BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Landasan Teori
2.1.1.
Laporan Keuangan
2.1.1.1. Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan Menurut Kasmir (2013:6), laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Sedangkan menurut Fahmi (2011:2), laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut. Laporan Keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan 2015 didefinisikan sebagai berikut: “Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.” Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi kepada pihak yang membutuhkan tentang kondisi suatu perusahaan dari sudut angka-angka dalam satuan moneter (Fahmi, 2011:5). Sedangkan menurut Kartikahadi dkk. (2012:13) 11
12
laporan keuangan yang disusun ditujukan untuk dilaporkan dan digunakan oleh para stakeholders untuk pengambilan keputusan ekonomi.
2.1.1.2. Komponen Laporan Keuangan Menurut Kartikahadi dkk. (2012:12) keuangan pada umumnya disusun dan dilaporkan berupa unsur-unsur sebagai berikut: 1. Laporan Posisi Keuangan atau Neraca; berisikan informasi tentang posisi keuangan, yaitu keadaan asset, liabilitas, dan ekuitas dari suatu entitas pada suatu tanggal tertentu. 2. Laporan Laba Rugi Komprehensif; melaporkan kinerja atau hasil usaha suatu entitas selama suatu periode tertentu. 3. Laporan Perubahan Ekuitas; melaporkan perubahan ekuitas suatu entitas yang terjadi selama suatu periode tertentu. 4. Laporan Arus Kas; menjelaskan perubahan saldo kas dan setara kas pada awal dan akhir periode, rincian arus kas masuk dan keluar suatu entitas selama suatu periode tertentu. 5. Catatan atas Laporan Keuangan; berfungsi untuk memberikan penjelasan tambahan atas rincian unsur-unsur laporan posisi keuangan (neraca), laporan laba rugi komprehensif, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, atau penjelasan yang bersifat kualitatif, agar laporan keuangan lebih transparan, dan tidak menyesatkan.
13
6. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan; ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya. Sedangkan menurut Kasmir (2013:28), secara singkat dalam praktiknya secara umum ada lima macam jenis laporan keuangan yang biasa disusun, yaitu: 1. Neraca; 2. Laporan laba rugi; 3. Laporan perubahan modal; 4. Laporan arus kas; 5. Laporan catatan atas laporan keuangan.
2.1.2.
Analisis Rasio Keuangan Menurut Irawati (2006:22) menjelaskan analisis rasio keuangan sebagai
berikut: “Analisis rasio keuangan adalah suatu teknik analisis dalam bidang manajemen keuangan yang dimanfaatkan sebagai alat ukur kondisikondisi keuangan suatu perusahaan pada setiap periode tertentu dengan jalan membandingkan dua buah variabel yang diambil dari laporan keuangan perusahaan baik daftar neraca maupun laba rugi.” Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengukuran kondisi keuangan atau kinerja keuangan perusahaan dapat dinilai melalui analisis rasio keuangan yang dilakukan dengan perhitungan atas dua buah variabel atau lebih yang diambil dari laporan keuangan perusahaan.
14
2.1.2.1. Jenis-jenis Analisis Rasio Keuangan Menurut Weston (2001) dalam Kasmir (2013:106), bentuk-bentuk rasio keuangan adalah sebagai berikut: 1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. - Rasio Lancar (Current Ratio) - Rasio Sangat Lancar (Quick Ratio atau Acid Test Ratio) 2. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio) Rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. - Rasio Utang (Debt Ratio) - Jumlah kali perolehan bunga (Times Interest Earned) - Lingkup Biaya Tetap (Fixed Charge Coverage) - Lingkup Arus Kas (Cash Flow Coverage) 3. Rasio Aktivity (Activity Ratio) Rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan, persediaan, penagihan utang, dan lainnya)
atau
rasio
untuk
menilai
kemampuan
perusahaan
melaksanakan aktivitas sehari-hari. - Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over) - Rata-rata jangka waktu penagihan (Average Collection Period)
dalam
15
- Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turn Over) - Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turn Over) 4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) Rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. - Margin laba penjualan (Profit Margin on Sales) - Daya laba dasar (Basic Earning Power) - Hasil pengembalian total aktiva (Return on Total Assets) - Hasil pengembalian ekuitas (Return on Total Equity) 5. Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio) Rasio
yang
menggambarkan
kemampuan
perusahaan
dalam
mempertahankan posisi ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian sektor usahanya. - Pertumbuhan penjualan - Pertumbuhan laba bersih - Pertumbuhan pendapatan per saham - Pertumbuhan dividen per saham 6. Rasio Penilaian (Valuation Ratio) Rasio yang memberikan ukuran kemampuan manajemen menciptakan nilai pasar usahanya di atas biaya investasi. - Rasio harga saham terhadap pendapatan - Rasio nilai pasar saham terhadap nilai buku
16
2.1.3.
