13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Manajemen Logistik
Logistik merupakan aktivitas yang berkaitan dengan masalah transportasi, pergudangan, dan persediaan simpanan (Shapiro, 2001). Manajemen logistik dilakukan dengan maksud menekan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh aktivitas-aktivitas tersebut diatas namun tanpa melupakan pencapaian customer service level. Aktivitas logistik dapat dibedakan kedalam aktivitas kunci dan aktivitas pendukung. Aktivitas-aktivitas kunci dari logistik adalah : 1. Merancang target customer service level 2. Transportasi a. Memilih mode transportasi b. Mengkonsolidasikan muatan c. Menentukan rute distribusi d. Menjadwalkan pengiriman e. Memproses klaim / gugatan f. Mengaudit tingkat tarif 3. Manajemen inventory a. Membuat kebijakan tentang raw material dan produk yang harus disimpan b. Meramalkan penjualan jangka pendek 4. Memproses order a. Merancang prosedur untuk alokasi produk b. Membuat aturan dalam melakukan order Sedangkan yang merupakan aktivitas pendukung adalah : 1. Warehousing a. Menentukan space b. Mendesain layout untuk penyimpanan dan tempat bongkar muat (dock)
14
2.
3.
4.
5.
6.
2.2
c. Merancang konfigurasi gudang Material handling a. Pemilihan peralatan untuk material handling b. Membuat kebijakan penempatan peralatan. Pembelian a. Memilih suplier b. Menentukan waktu pembelian c. Menentukan kuantitas yang harus dibeli Melindungi kemasan (protective packaging), dengan merancang cara untuk : a. Handling (pemindahan) b. Penyimpanannya Bersama dengan bagian produksi melakukan : a. Merinci jumlah agregrat yang diproduksi b. Membuat urutan dan waktu produksi untuk setiap jenis produk Menjaga informasi (information maintanance) a. Mengumpulkan informasi, menyimpan, dan memanipulasi b. Menganalisa data c. Merancang prosedur kendali Struktur Pengambilan Keputusan Logistik
Menurut Ballou (2004), dalam pengambilan keputusan logistik sistem informasi data memiliki peranan yang penting dalam menentukan keputusan yang akan diambil. Gambar 1 adalah struktur pengambilan keputusan logistik sedangkan gambar 2 merupakan gambaran dari sistem informasi data yang dijabarkan. Dalam sistem informasi data ini terdapat tiga elemen yang membangun, yaitu : (1) input data, (2) pengelolaan data base, (3) output dari pengelolaan data base. Input data merupakan aktivitas yang pertama kali dilakukan dalam sistem informasi. Dalam tahap ini yang pertama dilakukan adalah mengidentifikasi data apa saja yang akan diperlukan dalam
15
proses membuat keputusan logistik. Setelah identifikasi dilakukan, maka berikutnya adalah mengumpulkan data dari berbagai sumber, diantaranya : (1) data konsumen, (2) rekap data perusahaan, (3) data publik, dan (4) data manajemen. Dari keempat sumber tersebut, data konsumen merupakan data yang paling utama untuk dikumpulkan. Data konsumen ini utamanya berkaitan dengan aktivitas penjualan, dimana dari data penjualan tersebut akan sangat berguna untuk peramalan (forecasting) dan acuan pengambilan keputusan operasional, seperti volume penjualan dan waktu releasenya untuk masing-masing lokasi pasar serta menentukan ukuran order. Selain informasi yang berkaitan dengan penjualan, informasi biaya transportasi dan ukuran pengiriman juga didapatkan dari hasil aktivitas pengiriman ke konsumen. Lingkungan Input Data
Keputusan
Pengelolaan Data Base 1. Data storage Filling Retrieval File maintanance 2. Transformasi data Operasi pemprosesan basic data Menganalisa data menggunakan teknik statistik dan matematik Output
Manajer logistik (Decision maker) - - - - - Batas sistem informasi
Gambar 2.1. Struktur Pengambilan Keputusan Logistik
16
Dalam gambar tersebut diatas, hasil pengolahan data merupakan informasi yang dijadikan acuan oleh pengambil keputusan untuk melakukan eksekusi keputusan, seperti berapa volume produk yang harus dialokasikan pada setiap pasar. Kemampuan pasar dalam menyerap pasokan merupakan informasi penjualan yang harus dikumpulkan untuk selanjutnya diolah dan menghasilkan informasi tentang misalnya berapa yang akan dialokasikan pada periode selanjutnya. Customer data
Company record
Published information
Management data
Input Database Computer file
Data base manager
Output
Manual record
Data analysis
Data retrieval
Data processing
Summary report
Status report
Exception report
Prepared Documents : Purchase, orders, bills of lading, etc.
