BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelinci Kelinci adalah mamalia yang mudah dipelihara
dan cepat berkembang biak
(Sarwono, 2002). Kelinci berdasarkan tujuan produksinya dapat dibedakan menjadi : (1) kelinci sebagai penghasil bulu seperti angora dan rek, (2) kelinci pedaging seperti New Zealand White dan (3) kelinci yang dipakai untuk meningkatkan mutu kelinci lokal melalui kawin silang seperti d’argent, chinchilia, dutch, flemis giant, palamino dan satin (McNitt et al.,1996). Kelinci lokal yang kita kenal di Indonesia adalah kelinci yang asal usulnya tidak diketahui karena keturunan dari berbagai ras yang didatangkan ke Indonesia (Subroto, 2010). Kelinci menjadi pilihan untuk dibudidayakan karena pakannya tidak bersaing dengan kebutuhan manusia, pemberian hijauan yang tinggi pada ternak kelinci dapat meningkatkan efisiensi pakan (Farrel dan Raharjo, 1984). Sartika et al. (1988) dan Sitorus et al. (1982), menyatakan bahwa beternak kelinci dapat memanfaatkan limbah pertanian maupun berbagai jenis hijauan sehingga dalam budidaya kelinci dapat menggunakan sumber daya lokal. Subroto (2010) menyatakan bahwa, dalam peternakan kelinci pakan yang diberikan harus seimbang, tidak asal cukup atau banyak. Kandungan protein, hidrat arang, lemak, mineral, vitamin dan air harus seimbang. Kebutuhan nutrien kelinci pada berbagai kondisi fisiologis disajikan pada (Tabel 2.1).
8
9
Tabel 2.1. Kebutuhan nutrien kelinci pada berbagai kondisi fisiologis. Kelinci Nutrien
Hidup pokok
Masa
Bunting
Laktasi
pertumbuhan Energi total (kkal)
2100
2500
2500
2500
Serat kasar (%)
14
10 s.d.12
10 s.d.12
10 s.d.12
Lemak (%)
2
2
2
2
Protein kasar (%)
12
16
15
17
Kalsium (%)
-
0,4
0,45
0,5
Fosfor (%)
-
0,22
0,37
0,5
Sumber : NRC (1977). Kelinci mempunyai pertumbuhan dan perkembangbiakan yang sangat pesat, satu siklus reproduksi seekor kelinci dapat memberikan 8 s.d.10 ekor anak dan pada umur 8 minggu bobot badannya dapat mencapai 2kg (Lestari et al., 2005). Komposisi kimia daging kelinci mempunyai kualitas yang baik, kandungan protein daging kelinci cukup tinggi yaitu 20% dan setara dengan daging ayam bahkan proteinnya bisa mencapai 25% (Ensminger et al., 1990), sedangkan kandungan lemak 5,5g, kolesterol 53g dan energinya 137 kkal lebih rendah dibandingkan daging ternak lain (Chan et al., 1995).
2.1.1. Data biologis dan klasifikasi kelinci Kelinci secara umum mempunyai masa hidup: 5 s.d.10 tahun, masa produksi: 1 s.d. 3 tahun, masa bunting : 31 hari (rata-rata 29 s.d. 31 hari) dan masa penyapihan : delapan minggu. Umur kelinci mulai dikawinkan : 4 s.d. 5 bulan untuk kelinci lokal dengan berat 2 s.d. 3kg (Subroto, 2010). Hustamin (2006) menyatakan bahwa, kelinci
10
dara sebaiknya dikawinkan setelah berumur 6 bulan sedangkan yang jantan pada umur tujuh bulan setelah mencapai berat 2 kg. Masa perkawinan setelah beranak sekitar
satu minggu setelah anak
disapih.
Siklus reproduksi poliestrus (dalam
setahun bisa lima kali bunting), siklus berahi sekitar dua minggu. Periode estrus : 11 s.d 15 hari, ovulasi: terjadi 9 s.d 13 jam setelah kawin. Fertilisasi : 1 s.d. 2 jam sesudah ovulasi dan jumlah kelahiran 4 s.d 10 ekor (rata-rata 6 s.d 8). Volume darah 40 ml/kg berat badan, bobot dewasa sangat bervariasi, tergantung pada ras, jenis kelamin, dan faktor pemeliharaan (Subroto, 2010) Menurut Damron (2003) Kelinci diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom
: Animalia (hewan)
Phylum
: Chordata (mempunyai notochord)
Subphylum : Vertebrata (bertulang belakang) Class
: Mamalia (memiliki kelenjar air susu)
Ordo
: Legomorpha (memiliki dua pasang gigi seri di rahang atas)
Family
: Leporidae (rumus gigi delapan pasang diatas dan enam pasang dibawah)
Genus
: Lepus
Species
: Lepus sp.
