obat Wajib Apotek (OWA) merupakan obat keras yang dapat diberikan
oleh Apoteker Pengelola Apotek kepada pasien. Tujuan OWA adalah memperluas keterjangkauan obat untuk masyarakat, maka obat-obatan yang digolongkan dalam OWA adalah obat yang diperlukan bagi kebanyakan penyakit yang diderita pasien.
26
4.
Obat Keras Obat keras (dulu disebut obat daftar G = gevaarlijk = berbahaya) yaitu
obat berkhasiat keras yang untuk memperolehnya harus dengan resep dokter, berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor
02396/A/SKA/III/1986 penandaan obat keras dengan lingkaran bulat berwarna merah dan garis tepi berwarna hitam serta huruf K yang menyentuh garis tepi.
Gambar 2.4 Lambang Obat Keras (sumber: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 1986)
Contoh obat yang termasuk obat keras adalah semua obat injeksi, obat antibiotik (chloramphenicol, penicillin, tetracyclin, ampicillin), obat antibakteri (sulfadiazin, sulfasomidin) dan sebagainya. 5.
Obat Psikotropika dan Narkotika Psikotropika adalah zat atau obat yang dapat menurunkan aktivitas otak
atau merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku disertai dengan timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan, dan dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi para pemakainya. Logonya berbentuk seperti palang (+).
Gambar 2.5 Lambang Obat Psikotropika (sumber: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 1986)
Contoh obat psikotropika adalah ecstasy dan sabu-sabu. Obat psikotropika dibagi menjadi empat golongan, yaitu: a. Psikotropika Golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi
serta
ketergantungan.
mempunyai
potensi
kuat
yang
mengakibatkan
27
b. Psikotropika Golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan digunakan dalam terapi atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta
mempunyai
potensi
kuat
mengakibatkan
ketergantungan. c. Psikotropika Golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan digunakan dalam terapi atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta
mempunyai
potensi
sedang
mengakibatkan
ketergantungan. d. Psikotropika Golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Narkotika (dulu disebut daftar obat O = opiat) adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri. Obat narkotika dibagi menjadi tiga golongan yaitu Narkotika Golongan I, Narkotika Golongan II, dan Narkotika Golongan III. Narkotika Golongan I hanya dapat digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan dilarang digunakan untuk kepentingan lainnya. Narkotika Golongan II dan III merupakan bahan baku baik alamiah maupun sintetis dapat diedarkan tanpa wajib daftar pada Departemen Kesehatan. Contoh obat narkotika adalah optium, morfin, kokain dan sebagainya.
2.6.2
Bentuk Sediaan Obat Bentuk sediaan obat adalah obat yang diberikan pada pasien berbentuk
kapsul, serbuk, suspensi oral, salep dan sebagainya. Bentuk sediaan obat yang diberikan akan mempengaruhi kecepatan dan besarnya obat yang diabsorbsi. Absorbsi adalah proses yang terjadi dari waktu obat masuk ke dalam tubuh hingga obat masuk ke dalam aliran darah untuk disirkulasikan. Bentuk sediaan obat antara lain:
28
1.
Tablet adalah bentuk obat padat yang biasanya berbentuk pipih dan ditengah-tengah tablet biasanya terdapat garis pembagi. Tablet dibagi menjadi empat macam, yaitu: a. Tablet kempa merupakan tablet yang langsung ditelan, misalnya procold dan konidin. b. Tablet kunyah merupakan tablet yang tidak ditelan tetapi dikunyah seperti contohnya antacid. c. Tablet salut merupakan tablet yang dilapisi dengan lapisan gula agar menghilangkan rasa pahit obat ketika ditelan atau tidak mudah rusak di lambung. d. Tablet efervesen merupakan tablet yang dilarutkan dalam segelas air, misalnya tablet Calcium D. Redoxon (C.D.R).
2.
Kapsul adalah suatu cangkang (shell) yang dibuat dari gelatin, CMC, atau calsium alginate dan berisi obat racikan.
3.
Serbuk adalah bentuk sediaan obat yang terdiri dari butiran-butiran padat kecil dan sebelum digunakan dilarutkan dalam air.
4.
Pil adalah bentuk sediaan padat yang berbetuk oval atau bulat. Permukaan pil biasanya lebih halus daripada tablet dan tidak ada garis pembagi.
5.
Larutan (injeksi) adalah campuran antara zat terlarut dan zat pelarut. Zat pelarut misalnya air, gliserin, alkohol dan sebagainya sedangkan zat terlarut adalah obat yang larut dalam zat pelarut. Contoh larutan yaitu larutan oralit serta obat yang digunakan secara injeksi seperti infus.
6.
Sirup adalah suatu larutan obat dalam larutan gula yang jenuh dan biasanya diberi essence.
7.
Suspensi adalah campuran obat berupa zat padat terbagi halus yang terdispersi di dalam medium cairan. Cairan yang dipakai biasanya adalah air dan harus dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan. Suspensi dapat berupa suspensi oral, mixture, magma, dan gel.
8.
Salep adalah sediaan setengah padat untuk dipakai pada kulit.
9.
Krim adalah sediaan lunak untuk dipakai pada kulit dan biasanya digunakan sebagai pelumas atau pelindung.
29
10.
Pasta adalah salep yang mengandung banyak serbuk seperti amilum dan ZnO yang bersifat sebagai pengering dan melindungi kulit.
11.
Aerosol adalah bentuk sediaan obat dalam bentuk cair atau semi cair (busa) yang digunakan dengan cara disemprotkan. Pembuatan bentuk obat didasarkan atas keperluan pasien dan rute
penggunaan obat yang akan dilalui. Bentuk sediaan obat dengan kemasan adalah berbeda. Kemasan obat merupakan cara penyajian obat dari produsen, misalnya bentuk sediaan tablet dikemas dalam botol atau pepel, vitamin dikemas dalam bentuk tablet 250 mg atau sirup, obat cair dikemas dalam bentuk vial atau ampul, serbuk dikemas dalam bentuk sachet dan lain sebagainya.
2.6.3
Rute Penggunaan Obat Rute penggunaan obat dibedakan menjadi bentuk sediaan obat untuk
pemakaian luar dan untuk pemakaian dalam. Penggunaan dalam merupakan penggunaan di mana obat melalui mulut, tenggorokan, masuk ke perut disebut oral sedangkan cara penggunaan lainnya dianggap sebagai pemakaian luar. 1.
