BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Otak 2.1.1 Serebrum Serebrum adalah wilayah terbesar dari otak, yang terdiri atas hemisfer kanan dan kiri yang dibagi oleh suatu celah dalam yang disebut fisura longitudinalis mayor. Bagian luar hemisfer serebri terdiri dari substansia grisea yang disebut dengan korteks serebri. Dalam serebrum terdapat pusatpusat saraf yang mengatur semua kegiatan sensorik dan motorik, juga mengatr proses penalaran, ingatan, dan intelejensia (Muttaqin, 2008:22-23). Hal penting dalam fungsi otak adalah keterkaitan antara hemisfer kiri dan kanan. Struktur yang menghubungkan kedua hemisfer dalam corpus callosum. Struktur ini terbentuk dari ribuan jaringan saraf dan bertindak sebagai jalan raya yang membawa informasi antara hemisfer otak kiri dan kanan (Tynan, 2005:139). Meskipun otak terbagi atas dua hemisfer, namun kedua bagian tersebut tetap terhubung oleh jalan raya yang mengalirkan informasi dua arah. Oleh karena itu, untuk mempertajam dan mengembangkan kemampuan, anak-anak harus mengetahui cara kerja otak. Setelah anak memahami cara kerja otak mereka, mereka dapat menggunakan pengetahuan tersebut untuk membantu proses belajar mereka. 11
12
Pada abad 21, hasil penelitian yang dilakukan para ilmuan saraf menyimpulkan bahwa pemikir dan pelajar tertentu mampu memaksimalkan hubungan alami antara otak kanan dan kiri. Ilmuan saraf bernama Norbert Jausovec melakukan percobaan untuk melihat apakah benar hubungan antarkedua belahan otak yang membuat beberapa anak lebih mampu dalam mengerjakan soal-soal
matematika. Hasilnya, beberapa anak
yang
mengerjakan dengan cepat telah menggunakan otak kanan dan otak kiri secara bersamaan (Tynan, 2005:139). 2.1.2 Diensefalon Diensefalon adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan strukturstruktur di sekitar ventrikel ketiga dan membentuk inti bagian dalam serebrum. Diensefalon biasanya dibagi menjadi empat wilayah, yaitu talamus, subtalamus, epitalamus, dan hipotalamus. Diensefalon memproses rangsang sensorik dan membantu memulai reaksi tubuh terhadap rangsangrangsang tersebut (Muttaqin, 2008:32). Talamus merupakan stasiun pemancar sensorik utama serabut aferen dari medula spinalis ke serebrum. Hipotalamus berperan penting dalam pengendalian aktivitas sistem saraf otak yang melakukan fungsi vegetatif penting untuk kehidupan, seperti pengaturan frekuensi jantung, tekanan darah, suhu tubuh, keseimbangan air, selera makan, dan aktivitas seksual (Sloane, 2003:171).
13
2.1.3 Batang Otak Batang otak terdiri dari otak tengah (diansefalon) pons Varoli dan medula oblongata. Otak tengah merupakan bagian atas batang otak, yang mengandung pusa-pusat yang mengendalikan keseimbangan dan gerakangerakan mata. Aqueduktus serebri yang menghubungkan ventrikel ketiga dan keempat melintas melalui otak tengah ini. Otak tengah dapat dibagi menjadi dua, yaitu atap yang mengandung banyak pusat-pusat refleks yang penting untuk penglihatan dan pendengaran; serta jalur motorik besar, yang turun dari kapsula interna melalui bagian dasar otak tengah, menurun terus melalui pons dan medula oblongata menuju sumsum tulang belakang (Pearce, 2009:286). 2.1.4 Sistem Limbik Menurut Muttaqin (2008:37-38), istilah limbik (limbus) berarti batas atau tepi. Sistem limbik ini mencakup nukleus dan terusan batasan traktus antara serebri dan diensefalon yang mengelilingi korpus kalosum. Sistem ini merupakan suatu pengelompokan fungsional bukan pengelompokan anatomis yang terdiri atas komponen serebrum, diensefalon, dan mesensefalon. Struktur kortikal utama adalah girus singuli (kingulata) dan girus hippokampus dan hippokampus. Bagian subkoryikal mencakup amigdala, traktus olfaktori, dan septum. Beberapa ahli menyertakan hipotalamus dan bagian-bagian talamus dalam sistem limbik karena memiliki hubungan fungsional yang erat. Secara fungsional sistem limbik berkaitan dengan:
14
1. Suatu pendirian atau respons emosional yang mengarahkan pada tingkah laku individu. 2. Suatu respons sadar terhadap lingkungan. 3. Memberdayakan fungsi intelektual dari korteks serebri secara tidak sadar dan memfungsikan batang otak secara otomatis untuk merespons keadaan. 4. Memfasilitasi penyimpanan suatu memori dan menggali kembali simpanan memori yang diperlukan. 5. Merespons suatu pengalaman dan ekspresi suasana hati, terutama reaksi takut, marah, dna emosi yang berhubungan dengan perilaku seksual. 2.1.5 Serebelum Serebelum adalah bagian terbesar dari otak belakang, yang menempati fosa kranialis posterior dan diatapi tentorium-serebeli, yang merupakan lipatan dura meter yang memisahkannya dari lobus oksipitalis serebri. Serebelum mempunyai hubungan dengan berbagai bagian lain sistem persarafan, yang terutama adalah dengan hemisfer serebri pada sisi yang lain dan dengan batang otak. Selain itu serebelum juga menerima serabut dari sumsum tulang belakang dan berhubungan dengan pusat-pusat refleks penglihatan pada atap otak tengah, dengan talamus, dan dengan serabur-serabut saraf pendengaran. Fungsi serebelum adalah mengatur sikap dan aktivias sikap badan, serta berperan penting dalam koordinasi otot dan menjaga keseimbangan (Pearce, 2009:348).
15
2.1.6 Korteks Serebri Beberapa area korteks serebri telah diketahui memiliki fungsi yang spesifik. Pada tahun 1909, Korbinian Brodmann, seorang ahli neurologis Jerman membagi korteks serebri menjadi 47 area dan menjelaskan berbagai makna fungsional dari area-area tersebut. Beberapa diantaranya dijelaskan dalam tabel 2.1. Tabel 2.1 Area Korteks Serebri
Area 1, 2, 3
4
Nama Korteks parietalis somestelik (somatosensorik)
Fungsi area primer
Memproses dan mengintegrasikan informasi sensorik yang lebih tinggi tingkatannya. Sensasi umum ini mencakup nyeri, suh, raba, tekan, dan proproseptor.
Korteks frontalis merupakan area motorik primer
Gerakan-gerakan volunter.
5, 7
Asosiasi somestelik
Menerima dan mengintegrasikan berbagai modalitas sensorik, yaitu kualitas, bentuk, tekstur, berat, dan suhu. Kesadaran akan bentuk tubuh, letak berbagai bagian tubuh, sikap tubuh, dan kesadaran akan diri sendiri juga merupakan fungsi area ini.