2.1.2. Sistem reproduksi kelinci jantan Testis adalah organ utama dari sistem reproduksi jantan yang menghasilkan spermatozoa dan hormon yang dapat mempengaruhi fungsi reproduksi dan tingkah laku. Testis terdiri atas sepasang yang berbentuk oval dengan panjang kira-kira 25mm
11
dan berat setiap testis kira – kira 2g tergantung pada umur, berat badan dan jenis kelinci (Thakur and Puranik, 1981). Spermatozoa dihasilkan di dalam tubulus seminiferus testis atas pengaruh FSH (Follicle Stimulating Hormone) sedangkan testosteron diproduksi oleh sel Leydig atas pengaruh ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormone). Jumlah Sel Leydig berbeda antar spesies. Pada kelinci dan tikus sel Leydig berkembang sangat baik dan menghuni tempat yang sangat luas dari volume total testis. Pada manusia dan sapi, sel-sel Leydig jauh lebih sedikit dan tidak membentuk sarang-sarang yang besar. Sekresi androgen (testosteron) oleh sel Leydig dikontrol oleh kelenjar hipofisa.
Testosteron merupakan hormon seks yang sangat
penting dalam perkembangan organ seks, pembentukkan dan pemeliharaan ciri-ciri seks jantan, produksi spermatozoa, dan mengontrol libido (Nalbandov, 1990). Johnson and Everit (1988), menyatakan bahwa testosteron adalah hormon seks yang diproduksi oleh sel Leydig pada jaringan interstitiil testis. Hormon ini dengan cepat masuk ke dalam sistem peredaran yaitu vena dan limfa, tetapi sebagian ada yang berdifusi langsung melalui kompartemen testis. Di dalam tubulus seminiferus testosteron berikatan dengan reseptor androgen pada sel Sertoli dan Androgen Binding Protein (ABP) yang disekresikan ke lumen tubulus oleh sel Sertoli (Johnson and Everitt, 1988). FSH, LH (Luteinizing Hormone) dan testosteron adalah hormon penting yang mengatur berlangsungnya spermatogenesis pada tubulus seminiferus dan melibatkan poros hipotalamus hipofisis dan testis. GNRH (Gonadotrophin Releasing Hormone) hipotalamus merangsang hipofisis anterior untuk mensekresikan LH dan FSH. LH mempengaruhi spermatogenesis melalui testosteron yang dihasilkan oleh sel Leydig
12
pada testis. FSH berpengaruh langsung terhadap sel Sertoli dalam tubulus seminiferus. FSH meningkatkan sintesis protein pengikat hormon androgen yaitu ABP yang merupakan glikoprotein pengikat testosteron (Mathur et al., 2011). Epididimis adalah suatu struktur memanjang yang melekat pada testis yang terdiri atas kepala, badan dan ekor. Fungsi epididimis ada 4 yaitu: transportasi, konsentrasi, pendewasaan dan penyimpanan spermatozoa. Di dalam epididimis untuk menjadi spermatozoa yang fungsional, spermatozoa mengalami perubahan secara biokimia maupun morfologi (Johnson and Evereritt, 1988). Spermatozoa sewaktu meninggalkan tubulus seminiferus, mempunyai butiran sitoplasma di bagian lehernya. sitoplasma ini pindah ke bagian ekor sampai akhirnya terlepas sama sekali. Pemasakan ini disebabkan oleh adanya sekresi epididimis selama 8 s.d 10 hari (Bedford,1975). Jumlah spermatozoa yang tersimpan di epididimis kelinci sekitar 1.000 x 106 di mana 275 x106 berada di caput dan badan epididimis, 650 x 106 berada di epididimis kauda dan 50 x 106 berada di duktus deferens (Holtz and Foote, 1978). Spermatozoa yang terdapat pada epididimis mengandung kadar fosfolipid yang tinggi. Senyawa lipid yang terdapat pada membran spermatozoa mengandung lemak tidak jenuh yang sangat rentan mengalami oksidasi terutama oleh senyawa-senyawa radikal bebas atau Reactive Oksigen Species (ROS) (Sanoka and Kurpis, 2004). Pengukuran kadar MDA merupakan cara pengukuran aktivitas radikal bebas secara tidak langsung sebab yang diukur adalah produk dari reaksi radikal bebas (Edyson, 2003). Hidroperoxidase asam lemak tak jenuh yang terbentuk karena oksidasi sangat tidak stabil dan mudah mengalami pemecahan menjadi berbagai
13
senyawa. Dekomposisi hidroperoksidase berlangsung melibatkan pemutusan gugus OOH sehingga terbentuk radikal alkoksil dan radikal hidroksil. Radikal alkoksil ini kemudian mengalami pemutusan beta pada rantai C-C sehingga terbentuk aldehid dan radikal alkil atau vinil. Berbagai jenis senyawa dihasilkan degradasi lipid diantaranya hidrokarbon,
aldehid,
keton,
asam
karboksilat,
alkohol
(Apriyanto,2002).