Pemakaian melalui kulit dengan jalan merobek atau menembus kulit yaitu per injeksi atau paramental. Obat yang melalui suntikan atau paramental biasanya berbentuk larutan, suspensi, atau emulsi. Contoh obat yang digunakan adalah injeksi Vit. C, injeksi luminal, cairan infus intravena.
2.
Pemakaian secara inhalasi yaitu berupa gas yang kemdian dihirup melalui hidung. Penggunaan obat secara inhalasi ini menyebabkan obat dalam keadaan gas atau uap diabsorbsi sangat cepat melalui hidung, trakea, paruparu, dan selaput lendir pada jalan pernafasan.
3.
Pemakaian melalui selaput lendir seperti melalui vagina, mata, telinga, dubur dan sebagainya. Contoh pada selaput lendir mata dapat digunakan larutan mata untuk pengobatan mata seperti obat tetes mata.
4.
Penggunaan obat pada permukaan kulit (topical), dimaksudkan untuk mendapatkan efek di luar atau di dalam kulit. Bentuk obat untuk topikal dapat berupa padat, cair, dan semi padat misalnya salep, krim, dan larutan untuk mengompres luka seperti revanol.
30
2.7
Pengertian Sistem Menurut Jogiyanto H.M. (2006), sistem adalah suatu jaringan kerja dari
prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Menurut Djekky R. Djoht, sistem adalah agregasi atau pengelompokan objek yang dipersatukan oleh beberapa bentuk interaksi yang tetap atau saling bergantung, sekelompok unit yang berbeda, yang dikombinasikan sedemikian rupa sehingga membentuk suatu keseluruhan yang berfungsi, beroperasi, atau bergerak dalam satu kesatuan. Menurut Umar Fahmi Achmadi, sistem adalah tatanan yang menggambarkan adanya rangkaian berbagai komponen yang memiliki hubungan serta tujuan bersama secara serasi, terkoordinasi yang bekerja atau berjalan dalam jangka waktu tertentu dan terencana. Sebuah sistem umumnya tersusun atas sejumlah sistem yang lebih kecil yang biasa disebut dengan subsistem. Elemen pembentuk sebuah sistem yang baik diantaranya adalah: 1.
Tujuan Sistem memiliki tujuan (goal) yang menjadi pemotivasi mengarahkan
sistem. Sistem menjadi tidak terarah dan tidak terkendali tanpa adanya tujuan. Tujuan utama yang umum ada tiga macam (Hall, 2001), yaitu: a.
mendukung fungsi kepengurusan manajemen,
b.
mendukung pengambilan keputusan manajemen, dan
c.
mendukung kegiatan operasi perusahaan. Tujuan sistem informasi bergantung pada kegiatan yang ditangani, namun
kecenderungan penggunaan sistem informasi lebih ditujukan pada usaha yang menuju keunggulan kompetitif artinya mampu bersaing dan mengungguli pesaing. 2.
Masukan Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem
dan selanjutnya menjadi bahan untuk diproses. Masukan dapat berupa data transaksi dan data non-transaksi (misalnya surat pemberitahuan) serta instruksi.
31
3.
Proses Proses merupakan bagian yang melakukan transformasi dari masukan
menjadi keluaran yang berguna. Proses dapat berupa suatu tindakan yang bermacam-macam
seperti
meringkas
data,
melakukan
perhitungan,
dan
mengurutkan data. 4.
Keluaran Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Keluaran dalam
sistem informasi dapat berupa suatu informasi, cetakan laporan dan sebagainya. 5.
Mekanisme Pengendalian dan Umpan Balik Mekanisme pengendalian (control mechanism) diwujudkan dengan
menggunakan umpan balik (feedback) dari keluaran. Umpan balik ini digunakan untuk mengendalikan masukan maupun proses. Tujuannya adalah untuk mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan. 6.
Batas Batas (boundary) sistem adalah pemisah antara sistem dan daerah luar
sistem (lingkungan). Batas menentukan konfigurasi, ruang lingkup, atau kemampuan sistem. 7.
Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu di luar sistem yang dapat merugikan
atau menguntungkan sistem itu sendiri. Lingkungan bagi sebuah organisasi dapat berupa vendor, pelanggan, pemilik, pemerintah, bank, dan pesaing.
2.8
Pengertian Informasi McFadden (1999) mendefinisikan informasi sebagai data yang telah
diproses sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang yang menggunakan data tersebut. Menurut Davis (1999), informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang. Data merupakan deskripsi tentang benda, kejadian, aktivitas, dan transaksi yang tidak mempunyai makna atau tidak berpengaruh secara langsung kepada pemakai sehingga perlu diolah agar menghasilkan informasi yang berguna.
32
Gambar 2.6 Siklus Informasi (Sumber: Pengenalan Sistem Informasi, 2003)
Gambar 2.6 memperlihatkan siklus informasi yang menggambarkan pengolahan data dalam bentuk mentah yang belum mengandung informasi sehingga perlu diolah lebih lanjut. Data dibaca sebagai input kemudian diproses melalui suatu model membentuk informasi. User kemudian menerima informasi tersebut sebagai landasan untuk membuat suatu keputusan dan melakukan tindakan operasional yang akan membuat sejumlah data baru. Data baru tersebut selanjutnya menjadi input pada proses berikutnya, begitu seterusnya sehingga membentuk suatu siklus informasi atau information cycle. Informasi yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1.
Akurat (Acurate) Informasi yang diperoleh harus bebas dari kesalahan dan mencerminkan
suatu maksud. Informasi diharuskan akurat karena informasi yang tidak akurat akan banyak timbul gangguan (noise) yang dapat mengubah atau merusak informasi tersebut. 2.
Tepat Waktu (Time Lines) Informasi sampai pada yang membutuhkan tidak boleh terlambat.
Penyampaian informasi yang terlambat tidak akan mempunyai nilai, hal ini disebabkan karena informasi merupakan landasan dalam pengambilan keputusan maka akan berakibat fatal untuk organisasi maupun perusahaan. 3.
Sejalan (Relevan) Informasi harus bermanfaat bagi yang membutuhkannya. Relevansi
informasi untuk setiap orang adalah berbeda. Informasi yang baik hanya akan dihasilkan oleh data yang baik dengan pemrosesan data yang tepat.
33
4.
