BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pengertian Persepsi Menurut Hurlock (1993:18) menjelaskan bahwa minat adalah sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan ketika bebas memilih. Ketika seseorang menilai bahwa sesuatu akan bermanfaat, maka akan menjadi berminat, kemudian hal tersebut mendatangkan kepuasan. Ketika kepuasan menurun maka minatnya juga akan menurun. Sehingga minat tidak bersifat permanen, tetapi minat bersifat sementara atau dapat berubah-ubah. Pada saat seseorang memandang sebuah obyek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi individu pelaku persepsi itu. Diantara karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi adalah sikap, kepribadian, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu dan harapan (Robbins and Judge, 2008:174). Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:863) pengertian persepsi adalah sebagai berikut: “Persepsi adalah tanggapan (penerimaan) dari sesuatu yang perlu diteliti”. Menurut Robbins dan Judge (2008:175) yang diterjemahkan oleh Diana Angelica pengertian persepsi adalah sebagai berikut: “Persepsi adalah proses di mana individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka”.
Berdasarkan penjelasan keterkaitan mengenai proses persepsi, maka individu harus menerima informasi terlebih dahulu sebelumnya, di mana informasi yang dibutuhkan adalah informasi mengenai profesi akuntansi yang ada di Indonesia. Menurut Kenneth dan Edward (dalam Deddy Mulyana, 2001), persepsi terdiri dari tiga aktivitas, yaitu seleksi, organisasi dan interpretasi. Seleksi sendiri mencakup sensasi dan atensi, sedangkan interpretasi melekat pada organinasi. Dapat dirangkum sebagai berikut: Dalam sensasi, melalui pengindraan kita mengetahui dunia. Sensasi merujuk pada pesan yang dikirimkan ke otak lewat penglihatan, pendengaran sentuhan, penciuman dan pengecapan. Segala macam rangsangan yang diterima kemudian dikirimkan ke otak (Deddy Mulyana, 2001). Atensi tidak terelakan karena sebelum kita merespon atau menafsirkan kejadian atau rangsangan apa pun, kita harus terlebih dahulu memperhatikan kejadian atau rangsangan tersebut. Ini berarti bahwa persepsi mensyaratkan kehadiran suatu objek untuk dipersepsi termasuk orang lain dan juga diri sendiri (Deddy Mulyana, 2001). Tahap terpenting dalam persepsi adalah interpretasi atas informasi yang kita peroleh melalui salah satu atau lebih indera kita. Namun kita tidak bisa menginterpretasikan
makna
setiap
objek
secara
langsung,
melaikan
menginterpretasikan maksa yang kita percayai mewakili objek tersebut. Jadi pengetahuan yang diperoleh melalui persepsi bukan pengetahuan mengenai objek
sebenarnya, melaikan pengetahuan mengenai bagaimana tampaknya objek tesebut (Deddy Mulyana, 2001). 2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan dan Pengembangan Persepsi Akuntansi Menurut Robbins dan Judge (2008:175) persepsi seseorang mengenai sesuatu hal atau objek umumnya selalu mengalami perubahan diakibatkan adanya sejumlah faktor beroperasi untuk membentuk dan terjadinya pengembangan persepsi seseorang yang kadang mengubah suatu persepsi tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi terdiri dari 3 hal, yaitu: 1.
Dalam diri pembentuk persepsi,
2.
Dalam diri objek atau target yang diartikan, dan
3.
Dalam konteks situasi di mana persepsi tersebut dibuat. Selain adanya faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi,
menurut Mc Dowall (2008) ada faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan persepsi mahasiswa akuntansi, antara lain: 1. Work activities of the profession Pekerjaan profesi akuntansi itu sendiri sangat mempengaruhi mahasiswa dalam membentuk persepsi mengenai profesinya yang akan mereka pilih. Dalam media selama ini akuntan digambarkan sebagai ahli keuangan dengan kecendrungan antisosial. Oleh karena itu penting bagi profesi akuntansi untuk memantau persepsi publik, termasuk persepsi mahasiswa untuk memastikan bahwa mahasiswa memiliki persepsi yang baik mengenai profesi ini, sehingga profesi akuntansi menjadi terlihat lebih menarik.