Gambar 2.1. Organ reproduksi kelinci jantan. Keterangan : A = Organ reproduksi kelinci jantan tampak dari luar tubuh B = Testis dan epididimis C = Testis,epididimis dan kelenjar asesoris p = penis t = testis ek = epididimis bagian kaput (kepala) eb = epididimis bagian korpus (badan) ed = epididimis bagian kauda (ekor) vd = vasa deferensia pc = prostat dan cowper vs = vesikula seminalis vu = vesika urinaria rt = rektum
dan
heterosiklik
14
Kelenjar-kelenjar pelengkap yang terdiri atas vesikula seminalis, prostat dan cowper. Semua kelenjar ini menghasilkan sekresi, yang bersama-sama dengan spermatozoa keluar pada saat ejakulasi yang dikenal dengan semen. Sekresi kelenjarkelenjar pelengkap ini dipengaruhi oleh hormon testosteron yang dihasilkan sel Leydig pada testis. Fungsi dari cairan ini adalah menambah volume cairan ejakulasi, membantu pergerakan, buffer dan makanan spermatozoa, menyumbat alat kelamin betina serta merangsang kontraksi vagina dan uterus untuk mempercepat pergerakan spermatozoa (McNitt, 1982). Produksi plasma semen dan spermatozoa dikontrol oleh hormon testosteron yang dihasilkan oleh sel Leydig testis. Testis dalam menghasilkan hormon testosteron dan spermatozoa dipengaruhi oleh FSH dan LH yang dihasilkan oleh hipofisa anterior (Hafes, 1980). Spermatozoa terdiri dari kepala, leher, bagian tengah dan ekor. Bentuk kepala spermatozoa berbeda-beda tergantung spesies. Bentuk kepala spermatozoa kelinci, sapi dan domba berbentuk oval, manusia berbentuk bulat, unggas berbentuk silinder memanjang dan tikus berbentuk kait (Nalbandov, 1990). Morfologi spermatozoa dapat mengalami kelainan yang dianggap sebagai abnormalitas spermatozoa. Ada beberapa kelainan pada spermatozoa adalah : kepala besar, kepala kecil, kepala ganda, ekor ganda, tanpa kepala dan tanpa ekor. Bila abnormalitas spermatozoa ditemukan dalam jumlah besar sampai mendekati 50 persen dari total spermatozoa maka akan menyebabkan steril (Nalbandov, 1990).
15
Barth and Oko (1989) mengklasifikasikan abnormalitas spermatozoa ke dalam dua kelompok, yaitu abnormalitas spermatozoa primer dan sekunder. Abnormalitas spermatozoa primer merupakan abnormalitas yang terjadi pada bagian kepala spermatozoa karena adanya kelainan saat proses spermatogenesis dalam tubuli seminiferi. Abnormalitas spermatozoa primer meliputi, berbentuk buah per, runcing (taperred), belum dewasa (adanya tetes sitoplasma), kepala besar (macrocephalus), kepala kecil (microcephalus), kepala ganda, dan kepala seperti mahkota. Abnormalitas spermatozoa sekunder terjadi pada bagian ekor akibat perjalanan spermatozoa melalui epididimis dan selama fase ejakulasi atau setelah ejakulasi yang meliputi kesalahan penanganan dan perlakuan terhadap spermatozoa seperti pemanasan berlebihan (heat shock), dan karena kontaminasi urin, air, atau antiseptik. Abnormalitas spermatozoa sekunder meliputi ekor bergelungdan abnormal pada bagian tengah (midpiece). Abnormalitas dianggap serius apabila abnormalitas spermatozoa primer yang ditemukan mencapai 18-20% karena dapat menurunkan fertilitas (Barth and Oko 1989). Seluruh bagian spermatozoa diselimuti oleh membran plasma yang berfungsi sebagai pelindung terhadap perubahan lingkungan, sebagai unsur transport dari dalam ke luar sel atau sebaliknya (Pinto and Kozink, 2008), serta menjaga integritas biokimia dan struktur spermatozoa (Amorim et al., 2009). Keutuhan membran plasma akan menentukan kualitas spermatozoa. Hypo-Osmotic Swelling test (HOS test) merupakan uji khusus yang digunakan untuk mengetahui keutuhan membran plasma spermatozoa
16
(Lodhi et al., 2008). Dasar dari HOS test adalah hukum osmosis. Saat spermatozoa terpapar oleh medium hipoosmotik, bahan biokimia aktif pada spermatozoa akan meningkatkan volume spermatozoa dengan mengalirkan air masuk ke dalam spermatozoa hingga tercapai keseimbangan antara kompartemen dalam spermatozoa dengan lingkungan ekstra seluler. Proses ini menyebabkan spermatozoa membengkak, terjadi perubahan ukuran dan bentuk spermatozoa yang dapat dievaluasi menggunakan mikroskop fase kontras (Cabrita et al. 1999; Fonseca et al. 2005). Pembengkakan mudah teramati pada bagian ekor yang menunjukkan adanya kebengkokan ekor (coil). Menurut Sumoprastowo (1993) seekor kelinci jantan dewasa dapat melayani betina sampai 10 ekor, tetapi pada umumnya dalam 1 kandang koloni digunakan 5 ekor betina dengan 1 jantan. Kelinci jantan sebaiknya jangan dikawinkan lebih dari 3 kali dalam seminggu. Untuk mengejar kebuntingan dan kelahiran yang bersamaan dapat dikawinkan setiap hari secara berturut-turut tetapi kualitas pakan benar-benar harus diperhatikan, kemudian diistirahatkan dalam waktu
yang lebih lama.
Mengawinkan pejantan yang terlalu sering tanpa dibarengi dengan kualitas pakan yang baik, mengakibatkan penurunan kualitas jantan. Pejantan yang digunakan juga akan mempengaruhi jumlah anak yang lahir ( Rianggoro,1995). 2.2. Kelor (Moringa oleifera) Kelor sudah dikenal luas di Indonesia, khususnya di daerah pedesaan, tetapi belum dimanfaatkan secara maksimal dalam kehidupan. Di Indonesia pohon kelor banyak ditanam sebagai pagar hidup, ditanam di sepanjang ladang atau tepi sawah,
17
berfungsi sebagai tanaman penghijauan. Selain itu tanaman kelor juga dikenal sebagai tanaman berkhasiat obat dengan memanfaatkan seluruh bagian dari tanaman kelor mulai dari daun, kulit batang, biji, hingga akarnya (Simbolan et al., 2007). Kelor merupakan tanaman perdu yang banyak dijumpai di Indonesia sebagai tanaman pagar dan memiliki manfaat yang sangat luas. Menurut Makkar and Becker (2001) tanaman kelor termasuk bahan pakan sumber protein karena memiliki kandungan asam amino essensial seimbang di dalam daun. Tanaman ini tumbuh baik didaerah dengan curah hujan 250 s.d. 300 mm. Kelor tumbuh dalam bentuk pohon, berumur panjang (perenial) dengan tinggi 7 s.d.12 m. Batang berkayu (lignosus), tegak, berwarna putih kotor, kulit tipis, permukaan kasar. Percabangan simpodial, arah cabang tegak atau miring, cenderung tumbuh lurus dan memanjang. Daun majemuk, bertangkai
panjang,
tersusun
berseling
(alternate),
beranak
daun
gasal
(imparipinnatus), helai daun saat muda berwarna hijau muda - setelah dewasa hijau tua, bentuk helai daun bulat telur, panjang 1 s.d. 2 cm, lebar 1 s.d. 2 cm, tipis lemas, ujung dan pangkal tumpul (obtusus), tepi rata, susunan pertulangan
menyirip
(pinnate), permukaan atas dan bawah halus. Bunga muncul di ketiak daun (axillaris), bertangkai panjang, kelopak berwarna putih agak krem, menebar aroma khas. Buah Kelor berbentuk panjang bersegi tiga, panjang 20 s.d. 60 cm, buah muda berwarna hijau setelah tua menjadi coklat, bentuk biji bulat dan berwarna coklat kehitaman, berbuah setelah berumur 12 s.d.18 bulan. Akar tunggang, berwarna putih, membesar seperti lobak. Perbanyakan bisa secara generatif (biji) maupun vegetatif (stek batang). Tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai di ketinggian ± 1000 m dpl,
18
banyak ditanam sebagai tapal batas atau pagar di halaman rumah atau ladang (Krisnadi, 2013c).
A
B
C
D
Gambar 2.2. Tanaman kelor Keterangan : A= pohon kelor masih muda B= pohon kelor dengan bunganya ( ) C dan D = pohon kelor dengan buahnya ( ) dan bunganya ( ) Sup biji kelor dicampur dengan sedikit lada dan jahe dapat digunakan sebagai obat untuk pria yang menderita disfungsi ereksi. Pohon Kelor mengandung nilai gizi
19
tinggi yang sangat membantu dalam pengobatan infertilitas. Vitamin A, C, D, E, dan K merupakan vitamin yang terkandung dalam pohon kelor. Kelor sudah sejak lama digunakan untuk membantu melindungi dan mengatasi masalah kesehatan prenatal, penyakit mata, masalah kulit, serta penyakit jantung. Kelor juga kaya kalsium yang tidak hanya melindungi tulang dan gigi, juga memainkan peran penting dalam meningkatkan motilitas sperma (Krisnadi, 2013c). Kelor tumbuh dalam bentuk pohon, berumur panjang (perenial) dengan tinggi 7s.d.12m, umumnya disebut “ drumstick” (Anwar et al., 2007). Batang berkayu (lignosus), tegak, berwarna putih kotor, kulit tipis, permukaan kasar. Nama umum Indonesia (Kelor), limaran (Jawa) Inggris (Moringa, ben-oil tree, clarifier tree, drumstick tree), Melayu (kalor, merunggai, sajina), Vietnam (Chùm ngây), Thailand (ma-rum) dan Pilipina (Malunggay).Kelor merupakan tanaman perdu yang banyak dijumpai di Indonesia sebagai tanaman pagar dan memiliki manfaat sangat luas. Menurut Hartwell (1971), bunga, daun dan akar tanaman kelor bisa dipakai sayuran dan sebagai obat tradisional. Daunnya juga bisa digunakan sebagai bahan pakan ternak domba, kambing, sapi, babi, kelinci dan cocok untuk pakan ikan-ikan budidaya seperti gurami. Kulit kayu, daun dan akar mempunyai bau yang sangat tajam dan menyengat, juga dapat digunakan untuk merangsang atau meningkatkan pencernaan. Daun kelor adalah suplemen yang mempunyai nilai gizi tinggi seperti protein dan kalsium.Dari berbagai penelitian dilaporkan bahwa daun kelor mengandung vitamin A, B, kalsium, zat besi serta protein yang tinggi. Bunga kelor dapat dikonsumsi oleh manusia dengan cara dimasak terlebih dahulu karena pada bunganya mengandung potasium dan
20
kalsium. Daun kelor juga telah banyak digunakan sebagai pakan ternak, terutama untuk sapi dan kambing di samping untuk pupuk hijau. Akar kelor sering digunakan sebagai bumbu campuran untuk merangsang nafsu makan (Suriawiria, 2005 ). Kelor memiliki beberapa nama daerah di Indonesia, seperti : Kelor (di Jawa, Sunda , Bali dan Lampung), Kerol (di Buru), Marongghi (di Madura), Moltong (di Flores), Kelo (di Gorontalo), Keloro (di Bugis), Kawano (di Sumba), Ongge (di Bima) dan Hau fo (di Timor-timor) 2.2.1. Klasifikasi Kelor Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae Kelas
: Dikotiledoneae
Subklas
: Dialipetalae
Ordo
: Brassicales
Famili
: Moringaceae
Genus
: Moringa
Spesies
: Moringa oleifera (Roloff et al., 2009)
2.2.2. Kandungan kelor Salah satu hal yang membuat kelor menjadi perhatian dunia dan memberikan harapan
sebagai tanaman yang dapat menyelamatkan jutaan manusia yang
kekurangan gizi, adalah kelor kaya dengan kandungan nutrisi dan senyawa yang
21
dibutuhkan tubuh. Seluruh bagian tanaman kelor dapat dimakan dan dimanfaatkan untuk penyembuhan, menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan dan terutama sumber nutrien (Krisnadi, 2013c). 2.2.2.1. Antioksidan Antioksidan merupakan suatu senyawa yang dapat menyerap atau menetralisir radikal bebas sehingga mampu mencegah penyakit-penyakit degeneratif seperti kardiovaskuler,
karsinogenesis,
dan
penyakit
lainnya.
Senyawa
antioksidan
merupakan substansi yang diperlukan tubuh untuk menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas terhadap sel normal, protein, dan lemak. Senyawa ini memiliki struktur molekul yang dapat memberikan elektronnya kepada molekul radikal bebas tanpa terganggu sama sekali fungsinya dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal bebas (Murray et al., 2009). Kelor mengandung 46 antioksidan, senyawa yang melindungi tubuh terhadap efek merusak dari radikal bebas dengan menetralkannya sebelum dapat menyebabkan kerusakan sel dan penyakit. Senyawa Antioksidan yang terkandung dalam kelor adalah Vitamin A, Vitamin C, Vitamin E, Vitamin K, Vitamin B (Choline), Vitamin B1 (Thiamin), Vitamin B2 (Riboflavin), Vitamin B3 (Niacin), Vitamin B6, Alanine, Alpha-Carotene, Arginine, Beta-Carotene, Beta-sitosterol, Caffeoylquinic Acid, Campesterol, Carotenoids, Chlorophyll, Chromium, Delta-5-Avenasterol, Delta-7Avenasterol,
Glutathione,
Histidine,
Indole
Acetic
Acid,
Indoleacetonitrile,
Kaempferal, Leucine, Lutein, Methionine, Myristic-Acid, Palmitic-Acid, Prolamine,
22
Proline, Quercetin, Rutin, Selenium, Threonine, Tryptophan, Xanthins, Xanthophyll, Zeatin, Zeaxanthin, Zinc (Fuglie, 1999). 2.2.2.2. Vitamin dan mineral Kelor mengandung berbagai macam vitamin seperti :Vitamin A (Alpha & Beta-carotene), B, B1, B2, B3, B5, B6, B12, C, D, E, K, asam folat, Biotin, yang jumlahnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan makanan lain yang dikenal mengandung nutrisi tinggi. Pada dasarnya, ada dua kelompok vitamin, yaitu : yang larut dalam lemak dan yang larut dalam air. Vitamin A, D, E, dan K, merupakan vitamin yang larut dalam lemak sehingga memerlukan lemak agar dapat diserap oleh tubuh. Kelebihan vitamin-vitamin tersebut akan disimpan dalam hati dan lemak tubuh, kemudian digunakan saat diperlukan. Berlebihan mengkonsumsi vitamin yang larut dalam lemak dapat menyebabkan keracunan sehingga menyebabkan efek samping seperti mual, muntah, serta masalah hati dan jantung (Krisnadi, 2013a). Vitamin B kompleks dan C merupakan vitamin yang larut dalam air. Tubuh akan menggunakan vitamin tersebut sesuai kebutuhannya, kemudian mengeluarkan kelebihannya melalui urin. Karena vitamin ini tidak disimpan dalam tubuh, risiko keracunan sangat kecil dibandingkan dengan vitamin yang larut dalam lemak, tetapi risiko kekurangan lebih tinggi (Krisnadi, 2013a). Beberapa sumber yang mempublikasikan kandungan nutrien tanaman kelor dengan nilai yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya asal tanaman, budidaya, cara pengolahan hasil panen dan faktor pengujiannya.
23
Krisnadi (2013b) menyatakan bahwa, mineral adalah nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah tertentu untuk menjaga kesehatan. Seperti vitamin, mineral adalah nutrien penting untuk pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Mineral dan vitamin bekerja saling membutuhkan dimana vitamin dibutuhkan oleh tubuh agar mineral dapat bekerja demikian juga sebaliknya. Mineral dapat diklasifikasikan menurut jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh. Mineral mayor atau utama adalah mineral yang diperlukan lebih banyak seperti : kalsium, tembaga, fosfor, kalium, natrium dan klorida. Mineral minor adalah mineral yang dibutuhkan lebih sedikit seperti : kromium, magnesium, yodium, besi , flor, mangan, selenium dan zinc. Kedua jenis mineral tersebut sama pentingnya karena kekurangan salah satu mineral juga sangat berpengaruh serius terhadap kesehatan.
Kelor mengandung
mineral Kalsium, Kromium, Tembaga, Fluorin, Besi, Mangan, Magnesium, Molybdenum, Fosfor, Kalium, Sodium, Elenium, Sulphur, Zinc. Berikut beberapa manfaat mineral yang terdapat pada kelor. 1.
Kalsium (Ca) Kalsium adalah mineral terbesar yang dibutuhkan tubuh. Sekitar 2 s.d 3 persen
dari berat badan adalah kalsium, di mana 98% tersimpan di dalam tulang dan gigi dan 1% dalam darah. Selain untuk pemeliharaan tulang dan gigi, kalsium juga membantu kontraksi dan relaksasi otot, pembekuan darah, fungsi hormon, sekresi enzim, penyerapan vitamin B12 dan pencegahan batu ginjal dan penyakit jantung. Kelor mengandung kalsium 440 mg/100 gram daun segar dan 2003 mg/100 gram daun
24
kering, 17 kali lebih banyak dibanding susu dan 8,79 kali lebih banyak dalam bentuk bioavailable (Krisnadi,2013b). Tabel 2.2. Kandungan nutrien daun kelor (dalam100 gram) Nutrien
Daun segar
Daun kering
Kalori
92,00kkal
205kkal
Protein
6,70g
27,10g
Karbohidrat
12,50g
38,20g
Lemak
0,70g
2,30g
Serat
0,90g
19,20g
Kalsium (Ca)
440,00mg
2003,00mg
Carotene (vit.A)
6,78mg
18,90mg
Thiamin (B1)
0,006mg
2,64mg
Riboflavin (B2)
0,05mg
20,50mg
Niacin (B3)
0,80mg
8,20mg
Vitamin C
220,00mg
17,30mg
Tembaga (Cu)
0,07mg
0,57mg
Zat besi (Fe)
0,85mg
28,20mg
Fosfor (P)
70,00mg
204,00mg
Kalium (K)
259,00mg
1324,00mg
Zinc (Zn)
0,16mg
3,29mg
Magnesium (Mg)
24,00mg
368,00mg
Selenium (Se)
-
Mangan (Mn)
1,06 mg
Sumber : Bey (2010) dan
Krisnadi (2013c)
0,90μg 0,858 mg
25
2. Tembaga (Cu) Tembaga adalah trace element penting bagi kebanyakan hewan, termasuk manusia. Zat ini diperlukan untuk menyerap dan memanfaatkan zat besi. Tembaga terlibat dalam penyerapan, penyimpanan, dan metabolisme besi. Pengaruh tembaga pada kesehatan adalah sebagai bagian dari enzim. Gejala-gejala defisiensi tembaga mirip dengan anemia defisiensi zat besi. Tembaga dapat diserap oleh lambung dan mukosa usus kecil, namun sebagian besar diserap oleh usus kecil. Tembaga ditemukan dalam darah berikatan dengan protein. Kelor mengandung tembaga 3.1 mg/100 gram polong, 1,1 mg/100 gram daun segar, 28 kali lebih banyak dibandingkan dengan jeruk, dan 1.85 lebih banyak yang disimpan dalam hati (Krisnadi, 2013b). 3. Besi (Fe) Besi disimpan dalam hemoglobin (sel darah merah), yang berfungsi membawa oksigen ke sel-sel tubuh dan membawa karbon dioksida keluar tubuh, mendukung fungsi otot, enzim, protein dan metabolisme energi. Kekurangan zat besi menyebabkan anemia, kelelahan, kelemahan, sakit kepala dan apatis. Ada dua jenis zat besi dalam makanan: besi heme mudah diserap tubuh dan ditemukan dalam daging, unggas dan ikan. Besi non-heme lebih sulit diserap tubuh dan terdapat dalam tumbuhtumbuhan seperti kacang-kacangan, brokoli, bayam dan kangkung. Tubuh dapat menyerap 20 s.d. 40 persen besi dari sumber hewani dan 5 s.d. 20 persen besi dari sumber nabati. Sayuran perlu lebih banyak dikonsumsi untuk mendapatkan zat besi yang dibutuhkan. Untuk meningkatkan penyerapan zat besi, diperlukan bantuan vitamin C. Kelor mengandung zat besi sebanyak 28,2 mg/100 gram daun kering, 25
26