Veribility Informasi yang disajikan harus dapat membandingkan sesuatu agar
memberikan nilai tambah bagi pemakai informasi. Penyajian informasi yang dilakukan harus efektif, apakah itu dalam bentuk format, desain dan sebagainya untuk memenuhi prinsip tersebut. Informasi yang baik harus memenuhi kriteria di atas untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat agar dapat meningkatkan kualitas suatu organisasi atau perusahaan.
2.9
Konsep Dasar Sistem Informasi Menurut Jogiyanto H.M. (2005), sistem informasi adalah suatu sistem di
dalam organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi, serta menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan. Hal-hal yang dikerjakan oleh sistem informasi terkait dengan kemampuan yang dapat dilakukannya adalah sebagai berikut: 1.
Melaksanakan komputasi numerik dan bervolume besar.
2.
Menyediakan komunikasi dalam organisasi atau antar organisasi yang cepat dan akurat.
3.
Menyimpan informasi dalam jumlah yang sangat besar dalam ruang yang kecil tetapi mudah diakses.
4.
Meningkatkan efektivitas dan efisiensi orang-orang yang bekerja dalam kelompok di suatu tempat atau beberapa lokasi.
5.
Menyajikan informasi dengan jelas.
6.
Pembiayaan yang jauh lebih murah daripada pengerjaan secara manual. Kemampuan ini mendukung sasaran bisnis yang mencakup peningkatan
produktivitas,
pengurangan
biaya,
peningkatan
pengambilan
keputusan,
peningkatan layanan ke pelanggan, serta pengembangan aplikasi-aplikasi strategis yang baru. Sistem informasi memberikan nilai tambah terhadap proses, produksi, kualitas, manajemen, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah serta keunggulan kompetitif yang sangat berguna bagi kegiatan bisnis (Kroenke, 1992).
34
Gambar 2.7 Interaksi Komponen Penting dalam Perusahaan (Sumber: Pengenalan Sistem Informasi, 2003)
Perusahaan masa kini melibatkan komponen perilaku dan teknologi yang berinteraksi di dalam lingkungan sosioteknologi (bidang kajian yang berusaha melihat pengaruh evolusi teknologi dalam kehidupan sosial) (O‟Brien, 1996). Gambar 2.7 memperlihatkan keadaan ini. Kelima komponen dasar tersebut saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Itulah sebabnya para manajer harus menjamin bahwa pengaturan terhadap setiap komponen tersebut dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan visi dan misi perusahaan. Empat peranan penting sistem informasi dalam organisasi (Alter, 1992) adalah sebagai berikut: 1.
Berpartisipasi dalam pelaksanaan tugas-tugas.
2.
Mengaitkan perencanaan, pengerjaan, pengendali dalam sebuah subsistem.
3.
Mengkoordinasikan subsistem yang ada.
4.
Mengintegrasikan subsistem. Sistem informasi merupakan salah satu peranan penting dalam perusahaan,
oleh sebab itu diperlukan manajemen khusus yang mampu mengontrol sistem informasi dengan baik sehingga dapat mendukung visi dan misi perusahaan. Sistem informasi terdiri dari kompenen-komponen yang disebut dengan istilah Blok Bangunan (Building Block), yaitu Blok Masukan (Input Blok), Blok Model (Model Block), Blok Keluaran (Output Block), Blok Teknologi (Technology Block), Blok Basis Data (Database Block), dan Blok Kendali (Controls Block).
35
1.
Blok Masukan (Input Block) Masukan (input) mewakili data yang masuk kedalam sistem informasi.
Input merupakan metode dan media untuk menangkap data yang akan dimasukkan berupa dokumen-dokumen dasar. 2.
Blok Model (Model Block) Blok Model terdiri dari kombinasi prosedur, logika, dan model matematik
yang akan memanipulasi data input dan data yang tersimpan di basis data dengan cara tertentu untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan. 3.
Blok Keluaran (Output Block) Produk dari sistem informasi adalah keluaran berupa informasi yang
berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen serta semua pemakai sistem. 4.
Blok Teknologi (Technology Block) Teknologi merupakan kotak alat (tool box) dalam sistem informasi.
Teknologi digunakan untuk menerima input, menjalankan model, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan keluaran, serta membantu pengendalian dari sistem secara keseluruhan. Teknologi terdiri dari tiga bagian utama, yaitu teknisi (humanware atau brainware), perangkat lunak (software), dan perangkat keras (hardware). 5.
Blok Basis Data (Database Block) Blok Basis Data merupakan kumpulan data yang saling berhubungan satu
dengan yang lainnya, tersimpan dalam perangkat keras komputer, dan digunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya dengan menggunakan perangkat lunak paket yang disebut dengan Database Management System (DBMS). 6.
Blok Kendali (Controls Block) Blok Kendali mengendalikan sistem agar terhindar dari hal-hal yang tidak
diinginkan (kesalahan-kesalahan, ketidakefesienan dan lain sebagainya) dengan merancang pengendalian untuk meyakinkan bahwa hal-hal yang dapat merusak sistem dapat dicegah dan diatasi.
36
2.10
Pengertian Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) Setiap rumah sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan semua
kegiatan penyelenggaraan rumah sakit dalam bentuk Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 82 Tahun 2013. Pembentukan SIMRS dilakukan dalam rangka meningkatkan efesiensi dan efektifitas penyelenggaraan rumah sakit di Indonesia. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) adalah suatu sistem teknologi informasi yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses pelayanan rumah sakit dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan, dan prosedur administrasi untuk memperoleh informasi secara tepat dan akurat. Setiap rumah sakit harus melaksanakan pengelolaan dan pengembangan SIMRS yang mampu meningkatkan dan mendukung proses pelayanan kesehatan di rumah sakit, meliputi: 1.
Kecepatan akurasi, integrasi, peningkatan pelayanan, peningkatan efisiensi, kemudahan pelaporan dalam pelaksanaan operasional.
2.
Kecepatan pengambilan keputusan, akurasi dan identifikasi masalah, serta kemudahan penyusunan strategi dalam pelaksanaan manajerial.
3.
Budaya kerja, transparasi, koordinasi antar unit, pemahaman sistem, dan pengurangan biaya administrasi dalam pelaksanaan organisasi. Sebuah SIMRS idealnya mencakup integrasi fungsi-fungsi klinikal,
keuangan, serta manajemen yang nantinya menjadi subsistem dari SIMRS. Subsistem ini merupakan unsur dari sistem informasi berdasarkan fungsi-fungsi yang ada untuk menyederhanakan pelayanan pada rumah sakit seperti Subsistem Modul Farmasi. Sistem Informasi Farmasi adalah sebuah sistem untuk mengelola data atau informasi tentang input data barang, transaksi, atau distribusi barang-barang kebutuhan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit sampai dengan pembuatan laporan. Variabel yang ada secara garis besar dalam Sistem Informasi Farmasi adalah transaksi pembelian barang ke distributor, penjualan obat ke pasien, retur obat, laporan penjualan harian, laporan obat slow moving dan fast moving, laporan analisis, dan grafik penjualan.