Saham
2.1.3.1. Pengertian Saham Menurut Fahmi dan Hadi (2011:68) pengertian saham adalah: 1. Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dan pada suatu perusahaan; 2. Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya; 3. Persediaan yang siap untuk dijual. Menurut Martalena dan Maya (2011:12), saham (stock) dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Definisi
saham
menurut
Husnan
(2005:279)
yaitu
bahwa
saham
menunjukkan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT).
2.1.3.2. Jenis-jenis Saham Dalam praktiknya dikenal adanya beraneka ragam jenis saham. Menurut Gumanti (2011:31) berikut disajikan uraian untuk masing-masing jenis saham: 1.
Saham Biasa Saham biasa merupakan bukti penyertaan kepemilikan pada suatu perusahaan.
Biasanya setiap lembar saham memberikan hak kepada pemegangnya untuk memilih dalam rapat umum pemegang saham.
17
Saham biasa biasanya dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis berdasarkan sifat atau keberadaannya. Jenis-jenis saham dimaksud antara lain: 1) Saham Tumbuh (Growth Stocks) adalah saham suatu perusahaan yang biasanya atau berkecenderungan atau melekat pada perusahaan yang lebih kecil dalam ukuran asset yang memiliki pertumbuhan penjualan dan keuntungan di atas rata-rata industri. 2) Saham Bernilai (Income Stocks) adalah saham umum yang cenderung lebih tua, dimiliki oleh perusahaan yang sudah mature yang membayar dividen cukup tinggi dan yang tidak tumbuh secara cepat. 3) Saham dengan Daya Tarik Tinggi dan Likuid (Bluechip Stocks) merupakan saham umum perusahaan besar yang memiliki kemampuan finansial mapan dengan sejarah pembayaran dividen yang bagus dan memiliki pertumbuhan keuntungan yang konsisten. 4) Saham Spekulasi (Speculative Stocks) merupakan kebalikan dari bluechip stocks. Saham berjenis ini cenderung lebih berisiko dan memiliki tingkat volatilitas jangka pendek yang tinggi. Kalau respon pasar berlebihan, harga saham bisa meningkat tajam. Sebaliknya pasar akan dapat dengan mudah melepas kepemilikan dengan segera jika prospek perusahaan kurang meyakinkan. 5) Saham Musiman (Cyclical Stocks) merupakan saham-saham yang cenderung bergerak mengikuti siklus usaha (business cycle). Bila perekonomian sedang baik, saham berjenis inipun akan baik, dan sebaliknya jika perekonomian
18
mengalami resesi saham jenis inipun akan terimbas dan juga mengalami penurunan harga. 6) Saham Bertahan (Defensive Stocks) merupakan kebalikan dari cyclical stocks. Saham jenis ini biasanya dapat bertahan dengan baik pada saat perekonomian sedang resesi atau kondisi ekonomi secara umum kurang baik. 2.
Saham Preferen Saham preferen (Preferred Stocks) adalah jenis saham yang membayar kepada
pemegangnya bentuk dividen yang besarnya sudah ditetapkan. Jadi saham preferen merupakan bentuk penggabungan dari saham biasa (common stocks) dan obligasi (bonds), sehingga dikenal dengan „hybrid security’. Ada dua jenis saham preferen. Cummulative preferred stocks adalah jenis saham preferen yang memberikan peluang kepada pemegangnya untuk menerima dividen kumulatif, yaitu sebelum pemegang saham biasa menerima dividen pemegang saham preferen menerima semua dividen yang harus diterimanya. Participating preferred stocks adalah saham preferen yang dividennya dikaitkan dengan keberhasilan perusahaan dengan berdasarkan pada rumus atau perhitungan tertentu.