Summary report
Action report
Gambar 2.2. Penjabaran Sistem Informasi Data 2.3 Strategi Persediaan (Inventory) 2.3.1 Inventory dan Biaya-Biaya Inventory Inventory adalah seluruh timbunan barang baik berupa raw material, barang setengah jadi (work in process), maupun produk jadi yang muncul sepanjang supply chain (Ballou, 2004).
17
Menurut Ballou (2004), terdapat dua alasan yang mendasari perlunya persediaan (inventory) : Meningkatkan customer service Pabrik biasanya tidak dapat memproduksi dengan jumlah yang terlalu sedikit karena tidak akan mencapai apa yang dinamakan skala ekonomi (scale of economic). Oleh karena keberadaan persediaan dimaksudkan untuk memenuhi permintaan konsumen dalam ukuran (batch) yang kecil. Mereduksi biaya Meskipun keberadaan persediaan ini akan menyebabkan adanya biaya persediaan (inventory cost), namun di sisi lain keberadaan persediaan memberikan keuntungan seperti berikut : o Secara tidak langsung biaya operasional dapat direduksi, karena pabrik dimungkinkan untuk melakukan produksi pada skala ekonominya. Selain itu mungkin juga dapat menutup kerugian akibat beban biaya transportasi, karena armada transportasi dapat melakukan muatan berdasarkan kapasitas angkutnya. o Dapat mereduksi biaya pembelian, karena keberadaan gudang persediaan (inventory warehouse) memungkinkan dilakukannya pembelian diluar keperluan saat ini karena adanya quantity discount yang diberikan penjual. Pembelian di awal tersebut (forward buying) selain karena adanya dorongan quantity discount juga sebagai antisipasi adanya kemungkinan kenaikan harga barang tersebut pada hari berikutnya. o Dapat digunakan sebagai penyangga (buffer) terhadap adanya variabilitas waktu antar operasi di dalam pabrik maupun varibilitas waktu antar jaringan transportasi di dalam proses pengiriman produk. Selain sebagai buffer terhadap variabilitas waktu antar proses produksi dan antar proses pengiriman produk, juga sebagai buffer terhadap adanya kejadian-kejadian yang tidak direncanakan seperti
18
pemogokan tenaga kerja, keterlambatan pasokan.