37
2.11
Analisis dan Desain Sistem Menurut H.M. Jogiyanto, analisis sistem adalah penguraian dari suatu
sistem informasi yang utuh dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan, kesempatan, hambatan yang terjadi, dan kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikannya. Analisis dengan teknik informasi fokus pada struktur data tersimpan dalam sebuah sistem yang disebut dengan analisis data centered. Model proses dalam teknik ini digambarkan dengan diagram aliran data yang disebut dengan hubungan entitas. Langkah-langkah dasar analisis sistem adalah sebagai berikut: 1.
Identify, yaitu tahap mengidentifikasi masalah.
2.
Understand, yaitu tahap memahami kerja dari sistem yang ada.
3.
Analyze, yaitu tahap menganalisa sistem.
4.
Report, yaitu tahap membuat laporan dari hasil analisis. Desain dalam pembangunan perangkat lunak merupakan upaya untuk
mengkonstruksi sebuah sistem yang memberikan kepuasan akan spesifikasi kebutuhan fungsional, memenuhi kebutuhan secara implisit atau eksplisit dari segi performansi maupun penggunaan sumber daya, kepuasan pada proses desain dari segi biaya, waktu, dan perangkat. Kualitas perangkat lunak biasanya dinilai dari segi kepuasan pengguna perangkat lunak terhadap perangkat lunak yang digunakan. 2.11.1 Perancangan Sistem dengan Metode TAS Perancangan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Modul Farmasi menggunakan metode Total Architecture Synthesis (TAS). Langkah-langkah dalam metode perancangan menggunakan TAS adalah sebagai berikut: 1.
Menentukan initial scope.
2.
Menentukan kebutuhan.
3.
Mendesain arsitektur proses bisnis.
4.
Mendesain arsitektur sistem.
5.
Mengevaluasi arsitektur.
38
Prinsip dasar dari TAS adalah apapun arsitektur yang dipilih untuk memenuhi kebutuhan yang ada, keterhubungan dari setiap layanan untuk mendukung kebutuhan bahkan kebutuhan yang paling tidak terduga sekalipun tetap harus dipersiapkan. TAS adalah sebuah metode perancangan yang menggunakan
pendekatan
iteratif
dalam
mengumpulkan
kebutuhan,
mendefinisikan proses bisnis, dan mendefinisikan arsitektur dari sebuah sistem. Metode ini berawal dari inisiasi semua proses bisnis yang terpengaruh oleh perkembangan proyek yang dibuat. Proses bisnis kemudian diurutkan sesuai dengan tingkat kesulitan dan kepentingan bisnisnya. Iterasi untuk proyek dimulai setelah proses ini selesai dilakukan. Iterasi terdiri dari pengumpulan kebutuhan, pendefinisian proses bisnis, pendefinisian arsitektur sistem, dan evaluasi. Iterasi pertama diawali dengan proses bisnis yang paling sulit dan banyak mengalami perubahan. Penggunaan metode TAS menjadikan proses pengumpulan akan kebutuhan informasi dari sebuah perusahaan bukan lagi menjadi sebuah aktivitas yang terpisah dari proses bisnis dan arsitektur sistem.
2.11.2 Data Flow Diagram (DFD) Perancangan Diagram Arus Data (DAD) atau dalam bahasa Inggris disebut Data Flow Diagram (DFD) adalah suatu diagram yang menggunakan notasinotasi untuk menggambarkan arus dari data yang penggunaanya sangat membantu untuk memahami sistem secara logika, terstruktur, dan jelas. DFD juga bisa dikatakan sebagai suatu model logika data atau proses yang dibuat untuk menggambarkan dari mana asal data dan kemana tujuan data yang keluar dari sistem, dimana data disimpan, proses apa yang menghasilkan data tersebut dan interaksi antara data yang tersimpan, serta proses yang dikenalkan pada data tersebut. DFD merupakan alat perancangan sistem berorientasi alur data dengan konsep dekomposisi yang digunakan untuk penggambaran analisa maupun rancangan sistem yang mudah dikomunikasikan oleh profesional sistem kepada pemakai maupun pembuat program.
39
Simbol-simbol yang digunakan dalam DFD untuk mewakili entitas luar atau batas sistem, alur data (data flow), proses, dan simpanan data (data store) berdasarkan simbol Gane dan Sarson dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Simbol DFD No Lambang 1.
Nama Terminator
Keterangan Mewakili entitas eksternal yang berkomunikasi dengan sistem yang sedang dikembangkan, biasanya terminator dikenal dengan nama entitas luar.
2.
Alur Data
Menunjukkan arus dari data berupa masukan untuk sistem atau hasil dari proses sistem.
3.
Proses
4.
Data Store
Menggambarkan bagian dari sistem mentransformasikan input menjadi output.
yang
Menggambarkan suatu penyimpanan data yang dapat berupa file atau database di sistem komputer dan arsip atau catatan manual. (Sumber: Metode Desain dan Analisis Sistem Edisi 6, 2004)
DFD diperlukan dalam merancang software aplikasi. Perangkat ini digunakan untuk menjelaskan software aplikasi sebagai jaringan kerja antar proses yang berhubungan satu sama lain. Diagram ini menunjukkan bagaimana aliran data dari suatu proses ke proses lain atau ke tempat penyimpanan data. DFD dibuat secara bertingkat, dimana suatu proses akan dijelaskan secara rinci pada DFD tingkat yang lebih tinggi (Jogiyanto, 1989). DFD dikembangkan secara logika tanpa mempertimbangkan lingkungan fisik tempat data tersebut mangalir, misalnya lewat telepon, surat dan sebagainya atau lingkungan fisik dimana data tersebut akan disimpan, misalnya harddisk, tape, diskette dan lain sebagainya. 2.11.2.1 Konteks Diagram Konteks diagram adalah Data Flow Diagram tingkat atas (DFD Top Level) yang
merupakan
diagram
tidak
detail
dari
sebuah
sistem
informasi,
menggambarkan aliran data ke dalam dan ke luar sistem entitas eksternal. Konteks diagram menggambarkan sistem dalam satu lingkaran dan hubungan dengan entitas luar. Lingkaran tersebut menggambarkan keseluruhan proses dalam sistem. Hal yang harus diperhatikan dalam menggambar konteks diagram, yaitu:
40
1.
