BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kol Kubis kepala alias kol (Brassica oleracea var capitata) adalah kol yang dalam pertumbuhannya dapat membentuk bulatan seperti kepala atau telur.Bentuk kepala atau telur ini juga lazim disebut krop.Semua kol yang baru tumbuh umumnya memiliki hipokotil sepanjang 2 cm, bewarna merah.Kecuali kol berkeping dua, berakar tunggang dan serabut.Daun pertama mempunyai tangkai yang lebih panjang dari pada daun yang diatasnya.Kol dapat ditanam hampir di semua jenis tanah.Tanah
yang ideal yaitu tanah liat berpasir yang cukup bahan
organis.Pertumbuhan kol paling baik di daerah yang hawanya dingin.Temperatur optimum pertumbuhan terletak antara 150C, sedang di atas temperatur 250C pertumbuhan kol terhambat (Pracaya, 2001). Tanaman kol merupakan tanaman dataran tinggi, tumbuh terbaik pada ketinggian tempat lebih dari 750 meter di atas permukaan laut.Namun demikian sekarang sudah banyak kultivar yang dapat ditanam pada dataran yang lebih rendah.Kol termasuk tanaman dwimusim, namun dapat juga ditanam sebagai tanaman semusim. Titik tumbuh yang terletak di ujung tanaman tertutup oleh daun-daun yang saling menutupi satu sama lain. Warna daun bermacam-macam putih, hijau, ungu, dan sebagainya (Ashari, 1995).
8
9
2.1.2 Pengertian Bibit Biji, benih dan bibit merupakan istilah hampir sama sehingga sering rancu dalam penggunaannya. Menurut Undang-Undang Sistem Budi daya (1992), benih dan bibit mempunyai pengertian yang sama, yakni tanaman atau bagian tanaman yang dipergunakan untuk tujuan pertanaman (Wirawan dan Wahyuni, 2004). Sudah menjadi hukum alam bahwa untuk menghasilkan tanaman yang berbuah dengan baik perlu bibit yang baik pula.Artinya pemilihan bibit harus dilakukan secara selektif.Kesalahan memilih bibit dapat menyebabkan tanaman tumbuh tidak normal atau lama berbuah.Bibit juga menentukan sifat tanaman yang berproduksi tanaman nantinya berbuah unggul atau tidak (Agromedia, 2001). Bibit unggul adalah varietas unggul.Unggul disini maksudnya memiliki sifat-sifat agronomi yang unggul dibandingkan varietas lain, walaupun salah satu sifat mungkin bahkan kalah (misal rasa atau ketahanan terhadap salah satu penyakit), sehingga pada keadaan umum hasil produksinya tinggi (Harjadi, 1996). Untuk dapat menghasilkan bibit bermutu, terlebih dahulu harus mengenal bagianbagian tanaman yang dapat digunakan untuk perbanyakan yang disebut alat perbanyakan dan prosedur kerjanya atau cara perbanyakan serta tersedianya bahan tanaman yang memenuhi syarat varietas unggul yang disebut pohon induk (Sunarjono, 1986). Sunarjono (1986) menjelaskan bahwa ada beberapa kaidah yang harus diperhatikan untuk menghasilkan bibit bermutu diantaranya ialah: 1.
Lokasi (tempat) yang akan digunakan untuk menghasilkan bibit harus bebas hama dan penyakit berbahaya atau nonendemik.
10
2.
Tanaman yang akan dibibitkan harus mendapat isolasi dari tanaman sejenis (khusus biji) atau tanaman inang (khusus penyakit) yang ada di sekitar pembibitan.
3.
Tanaman yang akan diterbitkan harus diseleksi secara berulang-ulang untuk mencegah kelolosan dari salah pandang. Bibit setelah dipilih harus dirawat dengan baik.