2.1.4.
Economic Value Added (EVA) Laporan akuntansi tidak mencerminkan nilai pasar sehingga laporan tersebut
tidak memadai untuk tujuan evaluasi kinerja manajer. Untuk membantu mengisi kekosongan ini, analis keuangan telah mengembangkan dua ukuran kinerja tambahan;
19
pertama adalah Economic Value Added (EVA). EVA terkadang disebut “laba ekonomi” (Brigham and Houston, 2010:111).
2.1.4.1. Pengertian Economic Value Added (EVA) Menurut Brigham and Houston (2010:111) definisi EVA adalah sebagai berikut: “EVA merupakan estimasi laba ekonomi usaha yang sebenarnya untuk tahun tertentu, dan sangat jauh berbeda dari laba bersih akuntansi di mana laba akuntansi tidak dikurangi dengan biaya ekuitas sementara dalam penghitungan EVA biaya ini akan dikeluarkan. Jika nilai EVA positif, maka laba operasi setelah pajak melebihi biaya modal yang dibutuhkan untuk menghasilkan laba tersebut, dan tindakan manajemen menambah nilai bagi pemegang saham.” Menurut Hanafi (2012:52), EVA merupakan ukuran kinerja yang menggabungkan perolehan nilai dengan biaya untuk memperoleh nilai tambah tersebut. Sedangkan menurut Gallagher and Andrew (2003:108), EVA is a measure of the amount of profit remaining after accounting for the return expected by the firm’s investors. Artinya EVA adalah ukuran dari jumlah keuntungan yang tersisa setelah akuntansi untuk pengembalian yang diharapkan oleh investor perusahaan. Menurut Gitman (2009:513), Economic Value Added (EVA) is a popular measure used by many firms to determine whether an investment contributes positively to the owner’s wealth.
20
Artinya Economic Value Added (EVA) adalah ukuran yang populer digunakan oleh banyak perusahaan untuk menentukan apakah investasi memberikan kontribusi positif terhadap kekayaan pemilik.
2.1.4.2. Perhitungan Economic Value Added (EVA) Perhitungan EVA menurut Gitman (2009:513) adalah sebagai berikut: “EVA is calculated as the difference between an investment’s net operating profit after tax (NOPAT) and the cost of the funds used to finance the investment, which is found by multiplying the dollar amount of the funds used to finance the investment by the firm’s weighted average cost of capital (WACC).” Artinya, EVA dihitung sebagai perbedaan antara laba operasi bersih setelah pajak (NOPAT) dan biaya dana yang digunakan untuk membiayai investasi, yang ditemukan dengan mengalikan jumlah dolar dari dana yang digunakan untuk membiayai investasi dengan rata-rata tertimbang biaya modal perusahaan (WACC). EVA = NOPAT – Cost of Investment Dimana: Cost of Investment = Dollar amound of the funds used to finance the investment/Invested Capital x WACC Secara matematis oleh Brigham and Houston (2010:165) EVA dirumuskan sebagai berikut: EVA = NOPAT – (Invested Capital x WACC)
21
Dimana: NOPAT
= Laba Operasi Setelah Pajak (Net Operating Profit After Tax)
WACC
= Biaya Ekuitas Rata-rata Tertimbang (Weighted Average Cost of Capital)
Invested Capital
= Besarnya capital yang diinvestasikan dalam aktivitas operasional dan non operasional perusahaan
3.
Tabel 2.1. Langkah Menghitung Economic Value Added Tahapan Perhitungan NOPAT NOPAT = Laba Bersih + Biaya Bunga Kd = Kd Kd = Kd (1 – t) Ke = + Growth Ke
4.
Struktur Modal
No. 1. 2.
Wd = We = 5. 6. 7. 8.
WACC Invested Capital (IC) COC (Cost of Capital) EVA
= [(Kd x Wd) + (Ke x We)] = Asset – Non Interest Bearing Liabilities = WACC x IC = NOPAT – COC
Sumber: E-Journal Bisma Undiksha: Darmawan, dkk., 2014.
2.1.5.
Market Value Added (MVA) Konsep EVA dan MVA dikembangkan oleh Joel Stern dan Bennet Stewart,
pendiri perusahaan konsultan Stern Stewart & Co. Stern Stewart telah mendaftarkan hak cipta atas istilah MVA dan EVA sehingga perusahaan konsultan lain memberikan
22
nama yang berbeda untuk nilai-nilai tersebut. Meskipun demikian, pada praktiknya, MVA dan EVA adalah istilah yang umum digunakan. Ukuran kinerja tambahan yang kedua setelah Economic Value Added (EVA) adalah Market Value Added (MVA) (Brigham and Houston, 2010:111).
2.1.5.1. Pengertian Market Value Added (MVA) Definisi Market Value Added (MVA) menurut Brigham and Houston (2010:111) adalah perbedaan antara nilai pasar ekuitas suatu perusahaan dengan nilai buku seperti yang disajikan dalam neraca, nilai pasar dihitung dengan mengalikan harga saham dengan jumlah saham yang beredar. Sedangkan menurut Hanafi (2012:55), MVA adalah selisih antara nilai pasar dengan nilai buku saham. Definisi MVA menurut Gallagher and Andrew (2003:109) adalah sebagai berikut: “Market Value Added (MVA) is the market value of the firm, debt plus equity, minus the total amount of capital invested in the firm. MVA is similar to the market to book ratio (M/B). MVA focuses on total market value and total invested capital, whereas M/B focuses on the per share stock price and invested quality capital.” Artinya Market Value Added (MVA) adalah nilai pasar dari perusahaan, utang ditambah ekuitas, dikurangi jumlah total modal yang diinvestasikan dalam perusahaan. MVA mirip dengan Market to Book Ratio (M/B). MVA berfokus pada nilai total pasar dan jumlah modal yang diinvestasikan, sedangkan M/B berfokus pada harga per saham dan kualitas modal investasi.
23
2.1.5.2. Perhitungan Market Value Added (MVA) Dari definisi yang dikemukakan oleh Brigham and Houston (2010:111) maka secara matematis MVA dapat dirumuskan sebagai berikut: MVA = Nilai Pasar Ekuitas – Nilai Buku Ekuitas Dimana: Nilai Pasar Ekuitas = Harga Saham x Jumlah Saham yang Beredar Nilai Buku Ekuitas = seperti yang disajikan dalam Neraca Sedangkan menurut Hanafi (2012:55), MVA dihitung sebagai berikut: MVA = Nilai Pasar Saham – Nilai Buku Saham Dalam menghitung MVA dua kemungkinan hasil yang akan diperoleh yaitu (O‟Bryne and Young, 2001:26): 1. MVA positif, jika nilai pasarnya, yang merupakan fungsi dari harapan pasar modal terhadap arus kas bebas masa mendatang, didiskontokan pada biaya modal, melebihi modal yang diinvestasikan. 2. MVA negatif, jika nilai dari investasi yang dijalankan manajemen kurang dari modal yang diserahkan kepada perusahaan oleh pasar modal.
2.1.6.
Return on Investment (ROI) Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah
memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal, di samping hal-hal lainnya. Besarnya keuntungan haruslah dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan, digunakan rasio keuntungan atau
24
rasio profitabilitas. Jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan antara lain adalah Return On Investment (ROI) (Kasmir, 2013:196-198).
2.1.6.1. Pengertian Return on Investment (ROI) Menurut Kasmir (2013:201), hasil pengembalian investasi atau lebih dikenal dengan nama Return on Investment (ROI) merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Di samping itu, hasil pengembalian investasi menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil (rendah) rasio ini, semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Sedangkan menurut Munawir (2010:89), Return On Investment (ROI) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Dengan demikian rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasinya perusahaan (net operating income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut (net operating assets).
