3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pohon Penghasil Resin Damar Resin merupakan senyawa organik atau campuran berbagai senyawa polimer alam yang disebut terpen, berbentuk padat atau semi padat. Resin mudah larut dalam pelarut organik tetapi tidak larut dalam air (Boer dan Ella 2001). Resin alam merupakan resin yang tereksudasi secara alamiah dan keluar secara alami maupun buatan. Resin yang tereksudasi secara alamiah mengandung campuran antara gum dan minyak atsiri. Resin alam memiliki bentuk berupa padatan, berwarna mengilap dan bening kusam, rapuh, meleleh bila kena panas dan mudah terbakar (Sedtler et al. 1975 dalam Namiroh 1998). Kirk dan Othmer (1941) dalam Larasati (2007), mengklasifikasikan resin alam sebagai berikut: 1. Damar, yaitu golongan resin yang memilki bilangan asam rendah dan dapat larut dalam minyak serta pelarut organik, contohnya adalah damar mata kucing. 2. Golongan resin yang termasuk dalam resin semi fosil, jenis ini juga dapat larut dalam minyak serta pelarut organik, contoh golongan resin ini adalah damar resak, damar biru, dan damar hitam. 3. Kopal, yaitu golongan resin yang memiliki bilangan asam lebih tinggi dibandingkan damar, resin ini dihasilkan dari jenis pohon damar (Agathis sp) yang tergolong dalam famili Araucariacea. 4. Jenis-jenis resin yang lain seperti gondorukem, shellac, dan balsam. Damar merupakan hasil eksudasi dari famili Dipterocarpaceae dan Burseraceae, contoh jenis famili Burseraceae adalah Canarium luzonicum. Pohon damar tumbuh baik di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Menurut Jafarsidik (1987) dalam Mulyono (2009) dan Sari (2002), resin damar diklasifikasikan menjadi resin bermutu sedang dan bermutu baik. Resin damar bermutu sedang dihasilkan oleh H. mengarawan, H. sangal, S. kunstleri, S. laevifolia, S. platycarpa, dan S. faguetiana. Sedangkan resin damar bermutu baik dihasilkan oleh S.lamellata, S. virescens, S. retinodes, H. celebica dan S. javanica.
4
Berdasarkan dari warnanya resin damar dapat dibedakan menjadi damar rasak, damar putih, damar merah, damar hitam, dan damar mata kucing. Damar mata kucing merupakan resin damar yang dihasilkan dari jenis S. javanica dengan mutu terbaik dan tertinggi. Damar ini berwarna mengilap dan tampak seperti kaca. 2.2 Damar Mata Kucing ( Shorea javanica K. et V. ) Sistem taksonomi damar mata kucing adalah sebagai berikut: Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledone
Bangsa
: Theales
Marga
: Shorea
Jenis
: Shorea javanica
Gambar 1 Struktur bunga dan buah S. javanica.
5
Pohon S. javanica
tingginya dapat mencapai 40-50 meter, diameter
mencapai 150 cm, dan berbanir. Permukaan kulit pada batang berwarna kelabu tua sampai sawo matang, beralur dangkal, sedikit mengelupas, kulit hidup berwarna kuning. Daunnya agak tebal, berbentuk bulat telur memanjang, panjang 8-15 cm, lebar 4-7 cm, ujung berbentuk meruncing, pangkal sedikit tumpul ( Boer dan Ella 2001, Al-rasyid 1991 dalam Larasati (2007). Boer dan Ella (2001) melaporkan bahwa jenis pohon S. javanica dikenal dengan berbagai nama daerah, yaitu damar mata kucing (Sumatera Selatan) dan damar sibolga (Sumatra Utara). Secara umum juga disebut damar kaca. Di Indonesia sendiri jenis S. javanica tersedia cukup melimpah. Menurut Hadjib dan Abdurrachman (2005), Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah penghasil resin damar yang cukup besar, memiliki hutan damar seluas 17.500 ha. Dari luasan tersebut, 7500 ha diantaranya merupakan hutan rakyat yang dikelola dengan berbagai sistem budidaya dan usaha tani. Menurut Djajapertjunda dan Partadireja (1973) dalam Larasati (2007), damar dari jenis S. javanica banyak dihasilkan di Provinsi Sumatra Barat, Sumatra Utara, dan Riau.