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Menurut Mulyadi (2007) menjelaskan bahwa harga pokok produksi merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan terjadi untuk memperoleh penghasilan. Muhadi dan Siswanto (2001) mengartikan bahwa harga pokok produksi merupakan biaya yang terjadi dalam rangka untuk menghasilkan barang jadi (produk) dalam perusahaan manufaktur. Biaya produksi dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu (1) biaya bahan baku, (2) biaya tenaga kerja langsung dan, (3) biaya overhead pabrik. Sedangkan Menurut Adikoesoema (1986), harga pokok adalah gambaran kuantitatif dari pengorbanan yang harus dikeluarkan oleh produsen pada penukaran barang atau jasa yang ditawarkan di pasar. Jadi perhitungan harga pokok adalah menghitung besarnya biaya atas pemakaian sumber ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Menurut Mulyadi (2007)
menjelaskanmanfaat dari penetapan harga pokok
produksi secara garis besar adalah sebagai berikut: 1.Menentukan Harga Jual Produk
11
Perusahaan yang berproduksi masa memproses produknya untuk memenuhi persediaan di gudang dengan demikian biaya produksi dihitung untuk jangka waktu tertentu untuk menghasilkan informasi biaya produksi per satuan produk. Penetuan harga jual produk, biaya produksi per unit merupakan salah satu data yang dipertimbangkan disamping data biaya lain serta data non biaya. 2.Memantau Realisasi Biaya Produksi Manajemen
memerlukan
informasi
biaya
produksi
yang
sesungguhnya
dikeluarkan dibandingkan dengan rencana produksi yang telah ditetapkan, oleh sebab itu akuntansi biaya digunakan dalam jangka waktu tertentu untuk memantau apakah produksi mengonsumsi total biaya produksi sesuai dengan yang diperhitungkan sebelumnya. 3.Menghitung Laba Rugi Periodik Guna mengetahui apakah kegiatan produksi dan pemasaran perusahaan dalam periode tertentu mampu menghasilkan laba bruto.Manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi produk dalam periode tertentu.Penetapan harga pokok yang tidak benar akan menyebabkan kegagalan perusahaan dalam menjalankan usahanya. Dan ada dua kemungkinan yang akan ditemui apabila perusahaan tidak teliti dalam melakukan perhitungan harga pokok yaitu : 1.Harga yang diperhitungkan terlalu tinggi Perusahaan yang tidak teliti dalam menghitung harga pokok membuat harga pokok menjadi terlalu tinggi. Hal ini akan menimbulkan masalah bagi perusahaan, karena harga pokok yang tinggi akan menyebabkan harga produk di pasaran menjadi tinggi. Dengan harga yang tinggi tersebut perusahaan akan sulit dalam
12
memasarkan hasil produksinya dan kalah dalam persaingan bisnis dengan perusahaan lain, sebab konsumen akan lebih memilih produk yang sama tetapi harganya lebih rendah dan kualitasnya sama. 2.Harga pokok yang diperhitungkan terlalu rendah Kadangkala ada suatu perusahaan yang tidak teliti dalam memperhitungkan harga sehingga harga pokok yang ditetapkan terlalu rendah dan hal tersebut akan merugikan perusahaan itu sendiri. Harga pokok yang rendah akan menyebabkan harga jual pun rendah. Di satu sisi mungkin produsen bisa menjual produknya dengan cepat karena harganya rendah, tetapi disisi lain produsen akan mengalami kerugian karena pendapatan yang diperoleh tidak mampu menutupi semua biaya yang dikeluarkan. 2.2.2 Metode Penetapan Harga Pokok Produksi Menurut Mulyadi (2007) metode penetapan harga pokok produksi adalah menghitung semua unsur biaya kerja dalam harga pokok produksi. Dalam menghitung unsur-unsur biaya pada harga pokok produksi terdapat dua pendekatan yaitu metode ,full costing dan metode variabel costing. 1.Metode Full Costing Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang menghitung semua unsur biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Harga pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari unsur-unsur biaya produksi sebagai berikut : Biaya bahan baku
Rp. xxx
Biaya tenaga kerja
Rp. xxx
13
Biaya overhead pabrik tetap
Rp. xxx
Biaya overhead pabrik variabel
Rp. xxx+
Harga pokok produksi
Rp. xxx