2. Prestige of the profession Mempunyai nama baik, bergengsi serta dihormati banyak orang adalah citacita seorang akuntan. Potensi pendapatan yang tinggi, lingkungan kerja yang luas serta peluang kerja yang besar adalah faktor-faktor yang membentuk nilai prestise dalam profesi akuntansi. 3. Influences of parents and family Pengaruh yang paling besar terhadap anak-anak adalah orang tua serta keluarganya. Orang tua yang telah mengembangkan suatu cara yang khusus di dalam memahami dan melihat kenyataan di dunia ini, banyak sikap dan persepsi-persepsi mereka yang diturunkan kepada anaknya. Menyarankan anak untuk kuliah jurusan akuntansi juga salah satu bentuk pengaruh orang tua.
2.1.3 Tinjauan Mengenai Akuntansi Dewasa ini peranan akuntansi sebagai alat pembantu dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dan keuangan semakin disadari oleh para usahawan. Peranan akuntansi dalam membantu melancarkan tugas manajemen sangat menonjol, khususnya dalam melaksanakan fungsi perencanaan dan pengawasan. Perkembangan dalam bidang perekonomian di Indonesia akhir-akhir ini menyebabkan peranan akuntansi semakin mengingkat (Haryono Jusup, 1992:7).
Dalam Soemarso (2002:4-6) Secara umum pengertian akuntansi adalah sebagai berikut: “Proses mengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut” Definisi ini mengandung beberapa pengertian, yaitu: 1. Bahwa akuntansi merupakan proses yang terdiri dari identifikasi pengukuran dan pelaporan informasi ekonomi. 2. Bahwa informasi ekonomi yang dihasilkan oleh akuntansi diharapkan berguna dalam penilaian dan pengambilan keputusan mengenai kesatuan usaha yang bersangkutan. Dalam Suwardjono (2009:7) dari sudut bidang studi, pengertian akuntansi adalah sebagai berikut: “Seperangkat pengetahuan yang mempelajari perekayasaan penyediaan jasa berupa informasi keuangan kuantitatif suatu unit organisasi dan cara penyampaian (pelaporan) informasi kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan ekonomik” Adanya seperangkat pengetahuan mengenai akuntansi dan bidang pengetahuan akuntansi (Akuntansi Keuangan, Akuntansi Manajemen, Sistem Informasi Manajemen, Akuntansi Pajak, Akuntansi Kepemerintahan) memberi isyarat bahwa keahlian akuntansi telah dapat disebut sebagai profesi dan hanya orang-orang yang telah dianggap menguasai seperangkat pengetahuan tersebut dan memenuhi syarat-syarat tertentu lainnya dalam menjalankan profesi tersebut. Seseorang yang bergelut dalam bidang akuntansi dan telah memenuhi syaratsyarat yang telah ditentukan dapat disebut sebagai akuntan (Nauli, 2009).
Suwardjono (2009:41) menyatakan tidak semua bidang pekerjaan dapat disebut sebagai profesi karena untuk dapat disebut sebagai profesi suatu bidang pekerjaan harus mempunyai karakteristik tertentu antara lain pengakuan dan kepercayaan oleh masyarakat bahwa hanya orang-orang yang mempunyai keahlian profesional yang dapat menjalankan pekerjaan tersebut. Dengan demikian, profesi akuntansi tidak lepas dari sebuah sistem pendidikan akuntansi.