Gambar 2 Kebun damar mata kucing di Krui, Lampung Barat. 2.3 Pemanenan Damar Mata Kucing Menurut Lukman (2001), dengan teknik penyadapan yang selama ini diterapkan di Krui, produksi damar mata kucing per pohon sangat bervariasi, yakni bekisar antara 0,5-4,5 kg/bulan. Boer dan Ella (2001), melaporkan bahwa produktivitas pohon S. javanica yang berdiameter 60-80 cm dapat mencapai 4-5 kg/bulan. Produktivitas tergantung lokasi pohon yang disadap, periode sadap,
6
faktor genetik pohon, dan faktor teknologi pohon. Produktivitas getah masih dapat ditingkatkan dengan perlakuan fisika dan kimia. Perlakuan fisika telah dicoba pada S. javanica, yaitu dengan melubangi batang tanaman dan menutupnya dengan plastik sehingga produktivitas dapat meningkat sebanyak 66,4%-114%. Sedangkan perlakuan kimia dapat dilakukan dengan menggunakan cairan stimulans yang berfungsi untuk memperlancar aliran getah dari saluran damar. Cairan stimulans yang dapat digunakan adalah 10% CEPA (chloro-ethyl phosporic acid) dan asam sulfat berkonsentrasi 10%. Masing-masing cairan tersebut dapat meningkatkan produktivitas sebesar 110% dan 219%. Pohon damar mulai disadap pada umur 20 tahun atau apabila diameter batang telah mencapai 25-30 cm.
Penyadapan damar dilakukan dengan cara
melukai bagian batang pohon dalam bentuk takik. Adapun bentuk takik sadap pada umumnya berbentuk segitiga sama sisi dengan ukuran bervariasi dari 7,5-12 cm dengan kedalaman 2-4 cm (Trison 2001, Boer dan Ella 2001). Resin yang tereksudasi dibiarkan mengalir dan terkumpul di dalam lubang sadap hingga mengering dan mengeras. Setelah resin damar mengering kemudian damar dikumpulkan. Periode pengumpulan biasanya dalam waktu seminggu hingga satu bulan setelah penyadapan (Lukman 2001).
Gambar 3 Teknik penyadapan damar. Menurut Trison (2001), setelah kegiatan pemanenan berakhir, maka dilakukan proses pengolahan sederhana di tingkat pengumpul. Sampai saat ini
7
pengolahan dilakukan dengan pembersihan bongkahan-bongkahan, kemudian disaring menggunakan saringan bertingkat. Setelah itu dilakukan penyortiran berdasarkan warna dan ukuran bongkahan. 2.4 Kegunaan Damar Mata Kucing Damar mata kucing banyak dimanfaatkan sebagai bahan untuk menyalakan obor, bahan membuat batik, bagian sambungan kapal, sebagai bahan baku untuk perekat, cat, lilin, dan bahan pengisi kertas. Menurut Djajapertjunda dan Partadireja (1973) dalam Larasati (2007), damar mata kucing banyak digunakan sebagai bahan mentah dalam industri-industri campuran karet, lak, vernis, plastik, macam-macam kulit,korek api, bahan isolator, obat-obatan dan industri bahan peledak. Beberapa penelitian terapan menunjukkan bahwa resin damar berpotensi digunakan sebagai antirayap dan anti jamur (Sari 2002 dan Setyawati, 2001), bahan pengeruh dan pemberat (Mulyono 2009), minyak atsiri (Wiyono 1998 dan 2000), anti virus herpes (Poehland et al. 1987 dalam Mulyono 2009), dan Pernis (Sumadiwangsa et al.2004). Damar mata kucing di luar negeri telah banyak digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan piringan hitam, campuran karet, water proofing, pelapis permen untuk memberikan penampakan yang mengkilap dan keras. Selain itu, dapat digunakan juga sebagai sebagai campuran kuku kutek, dan saat ini sudah mendapat pengakuan food and drugatministration di Amerika selatan (LATIN 2004 dalam Sakinah 2006) 2.5 Klasifikasi Damar Mata Kucing Boer dan Ella (2001), menyatakan bahwa penentuan mutu damar di Indonesia, masih dilakukan dengan sangat sederhana, yaitu berdasarkan warna, kebersihan, dan ukuran bongkahannya. Mutu A, B, dan C merupakan damar kualitas ekspor, ukuran bongkahan mutu A dapat mencapai 10-15 cm, mutu B ukuran bongkahannya sekitar 1-2 cm, dan mutu C lebih kecil dari 1 cm. Mutu D dan E adalah kualitas sedang dengan kotoran relatif lebih banyak. Penentuan damar mata kucing di pasaran domestik yaitu dari tingkat petani, penghadang, pedagang pengumpul desa, pedagang besar krui, sampai ke