25
2.1.6.2. Perhitungan Return on Investment (ROI) Rumus untuk mencari Return on Investment dapat digunakan sebagai berikut (Kasmir, 2013:202): Return on Investment = Besarnya ROI dapat diketahui dengan rumus (Munawir, 2010:89): ROI = Operating Assets Turnover x Profit Margin atau ROI =
x
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Return on Investment (ROI) dapat diukur melalui laba setelah bunga dan pajak perusahaan dibagi dengan jumlah seluruh aset yang dimiliki perusahaan.
2.1.7.
Likuiditas Saham
2.1.7.1. Pengertian Likuiditas Saham Reilly and Brown (2009:296) menyatakan market liquidity as the ability to buy or sell an asset quickly with little price change from a prior transaction assuming no new information. Artinya, likuiditas pasar adalah kemampuan untuk membeli atau menjual aset secara cepat dengan perubahan harga yang kecil dari transaksi sebelumnya diasumsikan tidak ada informasi baru.
26
Menurut Madura (2006:47), liquid meaning that securities could be easily converted to cash without a loss in value. Artinya likuiditas berarti sekuritas dapat dengan mudah dikonversi menjadi kas tanpa kehilangan nilai. Sedangkan, menurut Arifin (2007;16) likuiditas saham adalah tingkat kecepatan sebuah sarana investasi untuk dicairkan menjadi dana cash (uang) atau ditukar dengan suatu nilai. Definisi likuiditas saham menurut Bursa Efek Indonesia dalam Mulyana (2011) adalah kelancaran yang menunjukkan tingkat kemudahan dalam mencairkan modal investasi.
2.1.7.2. Perhitungan Likuiditas Saham Ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur likuiditas suatu saham. Dalam Mulyana (2011), parameter yang sering digunakan untuk mengukur likuiditas suatu saham (Conroy et al., 1990) adalah: 1. Volume perdagangan 2. Tingkat spread 3. Information flow (aliran informasi) 4. Jumlah pemegang saham 5. Jumlah saham yang beredar 6. Transaction cost (besarnya biaya transaksi) 7. Harga saham
27
8. Volatilitas harga saham Reilly and Brown (2009:296) menyatakan bahwa the most important determinant of external market liquidity is the number of shares or the dollar value of shares traded (the dollar value adjusts for different price levels). Maksudnya penentu yang paling penting dari likuiditas pasar eksternal adalah jumlah saham atau nilai uang dari saham yang diperdagangkan (nilai uang menyesuaikan untuk tingkat harga yang berbeda). Untuk menghitung likuiditas saham masing-masing emiten digunakan rumus dengan menggunakan Trading Volume Activity (TVA) (Conroy et al. 1990 dalam Mulyana, 2011): TVA = Kemudian dicari rata-ratanya dengan rumus: Rata-rata TVA =
2.1.8.
Return Saham
2.1.8.1. Pengertian Return Saham Return merupakan keuntungan berupa tingkat pengembalian atas suatu sekuritas yang dimiliki oleh investor. Besarnya return menjadi pertimbangan utama bagi investor dalam berinvestasi pada sekuritas suatu perusahaan. Menurut Gitman (2009:311) definisi return adalah sebagai berikut:
28
The total rate of return is the total gain or loss experienced on an investment over a givenperiod. Mathematically, an investment’s total return is the sum of any cash distributions (for example, dividends or interest payments) plus the change in the investment’s value, divided by the beginning-of-period value. Artinya, total tingkat pengembalian adalah total keuntungan atau kerugian yang dialami pada investasi selama periode tertentu. Secara matematis, total pengembalian investasi adalah jumlah dari distribusi kas apapun (contohnya, dividen atau pembayaran bunga) ditambah dengan perubahan dalam nilai investai, dibagi dengan nilai periode awal investasi tersebut. Sedangkan menurut Martalena dan Maya (2011:13), pada dasarnya ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham, yaitu: 1.
Dividen Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan
berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama, yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode di mana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai -artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham- atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah
29
saham sehingga jumlah saham yang dimiliki oleh seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut. 2.
Capital Gain Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital
Gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Menurut Zubir (2011:4), return saham terdiri dari capital gain dan dividen yield. Capital gain adalah selisih antara harga jual dan harga beli saham per lembar dibagi dengan harga beli, dan dividen yield adalah dividen per lembar dibagi dengan harga beli saham per lembar. Berdasarkan teori-teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa return saham terdiri dari dividen saham yang berasal dari keuntungan perusahaan dan diputuskan pembagiannya dalam RUPS, dan dari capital gain/loss yang merupakan selisih harga beli saham awal dengan harga jual saham pada periode lain.
2.1.8.2. Perhitungan Return Saham Brigham and Houston (2010:388) menjelaskan perhitungan dari tingkat keuntungan yang dihasilkan oleh dividen dan tingkat keuntungan yang dihasilkan oleh capital gain sebagai berikut: 1. Dividen Yield (Imbal Hasil Dividen) Dividen yang diharapkan dibagi dengan harga saham saat ini.
30
D1 = Nilai Dividen P0 = Harga Pembelian Saham 2. Capital Gain Yield (Imbal Hasil Keuntungan Modal) Keuntungan modal sepanjang satu tahun tertentu dibagi dengan harga awal.
Pt = Harga Penjualan Saham Pt-1 = Harga Awal ketika Pembelian Saham
2.1.9.
Penelitian Terdahulu Adapun penelitian-penelitian yang dijadikan referensi pada penelitian ini
ditampilkan dalam tabel berikut: Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu No. 1.
2.
Peneliti Deden Mulyana (2011)
Jurnal Jurnal Magister Manajemen Volume 4 Nomor 1 Maret 2011
Abdul Ghafoor Awan, Kalsoom Siddique, Ghulan Sarwar (2014)
IISTE: Research Journal of Finance and Accounting Vol 5, No. 23, 2014
Judul Analisis Likuiditas Saham serta Pengaruhnya terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang Berada pada Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia The Effect of Economic Value Added on Stock Return: Evidence from Selected Companies of Karachi Stock Exhange 2006-2010
Hasil
- Terdapat pengaruh yang signifikan antara likuiditas saham terhadap harga saham
-EVA is highly associated with stock return and have a positive and siginificant results
31
3.
Herry E-Journal Unesa: Mardiyanto Jurnal Ilmu (2013) Manajemen Volume 1 Nomor 1 Januari 2013
4.
Susi Dwi Mulyani dan Djamhuri (2014)
5.
Yunita Anggrahini (2014)
Indonesian Article Research Network: Vol. 2 No. 2, JuliDesember 2014
Analisis Pengaruh Nilai Tambah Ekonomi Dan Nilai Tambah Pasar Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sektor Ritel Yang Listing Di BEI 2006-2011
Pengaruh Economic Value Added, Market Value Added dan Good Corporate Governance Terhadap Return Saham pada Perusahaan Publik yang Mendapat Pemeringkatan Dari The Indonesian Institute For Corporate Governance 2009-2011 Pengaruh ROI, ROE, E-Prints: EPS dan EVA Universitas Muhammadiyah terhadap Return Saham Pada Perusahan Surakarta Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011
-Secara simultan, Nilai Tambah Ekonomi dan Nilai Tambah Pasar berpengaruh signifikan terhadap harga saham -Secara parsial, NITAMI tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham -Secara parsial, Nilai Tambah Pasar berpengaruh signifikan terhadap harga saham
-Secara parsial, EVA dan MVA berpengaruh positif signifikan terhadap return saham -Secara parsial, GCG tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham
-Secara parsial, ROI dan EPS berpengaruh signifikan terhadap return saham - Secara parsial, EVA dan ROE berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham - Secara simultan, ROI, ROE, EPS dan EVA berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Sumber: Data Diolah Sendiri
2.2.
Kerangka Pemikiran
2.2.1.