2.1.4 Profesi Akuntansi di Indonesia Keberadaan profesi ada karena adanya suatu kebutuhan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:897) profesi adalah: “Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian.” “Profesi adalah suatu jenis pekerjaan yang dipangku untuk suatu jabatan khusus tertentu dalam masyarakat dengan memenuhi syarat dan ciri tertentu” (Regar, 1993:8). Untuk bisa dikatakan sebagai sebuah profesi, seseorang harus memiliki syarat sehingga masyarakat sebagai pihak yang memerlukan profesi dapat mempercayai hasil kerjanya. Ciri profesi menurut Harahap (1991:23) adalah sebagai berikut: 1.
Memiliki bidang ilmu yang ditekuninya yaitu yang merupakan pedoman dalam melaksanakan keprofesiannya.
2.
Memiliki kode etik sebagai pedoman yang mengatur tingkah laku anggotanya dalam profesi itu.
3.
Berhimpun dalam suatu organisasi resmi yang diakui oleh masyarakat ataupun pemerintah.
4.
Keahliannya dibutuhkan oleh masyarakat.
5.
Bekerja bukan dengan motif komersil tetapi didasarkan kepada fungsinya sebagai kepercayaan masyarakat (social credibility). Kemudian menurut Halim (1997:12) ada beberapa syarat-syarat minimal
agar sesuatu bisa disebut sebagai profesi adalah sebagai berikut: 1.
Diperlukannya suatu pendekatan profesional tertentu yang setingkat dengan Strata-I (Graduated Level).
2.
Adanya suatu peraturan terhadap diri pribadi yang didasarkan pada kode etik.
3.
Adanya penelaahan dan atau izin dari penguasa (Goverment). Dapat ditarik kesimpulan bawa perkembangan profesi termasuk profesi
akuntansi sejalan dengan jenis jasa yang diminta oleh masyarakat yang makin lama semakin kompleks, sementara itu jenis jasa yang diminta sangat dipengaruhi oleh perkembangan dunia usaha. Dengan kata lain perkembangan akuntansi adalah sejalan dengan perkembangan dunia usaha. Menurut Soemarso (2002:12-14) di Indonesia, pada tahun 1947, hanya ada seorang akuntan berbangsa Indonesia, yaitu Prof. Dr. Abutari. Dalam masa perang kemerdekaan (1945-1950), kursus-kursus untuk mendidik tenaga-tenaga di bidang akuntansi dilanjutkan. Setelah pengakuan kedaulatan oleh Belanda, Pemerintah RI baru mempunyai kesempatan untuk mengirim putra-putranya ke luar negeri untuk belajar akuntansi. Di dalam negeri sendiri, pendidikan akuntansi mulai dirintis dengan dibukanya jurusan akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, tahun 1952. Pembukaan ini kemudian diikuti oleh oleh Fakultas-fakultas Ekonomi di Universitas Padjadjaran (1961), Universitas Sumatera Utara (1962), Universitas
Airlangga (1962) dan Universitas Gajah Mada (1964). Institut Ilmu Keuangan (sekarang Sekolah Tinggi Akuntansi Negara) membuka jurusan akuntansi pada tahun 1960. Organisasi profesi yang menghimpun para akuntan di Indonesia berdiri 23 Desember 1957. Organisasi ini, yang diberi nama Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), didirikan oleh lima akuntan Indonesia. Anggotanya pada waktu itu baru sebelas orang. Dalam tahun 1978, berdiri Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Manajemen dan Kompartemen Akuntan pendidik. Dalam tahun 2001 berdiri Kompartemen Akuntan Pemerintah (Soemarso, 2002:12-14). Profesi akuntansi mulai berkembang dengan pesat sejak tahun 1967. Dikeluarkannya Undang-undang Penanaman Modal Asing dalam tahun yang sama (1967), yang kemudian disusul dengan Undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri tahun 1968, hal tersebut merupakan pendorong berkembangnya profesi akuntansi (Soemarso, 2002:12-14).