8
industri maupun eksportir masih dilakukan secara visual. Trison (2001), melaporkan bahwa pengklasifikasian damar mata kucing di Krui Lampung berdasarkan ukuran bongkahan, kebersihan, dan warna. Pengklasifikasian mutu damar tersebut adalah sebagai berikut: 1. Mutu A, yaitu merupakan resin damar berwarna kuning bening dengan ukuran bongkahan besar ( 3 cm x 3 cm atau lebih). 2. Mutu B, yaitu resin damar berwarna kuning bening dengan ukuran bongkahan agak lebih kecil (2 cm x 2 cm, atau lebih). 3. Mutu AB, merupakan resin damar berwarna kuning kehitaman dengan ukuran bongkahan kecil ( 1 cm x 1 cm, atau lebih). 4. Mutu AC, merupakan resin damar yang berwarna kehitam-hitaman dan berupa butiran-butiran kecil. 5. Mutu debu/Abu, yaitu mutu damar mata kucing yang berwujud debu. Pembagian mutu damar menurut SNI 01-2900-1999 disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Pembagian dan spesifikasi syarat mutu damar mata kucing Jenis Uji Titik lunak Bilangan asam, (b/b) Kadar Abu, (b/b)
Satuan °C Mg/gr %
Persyaratan 95-120 19-36 0,50-4,0
Bahan tak larut dalam toluena: Golongan A, (b/b) Golongan B, (b/b) Golongan C, (b/b) Golongan D, (b/b) Golongan E, (b/b) Golongan bubuk, (b/b) Golongan A/D, (b/b) Golongan A/E, (b/b) Sumber: SNI (1999)
% % % % % % % %
Maks 0,40 Maks 0,40 Maks 0,45 Maks 1,50 Maks 4,50 Maks 7,50 Maks 0,75 Maks 1,80
2.6 Perdagangan Damar Mata Kucing Damar mata kucing merupakan salah satu komoditi hasil hutan bukan kayu yang telah lama diekspor ke berbagai negara. Jalur perdagangan damar mata kucing dari Lampung ke seluruh dunia setidaknya melibatkan beberapa pelaku perdagangan, mulai dari petani pengumpul sampai industri pengguna. Sakinah
9
(2006), melaporkan bahwa jalur perdagangan yang paling banyak digunakan yaitu 63,33% di Pahmungan, Lampung Barat adalah petani→ penghadang→ pedagang pengumpul desa→ pedagang besar Krui→ eksportir. Pada tahun 2006, Indonesia telah memproduksi damar mata kucing sebanyak 11.087 ton. Lima negara pengimpor damar terbesar dari Indonesia adalah India, Singapura, Bangladesh, Cina, dan Taiwan. Volume ekspor untuk masing-masing negara adalah 6104,5 ton, 1351,4 ton, 636,4 ton, 611,2 ton dan 468,0 ton (BSPJBSE 2007 dalam Mulyono 2009) Sakinah (2006), menyatakan bahwa harga ditentukan berdasarkan mekanisme pasar. Harga rata-rata damar mata kucing di tingkat petani adalah sebesar Rp5.500/kg. Sedangkan harga ditingkat padagang penampung besar dan pasar industri adalah sekitar Rp12.250/kg. Menurut informasi yang didapatkan dari eksportir, harga damar mata kucing yang akan diekspor dapat mencapai 25$/kg. Sedangkan di PT. Bintang Kaza Gemilang harga antara Rp.13000Rp21000/kg dan di PT. Winas Guna Mustika harga antara Rp.17000-Rp45000/kg. 2.7 Sifat-Sifat Damar Mata Kucing Damar mata kucing memiliki bentuk bongkahan yang tidak beraturan, bersifat rapuh, mudah melekat pada tangan, dan berwarna kuning bening. Selain itu damar mata kucing juga bersifat sebagai isolator dan tidak tahan panas serta mudah terbakar tetapi tidak bersifat volatil bila tidak terdekomposisi. Warnanya mudah berubah terutama jika disimpan dalam waktu yang lama. Mudah larut dan larut sempurna dalam pelarut benzena, kloroform dan tetrahydronaptalena (Namiroh 1998, Setianingsih 1992). Bobot jenisnya kurang lebih 1,05 g/ml, kadar air maksimum 1,4 %, susut bobot maksimum selama pengeringan (105°C, 18 jam) 6%, kadar Pb maksimum 2 ppm (Boer & Ella 2000, Weatherwax 2006 dalam Mulyono 2009).
Titik leleh mencapai 120°C (Sedtler et al.1925 dalam
Setianingsih 1992). Sifat fisik damar mata kucing disajikan pada Tabel 2.