6
Korteks pramotorik
Gerakan terlatih, seperti mengemudi, atau mengetik.
8
Lapang pandang frontal
Mendeteksi gerakan volunter dan deviasi konjugat dari mata dan kepala.
Korteks prafrontalis
Melakukan kompleks, penglihatan, warna.
9, 12
menulis,
gerakan intelektual menerima informasi dan menyadari sensasi
Sambungan antarsel otak disebut dengan istilah sinapsis. Sinapsis ini akan terbentuk jika anak mendapatkan rangsangan. Setiap rangsangan secara otomatis akan menghasilkan sinapsis. Semakin sering dan semakin banyak
16
rangsangan diterima oleh anak, maka sinapsis tersebut akan semakin banyak dan semakin kuat. Sinapsis inilah yang mendasari memori atau daya ingat, atau dengan kata lain jika sinapsis kuat, maka daya ingat juga kuat, dan begitu pula sebaliknya. Hal inilah yang menyebabkan anak akan lebih mudah menyerap pelajarannya jika ia belajar secara berulang-ulang, karena sinapsis yang terbentuk semakin banyak dan semakin kuat (Arif, 2004:7). Kecerdasan merupakan suatu biopsikososial untuk mengolah dan memilih informasi yang bisa dimanfaatkan pada suatu kebudayaan untuk mengatasi suatu masalah atau menciptakan sesuatu yang baru yang berhubungan dengan persyarafan otak. Jadi dengan kata lain, kecerdasan anak sangat ditentukan oleh pertumbuhan dan perkembangan otak (Parti, Gultom, dan Joewono, 2009:4).
2.2 Memori 2.2.1
Definisi Memori Memori adalah salah satu elemen utama yang mempengaruhi proses menyimpan dan menyampaikan informasi. Namun, karena pembentukan otak, manusia tidak ingat segala sesuatu yang mereka telah dengar atau baca, yang mungkin terlalu rumit atau tidak diperlukan untuk penggunaan jangka panjang. Memori jangka pendek hadir tidak hanya sebagai kebutuhan, tetapi juga sebagai suatu keharusan bagi peserta didik akademik pada umumnya (Doung, 2006:1).
17
Memori
adalah
pembentukannya
perekam adalah
internal proses
kejadian
sebelumnya,
multilangkah
yang
dimana
mencakup:
memfokuskan perhatian pada kejadian, nama, atau nomor yang dipilih, sampai pengeluaran kejadian latar belakang; melatih informasi; dan mengonsolidasi informasi menjadi simpanan zat kimia dalam otak (Corwin, 2009:229).
2.2.2
Jenis-Jenis Memori Muncul konsensus bahwa sistem-sistem memori otak yang utama mencakup beberapa jenis memori yang berbeda. Berdasarkan fungsinya, memori dibagi menjadi memori jangka panjang (long-term memory) dan memori jangka pendek (short-term memory). Sebelumnya, memori jangka pendek dianggap terpisah dari memori jangka panjang, namun sekarang ia dianggap sebagai bagian dari memori jangka panjang, yang untuk sementara berada dalam keadaan aktivasi meningkat pada saat tertentu. Memori jangka pendek berfungsi sebagai pusat kontrol kognitif untuk perhatian, karena memori jangka pendek menentukan kemana perhatian periferal diarahkan, bagaimana mengkodekan input baru, dan bagaimana terlibat dalam proses pengulangan (Given, 2007:224). 1. Memori Jangka Pendek Memori jangka pendek, atau disebut juga dengan “memori primer” atau “memori aktif”, merupaka bagian dari memori yang menyimpan informasi dalam jumlah terbatas untuk waktu yang juga terbatas, yaitu sekitar 15-30 detik (Duong, 2006:4). Memori jangka pendek dicirikan
18
oleh ingatan seseorang mengenai 7 sampai 10 angka dalam nomor telepon (atau 7 sampai 10 fakta jelas lainnya) selama beberapa detik sampai beberapa menit pada saat tersebut, tetapi hanya akan berlangsung selama seorang terus menerus memikirkan angka-angka atau fakta tersebut (Guyton dan Hall, 2007:760). Dalam struktur molekul DNA, memori jangka pendek bisa dibagi menurut jenis sensori penerima, yaitu visual, auditori, taktual, kinestetik, dan penciuman. Anak-anak yang lemah dalam memori auditori jangka pendek atau memori visual jangka pendek biasanya mengalami kesulitan belajar. Hal ini dikarenakan mereka gagal untuk mempertahankan informasi cukup lama untuk menyimpan kata-kata baru yang didengar atau dibaca ke dalam memori jangka panjang (Given, 2007:224-225). Memfokuskan perhatian pada satu kejadian atau bagian informasi memungkinkan informasi tersebut memasuki simpanan memori jangka pendek. Ini adalah keadaan aktif ketika kejadian baru dibandingkan dengan pengalaman sebelumnya. Memori jangka pendek dianggap sebagai memori kerja, dimana memori ini mempunyai kemampuan yang terbatas dan jika informasi tidak secara terus-menerus dilatih atau diperhatikan, informasi tersebut akan hilang ketika input yang baru sampai untuk mengalihkan perhatian. Akan tetapi, jika informasi dilatih, informasi tersebut akan tetap berada di simpanan jangka pendek sampai dapat dikonsolidasikan menjadi simpanan jangka
19
panjang. Memori jangka panjang secara teoritis tidak terbatas dan permanen, yang mana memori ini bergantung pada beberapa neurotransmiter eksitasi, termasuk asetilkolin, dopamin, norepinefrin, dan glutamat, serta bergantung pada hormon yang dilepaskan selama kejadian stres, termasuk hormon adrenokortikotropik (ACTH), vasopresin, dan epinefrin. Transmiter inhibisi, termasuk GABA, dapat mengurangi kemungkinan mengonsolidasi memori dari simpanan jangka pendek ke jangka panjang (Corwin, 2009:229-230). Banyak ahli fisiologi telah memperkirakan bahwa memori jangka pendek ini disebabkan oleh aktivitas saraf yang berkesinambungan, yang merupakan hasil dari sinyal-sinyal saraf yang terus berjalan berkeliling pada jejak memori sementara di dalam suatu sirkuit neuron reverberasi, namun teori ini masih belum dapat dibuktikan. Kemungkinan penjelasan lain mengenai memori jangka pendek ini adalah fasilitas atau inhibisi prasimpatik. Hal ini terjadi pada sinapssinaps yang terletak pada fibril-fibril saraf terminal segera sebelum fibril-fibril tersebut bersinaps dengan neuron-neuron berikutnya. Bahan-bahan neurontrasmiter yang disekresikan pada terminal seperti itu seringkali menyebabkan fasilitas atau inhibisi yang berlangsung selama beberapa detik sampai beberapa menit. Lintasan seperti ini dapat menimbulkan memori jangka pendek (Guyton dan Hall, 2007:760-761).
