BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Sampah Sampah merupakan zat- zat atau benda-benda yang sudah tidak terpakai lagi,
baik berupa bahan buangan yang berasal dari rumah tangga maupun dari pabrik sebagai sisa industri (Kamariah, 2005). Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006). Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun 2008 menyatakan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat.
2.2
Sampah organik Sampah organik domestik adalah sampah yang berasal dari pemukiman
antara lain sisa makanan, daun, buah-buahan dan sisa sayuran. Sampah organik memiliki prosentase terbesar dalam keseluruhan produksi sampah dibanding sampah anorganik maupun sampah yang mengandung limbah berbahaya. Sampah organik dapat diolah dengan teknik pengomposan. Pengomposan merupakan dekomposisi terkontrol, proses alamiah penguraian bahan- bahan organik sisa. Pengomposan mentransformasi material organik mentah menjadi bahan stabil secara biologi yang mengandung substansi humus (Cooperband dalam Rezagama, 2015).
7
8
2.3
Prinsip 3R Prinsip 3R adalah prinsip utama dalam pengelolaan sampah mulai dari
sumbernya, melalui berbagai langkah yang mampu mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA. Adapun prinsip 3R tersebut adalah: 1. Reduce yang berarti mengurangi. Misalnya dengan membawa tas belanja sendiri saat ke pasar sehingga dapat mengurangi penggunaan plastik dan dapat mengurangi timbulan sampah. 2. Reuse yang berarti pemakaian ulang. Misalkan menulis pada kedua sisi kertas dan juga menggunakan botol isi ulang. 3. Recycle yang berarti daur ulang. Sampah kertas yang sudah tidak terpakai lagi dapat di daur ulang menjadi kertas baru. Sampah organic dapat dibuat kompos dan digunakan sebagai penyubur tanaman. Pemilahan sampah merupakan kunci didalam pengelolaan sampah. Pemilahan sampah dapat dikelompokan menjadi dua bagian besar yaitu sampah organik dan sampah non organik. (Mulyati, Dewi Shofi dkk, 2011).
2.4
Definisi kompos Kompos adalah zat akhir suatu proses fermentasi tumpukan sampah/serasah
tanaman dan adakalanya pula termasuk bangkai binatang. Sesuai dengan humifikasi fermentasi suatu pemupukan dicirikan oleh hasil bagi C/N yang menurun. Bahanbahan mentah yang biasa digunakan seperti ; merang, daun, sampah dapur, sampah kota dan lain-lain dan pada umumnya mempunyai hasil bagi C/N yang melebihi 30 (Sutedjo, 2002).Kompos juga merupakan istilah untuk pupuk organik buatan manusia yang dibuat dari proses pembusukan sisa-sisa buangan makhluk hidup (tanaman maupun hewan).
Proses pengomposan berjalan secara aerobik dan
9
anaerobik yang saling menunjang pada kondisi lingkungan tertentu, yang disebut dengan proses dekomposisi (Yuwono dalam Kurniati W, 2013).
2.5
Prinsip Pengomposan Prinsip pengomposan adalah untuk menurunkan rasio C/N bahan organik
hingga sama dengan C/N tanah (<20). Semakin tinggi rasio C/N bahan organik maka proses pengomposan atau perombakan bahan semakin lama. Waktu yang dibutuhkan bervariasi dari satu bulan hingga beberapa tahun tergantung bahan dasar. Proses perombakan bahan organik terjadi secara biofisiko-kimia, melibatkan aktivitas biologi mikroba dan mesofauna. Secara alami proses peruraian tersebut bisa dalam keadaan aerob (dengan O2) maupun anaerob (tanpa O2) (Setyorini.D, 2003).
2.6
Manfaat kompos Kompos merupakan multivitamin untuk tanah dan tanaman. Rachman
Sutanto (2002) menyatakan bahwa dengan pupuk organik sifat fisik, kimia dan biologi tanah menjadi lebih baik. Selain itu kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek: Aspek Ekonomi: menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah, mengurangi volume/ukuran limbah, memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya. Aspek Lingkungan: mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen I tempat pembuangan sampah, mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan.
10
Aspek bagi tanah/tanaman: meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur dan karakteristik tanah, meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah, meningkatkan aktivitas mikroba tanah, meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi dan jumlah panen), menyediakan hormone dan vitamin bagi tanaman, menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman.