Dengan demikian harga pokok produk yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari unsur harga pokok produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik tetap, dan biaya overhead pabrik variabel). 2.Metode Variable Costing Variable costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya menghitung biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksinya. Metode variable costing terdiri dari unsur-unsur biaya produksi sebagai berikut : Biaya bahan baku
Rp. xxx
Biaya tenaga kerja
Rp. xxx
Biaya overhead pabrik variabel
Rp. xxx+
Harga pokok produksi
Rp. xxx
Harga pokok produk yang dihitung dengan pendekatan variable costing terdiri dari unsur harga pokok produksi variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel). 2.2.3 Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi Untuk menentukan harga pokok produksi yang mutlak diperlukan sebagai dasar penilaian dan penentuan laba rugi periodik, biaya produksi perlu diklasifikasikan menurut jenis atau objek pengeluarannya. Hal ini penting agar pengumpulan data
14
biaya dan alokasinya yang seringkali menuntut adanya ketelitian yang tinggi, seperti misalnya penentuan tingkat penyelesaian produk dalam proses pada produksi secara masal dapat dilakukan dengan mudah. Terdapat tiga unsur-unsur harga pokok produksi menurut Hamanto (1992) yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung biaya produksi tak langsung atau biaya overhead pabrik. 1.Biaya Bahan Baku Biaya ini meliputi harga pokok dari semua bahan yang secara praktis dapat diidentifikasi sebagai dari produk selesai. Misalnya, papan atau kayu pada perusahaan produsen mebel, pasir dan semen pada perusahaan produsen tegal tidak semua bahan yang dipakai dalam pembuatan suatu produk, memang diklasifikasikan sebagai bahan baku. Paku dan lem pada perusahaan produsen mebel, umpamanya barangkali tidak diklasifikasi sebagai bahan baku. Ini disebabkan oleh karena biaya yang didapat dari ketelitian harga pokok produksinya.Bahan-bahan yang relatif kecil nilainya sepeti itu disebut bahan penolong dan diklasifikasikan sebagai bagian produksi tak langsung. 2.Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya tenaga kerja langsung adalah jumlah upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang secara langsung menangani pengolahan bahan baku menjadi produk jadi.Gaji dan upah operasional mesin umpamanya merupakan contoh biaya tenaga kerja langsung. Seperti halnya biaya bahan baku, kenyataan adanya gaji dan upah tenaga kerja yang ikut membantu terlaksananya kegiatan produksi mungkin saja tidak digolongkan sebagai biaya tenaga kerja langsung. Karena itu, terhadap gaji dan upah tenaga kerja dibebankan menjadi biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tak langsung.Biaya tenaga kerja tak langsung meliputi semua biaya
15
tenaga kerja selain yang dikelompokkan sebagai biaya tenaga kerja langsung.Pada umumnya biaya tenaga kerja langsung terdiri dari: 1. Gaji pokok, yaitu upah yang harus dibayarkan kepada setiap buruh sesuai dengan kontrak kerja, yang dapat dibayar secara harian, mingguan atau bulanan. 2. Upah lembur, yaitu upah tambahan yang diberikan kepada pekerja yang melaksanakan pekerjaan melebihi jam kerja yang ditentukan. 3. Bonus, yaitu upah tambahan diberikan kepada pekerja yang menunjukkan prestasi melebihi batas yang ditentukan. Tenaga kerja dibagi dua yaitu terdiri dari : 1. Tenaga Kerja Tetap Tenagakerja tetap adalah tenaga kerja yang sudah diterima pada sebuah instansi sebagai karyawan tetap. Bekerja pada sebuah instansi dengan waktu jam bekerja yang sudah ditentukan terkecuali bila berhalangan dengan alasan yang sah menurut ketentuan yang ada. Dan dalam hal ini, tenaga kerja tetap adalah tenaga kerja tetap yang berhubungan langsung dengan produksi. 2. Tenaga Kerja Variabel Tenaga kerja yang bekerja untuk waktu tertentu contohnya pada saat perusahaan sangat membutuhkan tenaga kerja tambahan untuk mempercepat proses pemanenan. Tenaga kerja ini dibedakan menjadi tenaga kerja harian lepas.Pekerja yang mengadakan hubungan kerja untuk melaksanakan pekerjaan yang bersifat insidentif menurut kebutuhan perusahan dengan mendapatkan kelaziman yang ada dalam lingkungan perusahaan.