Terminologi Sistem Terminologi sistem terdiri atas beberapa bagian diantaranya adalah: a. Batas sistem adalah batas antara daerah kepentingan sistem. b. Lingkungan sistem adalah segala sesuatu yang berhubungan atau mempengaruhi sistem tersebut. c. Interface adalah aliran yang menghubungkan sebuah sistem dengan lingkungan sistem tersebut.
2.
Menggunakan Satu Simbol Proses Simbol di dalam lingkaran konteks (simbol proses) adalah kegiatan pemrosesan informasi (batas sistem). Kegiatan informasi adalah kegiatan mengambil data dari file, mentransformasikan data, atau melakukan filling data misalnya mempersiapkan dokumen, memasukkan, memeriksa, mengklasifikasi, mengatur, menyortir, menghitung, dan meringkas data.
3.
Entitas
eksternal
atau
terminator
dengan
entitas
lainnya
tidak
diperbolehkan melakukan komunikasi langsung. 4.
Terminator yang mempunyai banyak masukan dan keluaran diperbolehkan untuk digambarkan lebih dari satu sehingga mencegah penggambaran yang terlalu rumit dengan memberikan tanda asterik (*) atau garis silang (#).
5.
Terminator yang mewakili individu sebaiknya diwakili oleh peran yang dipermainkan individu tersebut.
6.
Aliran data ke proses dan keluar sebagai output keterangan aliran data berbeda. Pembuatan konteks diagram sangat penting dilakukan karena diagram ini
merupakan gambaran tentang keseluruan sistem yang akan dibuat. 2.11.2.2 Data Flow Diagram Level DFD dapat digunakan untuk menggambarkan diagram fisik maupun diagram logis, dimana DFD Level n merupakan hasil pengembangan dari konteks diagram ke dalam komponen yang lebih detail yang disebut dengan top down partitioning. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan DFD Level n adalah:
41
1.
Pemberian nomor pada DFD Level n.
2.
Penyimpanan dengan penyimpanan lainnya tidak dihubungkan langsung dan harus melalui proses.
3.
Tempat penyimpanan data dengan entitas eksternal atau terminator tidak dihubungkan langsung (harus melalui proses) dan sebaliknya.
4.
Dilarang membuat suatu proses menerima input tetapi tidak pernah mengeluarkan output yang disebut dengan istilah “black hole”.
5.
Dilarang membuat suatu tempat penyimpanan menerima input tetapi tidak pernah digunakan untuk proses yang disebut istilah “gray hole”.
6.
Dilarang membuat suatu hasil proses yang lengkap dengan data yang terbatas, disebut dengan istilah “magic process”.
7.
Terminator yang mempunyai banyak masukan dan keluaran diperbolehkan untuk digambarkan lebih dari satu sehingga mencegah penggambaran yang terlalu rumit dengan memberikan tanda asterik (*) atau garis silang (#), begitu juga dengan bentuk penyimpanan.
8.
Aliran data ke proses dan keluar sebagai output keterangan aliran data berbeda. DFD level mempermudah menggambarkan suatu proses agar lebih
terperinci. Beberapa hal harus diperhatikan dalam pembuatan DFD sehingga menghasilkan DFD yang seimbang dan dapat menggambarkan proses tentang sistem yang dibuat.
2.11.3 Standard Operating Procedure (SOP) Standard Operating Procedure (SOP) adalah dokumen tertulis yang memuat prosedur kerja secara rinci, tahap demi tahap, dan sistematis. SOP memuat serangkaian instruksi secara tertulis tentang kegiatan rutin atau berulangulang yang dilakukan oleh sebuah organisasi. SOP dilengkapi dengan referensi, lampiran, formulir, diagram, dan alur kerja. SOP sering disebut sebagai manual SOP yang digunakan sebagai pedoman untuk mengarahkan dan mengevaluasi suatu pekerjaan.
42
Fungsi dari SOP adalah untuk menjelaskan secara detail mengenai proses kerja yang berlangsung secara rutin yang harus diikuti dalam suatu perusahaan atau organisasi. Tujuan dari SOP adalah sebagai berikut: 1.
Menjaga konsistensi dan tingkat kinerja petugas atau tim dalam organisasi atau unit.
2.
Mengetahui dengan jelas peran dan fungsi setiap posisi dalam organisasi.
3.
Memperjelas alur tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari petugas terkait.
4.
Melindungi organisasi dan staff dari malpraktek atau kesalahan administrasi lainnya.
5.
Menghindari kesalahan, keraguan, duplikasi, dan inefisiensi. Bentuk simbol flowchart yang digunakan dalam pembuatan SOP dapat
dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Simbol SOP No Lambang
Nama
Keterangan
1.
Terminal
Menunjukkkan awal atau akhir suatu proses
2.
Manual Operation
Melakukan proses secara manual
3.
Manual Input
Menunjukan proses masukan data secara manual
4.
Display
Menampilkan data
Process
Menunjukkan proses pelaksanaan instruksi
6.
Decision
Menunjukkkan proses pemilihan alternatif atau pengecekan kondisi
7.
Predefined Process
Menunjukkan proses yang telah didefinisikan
5.
43
8.
On-page Connector
Merupakan penghubung pada satu halaman
9.
Off-page Connector
Merupakan penghubung pada halaman lain
10.
Document
Merupakan dokumen (arsip) dari hasil proses
11.
Arrow
Merupakan arah aliran proses
(Sumber: Metode Desain dan Analisis Sistem Edisi 6, 2004)
Flowchart
merupakan
gambaran
dengan
menggunakan
simbol.
Berdasarkan Tabel 2.2 setiap simbol menggambarkan proses tertentu. Flowchart dapat memperjelas urutan poses suatu kegiatan, ketika ada penambahan proses maka dapat dilakukan dengan lebih mudah.
2.11.4 Entity Relationship Diagram (ERD) Entity Relationship Diagram (ERD) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Diagram Relasi Entitas merupakan model konseptual sebagai simbol hubungan yang terjadi dalam database yang ada pada DFD. ERD menggunakan sejumlah notasi dan simbol untuk menggambarkan struktur dan hubungan antar data. Dasarnya ada tiga macam simbol yang digunakan, yaitu: 1.
