BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Malaria 2.1.1. Pengertian Malaria Malaria adalah infeksi parasit pada sel darah merah yang disebabkan oleh suatu protozoa spesies plasmodium yang ditularkan ke manusia melalui air liur nyamuk. (Elizabeth J Corwin, 2001: 125) Malaria adalah penyakit infeksi dengan demam berkala yang disebabkan oleh parasit plasmodium dan ditularkan oleh oleh sejenis nyamuk tertentu (Anopheles). Berbeda dengan nyamuk biasa (Culex), nyamuk ini khususnya menyengat pada malam hari dengan posisi yang khas, yakni bagian belakang mengarah keatas dengan sudut 48°. (Tan Hoan Tjay ,2007 :170) Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronik, di sebabkan oleh protozoa genus Plasmodium ditandai dengan demam, anemia, dan splenomegali. (Arif Mansjor, 1999: 409). Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles terhadap manusia sehingga menyebabkan infeksi demam yang berkala. 2.1.2. Etiologi Plasmodium sebagai penyebab malaria terdiri dari 4 spesies, yaitu plasmodium vivax, plasmodium falciparum, plasmodium malariae,
dan
plasmodium ovale. Malaria juga melibatkan hospes perantara, yaitu manusia
8
maupun vertebra lainnya, dan hospes definitif, yaitu nyamuk. (Arif Mansjor, 1999: 409). 2.1.3. Patogenesis Daur hidup spesies malaria terdiri dari fase seksual eksogen dan seksual (sporogomi) dalam badan nyamuk Anopheles dan fase aseksual (skizogoni) dalam badan hospes vertebra termasuk manusia. a.
Fase aseksual Fase aseksual terbagi atas fase jaringan dan fase eritrosit. Pada fase jaringan,
sporozoit masuk dalam aliran darah ke sel hati dan berkembang biak membentuk skizon hati yang mengandung ribuan merozoit. Proses ini di sebut skizogoni praeritrosit. Lama fase ini berbeda untuk tiap fase. Pada akhir fase ini, skizon pecah dan merozoit keluar dan masuk aliran darah, disebut sporulasi. Pada P.vivax dan P.ovale, sebagai sporozoit membentuk hipnozoit dalam hati sehingga dapat mengakibatkan relaps jangka panjang dan rekurens. Fase eritrosit dimulai dan merozoit dalam darah menyerang eritrosit membentuk trofozoit. Proses berlanjut menjadi trofozoit-skizon-merozoit. Setela 2-3 generasi merozoit dibentuk, sebagian merozoit berubah menjadi bentuk seksual. Masa antara permulaan infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten, sedangkan masa tunas/inkubasi intrinsik dimulai dari masuknya sporozoit dalam badan hospes sampai timbulnya gejala klinis demam. b.
Fase seksual Parasit seksual masuk dalam lambung betina nyamuk. bentuk ini mengalami
pematangan menjadi mikro dan mikrogametosit dan terjadilah pembuahan yang
9
disebut zigot (ookinet). Ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk dan menjadi ookista. Bila ookista pecah, ribuan sporozoit dilepaskan dan mencapai kelenjar liur nyamuk. Patogenesis malaria ada 2 cara: a)
Alami, melalui gigitan nyamuk ketubuh manusia.
b)
Induksi, jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk kedalam darah manusia melalui transfusi, suntikan, atau pada bayi baru lahir melalui plasenta ibu yang terinfeksi
2.1.4. Aspek Perilaku (Bionomik) Nyamuk Bionomik
nyamuk
mencakup
pengertian
tentang
perilaku,
perkembangbiakan, umur, populasi, penyebaran, fluktuasi musiman, serta faktorfaktor lingkungan yang mempengaruhi berupa lisan fisik (musim. kelembaban. angin. matahari, arus air). lingkungan kimiawi (kadar gram, PH) dan lingkungan biologik seperti tumbuhan bakau, gangang vegetasi disekitar tempat perindukan dan musim alami. Sebelum mempelajari aspek perilaku nyamuk atau makhluk hidup lainnya harus disadari bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan biologik selalu ada variasinya. Variasi tingkah laku akan terjadi didalam spesies tunggal baik didaerah yang sama maupun berbeda. Perilaku binatang akan mengalami perubahan jika ada rangsangan dari luar. Rangsangan dari luar misalnya perubahan cuaca atau perubahan lingkungan baik yang alami manpun karena ulah manusia.