16
3.Biaya Overhead Pabrik Biaya ini meliputi semua biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Adapun yang termasuk biaya tidak langsung ialah: 1. Biaya bahan penolong Biaya bahan penolong adalah biaya untuk bahan yang bersifat sebagai bahan pembantu untuk proses pembuatan barang jadi, nilainya relatif kecil dibanding biaya produksi. 2. Biaya tenaga kerja tidak langsung Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya yang menangani produksi secara tidak langsung dan tidak dapat diidentifikasikan dengan produk selesai.Biaya ini tidak dikeluarkan secara langsung dalam produksi barang atau jasa tertentu. 3. Biaya reparasi dan pemeliharaan Biaya reparasi dan pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan dalam rangka untuk menjaga bangunan pabrik dan mesin-mesin agar selalu siap untuk digunakan dalam proses produksi. Contoh biaya ini adalah suku cadang, pelumas, dan perlengkapan pabrik lainnya untuk menjaga pabrik dan peralatannya agar dalam kondisi siap pakai. 4. Biaya yang timbul atas penilaian aktiva tetap Biaya ini sering disebutjuga dengan penyusutan.Contoh biaya ini adalah penyusutan mesin dan penyusutan kendaraan. 5. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu adalah biaya yang diperhitungkan pada akhir periode.Contoh biaya ini adalah biaya asuransi bangunan pabrik, biaya asuransi mesin dan biaya lain-lain.
17
6. Biaya yang memerlukan pengeluaran tunai lainnya Biaya overhead pabrik yang masuk dalam biaya ini ialah biaya listrik, biaya air dan biaya telepon. Secara umum biaya overhead dibedakan atas: a) Biaya overhead tetap yaitu biaya overhead pabrik yang jumlahnya tetap walaupun volume produksinya bervariasi. b) Biaya overhead variabel yaitu biaya overhead pabrik yang jumlahnya berubah secara proporsional sesuai dengan perubahan volume produksi. Untuk menetukan harga pokok, produk sebagai dasar penilaian persediaan, terdapat perbedaan yang fundamental tentang apa yang harus dilakukan terhadap biaya produksi langsung dan biaya overhead pabrik. Untuk biaya produksi langsung, pengumpulan data biaya dilakukan dengan menggunakan dokumendokumen transaksi seperti misalnya surat permintaan bahan untuk bahan baku, dan kartu jam kerja untuk tenaga kerja langsung ke dalam dokumen itu dicatat data kuantitas dan harga atau tarif per satuannya. Setiap kali terjadi transaksi pemakaian bahan baku atau pelaksanaan, satuan order produksi. Lain halnya dengan biaya overhead pabrik, biaya ini tidak dapat diidentifikasi secara langsung kepada masing-masing produk berdasarkan suatu taksiran.Untuk mengatasi hal ini, perusahaan pada umumnya menentukan jumlah biaya overhead pabrik untuk jangka waktu tertentu, misalnya satu tahun, kemudian membebankannya kepada produk yang dihasilkan dalam jangka waktu tersebut berdasarkan tarif tertentu.