Entitas (Objek Data) Entitas adalah objek sebagai perwakilan sesuatu yang nyata dan dapat
dibedakan dari sesuatu yang lain berada dalam lingkungan sistem. Entitas dilambangkan dengan persegi panjang. Entitas ini akan menjadi tabel dalam database.
44
2.
Atribut Atribut
adalah karakteristik dari entitas atau
relationship
yang
menyediakan penjelasan detail tentang entitas atau relationship tersebut. Simbol yang digunakan untuk atribut ini berbentuk elips. Atribut akan menjadi kolom dalam database. Tabel 2.3 Notasi Atribut ERD Nama Keterangan
Diagram
Identifier
Primary key dalam tabel
Descriptor
Kolom dalam tabel
Multivalued
Memiliki
Descriptor
nilai
Derived
Nilainya
sekelompok
dapat
di
peroleh dari atribut lain
Complex atau
Memiliki nilai yang bisa
Composite
di
attribute
menjadi nilai yang lebih
kelompokkan
lagi
kecil
(Sumber: Metode Desain dan Analisis Sistem Edisi 6, 2004)
3.
Relationship Relationship merupakan hubungan yang terjadi antara satu entitas atau
lebih digambarkan dengan belah ketupat. Relasi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu: a. Hubungan Satu ke Satu (One to One Relation) Entitas A dapat berhubungan paling banyak dengan satu entitas lainnya misal Entitas B begitu juga sebaliknya.
45
Kode_Dosen
Kode_Jurusan
1
1
Dosen
mengepalai
Jurusan
Nama_Dosen
Nama_Jurusan
Kode_Dosen
Gambar 2.8 Relasi Satu ke Satu
Gambar 2.8 menerangkan hubungan satu ke satu antara dosen dan jurusan, artinya satu dosen hanya boleh mengepalai satu jurusan pada universitas begitu juga sebaliknya. b. Hubungan Satu ke Banyak atau Banyak ke Satu (One to Many Relation or Many to One Relation) Entitas A sebagai 1 (one) dapat berhubungan dengan banyak Entitas B sebagai N (many) tetapi sebaliknya Entitas B berhubungan paling banyak dengan satu entitas misal Entitas A. Nama_MK Kode_Dosen Semester Kode_MK
1 Dosen
Nama_Dosen
N mengajar
Mata_kuliah
Kode_Dosen
SKS
Gambar 2.9 Relasi Satu ke Banyak
Gambar 2.9 menerangkan hubungan satu ke banyak antara dosen dengan mata kuliah, artinya satu dosen boleh mengajar banyak mata kuliah tetapi satu mata kuliah hanya dapat diajar oleh satu dosen.
46
c. Hubungan Banyak ke Banyak (Many to Many Relation) Entitas A dapat berhubungan banyak dengan Entitas B dan demikian juga sebaliknya dimana Entitas B dapat berhubungan banyak dengan Entitas A. Kode_MK NIM Nama_MK
Nama_MK
1
N
Mahasiswa
mengikuti
Mata_kuliah 1
N
NIM Nama_Mhs
Semester
SKS
Gambar 2.10 Relasi Banyak ke Banyak
Gambar 2.10 menerangkan hubungan banyak ke banyak antara mahasiswa dengan mata kuliah, artinya banyak mahasiswa dapat mengkuti banyak mata kuliah begitu juga sebaliknya. ERD dibuat untuk menggambarkan atau membuat model suatu database dengan diagram yang sederhana sehingga memudahkan dalam membuat sebuah database yang sederhana maupun kompleks. ERD juga akan memudahkan pengguna, dalam hal ini adalah orang yang merancang database tersebut dalam membuat perubahan database jika sewaktu-waktu terjadi.
2.11.5 Normalisasi Tabel Proses normalisasi merupakan proses pengelompokan data elemen menjadi tabel-tabel yang menunjukkan entitas dan relasinya. Proses normalisasi selalu diuji pada beberapa kondisi, apakah terdapat kesulitan pada saat menambah, menghapus, mengubah, dan membaca pada suatu database. Relasi akan dipecah menjadi beberapa tabel lagi apabila terdapat kesulitan pada pengujian tersebut. Tahapan dalam teknik normalisasi adalah sebagai berikut:
47
1.
Bentuk Tidak Normal (Unnormalized Form) Bentuk ini merupakan kumpulan data yang akan direkam, tidak ada
keharusan mengikuti suatu format tertentu dan dapat saja data tidak lengkap atau terduplikasi. Data dikumpulkan apa adanya sesuai dengan kedatangannya. 2.
Bentuk Normal ke Satu (First Normal Form) Bentuk normal ke satu memiliki ciri yaitu setiap data dibentuk dalam flat
tabel (tabel datar), data dibentuk dalam satu record demi satu record dan nilai dari field-field berupa ”atomic value”, tidak ada set atribut yang berulang-ulang atau bernilai ganda. 3.
Bentuk Normal ke Dua (Second Normal Form) Bentuk normal kedua memiliki syarat yaitu bentuk data telah memenuhi
kriteria bentuk normal kesatu. Atribut bukan kunci haruslah bergantung secara fungsi pada kunci utama (primary key, atribut yang mengidentifikasi secara unik suatu kejadian yang spesifik dan dapat mewakili setiap kejadian dari suatu entitas). Pembentukan normal kedua haruslah sudah ditentukan field-field kunci bersifat unik dan dapat mewakili atribut lain yang menjadi anggotanya. 4.
Bentuk Normal Ketiga (Third Normal Form) Pembentukan normal ketiga, relasi haruslah dalam bentuk normal kedua
dan semua atribut bukan primer tidak punya hubungan yang transitif. Setiap atribut yang bukan merupakan kunci haruslah bergantung hanya pada primary key secara menyeluruh. 5.
Bentuk Normal Boyce-Codd (Boyce-Codd Normal Form) Bentuk Normal Boyce-Codd merupakan bentuk paksaan yang lebih kuat
dari bentuk normal ketiga. Relasi harus dalam bentuk normal ke satu dan setiap atribut harus bergantung fungsi pada super key (kunci super).
2.12
Konsep Database Management System (DBMS) Perancangan sistem yang baik harus sesuai dengan beberapa komponen
konsep dalam Database Management System (DBMS).