10
Jika kita tinjau kehidupan nyamuk ada tiga macam tempat yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Hubungan ketiga tempat tersebut dapat dilukiskan dengan bagan sebagai berikut: Untuk menujang program pemberantasan malaria perilaku vektor yang ada hubungannya dengan ketiga macam tempat tersebut penting untuk diketahui seperti terlihat dibawah ini:
Tempat untuk berkembangbiak
Tempat untuk mencari darah
Tempat untuk mencari darah
Gambar 2.1. Bionomik Nyamuk 1. Perilaku Mencari Darah. Perilaku mencari darah nyamuk dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu: a. Perilaku mencari darah dikaitkan dengan waktu. Nyamuk anopheles pada umumnya aktif mencari darah pada waktu malarn hari. apabila dipelajari dengan teliti. ternyata tiap spesies mempunyai sifat yang tertentu, ada spesies yang aktif mulai senja hingga menjelang tengah malam dan sampai pagi hari. b. Perilaku mencari darah dikaitkan dengan tempat apabila dengan metode yang sama kita adakan. Penangkapan nyarnuk didalam dan diluar rumah
11
maka dari hasil penangkapan tersebut dapat diketahui ada dua golongan nyamuk, yaitu: eksofagik yang lebih senang mencari darah diluar rumah dan endofagik yang lebih senang mencari darah didalam rumah. c. Perilaku mencari darah dikaitkan dengan sumber darah. Berdasarkan macam darah yang disenangi, kita dapat membedakan atas: antropofilik apabila lebih senang darah manusia, dan zoofilik apabila nyamuk lebih senang menghisap darah binatang dan golongan yang tidak mempunyai pilihan tertentu. d. Frekuensi menggigit, telah diketahui bahwa nyamuk betina biasanya hanya kawin
satu
kali
selama
hidupnya
Untuk
mempertahankan
dan
memperbanyak keturunannya, nyamuk betina hanya memerlukan darah untuk proses pertumbuhan telurnya. Tiap sekian hari sekali nyamuk akan mencari darah. Interval tersebut tergantung pada species, dan dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban, dan disebut siklus gonotrofik. Untuk iklim Indonesia memerlukan waktu antara 48-96 jam. 2. Perilaku Istirahat. Istirahat bagi nyamuk mempunyai 2 macam artinya: istirahat yang sebenarnya selama waktu menunggu proses perkembangan telur dan istirahat sementara yaitu pada waktu nyamuk sedang aktif mencari darah. Meskipun pada umumnya nyamuk memilih tempat yang teduh, lembab dan aman untuk beristirahat tetapi apabila diteliti lebih lanjut tiap species ternyata mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Ada spesies yang halnya hinggap tempat-tempat dekat dengan tanah (AnAconitus) tetapi ada pula species yang hinggap di tempat12
tempat yang cukup tinggi (An.Sundaicus). Pada waktu malam ada nyamuk yang masuk kedalam rumah hanya untuk menghisap darah orang dan kemudian langsung keluar. Ada pula yang baik sebelum maupun sesudah menghisap darah orang akan hinggap pada dinding untuk beristirahat. 3. Perilaku Berkembang Biak. Nyamuk Anopheles betina mempunyai kemampuan memilih tempat perindukan atau tempat untuk berkembang biak yang sesuai dengan kesenangan dan kebutuhannya Ada species yang senang pada tempat-tempat yang kena sinar matahari langsung (an. Sundaicus), ada pula yang senang pada tempat-tempat teduh (An. Umrosus). Species yang satu berkembang dengan baik di air payau (campuran tawar dan air laut) misalnya (An. Aconitus) dan seterusnya Oleh karena perilaku berkembang biak ini sangat bervariasi, maka diperlukan suatu survai yang intensif untuk inventarisasi tempat perindukan, yang sangat diperlukan dalam program pemberantasan. Keterangan oleh vector yang ingi di pelajari a. Umur Populasi Vektor. Umur nyamuk bervariasi tergantung pada species dan dipengaruhi keadaan lingkungan. Ada banyak cara untuk mengukur unsur populasi nyamuk. Salah satu cara yang paling praktis dan cukup memungkinkan ialah dengan melihat beberapa persen nyamuk porous dari jumlah yang diperiksa. Nyamuk parous adalah nyamuk yang telah pernah bertelur, yang dapat diperiksa dengan perbedahan indung telur (ovarium).