bencana
alam,
maupun
Terdapat tiga jenis biaya yang penting dalam menentukan kebijakan inventory, yaitu : biaya pengadaan (procurement cost), carrying cost, dan biaya out-of-stock. a. Procurement Cost Yang termasuk dalam biaya-biaya pengadaan (procurement cost) adalah : Harga produk ataupun dalam hal ini dapat dinyatakan sebagai biaya manufaktur. Biaya persiapan (setup) proses produksi. Biaya pemrosesan order yang dikeluarkan oleh departemen keuangan dan pembelian Biaya mengirimkan order yang biasanya dilakukan melalui surat maupun peralatan elektronik. Biaya untuk transportasi order, jika ongkos trasnsportasi tersebut tidak dibebankan pada harga pembelian produk. Biaya material handling b. Carrying Cost Inventory carrying cost merupakan hasil dari penyimpanan barang dalam sebuah periode waktu dan besarnya sebanding dengan rata-rata barang dalam persediaan (product on hand). Biaya ini dapat dikelompokkan kedalam empat kelompok, yaitu : space cost, capital cost, inventory service cost, dan inventory risk cost Space Cost merupakan ongkos yang timbul berdasarkan volume bangunan yang digunakan untuk penyimpanan. Jika penggunaan bagian dari bangunan tersebut dilakukan dengan sewa, maka biaya ini besarnya sesuai dengan tarif sewa yang biasanya ditentukan sesuai dengan banyaknya (berat) yang disimpan selama periode waktu tertentu, misalnya $/ton/bulan. Sedangkan apabila bangunan tersebut
19
milik sendiri atau dikontrak, maka space cost ditentukan oleh biaya operasional bangunan tersebut, seperti biaya untuk penerangan dan pemanasan gudang. Space cost tidak relevant ketika menghitung carrying cost untuk in-transit inventory. Capital Cost Capital cost merupakan cost of money yang melekat pada inventory. Biaya ini dapat merepresentasikan lebih dari 80% dari total biaya inventory. Perhitungan besarnya capital cost untuk inventory masih menjadi perdebatan dalam beberapa waktu. Banyak perusahaan menggunakan biaya rata-rata dari capital tersebut dan beberapa lainnya menggunakan rata-rata tingkat pengembalian (rate of return) yang diinginkan dari investasi perusahaan. Inventory Service Cost. Asuransi dan pajak juga merupakan bagian dari inventory carrying cost sebab besarnya asuransi dan pajak tersebut bergantung pada jumlah persediaan yang ada (inventory on hand). Inventory Risk Cost, merupakan biaya yang berkaitan dengan penyusutan, kerusakan, atau keusangan barang yang disimpan. Besarnya biaya ini biasanya diasosiasikan dengan besarnya nilai produk, biaya untuk mengerjakan ulang (reworking) produk tersebut ataupun biaya yang dikeluarkan untuk memasok produk tersebut dari lokasi sebelumnya. c. Out-of-Stock Cost Out-of-stock cost merupakan biaya yang timbul karena jumlah persediaan yang ada tidak mampu memenuhi pesanan atau order yang ada. Biaya karena kekurangan stok (out-ofstock) ini ada dua jenis, yaitu : Lost sales cost, merupakan biaya yang disebabkan oleh adanya kekurangan persediaan sehingga konsumen memilih untuk membatalkan pesanannya. Besarnya biaya ini sebanding dengan keuntungan yang akan didapat dari penjualan produk tersebut.
20 Back order cost, terjadi ketika konsumen masih bersedia untuk menunggu pesanannya dipenuhi, sehingga dalam hal ini penjualan tidak hilang melainkan hanya ditunda. Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memproses ulang pesanan, dan biaya transportasi tambahan jika sepertinya pesanan tersebut tidak dapat didistribusikan melalui alur distribusi yang normal. 2.3.2 Push Inventory Control Push Inventory Control merupakan metode pengendalian persediaan (inventory control) dimana dilakukan produksi dalam jumlah yang melebihi kebutuhan jangka pendek yang semestinya harus disediakan. Berikut ini adalah tahapan-tahapan dalam penentuan jumlah yang harus dikirim pada setiap gudang penyimpanan dengan metode push inventory control : 1. Menentukan jumlah produk yang harus diproduksi atau material yang akan dibeli dari vendor untuk periode sekarang dan yang akan datang dengan melakukan forecast. 2. Menghitung jumlah persediaan yang ada (on-hand inventory) di masing-masing gudang. 3. Tetapkan tingkat persediaan atau stock yang harus tersedia di masing-masing gudang. 4. Menghitung kebutuhan total yang harus disediakan berdasarkan hasil forecast ditambah dengan jumlah yang dibutuhkan untuk mengantisipasi ketidakpastian demand. 5 Menentukan kebutuhan bersih (net requirement) yang merupakan selisih antara kebutuhan total (total requirement) dengan persediaan yang ada. 6. Membagi rata kelebihan dari total kebutuhan bersih untuk disimpan dengan mendasarkan pada tingkat rata-rata demand hasil forecast. 7. Menjumlahkan net requirement dengan hasil pembagian rata kelebihan total kebutuhan bersih diatas untuk mendapatkan jumlah yang akan dialokasikan pada setiap gudang.