48
2.12.1 Definisi Database Basis data (database) dapat diartikan sebagai kumpulan data yang terdiri atas satu atau beberapa tabel yang terintegrasi satu sama lainnya, dimana setiap pemakai (user) diberi wewenang (otoritas) untuk dapat mengakses (mengubah, menambah, menghapus, menganalisis, memperbaiki) data dalam tabel-tabel tersebut (Kok Yung, 2002). Database seperti yang dijelaskan lebih bersifat ke database relational yaitu database yang mengorganisasikan data dalam bentuk tabel. Database yang baik di dalamnya tidak ada kerangkapan data atau yang sering disebut redudansi data. Database mempunyai beberapa kriteria penting, yaitu: 1.
Bersifat data oriented dan bukan program oriented. Database lebih mengutamakan bagaimana mengelola data secara hemat dan tepat bukan mengutamakan pembuatan program yang canggih.
2.
Digunakan oleh beberapa program aplikasi tanpa perlu mengubah database-nya, artinya database dapat di export atau di import ke dalam bentuk database lain yang tidak sejenis sehingga tidak perlu membuat database baru.
3.
Berkembang dengan mudah, baik volume maupun strukturnya. Database bersifat fleksibel terhadap perkembangan data sesuai prosedur, baik volume atau struktur data yang digunakan.
4.
Memenuhi sistem baru secara mudah. Database harus mendukung terhadap sistem baru misalnya mendukung berbagai sistem operasi sehingga mudah digunakan.
5.
Digunakan dengan cara yang berbeda-beda. Database harus dapat digunakan dengan berbagai cara untuk mempermudah pemakaian sistem.
6.
Kerangkapan dapat diminimalkan. Hal yang paling utama adalah dengan sistem basis data kerangkapan data harus dapat diminimalkan sehingga penggunaan ruang (space) memori lebih sedikit. Database digunakan untuk menyimpan informasi atau data yang
terintegrasi dengan baik di dalam komputer. Berapa istilah database yang perlu diketahui dapat dilihat pada Tabel 2.4.
49
Tabel 2.4 Istilah dalam Database Istilah Tabel
Pengertian Kumpulan data (nilai) yang diorganisasikan ke dalam baris (record) dan kolom (field). Field Kolom dari sebuah tabel. Record Kumpulan nilai yang saling terkait. Key Field yang dapat dijadikan kunci dalam operasi tabel. Data Value Data aktual atau informasi yang disimpan di setiap data elemen. Isi atribut disebut nilai data. Tuple Baris pada sebuah relasi atau kumpulan elemen yang saling berkaitan menginformasikan tentang suatu entitas secara lengkap. SQL Bahasa yang digunakan untuk mengakses database. (Sumber: Metode Desain dan Analisis Sistem Edisi 6, 2004)
Istilah dalam database perlu diketahui karena dapat membantu dalam pembuatan basis data. Konsep dasar database adalah kumpulan cerita atau potongan dari pengetahuan. Sebuah database memiliki penjelasan terstruktur dari jenis fakta yang tersimpan di dalam skema. Model yang umum digunakan adalah model relasional yang mewakili semua informasi dalam bentuk tabel saling berhubungan dimana setiap tabel terdiri atas baris dan kolom.
2.12.2 Definisi DBMS Pengelolaan database memerlukan suatu perangkat lunak yang disebut Database Management System (DBMS). DBMS merupakan suatu program sistem perangkat lunak yang memungkinkan user untuk membuat, memelihara, mengontrol, dan mengakses database secara praktis dan efisien. Basis data adalah kumpulan datanya sedangkan program pengelolanya berdiri sendiri dalam suatu paket program untuk membaca data, mengisi data, menghapus data, melaporkan data dalam basis data sehingga user akan lebih mudah mengontrol dan memanipulasi data yang ada. Contoh perangkat lunak DBMS yang sering digunakan dalam aplikasi program yaitu MySQL. MySQL adalah sebuah program database yang mampu menerima dan mengirimkan datanya sangat cepat, multi user, serta menggunakan perintah dasar Structured Query Language (SQL). MySQL merupakan dua bentuk lisensi yaitu free software dan shareware. MySQL yang biasa digunakan adalah MySQL Free Software yang berada di bawah lisensi GNU/GPL. MySQL adalah
50
sebuah database yang dapat digunakan sebagai client maupun server. Tipe data dalam MySQL dapat dilihat pada Tabel 2.5 sampai Tabel 2.7. Tabel 2.5 Tipe Data String Tipe Data Keterangan CHAR(M) String dengan panjang tetap yaitu M karakter. String yang dimasukkan panjangnya kurang dari M maka sisanya diisi dengan spasi. Nilai terbesar untuk M adalah 255 CHAR Sinonim dengan CHAR(1) VARCHAR(M) String dengan panjang variabel M merupakan jumlah maksimum karakter yang bisa disimpan. Nilai terbesar untuk M yaitu 65535. BINARY(M) Serupa dengan CHAR(M) tetapi disimpan dalam bentuk biner VARBINARY(M) Serupa dengan VARCHAR(M) tetapi disimpan dalam bentuk biner TINYBLOB BLOB dengan ukuran paling kecil BLOB[(M)] BLOB dengan ukuran lebih besar daripada TINYBLOB MEDIUMBLOB BLOB berukuran medium LONGBLOB BLOB berukuran paling besar TINYTEXT String text dengan ukuran paling kecil TEXT[(M)] String text dengan ukuran lebih besar daripada TINYBLOB MEDIUMTEXT String text berukuran medium LONGTEXT String text berukuran paling besar ENUM(‘nilai1’, Tipe kolom yang kemungkinan nilai kolomnya berupa salah satu string ’nilai2’,…) yang disebutkan pada ENUM. Jumlah elemen ENUM dapat mencapai 65535. Nilai untuk kolom dapat juga diisi dengan nomor indeks. Daftar berikut menunjukkan nilai dan indeksnya: · NULL (indeks NULL) · „‟ (indeks 0) · „nilai1‟ (indeks 1) · „nilai2‟ (indeks 2), dan seterusnya. SET(‘nilai1’, Suatu objek string yang bisa berisi nol, satu, atau beberapa nilai. Sebuah ’nilai2’,…) kolom bertipe SET maksimum berisi 64 elemen