18
2.2.4 Harga Jual Dalam arti yang paling sempit harga adalah jumlah uang yang ditagihkan untuk suatu produk atau jasa. Lebih luas harga adalah jumlah dari nilai yang dipertukarkan konsumen untuk manfaat memiliki atau menggunakan produk atau jasa. Menurut sejarah harga biasanya ditetapkan oleh tawar menawarantar pembeli dan penjual. Penjual akan meminta harga lebih tinggi daripada yang mereka harapkan untuk mereka terima, dan pembeli akan menawar lebih rendah daripada yang meraka harapkan untuk mereka bayar. Lewat tawar-menawar, mereka akan mencapai harga yang dapat diterima. Mulyadi (2007) dalam bukunya menyatakan bahwa: “Pada prinsipnya harga jual harus dapat menutupi biaya penuh ditambah dengan laba yang wajar. Harga jual sama dengan biaya produksi ditambah mark-up.” Selain itu Philip Kotler (2003) mengemukakan bahwa “Harga jual adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan”. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa harga jual adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu barang atau jasa ditambah dengan persentase laba yang diinginkan perusahaan, karena itu untuk mencapai laba yang diinginkan oleh perusahaan salah satu cara yang dilakukanuntuk menarik minat konsumen adalah dengan cara menentukan harga yang tepat untuk produk yang terjual. Harga yang tepat adalah harga yang sesuai dengan kualitas produk suatu barang, dan harga tersebut dapat memberikan kepuasan kepada konsumen.
19
2.3 Penelitian Terdahulu Penelitian oleh Roslinawati (2007) dengan judul Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Benih Padi Pada PT. Sang Hyang Seri RM 1 Sukamandi, Subang, Jawa Barat.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode harga pokok produksi yang diterapkan oleh PT. Sang Hyang Seri RM 1 Sukamandi Subang, menetapkan metode perhitungan harga pokok produksi benih padi yang tepat pada PT. Sang Hyang Seri RM 1 Sukamandi, Subang. Hasil penelitian menjelaskan bahwa perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing menghasilkan harga pokok produksi yang berada di bawah harga pokok produksi metode perusahaan dan di atas harga pokok produksi dengan menggunakan metode variable costing, sehingga dianggap paling tepat karena berada di tengahtengah, artinya tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah. Oleh karena itu metode yang dapat direkomendasikan kepada perusahaan yaitu metode full costing. Lestari (2006), dengan judul Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Pasta Ubi Jalar (Ipomea batatas L.) Kaitannya dengan Perencanaan Laba Jangka Pendek Perusahaan di PT. Galih Estetika, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat yang bertujuan
untuk
menganalisis
proses
produksi
pasta
ubi
jalar
yang
dilakukanperusahaan, menganalisis metode penetapan harga pokok produksi pasta ubi jalar,dan menganalisis perbandingan perhitungan harga pokok perusahaan denganmetode full costing dalam kaitannya dengan perencanaan laba jangka pendekperusahaan.Hasil penelitian menjelaskan bahwa PT. Galih Estetika masih kurang tepatdalam melakukan penetapan harga pokok produksi, karena hanya untukperhitungan satu kontainer sedangkan jumlah produksi untuk tiap kontainer
20
berbeda-beda.Selain itu juga belum tepat dalam mengelompokkan unsurunsurbiaya pembentuk biaya produksi karena memasukkanbiaya sewa kontainer dalam perhitungannya, padahal sewa kontainer merupakanbiaya non produksi karena termasuk biaya pemasaran.Perhitungan harga pokokproduksi yang tepat adalah
dengan
menggunakan
metode
full
costing
karenametode
ini
memperhitungkan seluruh biaya produksi baik yang bersifat tetapmaupun variabel. Maulidah (2011) dengan judul Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Rambutan (Nephelium Lappaceum, L) pada Kebun Bibit Ranggunan, Jakarta Selatan.Tujuan dari penelitian ini adalah menetapkan metode perhitungan harga pokok produksi untuk bibit tanaman rambutan pada Kebun Bibit Ragunan. Hasil penelitian dengan perhitungan yang telah dilakukan, memperlihatkan tidak ada perbedaan dari total harga pokok produksi antara metode full costing dan variable costing saat produksi 2000 bibit, namun akan berbeda pada saat kenaikan produksi. Harga pokok produksi pada saat kenaikan produksi bertambah 2000 menjadi 4000 bibit dengan metode variable costing memiliki nilai terkecil bila dibandingkan dengan metode full costing.Hal ini karena ada perbedaan dalam menganalisis biaya pada saat kenaikan produksi.Harga pokok produksi yang tepat adalah
harga
pokok
yang
dilihat
pada
tinggi
atau
rendahnya
hasil
perhitungan.Oleh karena itu, yang lebih tepat digunakan untuk perhitungan harga pokok produksi yaitu metode variable costing, karena pada saat kenaikan produksi hanya menghitung biaya yang bersifat variabel saja sedangkan untuk biaya tetapnya tidak diperhitungkan.