21
2.4 Sistem dan Pemodelan Sistem 2.4.1 Sistem Pemahaman mengenai sistem bergantung pada latar belakang keilmuan serta cara pandang peneliti yang mendefinisikannya. Dari beberapa definisi sistem, dapat diuraikan beragam pemikiran mengenai sistem dan masing-masing memiliki kesamaan intisari makna dasar sistem. Definisi sistem yang didapatkandari literatur dasar sistem adalah sebagai berikut : Sistem merupakan kumpulan elemen-elemen yang berfungsi secara bersama untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Blanchard). Sistem adalah sekumpulan entiti atau obyek-obyek, seperti orang-orang atau mesin-mesin yang beraksi dan berinteraksi bersama serta adanya saling ketergantungan satu sama lain untuk mencapai tujuan akhir (Averill & Kelton). Sistem didefinisikan sebagai sekumpulan elemen-elemen (orang atau mesin) yang terorganisir dan saling berhubungan melalui berbagai bentuk interaksi dan bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu (Pritsker, 1999). Secara umum, sistem tersebut mempunyai karakteristik sebagai berikut : o Ada elemen-elemen yang membentuk sistem tersebut. o Mempunyai tujuan o Ada interaksi antar elemen o Mempunyai parameter / batasan khusus 2.4.2 Pemodelan Sistem Untuk keperluan analisis, biasanya sistem digambarkan ke dalam suatu model. Istilah model menurut Suryadi dan Ramdhani (1998) diartikan sebagai tiruan dari kondisi sebenarnya, atau
22
dengan kata lain, model didefinisikan sebagai representasi atau formalisasi dalam bahasa tertentu (yang disepakati berdasarkan sudut pandang tertentu) dari suatu sistem nyata, atau penyederhanaan dari gambaran sistem yang nyata. Adapun sistem nyata merupakan sistem yang sedang berlangsung dalam kehidupan, sistem yang dijadikan titik perhatian dan permasalahan. Secara umum model digunakan untuk memberikan gambaran (description), memberikan penjelasan (prescription), dan memberikan perkiraan (prediction) dari realitas yang diselidiki. Dalam kaitan ini, Siregar (1991) mengungkapkan bahwa suatu model yang abik memiliki karakteristik sebagai berikut : © Tingkat generalisasi yang tinggi Semakin tinggi derajat generalisasi suatu mdel, maka semakin baik, sebab kemampuan model untuk memecahkan masalah semakin besar. © Mekanisme transparansi Sustu model dikatakan baik jika kita dapat melihat mekanisme suatu model dalam memecahkan masalah, artinya kita bisa menerangkan kembali (rekontruksi) tanpa ada yang disembunyikan. Jadi, kalau ada suatu formula, formula tersebut dapat diterangkan kembali. © Potensial untuk dikembangkan Suatu model yang berhasil biasanya mampu membangkitkan minat (interest) peneliti lain untuk menyelidikinya lebih jauh. © Peka terhadap perubahan asumsi Hal ini menunjukkan bahwa proses pemodelan tidak pernah berakhir (selesai), selalu memberi celah untuk membangkitkan asumsi. Pengembangan model suatu sistem mengandung dua tahapan proses, yang pada prakteknya tidak selalu harus mengikuti urutan yang diusulkan. Jadi, bisa terjadi urutan yang
23
sebaliknya dilakukan. Kedua tahapan proses tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pembuatan struktur model, yaitu menetapkan batas-batas sistem (system reference) yang akan memisahkan sistem dari lingkungannya, dan menetapkan komponen-komponen pembentuk sistem yang akan diikutsertakan atau dikeluarkan dari model. Dalam menetapkan keduanya harus diingat bahwa model harus lengkap, valid, tetapi juga cukup sederhana. 2. pengumpulan data, yaitu mendapatkan besaran-besaran atribut yang komponen yang dipilih, dan untuk mengetahui hubungan yang terjadi pada aktivitas-aktivitas sistem. 2.5 Simulasi 2.5.1 Pengertian Pemodelan Simulasi Simulasi merupakan salah satu alat pendukung dalam pengambilan keputusan yang menggunakan pendekatan eksperimental. Simulasi merupakan pemodelan suatu proses atau sistem sedemikian rupa sehingga model menyerupai sistem nyata dengan segala event yang terjadi di dalamnya (Suryadi dan Ramdhani, 1998). Dengan kata lain, simulasi dapat didefinisikan sebagai proses mendesain model dari suatu sistem nyata dan melakukan eksperimen dengan model tersebut untuk memahami perilaku sistem itu dan/atau mengevaluasi berbagai strategi operasi dari sistem.