yang berbeda. (Sumber: Metode Desain dan Analisis Sistem Edisi 6, 2004) Tabel 2.6 Tipe Data Numerik Tipe Data Keterangan BIT Menyatakan tipe bit. Satu bit dapat berupa bilangan 0 atau 1. · BIT identik dengan BIT(1), yang berarti 1 buah bit · BIT(2) berarti terdapat 2 bit Angka maksimal di dalam kurung yaitu 64, yang berarti 64 bit TINYINT[(M)] Menyatakan data bilangan bulat yang berkisar antara -128 sampai 127. Bila ditambahkan kata UNSIGNED (berarti bilangan tidak bertanda), jangkauan berkisar dari 0 sampai 127 BOOL atau Nilai benar dan salah. Nilai 0 dianggap salah dan nilai selain nol BOOLEAN atau dianggap benar TINYINT(1) SMALLINT[(M)] Data bilangan bulat yang berkisar antara -32768 sampai 32767. Bila ditambahkan kata UNSIGNED (berarti bilangan tidak bertanda), jangkauan bilangan berkisar dari 0 sampai 65535 MEDIUMINT[(M)] Data bilangan bulat yang berkisar antara -8388608 sampai 8388607. Bila ditambahkan kata UNSIGNED (berarti bilangan tidak bertanda), jangkauan berkisar dari 0 sampai dengan 16777215
51
INT[(M)] atau INTEGER[(M)]
Data bilangan bulat yang berkisar antara -2147683648 sampai 2147683647. Bila ditambahkan kata UNSIGNED (berarti bilangan tidak bertanda), jangkauan bilangan berkisar dari 0 sampai 4294967295 BIGINT[(M)] Data bilangan bulat yang berkisar antara -9223372036854775808 sampai 9223372036854775807. Bila ditambahkan kata UNSIGNED (berarti bilangan tidak bertanda), jangkauan bilangan berkisar dari 0 sampai 18446744073709551615 FLOAT[(M),(D)] Tipe bilangan pencacah antara -3.402823466E+38 sampai dengan 1.175494351E-38, 0, dan -1.175494351E-38 sampai 3.402823466E+38 · M, jumlah digit desimal · D, jumlah digit desimal di belakang titik desimal · Jika kata UNSIGNED disertakan dibelakangnya, nilai negatif tidak diperkenankan DOUBLE[(M),(D)] Tipe bilangan pencacah antara atau DOUBLE -1.7976931348623157E+308 sampai dengan PRECISION[(M), -2.2250738585072014E-308, 0, dan (D)] -2.2250738585072014E-308 sampai3.402823466E+38 · M, jumlah digit desimal · D, jumlah digit desimal di belakang titik desimal · Jika kata UNSIGNED disertakan nilai negatif tidak diperkenankan FLOAT(p) Tipe bilangan pecahan. Dalam hal ini, p adalah jumlah presisi dalam bit. · Jika p berkisar antara 0 sampai dengan 24, tipe data identik FLOAT tanpa nilai M ataupun D · Jika p berkisar antara 25 sampai dengan 53, tipe data identik DOUBLE tanpa nilai M ataupun D DEC[(M[,D])] Bilangan dengan jumlah digit dibelakang titik desimal atau DECILAM · M, jumlah digit desimal [(M[,D])] · D, jumlah digit dibelakang titik desimal · Nilai terbesar untuk M adalah 65 · Jika D tidak disertakan, dianggap D bernilai 0 (yang berarti tidak ada bagian pecahan) · Cocok digunakan jika terdapat data yang butuh kakurasian tinggi, misalnya uang (Sumber: Metode Desain dan Analisis Sistem Edisi 6, 2004) Tabel 2.7 Tipe Tanggal dan Waktu Tipe Data Keterangan DATE Tipe untuk data tanggal. Tanggal yang didukung berkisar antara „100001-01‟ sampai dengan „999-12-31‟. Perlu diketahui, notasi tanggal biasa ditulis dengan format tahun-bulan-tanggal TIME Tipe untuk data waktu yang berformat: „jam:menit:detik‟ DATETIME Tipe data kombinasi tanggal dan waktu. Format „tahun-bulan-tanggal jam:menit:detik‟ TIMESTAMP Tipe kolom yang nilainya akan diisi secara otomatis dengan tanggal dan jam saat ada operasi INSERT atau UPDATE YEAR[(2|4)] Tipe untuk tahun. Bila angka tidak disebutkan, tahun dianggap berformat 4 digit. Angka 2 berarti tahun dalam format 2 digit. · Format 4 digit, tahun dapat berkisar 1901 sampai dengan 2155. Bisa juga 000 · Format 2 digit, tahun dapat berkisar 70 sampai dengan 69. 70 berarti 1970 dan 69 berarti 2069 · Nilai untuk YEAR(4) dapat diisi berupa string ataupun bilangan (Sumber: Metode Desain dan Analisis Sistem Edisi 6, 2004)
52
2.12.3 Bahasa DBMS DBMS merupakan perantara bagi pemakai dengan database dalam media penyimpanan seperti harddisk maupun removable disk. Cara berinteraksi antara pemakai dengan database tersebut diatur dalam suatu bahasa khusus yang ditetapkan oleh perusahaan pembuat DBMS. Bahasa itu disebut sebagai bahasa database atau database language yang terdiri atas sejumlah perintah (statement) yang diformulasikan dan dapat dikenali oleh DBMS untuk melakukan suatu aksi seperti permintaan (query) data tertentu. Contoh bahasa database seperti Structured Query Language (SQL). Bahasa database biasanya dapat dibagi ke dalam dua kategori, yaitu: 1.
Data Definition Language (DDL) DDL adalah bahasa yang dispesifikasikan untuk mendefinisikan data dan
objek database. Entri dibuat ke dalam kamus data jika perintah ini digunakan. Beberapa perintah yang termasuk dalam DDL dapat dilihat pada Tabel 2.8. Tabel 2.8 Perintah DDL Perintah CREATE TABLE ALTER TABLE
Fungsi Membuat tabel baru Menambah satu atau lebih kolom (field) pad tabel yang baru dibuat RENAME TABLE Mengubah nama tabel DROP TABLE Menghapus suatu tabel (Sumber: Metode Desain dan Analisis Sistem Edisi 6, 2004)
2.
Data Manipulation Language (DML) DML adalah bahasa yang dipergunakan user untuk mengakses atau
memanipulasi data yang telah diorganisasikan sebelumnya dalam model data yang tepat. Beberapa perintah yang termasuk dalam DML dapat dilihat pada Tabel 2.9. Tabel 2.9 Perintah DML Perintah Fungsi SELECT Menentukan data atau informasi yang akan keluar dari tabel INSERT Menyisipkan suatu record UPDATE Mengubah isi record pada suatu tabel DELETE Menghapus sebuah field (Sumber: Metode Desain dan Analisis Sistem Edisi 6, 2004)