10
Tabel 2 Sifat fisik damar mata kucing Perlakuan Kadar air (%) Titik lunak (°C) Tanpa perlakuan 0,703) 96,25-106,501) Dengan pemurnian fisik 88,002) Dengan pemurnian kombinasi pelarut: Benzene-metanol 0,64-0,833) 69,33-73,673) Benzene-etanol 0,38-0,703) 65,00-68,003) 3) Toluena-etanol 0,51-0,85 63,00-76,673) Pelarut+arang aktif 87,25-97,502) Pemurnian dengan 93,00-104,1251) pemanasan Sumber:1)Larasati (2007),2)Setianingsih (1992), 3)Namiroh (1998) Menurut Sedtler (1925) dalam Setianingsih (1992), senyawa yang terdapat dalam resin damar dibagi menjadi tiga kelompok utama, yaitu ester resin serta produk dekomposisinya, asam resin dan resen. Ester resin berasal dari alkohol resin yang terdiri dari resinol dan resinotanol. Resen merupakan senyawa yang mengandung oksigen, bukan merupakan alkohol, aldehida, ester, asam, maupun keton. Selain itu resen juga tidak dapat bereaksi dengan basa. Sedangkan asam resin merupakan senyawa yang kompleks dan mengandung satu atau lebih gugus hidroksil. Umumnya asam resin memiliki bobot molekul tinggi. Secara umum kandungan damar dapat terlihat pada Tabel 3. Tabel 3 Komposisi kimia damar mata kucing Bahan Jumlah (%) Asam damarolat 23,0 Senyawa α-damarresen 40,0 Senyawa β-damarresen 22,5 Abu 3,5 Air 2,5 Minyak atsiri 0,5 Kotoran 8,0 Sumber Sadtler et al (1925) dalam Namiroh (1998) Komposisi utama damar adalah resin yang mengandung fraksi yang bersifat asam dan netral. Fraksi yang bersifat netral dikelompokkan menjadi fraksi
11
yang larut dalam etanol (disebut alfa-resin) dan fraksi yang tidak dapat larut dalam etanol (disebut beta-resin). Beta-resin merupakan fraksi yang memiliki bobot molekul rendah, sedangkan alfa-resin umumnya merupakan senyawa terpen yang merupakan senyawa-senyawa tetrasiklik. Fraksi yang bersifat asam antara lain asam damarolat, asam ursonat, asam damarenolat dan asam damarenoat serta metil ester dari asam-asam ini. (Doelen et al.1998 dan Tan 1990 dalam Mulyono et al.2004) Hasil analisis gas kromatografi spektrum masa terhadap damar mata kucing yang dilakukan oleh Mulyono (2009), berhasil mendeteksi sejumlah 67 senyawa yang terdiri atas empat golongan, yaitu 30 senyawa karbon tetrasiklik, 3 senyawa pentasiklik, 11 senyawa C15 dan 23 Senyawa golongan lain. Komponen terbanyak dalam damar mata kucing dan merupakan golongan karbon tetrasiklik adalah brasikasterol, yaitu sebanyak 20,23%. Yamaguchi (1971)
dalam Setianingsih (1992), melaporkan bahwa di
dalam resin damar terdapat berbagai molekul yang termasuk ke dalam golongan alkohol, asam, keton, dan ester. Menurut Manitto (1981) dalam Setianingsih (1992), molekul di dalam resin damar termasuk dalam golongan triterpen dan triterpen-o yang merupakan hasil reaksi siklisasi dari poliisoprene. Lenny (2006), melaporkan bahwa triterpen merupakan senyawa yang memiliki atom C30 dan bersifat tidak menguap. Perbandingan sifat kimia damar mata kucing berbagai mutu yang belum dimurnikan dan damar mata kucing berbagai mutu yang telah dimurnikan dapat dilihat pada Tabel 4.
12
Tabel 4 Sifat kimia damar mata kucing yang belum dimurnikan dan damar yang telah dimurnikan. Sifat
Mutu
Damar mata kucing yang belum dimurnikan
Damar mata kucing yang telah dimurnikan dengan pelarut Benzene Toluena 1) 1) Bilangan asam A 22,58 19,66 20,991) 1) 1) B 23,20 19,61 22,091) C 25,081) 22,791) 24,341) 1) 1) D 26,60 23,11 24,621) 1) 1) E 28,15 23,89 25,671) Abu 29,102) 1) 1) 21,62 21,961) Bilangan A 31,30 B 30,551) 22,101) 22,371) penyabunan 1) 1) C 34,68 27,75 28,621) D 37,181) 29,111) 30,161) 1) 1) E 39,65 32,61 34,481) Abu 58,022) 1) 1) Kadar Abu A 0,69 0,44 0,471) B 0,711) 0,481) 0,491) 1) 1) 0,49 0,541) C 0,74 D 8,031) 0,521) 1,071) 1) 1) E 11,22 0,57 1,221) Abu 0,792) 1) Ketidaklarutan A 0,42 0,281) 0,281) B 0,421) 0,291) 0,301) dalam toluena 1) 1) C 0,44 0,30 0,311) 1) 1) D 1,84 0,31 0,321) 0,321) 0,341) E 3,901) 2) Abu 6,248 Sumber: 1)Wiyono & Silitonga (2001), 2)Mentell (1941) dalam Namiroh (1998)