20
Ketika memori jangka pendek dikonsolidasikan menjadi memori jangka panjang, ini dilakukan dengan memecahkan informasi untuk diingat menjadi unit terpisah yang kemudian diproses di area spesifik otak. Misalnya, pengalaman visual dipecah menjadi atribut warna, bentuk, dan ukuran yang berbeda, dan atribut ini disimpan secara terpisah (Corwin, 2009:230). 2. Memori Jangka Panjang Memori jangka menengah berlangsung bermenit-menit atau bahkan berminggu-minggu. Memori ini kadang-kadang akan hilang, kecuali jejak memori memperoleh aktivasi secukupnya sehingga menjadi lebih permanen, yang kemudian diklasifikasikan menjadi memori jangka panjang. Percobaan pada hewan primitif telah menunjukkan bahwa memori jangka menengah ini dapat merupakan hasil dari perubahan fisik atau kimiawi yang bersifat sementara, atau keduanya, baik pada terminal sinaps presimpatik atau pada membran sinaps postsimpatik, perubahan
ini
dapat
menetap
selama
bermenit-menit
sampai
berminggu-minggu (Guyton dan Hall, 2007:761). Oleh karena itu tidak ada batasan yang jelas antara memori jangka menengah yang lebih lama dengan memori jangka panjang yang sesungguhnya. Namun memori jangka panjang pada umumnya diyakini sebagai hasil perubahan struktural pada saat ini, bukan hanya perubahan kimiawi, pada sinaps-sinaps, dan hal tersebut menekan atau memperkuat penghantaran sinyal-sinyal (Guyton dan Hall, 2007:762).
21
Perkembangan kognitif terdiri atas perubahan-perubahan terkait usia yang terjadi dalam aktivitas mental. Teori yang paling terkenal tentang cara berpikir anak, dan teori perkembangan yang lebih kompregensif dibuat oleh psikolog dari Swiss bernama Jean Piaget, dimana ia menjelaskan bahwa intelegensia memungkinkan individu melakukan adaptasi terhadap lingkungan sehingga meningkatkan kemungkinan bertahan hidup, dan melalui perilakunya, individu membentuk dan mempertahankan
keseimbangan
dengan
lingkungan
(Wong,
2008:118).
2.2.3
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Memori 1. Umur Bayi yang baru dilahirkan memiliki lebih dari 100 milyar neuron dan sekitar 1 triliun sel glia yang berfungsi sebagai perekat, serta sinaps yang akan membentuk bertriliun-triliun sambungan antarneuron. Laju cepat pertumbuhan otak berlangsung sejak dalam kandungan sampai sekitar umur 2 tahun. Pada usia 5-6 tahun, volume otak anak sudah mencapai 80% volume otak dewasa (Sumaryanti, Kushartanti, dan Ambardhini, 2010:32). Pasca kelahiran, kegiatan otak dipengaruhi dan tergantung pada kegiatan neuron dan cabang-cabangnya dalam membentuk triliunan sambungan
antarneuron.
Melalui
persaingan
alami,
akhirnya
sambungan-sambungan yang tidak atau jarang digunakan akan
22
mengalami atrofi. Pemantapan sambungan terjadi apabila neuron mendapatkan informasi yang mampu menghasilkan letupan-letupan listrik. Letupan tersebut merangsang bertambahnya produksi selubung saraf (myelin). Semakin banyak myelin yang diproduksi, semakin banyak bagian saraf yang tumbuh, sehingga semakin banyak pula sinaps yang terbentuk, hal ini berarti lebih banyak neuron yang menyatu membentuk unit-unit. Kualitas kemampuan otak dalam menyerap dan mengolah informasi tergantung dari banyaknya neuron yang membentuk unit-unit. Otak manusia bersifat hologram, yang dapat
mencatat,
menyerap,
menyimpan,
memproduksi,
dan
merekonstruksi informasi. Kemampuan otak yang dipengaruhi oleh kegiatan neuron ini tidak bersifat spontan, tetapi dipengaruhi oleh mutu dan frekuensi stimulasi yang diterima indera (Sumaryanti, Kushartanti, dan Ambardhini, 2010:33). Sampai umur 3 tahun, anak sudah dapat menggunakan bahasa dan mengartikan untuk memperoleh hal-hal yang baru dengan sendirinya. Saat ini timbul sikap bosan dan tidak sabaran. Sampai umur 6 tahun, yakni sebelum masa sekolah anak telah dipersiapkan dalam perkembangan-perkembangan fisik, karakterlogis, intelektual, dan sosial (Gunarsa, 2003:11). Tingkatan kelas di sekolah dasar dapat dibagi dua menjadi kelas rendah dan kelas atas. Kelas rendah terdiri dari kelas satu, dua, dan tiga, sedangkan kelas-kelas tinggi sekolah dasar yang terdiri dari kelas
23
empat, lima, dan enam. Di Indonesia, kisaran usia sekolah dasar berada di antara 6 atau 7 tahun sampai 12 tahun. Usia siswa pada kelompok kelas atas sekitar 9 atau 10 tahun sampai 12 tahun. Anak-anak kelas rendah adalah kelompok yang baru saja mengalami proses peralihan dari fase bermain dan bersiap-siap untuk belajar, sedangkan anak-anak di kelas-kelas atas, otak, emosi, spiritual, dan jiwa sosial mulai berkembang ke level siap belajar dan berargumentasi yang sederhana. (Budiman, 2014:1). Berdasarkan pada pertimbangan tersebut, anak kelas IV diasumsikan dengan cepat belajar gerakan senam otak dengan benar serta sudah dapat menilai efek gerakan dan manfaat yang dirasakan. 2. Genetik Abnormalitas kromosomal yang menghasilkan abnormalitas kognitif yang mempengaruhi kemampuan intelektual diharapkan dapat memberi wawasan terhadap proses biologi fungsi kognirif manusia. Namun kesuksesan dalam menemukan mutasi yang menyebabkan retardasi mental belum dapat diimbangi dengan pengertian bagaimana gen-gen tersebut mempengaruhi kognitif (Putranto, 2009:17). Para peneliti dari NIH (National Institutes of Health, Amerika Serikat) menemukan bahwa orang dengan gen met BDNF mempunyai nilai yang lebih buruk pada tes memori episodik. Selain itu orang dengan gen tersebut menunjukkan aktivitas hippokampus yang berbeda dari
24
orang yang normal dan mempunyai kesehatan saraf yang lebih buruk dari orang normal (Asher dan Bock, 2003:1). 3. Nutrisi Gizi merupakan modal dasar agar anak dapat mengembangkan potensi genetiknya secara optimal. Bahan dasar zat gizi yang dibutuhkan harus disediakan secara seimbang, baik dalam aspek kuantitas maupun kualitasnya. Kesalahan dalam memberikan makan akan mempengaruhi kualitas manusia di kemudian hari, dimana semakin dini kesalahan pemberian makanan, maka semakin berat akibat yang ditimbulkan, hal ini terutama berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan organ vital terutama otak yang semakin besar terjadi sangat cepat pada masa kehamilan serta bulan-bulan pertama kehidupan (Arif, 2004:20). Anak yang mengalami kurang nutrisi terutama selama periode kritis pertumbuhan otak akan mempunyai nilai yang lebih rendah pada tes pembendaharaan
kata,
pemahaman
bacaan,
aritmatika
dan
pengetahuan umum serta mengalami gangguan perkembangan motorik (Setiabudhi dan Hardywinoto, 2003:132). Kekurangan gizi selama periode pasca natal dini menghasilkan perlambatan bermakna dari laju pertumbuhan sistem saraf pusat, dengan berat otak yang lebih rendah, korteks serebri yang lebih tipis, jumlah neuron yang lebih sedikit, kurangnya mielinisasi dan percabangan dendrit (Putranto, 2009:20).
25
Diperkirakan 10% dari total besi berada di otak dan berada pada neuron di hippokampus yang menempati lumen vesikel sinaps yang berisi glutamat. Zat besi ini ikut berperan dalam neuromodulator pada glutaminergik sinaps. Telah diteliti juga bahwa bila terjadi difisiensi zat besi maka akan terjadi gangguan terhadap penghantaran stimulus yang diterima oleh akson dan badan neuron sehingga dapat terjadi gangguan memori (Colvin, Davis, Nipper, dan Carter, 2000:1484). Defisiensi besi merupakan gangguan zat gizi mikro yang sering dijumpai. Zat besi banyak dijumpai dalam jaringan saraf otak, dan berfungsi untuk meningkatkan daya ingat (memory) serta keterampilan berpikir. University of Texas mendapatkan bahwa wanita yang kekuranan zat besi mengalami kekurangan daya ingat. Cedera pada kepala cenderung untuk menurunkan kadar besi beberapa minggu setelah terjadinya kecelakaan dan pemberian zat besi mampu memperbaiki fungsi kognitif penderita (Setiabudhi dan Hardywinoto, 2003:138-139). Mengingat nutrisi juga dapat mempengaruhi kognitif anak, maka peneliti hanya memasukan anak dalam kriteria inklusi jika status gizinya normal. Indikator status gizi yang digunakan harus peka terhadap perubahan status gizi penduduk. Peka dalam arti bahwa suatu perubahan yang kecil pada status gizi masih dapat ditunjukkan dengan nyata oleh indikator
tersebut.
Pertumbuhan
fisik
anak
yang
bercirikan
pertambahan besar ukuran-ukuran antropometri merupakan indeks
26
yang paling peka untuk menilai status gizi dan kesehatan (Yudesti dan Prayitno, 2013:3). IMT (Indeks Massa Tubuh) adalah salah satu bagian dari indeks antropometri yang digunakan untuk memantau status gizi seseorang yang berumur 5-18 tahun, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan (Kepmenkes RI, 2011:4-5). Berikut merupakan batas ambang IMT di Indonesia menurut Depkes dalam Asmadi (2008:84). Tabel 2.2 Batas Ambang Indeks Massa Tubuh (IMT) di Indonesia
Kategori
IMT
Status gizi
Sangat kurus
< 17
Gizi kurang
Kurus
17,0 - 18,5
Gizi kurang
Normal
18,6 - 25,0
Gizi baik
Gemuk
> 25,0 - 27,0
Gizi lebih
Obesitas
> 27,0
Gizi lebih
Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur IMT adalah sebagai berikut: IMT = Berat badan (kg)/Tinggi badan2 (m) Pengukuran IMT dapat dilakukan pada anak-anak, remaja, maupun orang dewasa. Pada anak-anak dan remaja pengukuran IMT sangat terkait dengan umurnya, karena dengan perubahan umur terjadi perubahan komposisi tubuh dan densitas tubuh. Oleh karena itu, pada anak-anak dan remaja digunakan indikator IMT menurut umur, yang
27
biasanya disimbolkan dengan IMT/U. Pada anak-anak dan remaja usia 5-19 tahun nilai IMT-nya harus dibandingkan dengan dengan referensi WHO/NCHS 2005 (Kepmenkes RI, 2011:2). Tabel 2.3 Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U) Anak Umur 5-18 Tahun
Kategori Sangat kurus Kurus
Ambang Batas (Z-Score) < -3 SD -3 SD sampai dengan < -2 SD
Normal
-2 SD sampai dengan 1 SD
Gemuk
> 1 SD sampai dengan 2 SD
Obesitas > 2 SD Sumber: Kepmenkes RI tahun 2011. Standard Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Hal 5.
4. Hormon Tiroid Hormon tiroid sangat penting dalam tumbuh kembang otak yang normal. Defisit atau kelebihan hormon tiroid selama perkembangan dapat berefek buruk pada fungsi neurologi saat beranjak dewasa nantinya. Bahkan perubahan kecil kadar hormon tiroid yang bersirkulasi di dalam ibu hamil dapat mempengaruhi keluaran neurologik anak (Zoeller, Dowling, Herzig, Iannacone, Gauger, dan Bansal, 2002:355). Bila janin tidak mendapat hormon tiroid dalam jumlah cukup, maka pertumbuhan dan pematangan otak sebelum bayi itu dilahirkan dan sesudahnya akan sangat terbelakang. Sebaliknya bila hormon tiroid sangat berlebihan makan lebih cepat terjadi katabolisme daripada timbulnya sintesis protein (Guyton dan Hall, 2007:237).
28
5. Stimulasi atau Lingkungan Otak bukanlah organ yang statis, melainkan dinamis yang senantiasa tumbuh dan berkembang membentuk jaringan antarsel saraf. Pertumbuhan jaringan antarsel saraf ini dipengaruhi oleh stimulasi lingkungan, dimana dalam hal ini otak beradaptasi terhadap stimulasi lingkungan. Semakin banyak dan sering anak diberikan stimulasi, makin banyak dan kuat jalinan antarsel saraf sehingga anakpun semakin cerdas. Saat mempelajari hal baru, struktur otak anak akan berubah secara dramatis, yang berdampak pada hubungan antarneuron yang menjadi lebih banyak, sel glia yang menyokong fungsi neuron bertambah, dan kapiler-kapiler darah yang menyuplai darah dan oksigen ke otak menjadi lebih padat (Sumaryanti, Kushartanti, dan Ambardhini, 2010:33). Paparan terhadap lingkungan yang mendukung mempunyai banyak efek positif pada struktur dan fungsi otak, termasuk menambah jumlah cabang-cabang dendrit, memperbanyak sinapsis (hubungan antarsel saraf), meningkatkan jumlah sel penyokong saraf, dan memperbaiki kinerja dalam tes memori spasial. Paparan terhadap lingkungan yang mendukung disertai aktivitas fisik dapat meningkatkan kinerja Hippocampus pada proses belajar (Brown, 2003:2042). Pengaruh lingkungan tidak dapat dilepaskan dari perkembangan manusia. Gen yang kita warisi adalah terbatas, sedangkan kemampuan otak untuk mengembangkan miliaran koneksi baru antarsel-selnya
29
tidak
terbatas.