13
Misalnya dari 100 ekor nyamuk yang dibedah indung telurnya ternyata 80 ekor telah parous, maka persentase parous populasi nyamuk tersebut adalah 80%. Penentuan umur nyamuk ini sangat penting untuk mengetahui kecuali kaitannya dengan penularan malaria data umur populasi nyamuk dapat juga digunakan sebagai para meter untuk menilai dampak upaya pemberantasan vektor (penyemprotan, pengabutan dan lain-lain). b. Distribusi Musiman. Distribusi musiman vektor sangat penting untuk diketahui. Data distribusi musiman ini apabila dikombinasikan dengan data umur populasi vektor akan menerangkan musim penularan yang tepat. Pada umumnya satu species yang berperan sebagai vektor, memperlihatkan pola distribusi manusia tertentu. Untuk daerah tropis seperti di Indonesia pada umumnya densitas atau kepadatan tinggi pada musim penghujan, kecuali An.Sundaicus di pantai selatan Pulau Jawa dimana densitas tertinggi pada musim kemarau c. Penyebaran Vektor. Penyebaran vektor mempunyai arti penting dalam epidemiologi penyakit yang ditularkan serangga. Penyebaran nyamuk dapat berlangsung dengan dua cara yaitu: cara aktif, yang ditentukan oleh kekuatan terbang, dan cara pasif dengan perantaraan dan bantuan alat transport atau angin. 2.1.5. Manifestasi Klinik Penyakit Malaria Berat ringan manifestasi malaria bergantung pada jenis plasmodium yang menyebabkan infeksi. Dikenal 4 jenis Plasmodium (P), yang dapat menginfeksi malaria secara alami, yaitu: 14
1.
P.vivax, merupakan infeksi dan menyebabkan malaria tertiana/vivax (demam tiap hari ke-3).
2.
P.
falciparum,
menimbulkan
banyak
komplikasi
dan
mempunyai
perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan dan menyebabkan malaria tropika/falciparum. (demam tiap 24-48 jam). 3.
P. malariae, jarang ada dan dapat menimbulkan sindrom nefrotik dan menyebabkan malaria quartana /malariae (demam dalam tiap hari ke-4).
4.
P.ovale, memiberikan infeksi yang paling ringan dan sering sembuh spontan tanpa pengobatan, menyebabkan malaria ovale. (Harijaton, 2010: 87)
2.1.6. Masa inkubasi dan gejala Masa inkubasi P. falciparum adalah 7-12 hari, P. ovale/vivax 10-14 hari dan P.malariae 4-6 minggu. Periode prodromal 3-5 hari dengan tanda-tanda penyakit atipis, seperti nyeri kepala dan otot, mual, anoreksia, rasa letih dan sakit. Kemudian timbul serangan demam yang khas, seperti menggigil dan merasa sangat dingin, disusul dengan perasaan panas dengan demam tinggi, dan di sertai keringat berlimpah. Gejala penting lainnya adalah pembesaran limpah dan anemia yang diakibatkan oleh: hemolisa semua sel (sehat dan terinfeksi) yang menyebabkan urin berwarna hitam (blackwater fever). Juga terdapat defisiensi folat dan gangguan pembentukan sel darah merah (dyserythropoiesis).