24
FORMULASI MASALAH
ADAKAH MODEL OR YANG COCOK
YA
TIDAK GUNAKAN INTUISI UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN
BUAT ALTERNATIF ALTERNATIF
LAKUKAN PERCOBAAN UNTUK MENDAPATKAN ALTERNATIF TERBAIK
BUAT MODEL SIMULASI
TIDAK
BUAT MODEL ANALITIS
IDENTIFIKASI ALTERNATIF
CARI ALTERNATIF TERBAIK
BISA
FORMULASI MASALAH KE BENTUK MODEL
CARI SOLUSI OPTIMAL
TEGASKAN SOLUSI DENGAN PERCOBAAN
SOLUSI DAPAT DITERIMA
TIDAK
YA KEPUTUSAN
Gambar 2.3. Diagram Alir Pemilihan Metode Pengambilan Keputusan Elemen utama dalam pemodelan simulasi adalah sistem nyata, model, dan komputer. Model dalam simulasi tidak hanya memperhatikan elemen-elemen di dalamnya, tetapi juga hubungan antara elemen-elemennya. Pemodelan berkaitan dengan hubungan antara sistem nyata dan model. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.4.
25
SISTEM NYATA
MODEL
KOMPUTER
Pemodelan
Simulasi
Validasi
Verifikasi
Gambar 2.4. Elemen Dasar dan Hubungan dalam Pemodelan dan Simulasi Suatu sistem nyata dapat berarti suatu bagian dari dunia nyata yang memiliki suatu kepentingan tertentu. Sistem tersebut dapat berupa sistem alami atau buatan, pada kenyataan saat ini atau direncanakan untuk masa yang akan datang. Secara umum, sistem nyata adalah suatu sumber data perilaku yang dibandingkan terhadap waktu. Suatu model pada prinsipnya adalah sekumpulan instruksi untuk membangkitkan data perilaku. Komputer adalah suatu proses perhitungan dari pembangkit data perilaku melalui kodekode (instruksi-instruksi) pada model. Dalam pemodelan harus diperhatikan validitas model, yaitu bagaimana kemampuan model untuk mewakili dunia nyata. Validitas diukur dengan melihat tingkat kesamaan antar data sistem nyata dengan data yang dibangkitkan model. Validitas memiliki beberapa tingkatan, yaitu : 1. Repicaticely valid, data yang dibangkitkan sama dengan data yang sudah ada dari sistem nyata. 2. Predictively valid, data yang dibangkitkan diperkirakan atau terlihat sama dengan data yang belum diambil dari dunia nyata. 3. Structurally valid, model tersebut benar-benar menunjukkan pola tingkah laku sistem nyata.