Hubungan Economic Value Added (EVA) terhadap Return Saham EVA merupakan ukuran kinerja yang menggabungkan perolehan nilai
dengan biaya untuk memperoleh nilai tambah (Hanafi, 2012:52). Jika nilai EVA
32
positif, maka laba operasi setelah pajak melebihi biaya modal yang dibutuhkan untuk menghasilkan laba tersebut, dan tindakan manajemen menambah nilai bagi pemegang saham (Brigham and Houston, 2010:111). Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan nilai akan berdampak pada permintaan saham dan kemudian meningkatkan harga saham tersebut sehingga return yang diperoleh melalui capital gain pun besar (Agustina dan Alexander, 2011). Semakin tinggi nilai EVA maka nilai return semakin tinggi (Pipit, 2012). Penelitian yang dilakukan untuk menguji pengaruh EVA terhadap return saham telah dilakukan oleh beberapa peneliti, seperti yang telah disebutkan dalam poin kajian penelitian terdahulu, bahwa penelitian yang dilakukan oleh Awan et al. (2014) menyimpulkan bahwa hubungan EVA dengan return saham sangat tinggi dan hasilnya positif signifikan. Penelitian lain yang mendukung dilakukan oleh Mulyani dan Djamhuri (2014) yang menemukan bahwa secara parsial EVA dan MVA berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Artinya, hasil dari kedua jurnal diatas menyimpulkan bahwa ada hubungan positif antara EVA dan return saham.
2.2.2.
Hubungan Market Value Added (MVA) terhadap Return Saham MVA adalah selisih antara nilai pasar dengan nilai buku saham (Hanafi,
2012:55). MVA positif, jika nilai pasarnya, yang merupakan fungsi dari harapan pasar modal terhadap arus kas bebas masa mendatang, didiskontokan pada biaya modal, melebihi modal yang diinvestasikan (O‟Bryne and Young, 2001:26). Makin tinggi nilai MVA, makin baik pekerjaan yang telah dilakukan manajemen bagi
33
pemegang saham perusahaan (Brigham and Houston, 2011:111). MVA yang tinggi maka tingkat pengembalian saham juga tinggi sehingga menyebabkan harga saham ikut naik (Sonia dkk., 2014). Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyani dan Djamhuri (2014) dalam jurnalnya yang menyimpulkan bahwa MVA berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Kemudian oleh Mardiyanto (2013) yang menemukan bahwa secara parsial MVA/Nilai Tambah Pasar berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Kesimpulannya, baik secara teoritis dan didukung oleh hasil penelitian sebelumnya maka MVA memiliki hubungan positif dengan return saham.
2.2.3.
Hubungan Return on Investment (ROI) terhadap Return Saham Hasil pengembalian investasi atau lebih dikenal dengan nama Return On
Investment (ROI) merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan (Kasmir, 2013:201). Ratio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasinya perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut (Munawir, 2010:89). ROI yang semakin tinggi akan meningkatkan daya tarik investor, sehingga harga saham relatif meningkat (Sonia dkk., 2014). Hubungan ROI terhadap return saham didukung oleh penelitian Anggrahini (2014) yang menyimpulkan bahwa secara ROI berpengaruh signifikan terhadap return saham.
34
2.2.4.
Hubungan Likuiditas Saham terhadap Return Saham Ukuran yang diperhitungkan dalam berinvestasi adalah tingkat likuiditas dari
investasi yang investor tanamkan. Semakin likuid maka semakin baik. Likuiditas saham adalah tingkat kecepatan sebuah sarana investasi untuk dicairkan menjadi dana cash (uang) atau ditukar dengan suatu nilai (Arifin, 2007;16). Penelitian yang mendukung bahwa likuiditas saham berpengaruh terhadap return saham telah dilakukan oleh Mulyana (2011) yang menemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara likuiditas saham terhadap harga saham. Berdasarkan pemaparan di atas, kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Perusahaan
Pemegang Saham
Laporan Keuangan
Return Saham
Financial Performance
EVA
MVA
ROI
Likuiditas Saham
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
35
2.3.
Hipotesis Penelitian Adapun paradigma penelitian yang menggambarkan hipotesis penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Economic Value Added (EVA) X1 Market Value Added (MVA)
Return Saham
X2
Y
Return On Investment (ROI) X3 Likuiditas Saham X4
Keterangan:
Parsial Simultan Gambar 2.2. Paradigma Penelitian
36
H1: Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari EVA terhadap return saham. H2: Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari MVA terhadap return saham. H3: Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari ROI terhadap return saham. H4: Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari likuiditas saham terhadap return saham. H5: Terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari EVA, MVA, ROI dan likuiditas saham terhadap return saham.