2.1.5
Jenis-jenis Profesi Akuntansi
Menurut Fess, et al (2004:9) di alih bahasakan oleh Alfonsus Sirait dan Helda Gunawan membagi profesi akuntansi sebagai berikut: Para akuntan menekuni : (1) private accountant; atau (2) public accountant. Akuntan yang bekerja pada perusahaan atau organisasi nirlaba disebut sebagai private accountant (akuntan swasta). Akuntan dan staf mereka yang memberikan jasa akuntansi berdasarkan honor (fee basis) disebut public accountant (akuntan publik).
Karena semua fungsi dalam perusahaan menggunakan informasi akuntansi, maka pengalaman di bidang akuntan swasta dan publik memberikan dasar yang kuat untuk berkarir. Sejumlah posisi dalam industri dan pemerintahan dipegang oleh mereka yang memiliki latar belakang akuntansi. 1. Private Accountant (Akuntan Swasta) Ruang lingkup kegiatan dan tugas dari private accounting sangat bervariasi. Private accounting seringkali disebut akuntan manajemen. Jika mereka bekerja di pabrik, mereka disebut akuntan industri atau akuntan biaya. Kepala bagian akuntansi di perusahaan sering disebut kontroler. Beberapa lembaga pemerintahan dan organisasi nirlaba juga memperkerjakan akuntan. Institute of Certified Management Accountants afiliasi dari Institute of Management
Accountants
(IMA),
mensponsori
program
Certified
Management Accountant (CMA). Sertifikat CMA merupakan bukti dari kompetensi seseorang dalam akuntansi manajemen. Untuk menjadi seorang CMA disyaratkan : lulus kuliah setara S-1, pengalaman 2 tahun, dan lulus menyelesaikan ujian 2 hari. Pendidikan professional berkesinambungan dibutuhkan untuk memperbaharui sertifikat CMA. Selain itu, anggota IMA harus mematuhi standar etika tertentu. Institute of Internal Auditors (IIA) mensponsori program yang hamper sama untuk auditor internal. Auditor internal adalah berbagai disiplin ilmu terutama akuntan yang menelaah akuntansi dan prosedur operasi yang ditetapkan perusahaan mereka. Akuntan yang berspesialisasi di audit internal
dapat memperleh sertifikat sebagai auditor internal bersertifikat (Certified Internal Auditor = CIA). 2. Public Accountant (Akuntan Publik) Dalam akuntansi publik, seorang akuntan mungkin berpraktek selaku perorangan atau anggota dari kantor akuntan publik. Akuntan publik yang telah memenuhi pendidikan negara, berpengalaman dan lulus ujian dapat menjadi akuntan publik bersertifikat (Certified Public Accountants = CPA). Persyaratan untuk memperoleh sertifikat CPA berbeda-beda di setiap negara dan untuk Amerika Serikat berbeda dari suatu negara bagan ke negara bagian lain. Setiap negara bagian mensyaratkan pendidikan lanjutan akuntansi dan 150 SKS. Selain itu, seorang kandidat harus lulus ujian dua hari yang diadakan oleh American Institute of Certified Public Accountants (AICPA). Sebagian besar negara bagian Amerka Serikat tidak mengizinkan perorangan untuk berpraktek sebagai CPA sebelum mereka memperoleh pengalaman selama 3 tahun di kantor akuntan publik. Akan tetapi, beberapa negara bagian dapat menerima pengalaman kerja di bidang akuntansi swasta sebagai ekuivalen dari pengalaman di bidang akuntansi publik. Semua negara bagian juga mensyaratkan pendidikan professional lanjutan dan ketaatan pada standar etis tertentu. 3. Bidang Spesialisasi Akuntansi Terdapat dua bidang yang lazim ditemukan dalam akuntansi, yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Bidang lainnya termasuk akuntansi biaya, akuntansi lingkungan, akuntansi pajak, sistem akuntansi,