26
2.5.2 Karakteristik Teknik Simulasi Studi terhadap sistem dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu melakukan eksperimen terhadap sistem nyata atau melakukan eksperimen terhadap model dari sistem yang berlaku. Cara terakhir ini lebih disukai karena lebih praktis dan ekonomis. Lebih lanjut, sistem dapat dimodelkan secara fisik dan matematis. Berkembangnya analisis sistem dengan penelitian operasional, model matematis lebih diminati (walaupun dalam bidang-bidang tertentumodel fisik tetap digunakan). Model matematika dapat memberikan solusi dari proses analitis atau simulasi yang masingmasing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Untuk sistem yang kompleks solusi analitik sulit diperoleh sehingga dalam hal ini simulasi menjadi sangat berperan. Disamping itu, dengan simulasi dimungkinkan melakukan studi suatu sistem jangka panjang dalam waktu yang relatif singkat. Secara jelas posisi simulasi dalam studi suatu sistem dilihat pada Gambar 2.5. Beberapa hal yang harus diperhatikan manakala memilih simulasi sebagai suatu teknik pendukung keputusan, yaitu : 1. Simualasi tidak dapat mengoptimasi performansi sistem, tetapi hanya mengambarkan atau memberikan jawaban atas pertanyaan “apa yang akan terjadi jika”(what if). 2. Simulasi tidak memberikan pemecahan masalah, tetapi hanya menyediakan informasi yang menjadi dasar pengambilan keputusan. 3. Simulasi juga tidak dapat memberikan hasil yang akurat atas karakteristik sistem jika datanya tidak akurat dan modelnya tidak dinyatakan dengan jelas.
27
SISTEM
Eksperimen pada sistem nyata
Eksperimen pada model sistem
Model Matematika
Model Fisik
Solusi Analitis
Simulasi
Gambar 2.5. Cara Mempelajari Sistem
2.5.3 Tipe Model Simulasi Model simulasi adalah model yang dipelajari dengan simulasi. Model simulasi dapat ditinjau dari tiga dimensi yang berbedan : a. Statis-Dinamis Model simulasi dapat digunakan untuk menggambarkan sistem yang bersifat statis maupun dinamis. Model simulasi statis adalah model yang menggambarkan sistem dimana keadaannya tidak dipengaruhi waktu. Model simulasi dinamis adalah model simulasi yang keadaan sistemnya berubah dipengaruhi oleh waktu. b. Stokastik-Deterministik Model simulasi dapat menggambarkan kejadian yang bersifat pasti atau tidak mengandung probabilitas
28
c.
(deterministik), maupun yang bersifat pasti dengan mengandung unsur probabilitas yang ditandai dengan adanya kerandoman input dari model (stokastik). Kontinu-Diskrit Model simulasi disebut diskrit jika sistem berubah pada waktu yang diskrit. Sedangkan model simulasi disebut kontinu jika status variabelnya berubah seiring berjalannya waktu.
Tinjauan dan pendekatan lain yang digunakan untuk meninjau tipe model simulasi diajukan sebagai berikut : a) Umum-Rinci Simulasi dapat dibuat secara menyeluruh (aggregat) ataupun rinci tergantung dari kompleksitas sistem yang dipelajari dan tujuan penelitian. b) Fisik-Tingkah Laku Simulasi dapat memodelkan sistem fisik, maupun tingkah laku pengambilan keputusan. c) Komputer-Manusia Mekanisme prosedur simulasi dapat dilakukan menyeluruh oleh komputer atau sebagian oleh komputer sebagian oleh manusia. d) Berulang-Kesetimbangan Untuk model simulasi dinamis, ada dua pendekatan yang dapat digunakan, yaitu berulang dan kesetimbangan. Pada pendekatan berulang (rekrusif) hasil simulasi langsung didapat. Sedangkan pada pendekatan kesetimbangan hasil simulasi daopat diambil jika sistem nyata yang dimodelkan telah stabil atau mencapai kondisi kesetimbangan. e) “Size of Time Quanta” Pada model yang variabelnya berubah setiap waktu tertentu, simulasi melakukan pengamatan setiap titik waktu terhadap sistem. Di sini diperlukan ukuran satuan unit waktu. Makin kecil ukuran satuan waktu akan makin tinggi ketelitian model.