Pendidikan,
pengetahuan,
proses
belajar,
dan
pengalaman memberikan pengaruh besar terhadap jumlah koneksi baru yang dibuat oleh otak sepanjang hidup kita (Tynan, 2005:4). Berdasarkan pengamatan, banyak anak-anak yang ditemukan dalam keadaan interaksi sosial yang minim. Perkembangan otak anak-anak ini, termasuk kemampuan bicara dan berbahasa mereka sangat terbatas. Memberikan pengasuhan, dukungan, dan lingkungan sosial tidak hanya bermanfaat untuk menumbuhkan kepercayaan diri, perkembangan emosi, dan pembentukan manusia seutuhnya tetapi juga penting untuk mengembangkan fungsi otak dan kecerdasan anak (Tynan, 2005:4). 6. Cidera Otak Cidera otak pada anak dapat berasal dari trauma kepala atau terjadi selama masa rawan saat periode pertumbuhan cepat otak janin. Termasuk trauma prenatal, saat persalinan yang sulit, atau pada masa pasca natal dari hipoksia, infeksi susunan saraf pusat (menginitis atau ensefalitis), penyakit serebrovaskular seperti stroke, gangguan metabolik (seperti fetilketouria), alkohol, berasal dari pengobatan (operasi atau radioterapi otak) atau dari intoksikasi logam berat (merkuri, timbal, timah, atau kadmium). Masalah yang mengikuti kerusakakn otak adalah masalah yang berhubungan dengan fungsi fisik, perilaku, emosi, dan kognitif termasuk diantaranya adalah fungsi belajar dan mengingat (Middleton, 2001:257).
30
7. Epilepsi Epilepsi merupakan masalah pediatrik yang besar dan lebih sering terjadi pada usia dini dibandingkan usia selanjutnya, namun insiden yang tepat belum diketahui secara pasti. Secara keseluruhan insidens tahunan dalam dekade pertama kehidupan diperkirakan mencapai 60 per 100.000 dengan prevalensi 3 per 1000 (Passat dalam Putranto, 2009:29). Kesulitan mengingat pada individu dengan epilepsi sudah dikenal dengan baik dan mereka mencari informsai untuk masalah memori lebih banyak daripada gangguan lain. Epilepsi dapat mengganggu fungsi memori melalui beberapa jalan, yaitu tumor atau lesi yang mendasari penyakit, bangkitnya kejang atau aktivitas elektrik otak yang tidak semenstinya serta berasal dari pengobatan anti epilepsi. Obat-obat anti epilepsi memang diharapkan akan mengurangi bangkitnya kejang tetapi di sisi lain dapat mempengaruhi kecepatan otak dalam memproses informasi (Epilepsy Action, 2008:6). 8. Sters Ditemukan pada penelitian binatang bahwa stres yang berulang dapat menyebabkan atrofi dendrit, menekan neurogensis hippokampus serta mengganggu proses spatial learning dan memori (Koo, et al., 2003:2).
31
Sejumlah neurotransmitter, neuropeptida, dan hormon berhubungan dengan respons akut psikobiologi terhadap stres dan keluhan psikiatrik jangka panjang (Charney, 2004:196). Selama stres, korteks adrenal juga akan mensekresikan kortisol, yang akan meningkatkan kadar gula darah untuk menyediakan energi yang dibutuhkan (Hannaford dalam Putranto, 2009:31). Ditemukan pula peningkatan kortisol yang progresif berhubungan dengan penurunan volume hippokampus dan penurunan performa tes memori yang tergantung hippokampus (McEwen, 2007:875). Selain itu, stres dapat mengaktivasi locus coeruleus (LC) yang mengakibatkan peningkatan pengeluaran norepinefrin (NE) pada proyeksi LC termasuk di dalamnya amygdla, korteks prefrontal, dan hippokampus, peninggian aktivitas sistem LC-NE dapat menghambat fungsi korteks prefrontal, sehingga lebih menyokong respons instingtual
daripada
proses
kognititf
yang
kompleks.
Hiperresponsifitas pada sistem LC-NE juga akan meyumbang pada ketakutan dan kecemasan kronik, gangguan memori dan peningkatan resiko hipertensi (Charney, 2004:197).
2.2.4
Penilaian Memori Untuk mengetahui tingkatan daya ingat, Hilda dalam Swardiani (2012:20) membagi menjadi tiga kategori, yaitu:
32
Tabel 2.4 Penggolongan dan Batasan Nilai Memori Jangka Pendek
2.3 2.3.1
No
Kategori
Interval Nilai
1
Tinggi
X < 12
2
Sedang
8 < X < 12
3
Rendah
X<8
Senam Otak Definisi Senam Otak Menurut Dennison (2009:1), senam otak (Brain Gym) adalah serangkaian gerakan sederhana yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan belajar dengan menggunakan keseluruhan otak. Gerak dan latih otak (Brain Movement and Excercise) merupakan pelatihan fisik sekaligus kognitif yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan kognitif (Kusumoputro dan Sidiarto dalam Dewi, 2010:13). Prinsip gerakan dalam Gerak dan Latih Otak mudah dan dapat dilakukan saat sasuduk atau berdiri (Arief dalam Dewi, 2010:13). Senam merupakan gerak badan dengan gerakan tertentu (Kamus Bahasa Indonesia, 2008:1308), sedangkan otak merupakan benda putih yang lunak terdapat di rongga tengkorak yang menjadi pusat saraf (Kamus Bahasa Indonesia, 2008:1024). Jadi senam otak adalah gerakan tertentu untuk melatih pusat saraf. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa senam otak adalah gerakan sederhana untuk melatih pusat saraf dalam
33
meningkatkan kemampuan belajar dan kognitif yang dapat dilakukan saat duduk atau berdiri.
2.3.2
Tujuan dan Manfaat Senam Otak Dennison (2009:1) menyatakan bahwa kegiatan senam otak dibuat untuk menstimulasi dimensi lateralis (untuk belahan otak kiri dan kanan), meringankan dimensi pemfokusan (untuk bagian belakang dan bagian depan otak), serta merelaksasi dimensi pemusatan (untuk sistem limbis dan otak besar). Hal tersebut sama dengan pendapat Kusumoputro dan Sidiarto (2006:108) yang menyatakan bahwa senam otak atau gerak latih otak telah dilakukan penelitian dan secara bermakna terbukti meningkatkan kemampuan kognitif (kewaspadaan, pemusatan perhatian, daya ingat, dan fungsi eksekutif). Berdasarkan kedua pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari senam otak adalah meningkatkan kemampuan kognitif dengan cara menstimulasi, meringankan, dan merelaksasi dimensi dalam otak manusia, yaitu dimensi lateralis, pemfokusan, dan dimensi pemusatan. Senam otak merupakan usaha alternatif alami yang sehat dan bermanfaat dalam menghadapi ketegangan pada diri. Adapun manfaat senam otak ini adalah memfasilitasi agar beban otak kanan dan otak kiri sama serta seimbang. Selain itu, akan memperlancar aliran darah dan oksigen serta merangsang kedua belahan otak untuk bekerja (Dennison, 2009:1).
34
Latihan senam otak yang dianjurkan adalah tiga kali dalam seminggu, masing-masing sekitar 15-20 menit (Arief dalam Dewi, 2010:14). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hartawan (2013:1) menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan skor tes digit span setelah perlakuan senam otak 2 kali dalam seminggu selama 2 bulan.
2.3.3
Gerakan Senam Otak Pedoman gerakan senam otak menurut Dennison dalam Dewi (2010:1517) antara lain: 1. Gerakan Menyebrangi Garis Tengah (The Middle Movement) Gerakan menyebrangi garis tengah berpusat pada keterampilan yang diperlukan untuk gerakan bagian tubuh kiri dan kanan dengan melewati
bagian
tengah
tubuh.
Gerakan
ini
membantu
mengintegrasikan penglihatan, pendengaran, serta sisi kiri dan kanan dari otak dan badan. Jenis gerakan ini antara lain: a. Gerakan Silang, adalah menggerakkan secara bergantian pasangan kaki dan tangan yang berlawanan, seperti pada gerak jalan di tempat. Gerakan ini mengaktifkan hubungan kedua sisi otak dan merupakan gerakan pemanasan. Gerakan ini bisa dilakukan sambil duduk. b. Gerakan Delapan Tidur, adalah angka delapan digambar dalam posisi tidur dengan titik tengah yang jelas, memisahkan wilayah lingkaran kiri dan kanan, serta dihubungkan dengan garis yang tersambung. Gambar angka delapan tidur dapat dilakukan di udara
35
atau di atas permukaan seperti pasir, kertas, atau papan tulis. Gerakan ini dilakukan sebanyak tiga kali untuk setiap tangan. c. Gerakan Putaran Leher, adalah gerakan yang dilakukan dengan memejamkan mata kemudian tarik nafas dalam-dalam, kemudian kepala diputar di posisi depan saja, setengah lingkaran dari kiri ke kanan menghembuskan bernapas. Tidak disarankan memutar kepala hingga belakang. Ulangi langkah tersebut sebanyak 5 kali. d. Pernapasan Perut, dilakukan dengan menarik nafas melalui hidung kemudian
hembuskan
nafas
pendek
melalui
bibir
yang
diruncingkan sambil meletakkan tangan di perut bagian bawah. Tarik nafas sedalam-dalamnya melaui hidung, tahan selama 3 detik, dan keluarkan melalui mulut secara perlahan-lahan. Ulangi sebanyak 5 kali. e. Coretan Ganda, adalah gerakan yang mengaktifkan kedua sisi otak dan tubuh pada waktu yang sama, dengan mendukung satu hemisfer agar memimpin sementara yang lain mengikutinya. Gerakan ini dilakukan dengan menggunakan kedua tangan secara bersamaan untuk menggambar. 2. Gerakan Meregangkan Otot (Lengthening Activities) Gerakan ini dapat membantu mengembangkan dan menguatkan hubungan-hubungan saraf di otak bagian belakang dan otak bagian depan. Selain itu, gerakan ini dapat mengendurkan otot dan tendon
36
yang menegang dan memendek karena refleks batang otak. Jenis gerakan ini antara lain: a. Gerakan Burung Hantu, adalah gerakan memijat satu bahu untuk membuat otot menjadi tidak tegang sambil menggerakkan kepala perlahan ke kiri lalu ke kanan dengan tinggi posisi dagu tetap. Gerakkan kepala ke arah kanan secara perlahan sambil menghembuskan nafas, kemudian gerakkan kepala kembali lurus ke depan sambil menarik nafas (menarik nafas selalu ketika kepala menghadap ke depan, menghembuskan nafas ketika kepala digerakkan ke kanan atau ke kiri). Ulangi pada bahu yang lain. b. Gerakan Mengaktifkan Tangan, dilakukan dengan meluruskan satu tangan ke atas kemudian tangan yang lain memegang siku tangan yang diangkat. Gerakan ini bisa dilakukan sambil duduk atau berdiri. c. Menguap Berenergi, dilakukan dengan menaruh jari-jari Anda pada setiap tempat yang kencang pada rahang. Menguaplah dalamdalam dengan relaks dan bersuara, sambil dengan lembut memijat untuk menghilangkan ketegangan. 3. Gerakan Meningkatkan Energi dan Penguatan (Energy Exercise and Deepening Attitute) a. Gerakan Sakelar Otak, dilakukan dengan menyentuh pusar dengan satu tangan, sementara tangan yang lain memijat pada lekukan selangka dada.
37
b. Gerakan Tombol Bumi, dilakukan dengan ujung jari satu tangan menyentuh bawah bibir, ujung jari lainnya di pinggir atas tulang kemaluan (+ 5 cm di bawah pusar). Bayangkan sebuah garis imajiner yang tegak lurus didepan mata dari lantai ke atap. Arahkan mata mengikuti garis tersebut dari bawah ke atas sambil menarik nafas pelan-pelan. Ganti tangan untuk mengaktifkan kedua sisi otak. c. Kait Relaks, adalah gerakan yang berfungsi untuk keseimbangan dan koordinasi. Pertama, letakkan kaki kiri di atas kaki kanan, dan tangan kiri di atas tangan kanan dengan posisi jempol ke bawah, jari-jari kedua saling menggenggam, kemudian tarik kedua tangan ke arah pusat dan terus ke depan dada. Tutuplah mata dan pada saat menarik napas. Lidah ditempelkan pada langit-langit mulut dan dilepaskan lagi pada saat menghembuskan napas. Tahap kedua, buka silangan kaki, dan ujung-ujung jari kedua tangan saling bersentuhan secara halus, di dada atau dipangkuan, sambil bernapas dalam 1 menit. d. Gerakan Tombol Imbang, dimana tombol imbang terdapat di belakang telinga, pada sebuah lekukan di batas rambut antara tengkorak dan tengkuk (4-5 cm ke kiri dan ke kanan dari garis tengah tulang belakang) dan persis di bekalang daerah mastoid. Sentuh daerah ini dengan satu tangan, sedangkan tangan yang lain
38
menyentuh pusar selama + 30 detik dan sebaliknya. Gerakan ini dapat dilakukan sambil berdiri, duduk, atau berbaring.
2.4 Musik 2.4.1
Definisi Musik Musik adalah serangkaian suara yang diorganisir sedemikian rupa dengan dukungan elemen-elemen yang menyertainya, seperti pitch, timre (warna suara), tempo, dan dinamika (keras lembutnya suara) (Djohan, 2006:50). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:987), musik adalah ilmu atau seni penyusunan nada atau suara yang mengandung irama, lagu, dan keharmonisan dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi
(suara)
yang mempunyai
kesatuan
dan
kesinambungan. Pengertian lain dari musik menurut Schindler dalam Christianti (2010:4) adalah “either something that simply washes over us or s means of expression we actively participate in with heart, mind, and soul.” Dalam pengertian di atas, disebutkan bahwa di dalam musik terdapat perpaduan hati, jiwa, dan pikiran yang terpadu dalam sebuah karya seni yang dinikmati oleh pemain dan orang yang mendengarnya. Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa musik adalah rangkaian nada-nada disertai elemen-elemen yang disusun secara
39
teratur dan harmonis sehingga dapat dinikmati oleh semua orang yang mendengarnya.
2.4.2
Jenis Musik Secara umum jenis musik dibedakan menjadi 2 yaitu musik vokal dan instrumental. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1610), vokal artinya bunyi bahasa yang dihasilkan dengan getaran pita suara, sedangkan instrumental artinya lagu yang dinyanyikan dengan memakai alat-alat musik dan tidak dinyanyikan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:559). Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa jika suara tersebut berasal dari alat musik maka musik tersebut disebut sebagai musik instrumental. Namun jika dilengkapi dengan vokal manusia maka dinamakan musik vokal. Jenis musik yang digunakan sebagai pengiring senam otak adalah musik instrumental. Hal ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh O’Hare (2011:1) yang menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kelompok yang mendapat intervensi musik instrumental dan kelompok yang mendapat intervensi musik vokal. Tes post hoc menunjukkan kelompok instrument memiliki skor signifikasi yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol dan kelompok vokal memiliki kinerja yang jauh lebih buruk daripada kelompok instrumental. Penelitian yang dilakukan Hyde et al (2009:183) juga menjelaskan bahwa anak yang diberikan stimulus musik instrumental selama 15 bulan
40
menunjukkan perbaikan perilaku dan menunjukkan perubahan pada voxel (fungsi koneksi otak) di daerah otak, seperti gyrus precentral kanan (area motorik tangan) dan corpus callosum. Namun perlu diingat bahwa kesesuaian terapi musik akan sangat ditentukan oleh nilai-nilai individu, falsafah yang dianut, pendidikan, tatanan klinis, dan latar belakang budaya (Djohan, 2006:25). Berdasarkan hal tersebut adapun musik instrumental yang digunakan dalam penelitian ini adalah musik instrumental Morning Happiness dari Gus Teja karena alat-alat musik yang digunakan dalam musik instrumental ini sering digunakan dalam upacara adat di Bali, sehingga anak-anak yang diberikan senam otak dengan iringan musik sudah mempunyai latar belakang budaya yang sama. Penelitian yang dilakukan oleh Raharja (2009:139) juga menyimpulkan bahwa efek positif terjadi pada perlakuan mendengarkan musik- musik yang sudah akrab dengan anak, sedangkan musik yang belum akrab dapat mengganggu konsentrasi anak dalam mengerjakan tugas. Dan dari ketiga jenis musik yang diberikan, Lagu anak mempunyai pengaruh positif paling kuat, Dolanan Jawa mempunyai pengaruh positif agak kuat, dan pengaruh negatif terjadi pada musik Klasik.
2.4.3
Manfaat Musik
41
Di dalam otak manusia terdapat reseptor (sinyal penerima) yang dapat mengenali musik. Anak yang terbiasa mendengarkan musik tidak saja meningkatkan kognisi anak secara optimal, juga membangun kecerdasan emosional,
meningkatkan
perkembangan
motorik,
meningkatkan
kemampuan berbahasa, matematika, bersosialisasi, dan membangun rasa percaya diri (Wiflihani, 2009:5-6). Tujuan diberikan terapi musik adalah untuk membantu mengekspresikan perasaan, membantu rehabilitasi fisik, memberi pengaruh positif terhadap kondisi suasana hati dan emosi, serta meningkatkan memori (Djohan, 2006:25).
2.4.4
Cara Pemberian Musik Satuan volume untuk mendengarkan getaran suara adalah decibel (dB). Untuk mendengarkan musik menggunakan headset, biasanya individu menggunakan volume 70-90 dB. Volume musik yang dinyatakan comfortable adalah yang memiliki volume 70 dB, sementara yang biasanya diperdengarkan pada konser simfoni musik klasik adalah 70-100 dB (Dewi, 2014:31). Berdasarkan hal tersebut peneliti menggunakan musik dengan volume 70 dB agar anak-anak merasa nyaman saat mendengarkan musik instrumental yang digunakan untuk mengiringi senam otak.
42
2.5 Pengaruh Senam Otak yang Diiringi Musik Terhadap Memori Jangka Pendek Brain Gym atau Senam Otak adalah serangkaian gerakan sederhana yang menyenangkan dan digunakan untuk meningkatkan kemampuan belajar dengan menggunakan keseluruhan otak, sehingga jika diterapkan pada anak juga akan membantu optimalisasi perkembangan otaknya. Untuk aplikasi gerakan senam otak dipakai istilah Dimensi Lateralis untuk belahan otak kiri dan kanan, Dimensi Pemfokuskan untuk bagian belakang otak (batang otak atau brainstem) dan bagian depan otak (frontal lobes), serta dimensi pemusatan untuk sistem limbik (midbrain) dan otak besar (cerebral cortex) (Arif, 2004:28). Pembelajaran berbasis otak bertujuan untuk mengoptimalkan cara belajar dengan cara mengharmonikan cara belajar visual, auditorik, dan kinestetik, serta menyeimbangkan fungsi penalaran konkrit pada otak kiri dan penelaran abstrak pada otak kanan (Kemenkes RI, 2000:2). Otak yang sehat akan berpengaruh terhadap kondisi fisik, mental, sosial, dan spiritual. Salah satu upaya untuk memelihara otak agar tetap sehat adalah dengan melakukan aktivitas fisik. Hal ini dikarenakan aktivitas fisik dapat meningkatkan kadar molekul aktif di otak yang disebut dengan Brain Derived Neurotropic Factor (BDNF), yang dapat memperbaiki fungsi kognitif secara langsung. Aktivitas fisik bukan hanya sekedar mempertahankan dan memperbesar otot kita, tetapi juga meningkatkan ukuran hipokampus yang merupakan pusat kognitif dan memori kita (Kemenkes RI, 2000:3).
43
Willis (2008:280), menjelaskan bahwa hippocampus berperan utama dalam pemrosesan memori, yang mana hippocampus menangkap input sensoris dan mengintegrasikannya dengan pola-pola terkait dari memori yang sebelumnya sudah disimpan untuk membentuk informasi baru. Bagian otak, di lobus frontalis yang terkait dengan pembelajaran adalah cortex prefrontal.
Cortex
prefrontal
adalah
tempat
fungsi
eksekutif
yang
mengorganisasi dan menata informasi, serta mengkoordinasikan pemikiran yang lebih tinggi dan terkait dengan pemfokusan perhatian (Willis, 2008:284). Fungsi eksekutif merupakan proses kognitif yang melatih kontrol sadar atas emosi
dan
pikiran.
mengorganisasi, mengabstraksi,
Kontrol
menganalisis,
ini
memungkinkan
menyensor,
seseorang
menghubungkan,
untuk menilai,
menyelesaikan masalah, memfokuskan perhatian, dan
mengaitkan informasi yang masuk dengan tindakan yang tepat (Willis, 2008:258). Otak perlu dipelihara baik secara strukturan maupun fungsional. Pemilihan secara struktural dilakukan dengan mengalirkan darah, oksigen, dan energi yang cukup ke otak. Dengan terpeliharanya struktur otak, fungsi otakpun akan lebih optimal. Pemeliharaan fungsional otak dapat dilakukan dengan berbagai proses belajar, diantaranya belajar gerak, belajar mengingat, belajar merasakan, belajar melihat, dan lain sebagainya (Sumaryanti, Kushartanti, dan Ambardhini, 2010:34).