2.7
Metode Komposting Takakura Metode komposting Takakura merupakan salah satu metode komposting
yang sering digunakan di dalam pembuatan pupuk kompos. Metode komposting Takakura menggunakan alat berupa keranjang berventilasi yang berisi bakteri pengurai, dilengkapi dengan dua bantal sekam untuk sirkulasi udara dan menjaga agar sampah tetap kering dan kelembabannya cukup. Metode komposting dengan keranjang takakura ini memiliki kelebihan yaitu mudah dilakukan, murah, tidak berbau, tidak memerlukan lahan yang luas dan ramah lingkungan (DPC PKS, 2008). Metode kompos keranjang Takakura ini merupakan salah satu metode pengomposan hasil penelitian seorang ahli Jepang yang bernama Mr. Koji Takakura. Pada awalnya Mr. Koji Takakura ini melakukan penelitian di Surabaya untuk mencari sebuah system pengelolaan sampah organic yang cocok yang dilakukan selama kurang lebih setahun (Kurniati W, 2013).
2.8
Definisi Starter/MOL Starter atau sering disebut Mikro Organisme Lokal (MOL) adalah larutan
hasil dari fermentasi yang berbahan dasar dari sumber daya yang telah tersedia. Larutan starter/MOL mengandung unsur hara mikro dan makro dan juga mengandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organic, perangsang
11
pertumbuhan, dan sebagai agen pengendali hama dan penyakit tanaman, sehingga starter/MOL dapat digunakan sebagai pendekomposer, pupuk hayati dan sebagai pestisida organik (Purwasasmita, 2009).
2.9
Standar Kualitas Pupuk Kompos Kompos adalah bentuk akhir dari bahan-bahan organik sampah domestik
setelah mengalami dekomposisi. Kematangan kompos ditunjukan oleh beberapa hal , yaitu: C/N rasio mempunyai nilai (10-20), suhu sesuai dengan suhu air tanah, berwarna kehitaman dan tekstur seperti tanah, berbau tanah. Unsur mikro nilai-nilai ini dikeluarkan berdasarkan: 1. Konsentrasi unsur-unsur mikro yang penting untuk pertumbuhan tanaman (khusunya Cu, Mo, Zn) 2. Logam berat yang dapat membahayakan manusia dan lingkungan tergantung pada konsentrasi maksimum yang diperbolehkan dalam tanah seperti dalam table spesifikasi kompos dari sampah organik domestik. Kompos yang dibuat tidak mengandung bahan sktif pestisida yang dilarang sesuai dengan Kepmen Pertanian No 434. 1/KPTS/TP.27017/2001 tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pestisida pada Pasal 6 mengenai Jenis-jenis Pestisida yang mengandung bahan aktif yang telah dilarang (Badan Standarirasi Nasional, 2004).
12
Tabel 2.1Standar Kualitas Pupuk Kompos menurut SNI 19-7030-2004
Sumber : SNI 19-7030-2004
Namun menurut Peraturan Menteri Pertanian No.70 tahun 2011 tentang pupuk organik, dijabarkan bahwa kualitas pupuk organik yang memenuhi syarat teknis adalah sebagai berikut:
13
Tabel 2.2 Standar Teknis Kualitas Pupuk Organik
Sumber : Peraturan Menteri Pertanian NO.70 TH.2011
2.10
Metode Penelitian Eksperimental Metode penelitian eksperimental merupakan suatu metode yang dilakukan
secara sengaja oleh peneliti dengan memberikan suatu perlakuan tertentu terhadap subjek penelitian yang nantinya akan dilakukan pengamatan dan pengukuran suatu dampak. Penelitian ini merupakan penelitian kausal dimana hasil penelitian dibuktikan melalui suatu perbandingan yakni kelompok eksperimen dengan
14
kelompok kontrol atau kondisi subjek yang sesudah dan sebelum diberikan perlakuan (Jaedun, 2011). Menurut Borg dan Gall (1983), penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan pengontrolan secara ketat terhadap variabelvariabel di luar eksperimen sehingga dapat diandalkan keilmiahannya. Ada 3 jenis penelitian eksperimental yaitu: weak eksperimental , true eksperimental dan quasi eksperimental. Di dalam penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimental yang bertujuan untuk mendekati perkiraan untuk keadaan yang dapat dicapai melalui eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasi seluruh variabel- variabel yang relevan. Peneliti harus secara jelas memahami kompromi- kompromi yang ada pada validitas internal dan eksternal, rancangannya, dan bertindak di dalam keterbatasan-keterbatasan tertentu.