21
Kusumawardhani (2008) dengan judul Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Bibit Krisan pada PT . Ingu Laut Abadi Kabupaten Cianjur, Jawa Barat yang bertujuan untuk mengindetifikasikan kebijakan perusahaan dalam penetapan harga pokok produksi. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan, memperlihatkan adanya perbedaan harga pokok antara metode perusahaan dengan perhitungan harga pokok metode full costing maupun variable costing, baik sebelum maupun sesudah kenaikan harga bahan kimia makro dan mikro.Metode variable costing dapat menghemat sebesar Rp. 62.297 per bibitnya, sedangkan metode full costing justru menghasilkan harga yang lebih besar dibanding metode perusahaan, yaitu sebesar Rp. 10.878 per bibitnya. Metode penetapan yang tepat adalah metode variable costing karena akan menyebabkan harga jual yang rendah pula sehingga diharapkan sesuai dengan daya beli petani yang umumnya rendah. 2.4 Kerangka Pemikiran Penetapan harga pokok produksi adalah suatu kebijakan dalam mengalokasikan biaya produksi yang dibuat perusahaan untuk menentukan harga jual produk yang pada akhirnya tidak akan merugikan perusahaan. Perusahaan dalam hal ini sebelumnya telah memiliki metode penetapan harga dengan cara perhitungan perusahaan itu sendiri. Dengan penetapan harga metode perusahaan tersebut dilihat sesuai atau tidak untuk perusahaan dan harus menggunakan metode penetapan harga pokok produksi teori akuntansi sehingga tidak akan merugikan perusahaan
ataupun
merugikan
petani
sebagai
pembeli.
Maka
untuk
mengetahuinya diperlukan perhitungan cara metode full costing dan variable costing dengan melihat metode mana yang sesuai dalam penetapan harga untuk perusahaan.
22
Metode yang menghasilkan harga pokok per bibit terendah akan dipilih sebagai metode harga pokok produksi yang tepat untuk perusahaan dalam penetapan harga jual bibit yang diproduksi. Harga jual bibit yang sudah ditetapkan sebelumnya oleh perusahan dievaluasi dengan melihat harga jual yang dihasilkan menggunakan metode full costing dan variable costing. Harga jual yang menghasilkan nilai terendah dari metode full costing dan variable costing tersebut akan direkomendasikan sebagai harga jual yang tepat untuk perusahaan. Karena hal itu didasarkan pada perusahaan yang ingin mendapatkan harga yang relatif terjangkau oleh petani juga tidak merugikan perusahaan. PT. Horti Jaya Lestari (Perusahaan Pembibitan)
Harga Pokok Produksi
Metode Full Costing
Metode Variable Costing
Perbandingan antar Metode Penetapan Harga Pokok Produksi
Metode Harga Pokok Produksi yang Tepat
Harga Jual Bibit
Evaluasi Harga Jual Bibit
: Menyatakan hubungan
23
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran