BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Distilator Diantara beberapa pemanfaatan tenaga surya sebagai sumber energi, sistem distilasi adalah salah satu sistem sederhana yang berguna untuk memenuhi salah satu kebutuhan pokok manusia. Dalam menghasilkan atau memproduksi garam dari air laut digunakan energi/tenaga surya untuk menguapkan airnya dan menghasilkan butiran garam, cara ini telah dilakukan sejak zaman dahulu kala oleh manusia. Dengan prinsip dasar menghasilkan garam ini, digunakan juga prinsip yang sama namun disini adalah untuk menghasilkan air bersih.
Gambar 2.1 Proses Kerja
Universitas Sumatera Utara
Semua sistem distilasi menggunakan prinsip yang sama, yaitu air (air payau, air laut) ditampung pada penampung dasar yang berwarna hitam, yang berfungsi untuk mengabsorbsi/menyerap energi surya/kalor untuk pemanasan sehingga dapat terjadi penguapan cairan yang akan menghasilkan air hasil distilasi (aquabides). Uap air hasil distilasi kemudaian menempel pada bagian dalam dari kaca penutup yang temperaturnya lebih rendah dari pada uap air itu sendiri dan kemudian terkondensasi dan ditampung pada bagian penampung hasil distilasi, kemudian dialirkan tempat penampung hasil distilasi. Dengan pemikiran dasar pada sistem distilasi (penyulingan air laut), yakni memisahkan garam dan air laut yang didesalinasikan maka dimulailah perkembangan yang lebih luas, salah satunya adalah sistem distilasi. Berikut ini adalah suatu bentuk awal dari alat desalinasi yang mana juga diterapkan pada sistem distilasi.
Gambar 2.2 Distilator
Universitas Sumatera Utara
Sistem distilasi atau juga biasa disebut Distilator mempunyai perbedaan dalam hal produksi, sistem distilasi berorientasi pada produksi air bersih sehingga air yang dimasukan (input) ke dalam distilator dapat berasal dari mana saja, sedangkan desalinasi inputnya hanya berasal dari air laut karena tujuannya adalah memperoleh garam. Sistem desalinasi dan sistem distilasi dapat disamakan sehingga untuk teori distilasi dapat digunakan teori desalinasi dan juga sebaliknya. Maka dapat disimpulkan bahwa distilasi adalah sistem yang digunakan untuk memperoleh air bersih dengan cara memisahkan air dari kandungan kotoran-kotoran pada air yang didistilasikan (air kotor).
2.1.1
Jenis-jenis Distilator 1. Tipe satu permukaan kaca miring.
Gambar.2.3 Tipe satu permukaan kaca miring
Universitas Sumatera Utara
2. Tipe dua permukaan kaca miring
Gambar.2.4 Tipe dua permukaan kaca miring
2.1.2. Teori Dasar Perhitungan Sistem Distilasi Didalam sistem distilasi terjadi proses penguapan air dengan cara pemanasan menggunakan energi surya, sehingga dihasilkan uap air yang terpisah dari kandungan unsur-unsur lainnya. Dalam menghasilkan uap air pada sistem distilasi ada empat temperatur yang terkait dalam proses distilasi. Yaitu temperatur permukaan air, termperatur dasar air, temperatur kaca dalam ruang distilasi dan temperatur ruang distilasi. Tapi di sub ini yang akan dibahas adalah untuk menghitung massa uap air dan effsiensi distilasi. Untuk menghitung massa uap air digunakan rumus :
Universitas Sumatera Utara
muap
quap h fg
Liter/(jam.m2) ……………………… (2.1)
Sedangkan untuk effisiensi digunakan rumus :
quap GR
x100% …………………………………….. (2.2)
Keterangan : q uap
: Kecepatan perpindahan panas oleh penguapan (W/m 2 )
muap
: Kecepatan perpindahan massa penguapan (Laju distilasi), [Liter/(jam.m2)]
hfg
: Panas laten penguapan, (2308 kJ/kg)
GR
: Radiasi surya, (W/m2)
: Effisiensi (%)
2.2 Sensor Suhu 2.2.1 Jenis – jenis Sensor Suhu a. Sensor suhu Termokopel Termokopel adalah sensor aktif terdiri dari 2 kawat yang berlainan jenis, salah satu ujungnya disambungkan dan ujung yang lain tidak disambung. Ujung yang disambung disebut sambungan (junction) dan ujung yang terbuka lainnya disebut terminal. Terminal termokopel hanya dapat memberikan tegangan bila terdapat perbedaan suhu antara sambungan dengan terminal. b. Sensor suhu Termistor Termistor
adalah
semikonduktor
dimana
kehantaran
listriknya/hambatannya sangat dipengaruhi oleh suhu.
Universitas Sumatera Utara
c. Sensor suhu LM 35 LM 35 didasarkan pada perubahan arus maju dioda yang dipasang di dalam IC sebagai sensor. Perubahan arus maju dioda ini selanjutnya dirubah menjadi tegangan kweluar oleh IC. Tegangan keluar ini akan sebanding dengan perubahan suhu yang diberikan pada IC. LM 35 ini mempunyai sensitivitas ≈ 10 mV/ 0 C artinya setiap kenaikan suhu 1 0 C akan diperoleh kenaikan tegangan keluar sebesar 10 mV. Daerah operasi meliputi suhu mulai -55 0 C sampai dengan 150 0 C. LM 35 tidak banyak dipengaruhi noise sehingga cocok untuk pengukuran suhu yang jauh dari pusat kendali (operator).
2.3 Radiasi Matahari Radiasi matahari adalah sinar yang dipancarkan dari matahari kepermukaan bumi, yang disebabkan oleh adanya emisi bumi dan gas pijar panas matahari. Radiasi dan sinar matahari dipengaruhi oleh berbagai hal sehingga pancarannya yang sampai dipermukaan bumi sangat bervariasi. Penyebabnya adalah kedudukan matahari yang berubah-ubah, revolusi bumi, dan lain sebagainya. Walaupun cuaca cerah dan sinar matahari tersedia banyak, besarnya radiasi supaya tiap harinya selalu berubah-ubah.
2.3.1. Geometri Radiasi Matahari Untuk mengetahui energi radiasi yang jatuh pada permukaan bumi dibutuhkan beberapa parameter letak kedudukan dan posisi matahar, hal ini perlu
Universitas Sumatera Utara
untuk mengkonversikan harga fluks berkas yang diterima dari arah matahari menjadi hubungan harga ekivalen ke arah normal permukaan. Berikut ini adalah beberapa definisi yang digunakan, antara lain : 1. Sudut datang adalah sudut antara sinar datang dengan normal pada permukaan pada sebuah bidang 2. Sudut latitude pada suatu tempat adalah sudut yang dibentuk oleh garis radial ke pusat bumi pada suatu lokasi dengan proyeksi garis pada bidang equator. Sudut deklinasi berubah harga maksimum +23,450 pada tanggal 21 juni ke harga minimum -23,4500 pada tanggal 21 desember. Deklinasi 00 terjadi pada tanggal 21 maret dan 22 desembar. 3. Sudut Zenit Z adalah sudut yang dibuat oleh garis vertikal ke arah zenit dengan garis ke arah titik pusat matahari. 4. Sudut Azimuth Z adalah sudut yang dibuat oleh garis bidang horizontal antara garis selatan dengan proyeksi garis normal pada bidang horizontal. Sudut azimut posotif jika normal adalah sebelah timur dari selatan dan negatif pada sebelah barat dan selatan. 5. Sudut latitude adalah sudut yang di buat oleh garis ke titik pusat matahari dengan garis proyeksinya pada bidang horizontal. 6. Sudut kemiringan (slope) adalah sudut kemiringan yang di buat oleh permukaan bidang dengan horizontal.
2.4 Intesitas Radiasi Surya Karena adanya perubahan letak matahari terhadap bumi maka intensitas radiasi surya yang tiba di permukaan buni juga berubah-ubah. Maka berkaitan
Universitas Sumatera Utara
dengan hal tersebut di atas radiasi surya yang tiba pada suatu tempat di permukaan bumi dapat kita bedakan menjadi 3 jenis. Ketiga jenis radiasi itu adalah 1. Radiasi Lansung (direct radiation) Intensitas radiasi lansung atau sorotan per jam pada sudut masuk normal Ibn dari persamaan berikut ini:
I bn
Ib cos z
………………………………………. (2.3)
dimana Ib adalah radiasi sorotan pada sumbu permukaan horisontal dan cos z adalah sudut zenit. Dengan demikian, untuk suatu permukaan yang dimiringkan dengan sudut terhadap bidang horisontal, intensitas dari komponen sorotan adalah:
I bT I bn cos T I b
cos T ………………………… (2.4) cos z
Dimana T disebut sudut masuk, dan didefinisikan sebagai sudut antara arah sorotan pada sudut masuk normal dan arah komponen tegak lurus (900) pada permukaan bidang miring.
2. Radiasi Sebaran (diffuse radiation) Radiasi sebaran yang disebut juga radiasi langit (sky radiation), adalah radiasi yang dipancarkan ke permukaan penerima oleh atmosfer, dan
Universitas Sumatera Utara
karena itu berasal dai seluruh bagian hemisfer langit. Radiasi sebaran (langit) didistribusikan merata pada hemisfer (disebut distribusi isotropik), maka radiasi sebaran pada permukaan miring dinyatakan dengan :
1,0 cos I dT I d ………………………………. (2.5) 2
Dimana adalah sudut miring dari permukaan miring dan Id menunjukan besarnya radiasi sebaran per jam pada suatu permukaan horisontal.
3. Radiasi Pantulan
Selain komponen radiasi lansung dan sebaran, permukaan penerima juga mendapatkan radiasi yang dipantulkan dari permukaan yang berdekatan, jumlah radiasi yang dipantulkan tergantung dari reflektansi (albeldo) dari permukaan yang berdekatan itu, dan kemiringan permukaan yang menerima .Radiasi yang dipantulkan per jam, juga disebut radiasi pantulan.
1 cos I rT I b I d ………………………. (2.6) 2
Dimana reflektansi dianggap 0,20 – 0,25 untuk permukaan-permukaan tanpa salju dan 0,7 untuk lapisan salju yang baru turun, kecuali jika tersedia data yang lain.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.5 Jenis-jenis radiasi
Indonesia yang terletak di daerah tropis memiliki keadaan cuaca yang cukup berawan sehingga porsi radiasi hambur cukup besar. Alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran terhadap besarnya radiasi global di sebut Piranometer. Alat ini mengukur besarnya radiasi matahari yang datang dan segala arah. Sedangkan untuk mengukur radiasi lansung kita menggunakan alat yang disebut Piranograp.
Gambar 2.6 Piranometer (kiri) dan Piranograp (kanan)
Lapisan luar dari matahari yang disebut fotosfer memancarkan suatu spektrum radiasi yang kontinu. Untuk pembahasan ini cukup dianggap matahari
Universitas Sumatera Utara
sebagai sebuah benda hitam, sebuah radiator sempurna pada 5762 K. Dalam ilmu fotovoltaik dan studi mengenai permukaan tertentu, distribusi spektral adalah penting.
Gambar 2.7 Bola Surya
Dimana : ds = Diameter matahari R = Jarak rata-rata matahari – bumi. Radiasi yang dipancarkan oleh permukaan matahari, ES, adalah sama dengan hasil perkalian konstanta Stefan-Bolzman , pangkat empat temperatur permukaan absolut TS4 dan luas permukaan ds2,
E s .d s Ts W …………………………………… (2.7) 2
4
Dimana = 5,67 x 10-8 W/(m2.K4), temperatur permukaan Ts dalam K, dan diameter matahari ds dalam meter.dari gambar di atas dapat dilihat jari-jari R adalah sama dengan jarak rata-rata antara matahari dan bumi. Luas permukaan
Universitas Sumatera Utara
bumi adalah sama dengan 4 R2, dan fluksa radiasi pada satu satuan luas dari permukaan bola tersebut yang dinamakan iradiansi, menjadi
G
d s 2Ts 4 4R 2
W/m2 ………………………………….... (2.8)
Dengan garis tengah matahari 1,39 x 109 m, temperatur permukaan matahari 5762 K, dan jarak rata-rata antara matahari dan bumi sebesar 1,5 x 1011 m, maka fluksa radiasi persatuan luas dalam arah yang tegak lurus pada radiasi tepat diluar atmosfer bumi adalah:
G
5,67 x10 8 W /( m 2 .K 4 ) x(1,39 x10 9 ) 2 m 2 x(5,762 x10 3 ) 4 K 4 4 x(1,5 x1011 ) 2 m 2
= 1353 W/m2
Radiasi surya yang diterima pada satuan luasan di luar atmosfir tegak lurus permukaa matahari pada jarak rata-rata antara matahari dengan bumi disebut konstanta surya adalah 1353 W/m2 dikurangi intesitasnya oleh penyerapan dan pemantulan atmosfer sebelum mencapai permukaan bumi. Ozon di atmosfer menyerap radiasi dengan panjang gelombang pendek (ultraviolet), karbondioksida dan uap air menyerap sebagian radiasi dengan panjang gelombang yang lebih panjang (inframerah). Selain pengurangan radiasi bumi yang lansung atau sorotan oleh penyerapan tersebut, masih ada radiasi yang dipancarkan oleh molekulmolekul gas, debu, dan uap air dalam atmosfer sebelum mencapai bumi sebagai
Universitas Sumatera Utara
radiasi sebaran, Pengukuran berikutnya terjadi apabila permukaan penerima radiasi itu tidak pada kedudukan tegak-lurus sorotan radiasi yang masuk.
Tabel 2.1 Satuan lain untuk Konstanta Surya
Konstanta Surya ( Gsc ) 1353 W/m2 429 Btu/(hr.ft2) 116.4 Langley/hr 4.871 MJ/m2.hr (sumber “Tekhnologi Rekayasa Surya”, Diterjemahkan oleh Prof. Wiranto Arismunandar,)
Konstanta surya (G) adalah konstanta yang digunakan sebagai dasar acuan untuk mengetahui besarnya intensitas radiasi surya sebelum mengalami penurunan karena berbagai macam hambatan dalam perjalanannya menuju permukaan bumi. Hambatan yang timbul itu adalah seperti, ketika radiasi surya melewati lapisan-lapisan atmosfir, itu terjadinya yang mempengaruhi posisi matahari, posisi dan letak permukaan pada bumi, dan kondisi-kondisi lainnya. Dari tabel diatas memuat konstanta surya dalam satuan lain. Satuan langley sama dengan 1 kalori/cm2, adalah satuan yang umumnya dapat dijumpai dalam literatur mengenai radiasi surya, dimana 1 kalori = 4,187 Joul, maka 1 langley = 1 kalori/cm2 = 0,04187 MJ/m2, suatu faktor konversi yang sering digunakan.
Universitas Sumatera Utara
2.4.1 Intensitas Radiasi Surya Pada Bidang Permukaan
Bumi berevolusi pada sumbunya selama 365 hari, bumi juga berrotasi pada sumbunya selama satu hari. Selama berevolusi dan berrotasi pada sumbunya bumi mengalami kemiringan terhadap sumbu vertikalnya sebesar 23,5O.
Gambar 2.8 Deklinasi matahari, posisi pada musim panas
Pada gambar diatas (gambar 2.8) dapat dinyatakan di dalam suatu hubungan persamaan sebagai berikut :
cos sin cos . cos . cos ……… (2.9) (sumber “Tekhnologi Rekayasa Surya”, Diterjemahkan oleh prof. Wiranto Arismunandar)
Dimana :
: Sudut sinar datang terhadap garis normal permukaan
: Sudut deklinasi
: Garis lintang dari posisi alat
: Kemiringan sudut permukaan dan alat
: Sudut waktu
Universitas Sumatera Utara
Besarnya sudut yang dialami bumi terhadap sumbu vertikalnya di sebut deklinasi. Dan deklinasi inilah yang mempengaruhi terjadinya distribusi sinar matahari dan energi panas surya pada bidang permukaan bumi. Bila hasil perkalian intensitas surya yang diterima bumi dengan cosinus sudut sinar datang, maka besarnya laju energi yang diterima oleh suatu permukaan di bumi dengan luasan persegi dapat ditulis dengan persamaan.
q / A GT . cos
……………………………………… (2.10)
(sumber “Tekhnologi Rekayasa Surya”, Diterjemahkan oleh prof. Wiranto Arismunandar)
Dimana : q
: Laju energi, (W)
A
: Satuan luas pada bidang, (m2)
GT
: Intensitas radiasi surya yang diterima oleh permukaan bumi, (W/m2)
: Sudut sinar datang
2.4.2 Data Radiasi Matahari di Wilayah Indonesia
Bedasarkan data penyinaran matahari yang dihimpun dari beberapa lokasi di Indonesia, radiasi surya di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Untuk Kawasan Barat Indonesia (KBI) sekitar 4,5 kWh/m2/hari dengan variasi bulanan sekitar 10 %.
Untuk Kawasan Timur Indonesia (KTI) sekitar 5,1 kWh/m2/hari dengan variasi bulanan 9 .
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian, kecepatan angin rata-rata di Indonesia sekitar 4,8kWh/m2/hari dengan variasi bulanan 9 %.
Catatan : Pada tengah hari yang cerah radiasi sinar matahari di bumi mampu mencapai nilai 1000 W/m2 = 1 kW/m2 = 100mW/cm2.
Tabel 2.2 Radiasi Penyinaran Matahari di Indonesia Pebruari 2008 WILAYAH
POTENSI RADIASI
VARIASI BULANAN
Kawasan Barat Indonesia (KBI)
Per hari 4,5 kWh/m2
10 %
Per hari 5,1 kWh/m2
9%
4,5 – 4,8 kWh/m2/hari
9,5 %
Kawasan Timur Indonesia (KTI) Rata-Rata Wilayah Indonesia
(sumber “htp;//theindonesiannoor.com/index2.html”.)
Kemudian diadakan suatu pendekatan Intensitas radiasi surya (GT) yang diterima oleh permukaan atmosfir bumi sesuai tanggal dan bulan sebagai waktu pelaksanaan, sehingga pada akhirnya radiasi surya yang tiba pada permukaan bumi akan berkurang. Intensitas surya yang diterima oleh permukaan atmosfir bumi dapat dihitung dengan menggunakan rumus : 360 xn GT = GR 1 0.033 cos ……………………. (2.11) 365.25 (sumber “Tekhnologi Rekayasa Surya”. Diterjemahkan oleh prof. Wiranto Arismunandar)
Universitas Sumatera Utara
Dimana : GT
: Intensitas radiasi surya yang diterima oleh permukaan bumi.
GR
: Konstanta surya (4500 W/m2). (sumber tabel 2.2)
n
: Jumlah hari, dihitung mulai 1 januari
Maka
untuk
untuk
menghitung
radiasi
matahari
yang
diserap,dibiaskan,dipantulkan oleh suatu permukaan kaca dengan persamaan 2.12 sebagai berikut : qserap kaca
= Absorbtansi x GT
…….
( 2.12.a)
qbias kaca
= Transmitansi x GT …….
( 2.12.b)
qpantul kaca
= Reflektansi x GT
( 2.12.c)
…….
(sumber :htp//google.com;energi matahari;kolektor plat datar)
2.5 Dasar-Dasar Perpindahan Kalor
Definisi dari perpindahan kalor adalah berpindahnya energi dari suatu daerah ke daerah lainya sebagai akibat perbedaan suhu antara daerah-daerah tersebut. Secara umum perpindahan kalor dapat dukategorikan dalam tiga cara yang berbeda , yaitu :
a) Perpindahan kalor secara konduksi
Konduksi adalah suatu proses dimana kalor mengalir dari daerah yang bersuhu tinggi menuju daerah yang bersuhu lebih rendah di dalam satu media (padat, cair dan gas), atau antara media-media yang berlainan yang bersinggungan secara lansung. Untuk menghitung laju aliran secara
Universitas Sumatera Utara
konduksi dapat dijabarkan dalam suatu persamaan yang dinyatakan dengan hukum Fourier, yaitu :
dT q kond kA ………………………………….. dx
(2.13)
(Sumber Holman, J.P Perpindahan Panas, hal. 2)
Dimana : qkond
: Laju perpindahan kalor dengan cara konduksi, (W)
k
: Konduktivitas thermal, (W/m.K)
Ε
: Luas penampang tegak lurus pada aliran kalor, (m2)
dT dx
: Gradien temperatur dalam arah aliran panas
Dalam aliran kalor konduksi, perubahan energi terjadi karena hubungan molekul secara lansung tanpa adanya perpindahan molekul-molekul yang cukup besar. b) Perpindahan Kalor Secara Konveksi
Konveksi adalah proses perpindahan kalor dengan kerja gabungan dan kalor konduksi, menyimpan energi dan gerakan mencampur. Perpindahan kalor secara konveksi sangat penting sebagai mekanisme perpindahan kalor antara permukaan benda padat dan cairan atau gas. Panas secara konveksi menurut cara menggeraknnya dibagi dua bagian yaitu :
Konveksi
alamiah
(free
convection)
terjadi
jika
gerakan
mencampur berlansung, semata-mata akibat dari perbedaan kerapatan yang disebabkan oleh gradien massa jenis.
Universitas Sumatera Utara
Konveksi
paksa
(forced
convection)
terjadi
jika
gerakan
mencampur di sebabkan oleh suatu alat dari luar, seperti pompa atau kipas. Pada umumnya,. Perpindahan kalor dengan cara konveksi antara suatu permukaan dengan suatu fluida dapat dihitung dengan suatu persamaan, yaitu :
q konv hA TW T f
……………………………………
(2.14)
(Sumber Holman, J.P Perpindahan Panas, hal. 11)
Dimana : qkonv
: Laju perpindahan panas dengan cara konveksi, (W)
A
: Luas permukaan perpindahan kalor, (m2)
h
: Koefesien konveksi, (W/(m2.K))
Tf
: Temperatur
Tw
: Temperatur dinding, (K)
fluida, (K)
c) Perpindahan Kalor Secara Radiasi
Radiasi adalah proses dimana kalor mengalir dari benda bersuhu tinggi menuju ke suatu benda yang bersuhu lebih rendah, bila benda-benda itu terpisah dalam ruangan dan bahkan bila terdapat ruang hampa di antara benda-benda tersebut. Untuk menghitung laju pancaran radiasi pada suatu permukaa dapat digunakan persamaan sebagai berikut :
q . . A.T 4 ……………………………………... (2.15) (Sumber Holman, J.P Perpindahan Panas, hal 11)
Universitas Sumatera Utara
Dimana :
q
: Laju perpindahan kalor radiasi, (W)
: Emisivitas benda, (0< <1)
: Konstanta Stefan-Boltzznann, 5,67 x 10-8 W/(m2.K4)
T
: Perpindahan temperatur, (K)
A
: Luas permukaan bidang, (m2)
2.6 Sifat-Sifat Radiasi
Pada gelombang elektromagnet berjalan melalui suatu medium (vakum) dan mengenai suatu permukaan atau medium lain maka sebagian gelombang akan dipantulkan, sedangkan gelombang yang tidak dipantulkan akan menembus ke dalam medium atau permukaan yang dikenainya. Pada saat melalui medium gelombang secara berkelanjutan akan mengalami pengurangan. Jika pengurangan tersebut berlansung sampai tidak ada lagi gelombang yang akan menembus permukaan yang dikenainya maka permukaan itu disebut sebagai benda yang bertingkahlaku seperti benda hitam. Jika gelombang melalui suatu medium tanpa mengalami pengurangan hal ini disebut sebagai benda (permukaan) transparan dan jika hanya sebagian dari gelombang yang mengalami pengurangan hal ini disebut sebagai permukaan semi transparan. Suatu benda bertingkahlaku seperti benda hitam, transparan atau semi transparan tergantung kepada ketebalan lapisan materialnya. Benda logam biasanya bersifat seperti benda hitam. Benda non logam umumnya memerlukan ketebalan yang lebih besar sebelum benda ini bersifat seperti benda hitam.