akuntansi internasional, akuntansi untuk organisasi nirlaba, dan akuntansi sosial. Sedangkan di Indonesia menurut Regar (1993:15-17) profesi akuntansi di golongkan sebagai berikut : 1. Akuntan Publik Akuntan publik adalah mereka yang bekerja di bawah atap kantor akuntan terdaftar. Kegiatan utamanya adalah melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan
yang
disajikan
oleh
manajemen
dengan
maksud
untuk
mengeluarkan pendapat atas kewajaran laporan keuangan itu. Di sini akuntan berfungsi sebagai pihak yang independen dan bertindak sebagai penyaksi terhadap penyajian manajemen itu. Hasil pekerjaan ini sangat penting bagi masyarakat terutama untuk mengetahui tingkat kepercayaan terhadap laporan keuangan itu. Tanpa pemeriksaan ini laporan keuangan tidak memiliki kepercayaan dimata masyarakat. Inilah fungsi utamanya yang juga sering disebut “general audit”. Di samping fungsi ini ada lagi beberapa fungsi yang dapat dilayani seperti : a. Penyusunan sistem akuntansi perusahaan. b. Pemeriksaan khusus,
seperti untuk kepentingan bank, likuiditas,
mengetahui efisiensi atau pemborosan, dan lain-lain. c. Pengurusan pajak. d. Konsultan, terutama dari aspek keuangan perusahaan. Profesi ini terikat kepada ketentuan organisasi IAI dengan kode etik serta norma-norma pemeriksaan yang telah disyahkan kongres.
2. Akuntan Intern Mereka yang bekerja di bidang akuntan, dibawah komando dari pimpinan perusahaan biasa disebut Akuntan Intern. Kegiatannya adalah proses pembukuan, penyusunan anggaran, penyusunan laporan keuangan atau laporan-laporan lain yg diperlukan oleh pimpinan. Mereka juga bertugas sebagai kontroler atau auditor dalam perusahaan yang bersangkutan, bagi mereka akuntan intern tidak terikat dengan ketentuan-ketentuan yang disahkan oleh IAI seperti Norma Pemeriksaan Akuntan atau PAI. 3. Akuntan Pemertintah/Negara Akuntan pemerintah bekerja dibawah Departemen Keuangan khususnya di Badan Pengawan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) atau di BPK. Mereka ini biasanya bekerja untuk melakukan pengawasan terhadap penggunaan uang negara oleh seluruh aparatur pemerintah. Mereka ini tersangkut dengan peraturan-peraturan tersendiri. Di Indonesia lembaga pendidikan khusus yang mengeluarkan tenaga-tenaga untuk ini adalah Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Jakarta, yang dibawahi Departemen Keuangan. Kendatipun demikian akuntan yang lulus dari universitas lain tidak berarti tertutup kemungkinan menjadi akuntan negara. Di lembaga lain seperti BPK, akuntan memiliki peranan yang penting, karena lembaga ini merupakan institusi pengawasan keuangan yang berada di luar pemerintah.
4. Akuntan Pendidik Akuntan pendidik adalah akuntan yang bertugas dalam pendidikan akuntansi, melakukan penelitian dan pengembangan akuntansi, mengajar, dan menyusun kurikulim pendidikan akuntansi di perguruan tinggi. Akuntan pendidik juga dapat bekerja rangkap di luar tugasnya yaitu sebagai akuntan publik, akuntan intern, konsultan, dan lain-lain.