kali lebih banyak dibanding bayam, 3 kali lebih banyak dari kacang almond dan 1,77 kali lebih banyak yang diserap ke dalam darah (Krisnadi, 2013b). 4. Mangan (Mn) Mangan (manganese) adalah mineral penting yang diperlukan dalam jumlah kecil untuk memproduksi enzim yang diperlukan untuk metabolisme protein dan lemak. Zat ini juga mendukung sistem kekebalan tubuh dan keseimbangan gula darah serta terlibat dalam produksi energi sel, reproduksi, dan pertumbuhan tulang. Kelor mengandung mangan sebanyak 1,06 mg/100 gram daun segar, 0,858 mg/100 gram daun kering, 36 kali lebih banyak dibanding jeruk, 37 kali lebih banyak dibanding telur dan 1,63 kali lebih banyak yang disimpan dalam hati (Krisnadi, 2013b). 5. Magnesium (Mg) Magnesium membantu mengatur kadar kalium dan natrium dalam tubuh, yang terlibat dalam pengendalian tekanan darah. Magnesium berperan penting dalam pemeliharaan jaringan gigi, tulang dan otot, mengatur suhu tubuh, produksi dan transportasi energi, metabolisme lemak, protein dan karbohidrat, kontraksi dan relaksasi otot. Sebagian besar magnesium disimpan dalam tulang dan gigi, sebagian lain di dalam darah dan otot. Jika magnesium dalam darah tidak cukup, maka tubuh akan mengambilnya dari tulang, sehingga menyebabkan tulang keropos. Kelor mengandung magnesium sebanyak 368 mg/100 gram daun kering, 4,6 kali lebih banyak dibanding bayam dan 24 mg/100 gram daun segar, 3,5 kali lebih banyak
27
dibanding buah anggur merah, serta 2,20 kali lebih banyak bioavailable (Krisnadi, 2013b). 6. Fosfor (P) Fosfor adalah mineral yang ditemukan dalam banyak makanan termasuk produk susu dan daging. Fosfor penting untuk tulang dan gigi yang kuat, serta untuk fungsi saraf yang tepat. Fosfor merupakan bagian dari kerangka struktural molekul biologis seperti DNA dan RNA. Sel-sel hidup juga menggunakan fosfor untuk transportasi seluler. Fosfor biasanya ditemukan di alam bersenyawa dengan oksigen, sebagai fosfat. Kebanyakan fosfor
dalam tubuh terdapat di tulang, tapi fosfor
yang
mengandung molekul fosfolipid juga merupakan komponen dari membran sel dan kolesterol. Fospor berhubungan erat dengan kalsium, oleh karena kalsium dan fospor sumber utamanya susu, merupakan pembentuk tulang, membutuhkan vitamin D untuk absorpsi dan keduanya sangat dipengaruhi oleh hormon paratiroid. Kelor mengandung 204 mg fosfor dalam 100 gram daun kering dan 110 mg dalam 100 gram polongnya. Dalam berat yang sama, kandungan fosfor dalam daun kelor 4 kali lebih banyak dibanding bayam dan 1,5 kali lebih banyak dibanding susu (Krisnadi,2013b). 7. Kalium (K) Kalium (sering disebut juga potasium), natrium dan klorida adalah mineral yang larut dalam darah dan cairan tubuh lainnya dan berubah menjadi ion-ion. Ketiga mineral tersebut membuat cairan dalam tubuh tetap konstan dan tidak berfluktuasi. Ketiganya juga berperan penting dalam transportasi glukosa ke dalam sel dan
28
pembuangan limbah, tekanan darah, transmisi impuls saraf, irama jantung dan fungsi otot. Kekurangan mineral-mineral ini menyebabkan mengantuk, kecemasan, mual, kelemahan, dan detak jantung tidak teratur. Kelor kaya dengan kalium, terdapat 1324 mg kalium dalam 100 gram daun kering dan 259 mg dalam 100 gram daun segarnya. Kandungan kalium dalam kelor 15 kali lebih banyak dibanding pisang, 3,5 kali lebih banyak dibanding susu, dan 9 kali lebih banyak dari telur. 8. Selenium (Se) Selenium dibutuhkan dalam jumlah kecil tetapi teratur untuk kesehatan liver (hati). Selenium banyak ditemukan dalam tanah, sehingga jumlah yang ditemukan dalam sayuran dan buah tergantung pada tempat penanamannya. Pengolahan tanah intensif memiliki selenium yang rendah. Kelor mengandung selenium 0,9 µg dalam 100 gram daun kering, meskipun kecil namun memiliki 17,60 kali efek antioksidan (Krisnadi, 2013b). 9. Zinc (Zn) Zinc terdapat di semua sel tubuh, terutama pada kulit, kuku, rambut dan mata. Pada organ reproduksi jantan, zinc juga disimpan pada prostat. Zinc berperan penting dalam sintesis DNA dan RNA, produksi protein, insulin, sperma, membantu dalam metabolisme karbohidrat, lemak, protein, alkohol, berperan dalam mengeluarkan karbon dioksida, mempercepat penyembuhan, pertumbuhan, perawatan jaringan tubuh, dan mendukung indera seperti penciuman dan perasa. Kekurangan zinc menyebabkan gangguan pertumbuhan, kehilangan nafsu makan, penyembuhan lambat, rambut rontok, libido seks rendah, kehilangan rasa dan bau dan kesulitan beradaptasi
29
dengan cahaya malam. Kelor mengandung 0,6 mg/100 gram daun segar, 6 kali lebih banyak dibanding almond dan 6.46 kali lebih diserap ke dalam darah (Krisnadi, 2013b). 2.2.2.3. Asam Amino Manusia dan hewan dipastikan tidak bisa hidup tanpa asam amino dan tidak akan sehat bila kekurangan asam amino. Asam amino dalam jumlah yang tepat, akan menjaga dan membangun sistem tubuh yang kuat. Asam amino adalah blok bangunan protein. Asam amino yang berbeda digunakan untuk membangun protein yang berbeda pula. Tubuh
mampu memproduksi hanya 12 dari 20 asam amino yang
berbeda yang dibutuhkan untuk membangun protein yang digunakan untuk tumbuh, memperbaiki dan memelihara sel-sel. Delapan jenis asam amino dikenal sebagai asam amino esensial karena tubuh tidak dapat memproduksi asam amino jenis ini dan harus diberikan dalam bentuk asupan makanan, biasanya berasal dari daging merah atau produk susu. Namun memberikan asupan asam amino tidak sesederhana kedengarannya karena sering kali makanan sehat justru kekurangan berbagai macam asam amino yang diperlukan tubuh (Krisnadi, 2012). Sel dalam tubuh melakukan regenerasi setiap beberapa hari. Kulit diganti setiap 27 hari dan kerangka diperbarui setiap dua tahun. Setiap hari miliaran sel menggantikan sel yang terbentuk sebelumnya. Setiap regenerasi harus menjadi salinan sempurna dari sel yang digantikannya. Proses regenerasi terancam oleh banyak hal seperti polusi di udara, air, tanah, radiasi matahari, stres, pilihan gaya hidup dan bahkan bahan makanan selama diproses. Satu hal yang pasti, untuk menjadi sehat
30
tubuh membutuhkan biomolekul kecil yang disebut asam amino. Meskipun berukuran sangat kecil, asam amino memainkan peran besar dalam tubuh. Biomolekul yang tersedia dalam jumlah yang tepat, akan membentengi tubuh terhadap masalah kesehatan yang paling umum dan telah ditunjukkan dalam berbagai studi untuk memerangi proses penuaan. Kelor secara alami mengandung 18 dari 20 asam amino yang dapat diserap tubuh dan benar-benar penting untuk kesehatan. Ada delapan jenis asam amino yang tidak dapat dibentuk oleh tubuh, jadi harus didapatkan dari makanan. Kelor merupakan salah satu dari sangat sedikit tanaman yang mengandung semua (delapan) asam amino esensial (Krisnadi, 2013b). Delapan belas asam amino yang terdapat pada kelor terdiri dari delapan (semua) asam amino esensial dan 10 asam amino non esensial yaitu : 1. Asam amino esensial : Isoleusin, Leusin, Lisin, Metionin, Fenilalanin, Treonin, Triptofan dan Valin 2. Asam amino non esensial : Alanin, Arginin, Asam aspartat, Sistin, Gutamin, Glisin, Histidin, Prolin, Serin dan Tyrosin (Krisnadi, 2013c).
31
Tabel 2.3. Kandungan asam amino daun kelor. Daun segar (mg/100g)
Daun kering (mg/100g)
Arginin
406,6
1325
Histidin
149,8
613
Isoleusin
299,6
825
Leusin
492,0
1950
Lysin
342,4
1325
Metionin
117,7
350
Phenylalanin
310,3
1388
Threonin
117,7
1188
Triptopan
102,0
425
Valin
374,5
1063
Sumber : Bey ( 2010). 2.2.2.4. Bahan obat Pada beberapa Negara tropis kelor digunakan sebagai bahan obat (Foidle et al., 2001). Ekstrak dari beberapa bagian tanaman kelor dapat digunakan sebagai antitripanosoma (Mekonnen et al., 1999), anti-inflamasi dan hepatoproteksi (Kurma and Mishra, 1998) ,antioksidan (Sidduraju and Becker, 2003), antimikroba (Caceres et al., 1991) dan antihipertensi ( Faizi et al., 1995) .
32
Beberapa kandungan daun kelor yang berfungsi anti-imflamasi adalah: Vitamin A, Vitamin B1 (Thiamin), Vitamin C, Vitamin E, Arginine, Beta-sitosterol, Caffeoylquinic Acid, Calcium, Chlorophyll, Copper, Cystine, Omega 3, Omega 6, Omega 9, Fiber, Glutathione, Histidine, Indole Acetic Acid, Indoleacetonitrile, Isoleucine, Kaempferal, Leucine, Magnesium, Oleic-Acid, Phenylalanine, Potassium, Quercetin, Rutin, Selenium, Stigmasterol, Sulfur, Tryptophan, Tyrosine, Zeatin, Zinc sebagai anti-inflamasi (Kurma and Mishra,1998).