29
2.6 Visual Basic For Application (VBA) 2.6.1 Pengertian Visual Basic For Application (VBA) Visual Basic for Application adalah kombinasi yang terintegrasi antara lingkungan pemrograman (Visual Basic Editor) dengan bahasa pemrograman (Visual Basic) yang memudahkan user untuk mendesain dan membangun program Visual Basic dalam aplikasi utama Microsoft Office (seperti Microsoft Excel, Word, Acces, Power Point, Outlook, FrontPage, Visio, Project, dan lain-lainnya) Perbedaan Visual Basic For Application (VBA) dengan Visual Basic. Visual Basic For Application (VBA) yang juga dikenal sebagai Visual Basic- Edisi Aplikasi berbeda dengan Microsoft Visual Basic. Microsoft Visual Basic menyediakan lebih banyak pemrograman dan fungsi tingkat lanjut sehingga dengan Microsoft Visual Basic dapat dihailkan program yang lebih komplek untuk sistem operasi Microsoft Windows maupun Office. Sedangkan pada Visual Basic for Aplication hanya dapat dibangun pada aplikasi utama Microsoft Office untuk mengendalikan fungsi aplikasi tersebut melalui serangkaian objek terprogram. 2.6.2 Kegunaan Visual Basic For Application (VBA) Visual Basic For Application digunakan untuk mengotomatisasi pekerjaan. Ada pun jenis pekerjaan yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Pekerjaan yang dilakukan secara berulang-ulang 2. Pekerjaan yang kompleks Pekerjaan atau tugas yang dilakukan secara berulang-ulang seperti pembuatan laporan rutin (harian, mingguan maupun bulanan) maupun pekerjaan kompleks yang apabila dikerjakan secara manual oleh user akan membutuhkan waktu penyelesaian yang lebih lama dan mungkin terdapat beberapa kesalahan
30
(human error). Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan fasilitas VBA sehingga pekerjaan atau tugas tersebut dapat diselesaikan dalam waktu yang sangat singkat dan dengan tingkat akurasi yang tinggi. 2.6.3 Otomatisasi Pekerjaan Pada dasarnya setiap pekerjaan dapat diselesaikan secara otomatis oleh komputer tanpa harus dikerjakan secara manual oleh manusia. Otomatisasi pekerjaan pada Microsoft Excel memungkinkan user untuk menyelesaikan pekerjaan rutin mulai dari pekerjaan sederhana hingga pekerjaan yang kompleks dalam waktu yang sangat singkat. Otomatisasi pekerjaan pada Microsoft Excel dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : 1. Menggunakan Macro Dengan menggunakan fasilitas macro yang terdapat dalam Microsoft Excel , user juga dapat melakukan otomatisasi pekerjaan terutama pekerjaan yang sifatnya sederhana. Kelebihan otomatisasi pekerjaan dengan menggunakan cara ini adalah user tidak perlu melakukan penulisan kode pemrograman VBA untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Otomatisasi pekerjaan menggunakan macro biasanya digunakan untuk membuat tabel dan grafik, memformat tabel dan grafik, membuat beberapa lembar kerja, menghapus beberapa lembar kerja. 2. Menggunakan Visual Basic Editor Selain menggunakan macro, user juga dapat melakukan otomatisasi pekerjaan dengan menggunakan fasilitas Visual Basic Editor (VBE) yang terdapat pada Microsoft Excel. Dengan fasilitas VBE, user dapat menyelesaikan pekerjaanpekerjaan yang sifatnya sangat kompleks. Kelebihan dalam menggunakan fasilitas VBE adalah tingkat fleksibilitas yang sangat tinggi dibandingkan dengan penggunaan fasilitas
31
macro seperti penggunaan fasilitas kotak dialog yang membuat aplikasi otomatisasi pekerjaan pada Microsoft Excel menjadi lebih interaktif.