2.1.6
Akuntansi Pendidikan Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang
sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi mampu dan terjadi dalam jangka waktu tertentu (Goleman, 2000). Keseimbangan IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah (Irwanto, 1997). Menurut
Hasibuan
(2000),
pendidikan
merupakan
suatu
proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, sebagai bentuk pembinaan proses perkembangan manusia untuk berpikir dan cenderung berkembangnya kemampuan dasar yang ada padanya untuk mempersiapkan individu siap bekerja serta sebagai indikator yang mencerminkan kemampuan seseorang untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan. Axelrood (dalam Bulo, 2002) mendefiniskan proses belajar mengajar sebagai proses pengembangan pribadi manusia. Dalam mengembangkan pribadi berarti tidak hanya ranah
kognisi yang berkembang, tetapi juga ranah emosional. Suryaningsum (2004) menyatakan kecerdasan emosional adalah selain menambah keterampilan teknis serta merubah ranah kognisi mahasiswa dan proses belajar mengajar seharusnya juga menambah ranah emosi mahasiswa. Pasal 2 PP Nomor: 30 tahun 1990, tentang Tujuan Umum Pendidikan Tinggi sebagai bagian dari Sistem Pendidikan Nasional menyatakan: (1) menyiapkan peserta didik sebagai anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian serta mengupayakan penggunaannya
untuk
meningkatkan
taraf
kehidupan
masyarakat
dan
memperkaya kebudayaan nasional. Menurut Ward (1996), Accounting Education Change Comission (AECC), untuk menindaklanjuti pernyataan The Bredford Comitee, yang menyatakan bahwa pendidikan akuntansi setidaknya harus dapat mempersiapkan peserta didik untuk memulai dan mengembangkan keanekaragaman karir profesional dalam bidang akuntansi. Untuk itu diperlukan tidak semata-mata pengetahuan bisnis dan akuntansi, tetapi juga penguasaan keterampilan intelektual, interpersonal, dan komunikasi serta orientasi profesional. Hasil riset The Institute of Chartered Accountants of Australia (ICCA) ditemukan beberapa perusahaan komersil, industri ataupun kantor publik dalam merekrut pekerja baru yang tidak hanya menguasai keterampilan teknis akuntansi tetapi juga memiliki keterampilan: interpersonal yang baik, berkomunikasi secara tertulis dan verbal, memiliki kepercayaan diri dan kemampuan presentasi personal yang memadai.
2.1.7
Pendidikan Profesi Akuntansi Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kepmendikbud)
No.179/U/2001 tentang Penyelenggaraan Profesi Akuntansi (PPAk) yang mulai berlaku tanggal 21 November 2001 menyebutkan pendidikan profesi akuntansi adalah pendidikan tambahan pada pendidikan tinggi setelah program sarjana ilmu ekonomi pada program studi akuntansi. Pendidikan profesi akuntansi bertujuan menghasilkan lulusan yang mengusai keahlian bidang profesi akuntansi dan memberikan kompensasi akuntansi. Lulusan pendidikan profesi akuntansi berhak menyandang sebutan gelar profesi akuntan yang selanjutnya disingkat Ak. Syarat untuk mengikuti Program Pendidikan Akuntansi yaitu : 1. Sarjana Ekonomi (jurusan akuntansi) 2. Lulus seleksi yang diselenggarakan, meliputi : akuntansi keuangan, akuntansi manajemen, auditing, perpajakan, dan sistem informasi akuntansi Kurikulum nasional pendidikan profesi akuntansi terdiri dari paling sedikit 21 SKS dan paling banyak 40 SKS yang dapat ditempuh dalam 2 sampai dengan 6 semester. Kurikulum nasional yang dimaksud adalah : 1. Etika bisnis dan profesi 2. Perpajakan 3. Praktik audit 4. Lingkungan bisnis dan hukum komersial 5. Pengetahuan pasar modal dan manajemen keuangan
6. Pelaporan akuntansi keuangan 7. Akuntansi manajemen dan biaya
2.2
Kerangka Pemikiran
2.2.1
Perbedaan Pesepsi Mahasiswa Akuntansi Pada Program Strata-I dan Program Pendidikan Profesi Akuntansi Terhadap Profesi Akutansi Mahasiswa akuntansi pada perguruan tinggi terbagi kedalam beberapa
tingkat program studi, diantaranya adalah Program Strata-I, Program Diploma-III, dan Program Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk). Pada masa perkuliahan, proses pengajaran pada Program Strata-I lebih menekankan pada penguasaan konseptual, sedangkan Program Diploma-III Akuntansi lebih cenderung kepada penguasaan teknikal. Sedangkan PPAk bertujuan untuk menghasilkan akuntan yang profesional (Fitriany dan Yulianti, 2007). Menurut Marriott and Marriott (2003) dalam penelitiannya dikatakan bahwa: “Students’ attitudes towards the accounting profession are influenced by their perceptions of it.” Sikap mahasiswa terhadap profesi akuntansi dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap profesi tersebut. Menurut Ivancevich (2007:116) yang diterjemahkan oleh Gina Gania pengertian persepsi sebagai berikut:
“Persepsi didefinisikan sebagai proses kognitif di mana seorang individu memilih, mengorganisasikan, dan memberikan arti kepada stimulus lingkungan”. Sementara pengertian persepsi menurut Nauli (2009) adalah sebagai berikut: “Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan pesan atau dengan perkataan lain memberikan makna pada stimula indrawi. Berdasarkan kedua pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap informasi mengenai sesuatu hal melalui panca inderanya. Pada penelitian ini persepsi yang dimaksud adalah persepsi mahasiswa akuntansi mengenai profesi akuntansi. Pengertian profesi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian. Akuntan adalah suatu gelar profesi yang pemakainnya dilindungi oleh peraturan. Peraturan ini mengatakan bahwa gelar akuntan hanya dapat dipakai oleh mereka yang telah menyelesaikan pendidikannya dari perguruan tinggi yang diakui menurut peraturan tersebut dan terdaftar pada Departemen Keuangan yang dibuktikan pemberian nomor register (Regar, 1993:7). Profesi Akuntan secara luas merupakan sebuah profesi yang mengerjakan suatu pekerjaan sesuai dengan bidang ahlinya yaitu akuntansi, seperti profesi akuntan dalam sebuah intitusi pendidikan dapat disebut sebagai akuntan pendidik. Namun secara sempit, apabila disebut profesi akuntan yang dimaksud adalah jabatan “Akuntan Publik”. Keahlian profesi melekat kepada pribadi seseorang,
oleh karena itu tanggung jawab hasil pekerjaan profesi adalah tanggung jawab pribadi (Regar, 1993:8-9). Pada situasi saat ini profesi akuntan menjadi sorotan tajam bagi pelaku bisnis dan masyarakat karena dianggap sebagai salah satu pihak yang mampu memberikan kontribusi besar dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh mereka. Profesi akuntansi, sebagaimana halnya profesi lain, mempertahankan kepercayaan masyarakat adalah sebuah tantangan lain. Selain hal tersebut, proses regenerasi di bidang profesi akuntansi harus dilakukan, salah satu caranya yaitu dengan memberikan image atau pandangan yang baik mengenai profesi akuntansi kepada salah satunya adalah para akademisi atau mahasiswa (Nauli, 2009). Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi pada setiap mahasiswa mengenai profesi akuntansi dimungkinkan akan berbeda, selain diakibatkan informasi yang kurang dan kondisi saat ini mengenai profesi akuntansi, dapat juga disebabkan karena adanya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan serta pengembangan persepsi tersebut. Menurut Mc Dowall and Jackling (2008) persepsi mahasiswa akuntansi tersebut dapat dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu pekerjaan profesi akuntansi itu sendiri, gengsi (prestige) dari profesi akuntansi dan yang terakhir pengaruh dari orang tua, keluarga dan lingkungan kerja. Menurut Nelson (1991) dalam penelitiannya menggunakan Accounting Attitude Scale (AAS) menyatakan tujuan profesi akuntansi bisa dibagi menjadi 4 kategori, yaitu: akuntan sebagai karir, akuntansi sebagai bidang ilmu, akuntan sebagai profesi, dan akuntansi sebagai aktivitas kelompok.
Hasil penelitian Marriott dan Marriott (2003) dan Fitriany dan Yulianti (2007) menunjukan bahwa, pada Program Stara-I (S1), mahasiswa senior memiliki persepsi yang lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa junior mengenai akuntan sebagai profesi. Pada program ekstension, persepsi mahasiswa senior lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa junior mengenai akuntan sebagai karir, khususnya mengenai kepuasan pribadi yang didapatkan akuntan atas pekerjaannya. Mengenai perbedaan antar program, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa S1 memiliki persepsi yang lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa ekstension mengenai akuntansi sebagai aktivitas kelompok. Kemudian menurut Mc Dowall and Jackling (2008) dalam penelitiannya di Universitas Victoria di Australia dikatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara mahasiswa lokal dan internasional di beberapa item mengenai sikap terhadap profesi. “The results indicated that there was significant difference between local and international students in some items addressing attitudes towards the profession”. Penelitian
selanjutnya
yang
dilakukan
oleh
Pigo
Nauli
(2009)
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara persepsi mahasiswa akuntansi semester awal dan semester akhir terhadap pemilihan profesi/karir. Serta terdapat perbedaan yang signifikan antara mahasiswa semester awal dan semester akhir terhadap besar penghasilan yang akan mereka terima.
Kemudian penelitian oleh Elma Muncar (2010) menunjukan adanya perbedaan persepsi antara mahasiswa senior dan junior, rata-rata skor mahasiswa senior lebih rendah dari mahasiswa junior. Penelitian oleh Nelson (1991) mengukur persepsi umum mahasiswa akuntansi terhadap profesi akuntan dengan menggunakan kuesioner yang dinamakan Accounting Attitude Scale (AAS). Penelitian ini dilakukan di Universitas yang berlokasi di Amerika Serikat. Marriott dan Marriott (2003) menggunakan kuesioner sebagaimana digunakan oleh Nelson untuk melakukan pengujian yang sama pada Universitas di Inggris dan menemukan bahwa terjadi perubahan persepsi mahasiswa akuntansi dari sejak awal masa kuliah mereka sampai ke senior. Marriott dan Marriott (2003) menyebutkan bahwa pendidikan akuntansi justru menyebabkan menurunnya persepsi positif mahasiswa akuntansi terhadap profesi akuntan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Fitriany dan Yulianti (2007), proses pengajaran pada Program Strata-I akuntansi lebih menekankan pada penguasaan konseptual, Program Diploma-III akuntansi lebih cenderung kepada penguasaan teknikal, sedangkan pada Program Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) lebih kepada tujuan untuk menghasilkan akuntan yang profesional. Berdasarkan uraian tersebut persepsi setiap mahasiswa pada Program Strata-I, dan Program Pendidikan Profesi Akuntansi terhadap suatu objek akan berbeda, tidak hanya pada kalangan mahasiswa yang berbeda Program, persepsi atas suatu objek pada setiap orang juga akan berbeda antara satu dengan yang lain. Perbedaan persepsi tersebut dapat diakibatkan adanya faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi suatu kondisi seseorang yang telah dibahas sebelumnya. Faktorfaktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang dapat berasal dari profesi akuntansi itu sendiri, gengsi (prestige) dari profesi akuntansi dan yang terakhir pengaruh dari orang tua, keluarga dan lingkungan kerja. Apabila diuraikan dalam bentuk bagan, kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Mahasiswa Akuntansi
Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk)
Mahasiswa Program Strata-I Reguler
Persepsi
Profesi Akuntansi
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran
2.3
Hipotesis Penelitian Bertitik tolak pada kajian pustaka dan kerangka pemikiran di atas, penulis
mengambil hipotesis sebagai berikut : ”Terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa akuntansi pada Program Strata-I Reguler, dan Program Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) terhadap profesi akuntansi di Universitas Widyatama”.