44
Pembelajaran gerak yang terstruktur dan terprogram bermanfaat untuk merangsang berbagai pusat belajar di otak. Gerakan yang menyebabkan fungsi belahan otak kiri dan kanan bekerjasama akan memperkuat hubungan antara kedua belahan otak. Gerakan-gerakan menyilang garis tengah tubuh dapat mengintegrasikan kedua belahan otak sehingga otak mampu mengorganisasi dirinya sendiri. Saat siswa melakukan gerakan meyilang, aliran darah di semua bagian otak meningkat, sehingga akan memperkuat proses belajar. Hal ini dimungkinkan karena dengan aktivitas tersebut akan menyatukan daerah motorik dan kognitif di otak, yaitu cerebellum, ganglia basalis, dan corpus callosum yang selanjutnya dapat menstimulasi produksi neurotropin yang dapat menambah jumlah koneksi sinapsis (Sumaryanti, Kushartanti, dan Ambardhini, 2010:34). Gerakan mata yang mengikuti gerakan tangan akan melatih hubungan antara pusat pengihatan dan pusat gerakan. Latihan keseimbangan akan merangsang beberapa bagian otak yang mengatur keseimbangan, seperti otak kecil, pusat gerakan di area dahi (lobus frontalis) di otak besar, pusat rasa sikap dan rasa gerakan di area ubun-ubun (lobus parietalis), serta latihan fungsi keseimbangan berpengaruh baik terhadap pengendalian emosi. Di samping itu, konsentrasi dan fokus mental anak-anak juga meningkat sesudah melakukan aktivitas fisik yang terstruktur. Latihan-latihan ini mempunyai efek pada lobus frontalis otak yang berguna untuk konsentrasi mental, pencernaan, dan pengambilan keputusan (Sumaryanti, Kushartanti, dan Ambardhini, 2010:3435).
45
Keuntungan latihan fisik tidak saja mengurangi stres dan lemak, namun juga membuat kita lebih cerdas. Sebuah tes pada tikus-tikus dilakukan dengan memberika latihan fisik tiga jam sehari selama lima minggu. Kelompok tikus yang lain hanya diam dan tidak melakukan olahraga apapun. Hasil penelitian menunjukkan hubungan erat antara olahraga dan pertumbuhan sel otak pada tikus-tikus yang berolahraga (Tynan, 2005:170). Pemeliharaan otak secara struktural memerlukan suplai darah, oksigen, dan energi yang cukup ke otak hingga diharapkan struktur otak akan terpelihara. Dengan terpeliharanya struktur otak secara optimal, fungsi otak pun akan menjadi lebih optimal. Pemeliharaan fungsi otak sebenarnya dapat dilakukan dengan berbagai proses belajar, di antaranya belajar gerak, belajar mengingat, belajar merasakan, belajar melihat, dan sebagainya. Semua proses belajar tersebut akan selalu merangsang pusat-pusat otak (brain learning stimulation). Pasalnya, di dalam otak terdapat pusat-pusat yang mengurus berbagai fungsi tubuh, seperti gerakan, arah rasa gerakan, rasa kulit, rasa sikap, rasa gerakan, berbahasa, baca, tulis, pusat penglihatan, pendengaran, dan lainnya (Markam, 2005:1). Senam otak dapat merangsang kedua belahan otak untuk bekerja. Gerakangerakan ringan dalam permainan melalui tangan dan kaki dapat memberikan rangsangan atau stimulus pada otak. Gerakan yang menghasilkan stimulus inilah yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif (kewaspadaan, konsentrasi, kecepatan, persepsi, belajar, memori, pemecahan masalah, dan kreativitas), menyelaraskan kemampuan beraktifitas dan berfikir pada saat
46
yang bersamaan, meningkatkan keseimbangan atau harmonisasi antara kontrol emosi dan logika, mengoptimalkan fungsi kinerja panca indera, menjaga kelenturan dan keseimbangan tubuh. Prihastuti (2009:43) meneliti pengaruh braingym terhadap peningkatan kecakapan berhitung siswa Sekolah Dasar, dan berdasarkan hasil uji perbedaan nilai rata-rata tes kecakapan berhitung sebelum dan sesudah diberikan perlakuan, diperoleh nilai ttes = - 2.2772; sig= .008, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nilai tes kecakapan berhitung yang sangat signifikan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan (menunjukkan pengaruh positif). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putranto (2009:16), untuk membuktikan pengaruh senam otak terhadap memori jangka pendek pada anak dari keluarga status ekonomi rendah, mendapatkan hasil bahwa terdapat peningkatan bermakna skor Digit Span (p=0,000), subtes Digit Backward dan Digit Forward (p=0,003 dan p=0,002). Sedangkan pada kelompok kontrol tidak terdapat peningkatan bermakna skor Digit Span (0,0457). Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan yang bermakna fungsi memori jangka pendek setelah pelaksanaan senam otak 3 kali seminggu selama 2 bulan pada anak dari keluarga status ekonomi rendah. Teori kognitif juga menunjukkan bagaimana musik dirasakan, bagaimana skema kognitif dapat aktif saat mendengarkan musik, dan bagaimana reaksi otak terhadap musik setiap orang yang sehat dapat bereaksi terhadap musik
47
baik secara fisik maupun psikis. Diketahui pula separuh dari otak manusia memiliki tugas untuk memproses berbagai aspek pengalaman musik (Ngalifah, 2010:15). Kecerdasan intelegensi dari seorang anak yang sejak kecil terbiasa mendengarkan musik akan lebih berkembang, apabila dibandingkan dengan anak yang jarang mendengarkan musik. Musik dalam hal ini adalah musik yang memiliki irama teratur dan nada-nada yang teratur (Ngalifah, 2010:16). Indikator fisik dan fisiologis yang tidak dapat diabaikan ketika seseorang diberikan terapi musik adalah detak jantung, tekanan darah, pernapasan, suhu kulit, aktivitas arus listrik pada permukaan kulit, dan gelombang otak (Djohan, 2006:60). Mekanisme yang kemukakan oleh Wang (2013:20) adalah tentang aliran dopamine yang meningkat ke korteks prefrontal adalah untuk memodulasi suasana hati serta meningkatkan memori kerja. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sinaga tahun 2004, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan signifikan terhadap kreativitas verbal (yang diukur dengan menggunakan Torreance Test of Creative Thinking) pada anak usia 4-5 tahun yang mendapat perlakuan aktivitas musik menggunakan metode Kodaly (Sinaga dalam Djohan, 2009:173).