15
Seranggan panas dingin terdiri atas tiga fase: 1.
Fase dingin berlangsung dari 30 menit sampai 1 jam karena timbulnya penyempitan penbuluh (vasokontriksi). Penderita menggigil karena merasa sangat dingin dan suhu badan meningkat dengan cepat sampai 41°C.
2.
Fase panas segera menyusul fase dingin pada saat mana tubuh terasa sangat panas selama kira-kira 2-6 jam. Pada fase ini penderita kadang-kadang menggigau (delirium). Kemudian fase ini di susul oleh fase keringat.
3.
Fase berkeringat: penderita merasa sangat letih dan ingin tidur.
2.1.7. Diagnosa Plasmodium dapat dideteksi dan diidentifikasi secara mikroskopis dalam preparat darah yang diwarnai menurut Giemsa atau Wright. Ciri lainnya adalah monosit yang berisi pigmen. Petunjuk penting, terutama untuk malaria kronis, berupa timbulnya antibodi spesifik. Pasien baru dapat dinyatakan bebas malaria bila 2-3 preparat darah yang diambil tiap hari selama 3-4 hari memberikan hasil negatif pada tes pewarnaan. 2.1.8. Tindakan Pencegahan Umum Tindakan pencegahan umum perlu di usahakan untuk menghindari kontak antara manusia dan vektor (nyamuk Anopheles) dengan cara membasmi nyamuk dan larvanya. Begitu pula menghilangkan penyebaran infeksi oleh manusia dengan pengobatan semua jenis demam di daerah malaria dengan obat antimalaria. Yang juga sangat efektif adalah penggunaan obat-obat penangkal seranga. Dan pada malam hari, bernaju lengan panjang dan menggunakan
16
kelambu tidur yang sebaiknya diimpregnir dengan insektisida permetrin yang dapat bertahan sampai 5 tahun. 2.1.9. Pemberantasan Penyakit Malaria 1.
Pencegahan
terhadap
gigitan
nyamuk
penularan
malaria
melalui
penggunaan kelambu yang di celup dengan insektisida, penggunaan repellan, obat anti nyamuk bakar, pemasang kawat kasa, dan lain-lain. 2.
Penataan lingkungan dengan pembersihan lumut dari tempat perkembang biakkan nyamuk, penimbunan ataupun pengaliran genangan-genangan air, sistem pipanisasi, dan lain-lain.
3.
Penyemprotan
rumah
dengan
insektisida
di
utamakan
untuk
penanggulangan KLB malaria. 2.2. Lingkungan Yang Berpengaruh Pada Penyakit Malaria Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri host, baik benda mati, benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang terbentuk akibat interaksi semua elemen tersebut, termasuk host lain. (Soemirat, 2005: 77) Lingkungan hidup manusia pada dasarnya terdiri dari dua bagian, internal dan eksternal. Lingkungan hidup internal merupakan suatu keadaan yang dinaimis dan seimbang yang di sebut dengan homeostatis. Kemudian berkembang teori terjadinya penyakit karena sisa-sisa makluk hidup yang mengalami pembusukan dan meninggalkan kotoran di udara serta di lingkungan sekitar. Contohnya, adalah timbulnya penyakit malaria yang di kira karena sisa-sisa pembusukan binatang yang ada di rawa-rawa. (Noor, 2008: 2729).
17
Dalam epidemiologi selalu ada 3 faktor yang di selidiki yaitu:
Host
Environment
Agent
Gambar 2.2 Segitiga epidemiologi Dalam teori keseimbangan, interaksi antara ketiga unsur tersebut harus di pertahankan keseimbanganya, bila terjadi gangguan keseimbangan antara ketiganya akan menyebabkan timbulnya penyakit tertentu (Noor, 2008: 29). Penyebaran malaria terjadi bila ketiga faktor tersebut saling mendukung. 1)
Agent (parasit malaria) Agent atau penyebab penyakit malaria adalah semua unsur atau elemen
hidup ataupun tidak hidup dalam kehadirannya bila diikuti dengan kontak yang efektif dengan manusia yang rentan akan memudahkan terjadinya suatu proses penyakit. Agent penyebab malaria adalah protozoa dari genus plasmodium. 2).
Host (Penjamu)
a).
Manusia (host intermediate) Penyakit malaria dapat menginfeksi setiap manusia, ada beberapa faktor
intrinsik yang dapat mempengaruhi manusia sebagai penjamu penyakit malaria antara lain: usia/umur, jenis kelamin, suku/ras, sosial ekonomi, status perkawinan, riwayat penyakit sebelumnya, cara hidup, keturunan, statuts gizi, dan tingkat imunitas.
18
b)
Nyamuk (host definitif) Nyamuk
Anopheles yang menghisap darah hanya nyamuk
Anopheles
betina. Darah diperlukan untuk pertumbuhan telurnya. Perilaku nyamuk sangat menentukan dalam proses penularan malaria. Perbedaan nyamuk
Anopheles
dengan nyamuk Aedes aegepti yaitu Aedes aegepty yang mempunyai ciri belang hitam-putih diseluruh tubuh sebagai vektor ke tubuh manusia melalui gigitan degan aktivitas menggigit pertama di pagi hari selama beberap jam setelah matahari terbit dan sore hari selama beberapa jam sebelum gelap. 3).
Environment (lingkungan) Lingkungan manusia dan nyamuk berbeda. Nyamuk berkembang biak
dengan baik bila lingkungannya sesuai dengan keadaan yang di butuhkan oleh nyamuk untuk berkembang biak. Kondisi lingkungan yang mendukung perkembangan nyamuk tidak sama tiap jenis/spesies nyamuk. Nyamuk Anopheles aconitus cocok pada daerah perbukitan dengan sawa non teknis berteras, saluran air yang banyak di tumbuhi rumput yang menghambat aliran air. Nyamuk Anophles balabacensis cocok pada daerah perbukitan yang banyak terdapat hutan dan perkebunan (Slamet, 2009: 102). Jenis nyamuk Anophles maculatus dan Anophles balabacensis sangat cocok berkembang biak pada tempat genangan air seperti bekas jejak kaki, bekas jejak roda kendaraan dan bekas lubang galian. Lingkungan hidup eksternal merupakan lingkungan di luar tubuh manusia yang terdiri atas tiga komponen, antara lain:
19
2.2.1. Lingkungan fisik Lingkungan fisik ini berinteraksi seling cara konstan dengan manusia spanjang waktu dan masa serta memegang peran penting dalam proses terjadinya penyakit pada masyarakat. 2.2.2. Lingkungan biologis Keadaan lingkungan sekitar penduduk seperti adanya tumbuhan salak, bakau, lumut, ganggang dapat mempengaruhi kehidupan larva, karena ia dapat menghalangi sinar matahari atau melindungi dari serangan mahluk hidup lainnya. Adanya berbagai jenis ikan pemangsa larva seperti ikan kepala timah, gambusia, nila, mujair dan lain-lain akan mengurangi populasi nyamuk di suatu daerah. Begitu pula adanya hewan piaraan seperti sapi, kerbau dan babi dapat mempengaruhi jumlah gigitan nyamuk pada manusia, bila ternak tersebut kandangnya tidak jauh dari rumah (Harijanto, 2010). Lingkungan biologis bersifat abiotik atau benda hidup, misalnya tumbuhtumbuhan, hewan, virus, bakteri, jamur, parasit, serangga dan lain-lain yang dapat berperan sebagai agens penyakit, reservior infeksi, fektor penyakit dan hospes intermediet. Hubungan manusia dengan lingkungan biologis bersifat dinamis dan pada keadaan tertentu saat terjadi ketidak sinambungan diantara hubungan tersebut, manusia akan menjadi sakit. 2.2.3. Lingkungan sosial Lingkungan sosial berupa kultur, adat-istiadat, kebiasaa, kepercayaan, agama, sikap, standar dan gaya hidup, pekerjaan, kehidupan masyarakat,
20
organisasi, sosial dan politik. Bila manusia tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosial, akan terjadinya kejiwaan dan menimbulkan gejala psikosomatik seperti stres, insomnia, depresi, dan lain-lain. Pemutusan rantai penularan (mode of transmission) dari arthropodborne disease dapat dilakukan dengan mempelajari cara penularan dari penyakit yang ada. Seperti pada penyakit malaria memutuskan rantai penularan dilakukan melalui manipulasi lingkungan agar populasi nyamuk Anopheles menjadi berkurang karena transmisi biologis yang berlangsung bersifat parasit malaria berkembang biak dalam tubuh vektor nyamuk Anopheles. (Chandra, 2006: 10) 2.3. Lingkungan Fisik Yang Berprngaruh Pada Penyakit Malaria Lingkungan fisik di bedakan antara cuaca dan iklim. Cuaca didefinisikan sebagai fluktasi yang berada di atmosfer dari jam ke jam atau hari ke hari. Sedangkan iklim adalah rata-rata cuaca yang di deskripsikan dalam hubungan dengan rata-rata (mean) dan kualitas statistika lainnya yang mengukur variasi selama 1 periode waktu untuk suhu daerah geografis . Unsur iklim antara lain curah hujan, suhu udara, kelembapan, angin, durasi sinar matahari dan lain-lain. (Susana, 2011: 53). a.
Suhu Udara Suhu udara dimana makin tinggi suhu maka makin pendek masa inkubasi
ekstrinsik, dan sebaliknya makin rendah suhu maka semakin panjang masa inkubasi ekstrinsik. Suhu optimum bagi perkembangan Plasodium dalam nyamuk berbeda-beda, yaitu: 25° C bagi P. vivax, 30° C bagi P. falciparum, dan 22° C bagi P.malariae.
21
Plasmodium tidak dapat berkembang diluar suhu 14-38° C. pada suhu kurang dari 15° C bagi P.vivax, P.malariae, dan P. ovale serta suhu kurang dari 19° C bagi P. falciparum, siklus sporogoni dapat tertunda. Minimum temperatur untuk berkembang sporogoni pada P. falciparum antara 18-20° C dan untuk P.vivax berkisar antara 14-16° C. pada suhu 16° C pada P.vivax siklus ini menjadi 55 hari dan pada suhu 28° C, pada suhu yang melebihi 32° C, parasit dalam tubuh nyamuk akan mati, meskipun dalam tubuh manusia parasit dapat bertahan hidup pada suhu 40° C. peningkatan yang sedikit saja pada rata-rata suhu minimum dapat mempercepat masa inkubasi ekstrinsik. b.
Suhu Air Suhu air sangat mempengaruhi perkembangbiakkan larva. secara umum
nyamuk Anopheles, lebih menyukai temperatur yang tinggi. Itulah sebabnya jenis Anopheles lebih banyak dijumpai di daerah tropis. Parasit malaria dalam nyamuk berhenti berkembang pada temperatur di bawah 16° C. Waktu tetes telur Anopheles sangat di pengaruhi oleh suhu air, pada tempat perindukannya, makin tinggi suhu air, waktu tetas semakin singkat. Kondisi yang terbaik untuk pengembangan Plasmodium pada Anopheles dan penularan infeksi adalah temperatur antara 20° C dan 30° C. Pada suhu kurang dari 15° C bagi P vivax, P. malariae, P. ovale, serta suhu kurang dari 19° C, bagi P. falciparum, siklus sporogoni sangat tertunda. Siklus sporogoni pada suhu 16° C untuk P. vivax adalah 55 hari dan 7 hari pada suhu 28° C.
22
c.
Kelembaban Udara Kelembaban mempengaruhi umur nyamuk , berkembang biak, kebiasaan
menggit, pencaran tempat istirahat dari nyamuk. Penularan lebih mudah terjadi ketika kelembapan tinggi. Nyamuk umumnya menyukai kelembapan di atas 60% Pada kelembaban yang lebih tinggi, nyamuk akan menjadi lebh aktif dan lebih sering menggigit. Rata-rata kelembapan minimal dalah 60% relatif kelembapan tertinggi bagi hidup nyamuk memungkinkan lebih lama penularan infeksi pada beberapa orang. d.
Hujan Hujan yang diselingi oleh panas akan memperbesar perkembangbiakan
Anopheles. Hujan dapat juga meningkatkan kelembapan relatif, sehingga memperpanjang usia nyamuk dewasa. Curah hujan minimun yang dibutuhkan oleh nyamuk untuk berkembangbiak adalah sekitar 1,5 mm per hari. Curah hujan 150 mm perbulan mengakibatkan perkembangan yang pesat. Hujan berhubungan dengan perkembangbiakan larva nyamuk. curah hujan yang berlebihan dapat mengubah aliran kecil air menjadi aliran yang deras hingga banyak larva dan pupa serta telur-telur terbawa arus air. Sebaliknya, curah hujan yang sedikit, kolam yang tidak terawat akan mempengaruhi jenis Anopheles tertentu sehingga dapat berkembang biak sangat banyak. Nyamuk Anopheles berkembang biak dalam jumlah besar jika terjadi hujan dengan di selingi panas
.
23
e.
Angin Kecepatan angin pada saat matahari terbit dan terbenam yang merupakan
saat terbangnya nyamuk kedalam atau ke luar rumah, adalah salah satu faktor yang ikut menentuk jumlah kontak antara manusia dan nyamuk. Jarak terbang nyamuk dapat di perpendek atau diperpanjang tergantung kepada angin. Nyamuk betina mempunyai jarak terbang yang lebih jauh dari pada nyamuk jantan, daya terbang ini berbeda-beda menurut spesies. Nyamuk Anopheles dapat terbang sampai 1,6 km dan nyamuk Aedes vexans dapat mencapai 30 kilometer. f.
Cahaya Matahari Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda.
An. Sundaicus lebih suka di tempat yang teduh dan sedikit cahaya matahari. Sedangkan An. Barbirostris lebih menyukai tempat terbuka dan dapat hidup baik di tempat teduh maupun tempat terang. g.
Ketinggian Ketinggian merupakan salah satu faktor yang menentukan cakupan georafis
dari penularan malaria. Secara umum malaria berkurang pada ketinggian yang semakin bertambah. Penularan malaria jarang terjadi pada ketinggian di atas 2000 m diatas permukaan laut (mdpl). h.
Kedalaman Air Kedalaman air secara tidak langsung berpengaruh terhadap produksi Sumber
makanan larva Anopheles dari intensitas cahaya. Larva nyamuk ditemukan sebagian besar di tempat yang kumpulan air dangkal. Perairan yang dangkal akan menyebabkan besarnya produktivitas makhluk air dan tumbuhan air. Hal ini erat
24
kaitannya dengan beberapa cara makan ataupun frekuensi pernapasan dari larva tersebut, dan hal ini sangat penting dengan kedalaman suatu perairan tempat larva berkembang biak. 2.4. Kerangka Berfikir Kepadatan nyamuk
Penyakit Malaria
Lingkungan sosial budaya
Faktor Ligkungan
Lingkungan Biologis
Kedalaman air
Suhu air
Lingkungan fisik
Suhu udara
ketinggian
Kelembaban udara
Angin
Hujan
Cahaya matahari
2.5. Kerangka Konsep
Lingkungan fisik 2.6.Variabel Dependent (di Luar Rumah) - Suhu Air di - Kelembaban Keterangan udara : variabel dependent - Kecepatan Angin - Kedalaman Air : variabel independent Ketinggian desa diatas permukaan laut
Penyakit Malaria
Variabel Independen
Variabel Dependen
25
26