Universitas Sumatera Utara
Permukaan yang bersifat seperti benda hitam tidak akan memantulkan cahaya radiasi yang diterimanya, oleh karena itu kita sebut sebagai penyerap paling baik atau permukaan hitam. Jadi permukaan yang tidak memantulkan radiasi akan terlihat hitam oleh kita karena tidak ada sinar radiasi yang dipantulkan mengenai mata kita. Benda hitam merupakan penyerap dan penghasil energi yang baik pada setiap panjang gelombang dan arah radiasi.
2.7
Karakteristik Radiasi dari Permukaan yang Bertingkahlaku Seperti Benda Hitam
Sifat
dari
permukaan
radiasi
(emisivitas)
didefinisikan
sebagai
perbandingan radiasi yang dihasilkan oleh permukaan terhadap radiasi yang dihasilkan oleh permukaan benda hitam pada temperatur yang sama. Emisivitas mempunyai nilai yang berbeda tergantung kepada panjang gelombang dan arahnya. Nilai emisivitas bervariasi dari 0 sampai dengan 1, dimana benda hitam mempunyai nilai emisivitas 1.
Gambar 2.9 Nilai total, normal emisivitas dari beberapa benda
Universitas Sumatera Utara
Beberapa kesimpulan yang dapat diperoleh dari gambar tersebut adalah :
Emisivitas dari permukaan metalic umumnya kecil, hanya sekitar 0,02 untuk emas dan perak yang dilapisi.
Keberadaan dari layers oxide sangat penting dalam meningkatkan emisivitas dari permukaan metalic. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan nilai 0,1 untuk stainless steel yang teroksidasi ringan dengan nilai yang hampir mendekati 0,5 untuk stainless steel yang teroksidasi berat.
Emisivitas dari non konduktor umumnya besar, melebihi nilai 0,6.
Emisivitas dari konduktor meningkat dengan peningkatan temperatu, walaupun demikian emisivitas juga tergantung kepada sifat-sifat khusus dari material. Emisivitas dari non konduktor mungkin meningkat atau menurun dengan peningkatan temperatur. Kesimpulan terakhir yang dapat diambil bahwa emisivitas dari suatu
materi sangat tergantung kepada sifat atau ciri khas dari permukaan material tersebutyang dipengaruhi oleh proses manupacturing, perlakuan panas, serta reaksi kimia dengan lingkungan sekitarnya.
2.8 Kandungan Air Laut
Pada suatu air laut mempunyai berbagai macam kandungan elemen yang berbentuk ion-ion,dan air laut mempunyai pH berkisar 7,5 – 8,4. Pada tabel berikut ini dapat dilihat kandungan yang dimiliki air laut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3. Elemen-elemen yang dikandung air laut
(sumber : www.seafriend.org.nz/oceano/seawater html) concentration Chemical ion
part of molecular mmol/
valence ppm, mg/kg salinity %
weight
kg
Chloride Cl
-1
19345
55.03
35.453
546
Sodium Na
+1
10752
30.59
22.990
468
Sulfate SO4
-2
2701
7.68
96.062
28.1
Magnesium Mg
+2
1295
3.68
24.305
53.3
Calcium Ca
+2
416
1.18
40.078
10.4
Potassium K
+1
390
1.11
39.098
9.97
Bicarbonate HCO3
-1
145
0.41
61.016
2.34
Bromide Br
-1
66
0.19
79.904
0.83
Borate BO3
-3
27
0.08
58.808
0.46
Strontium Sr
+2
13
0.04
87.620 0.091
Fluoride F
-1
1
0.003
18.998 0.068
Sesuai dengan tabel diatas dapat dilihat dimana tempat-tempat yang mengandung salinitas yang tinggi dan yang rendah pada lautan di muka bumi ini sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.10. Lautan di muka Bumi
(sumber : www.seafriend.org.nz/oceano/seawater html)
Gambar 2.11. Temperatur, Salinitas dan Densitas pada lautan dibawah 200 meter
(sumber : www.seafriend.org.nz/oceano/seawater html)
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara