BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Likuiditas 2.1.1 Pengertian Likuiditas Analisis keuangan yang berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk membayar utang atau kewajiban dikenal dengan nama analisis rasio likuiditas. Dengan kata lain, rasio likuiditas berfungsi untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan peusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam perusahaan (likuiditas perusahaan). Likuiditas (Riyanto, 1995 : 25) “berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi”. Jumlah alat-alat pembayaran (alat likuid) yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat merupakan kekuatan membayar dari perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar belum tentu dapat memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi atau dengan kata lain perusahaan tersebut belum tentu memiliki kemampuan membayar. Kemampuan membayar pada suatu perusahaan dapat dikatakan baik apabila kekuatan membayarnya adalah besarnya sehingga dapat memenuhi semua kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Dengan demikian, kemampuan membayar itu dapat diketahui setelah membandingkan antara
Universitas Sumatera Utara
kekuatan membayarnya dengan kewajiban-kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi. Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar yang besar sehingga mampu memenuhi segala kewajiban finansial yang harus segera dipenuhi dikatakan bahwa perusahaan tersebut adalah likuid dan sebaliknya perusahaan yang tidak mempunyai kemampuan membayar adalah likuid, sehingga aktivitas
operasi perusahaan akan menjadi terhambat dan akan
mengurangi efektivitas perusahaan. Sedangkan menurut Munawir (2001 : 31), “likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya yang segera harus dipenuhi. Masalah likuiditas ini merupakan suatu masalah yang penting dalam suatu perusahaan yang oleh kebanyakan perusahaan relatif sulit untuk diselesaikan. Jika dipandang dari sisi manajemen, perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi menunjukkan kinerja manajemen yang kurang baik karena likuiditas yang tinggi menunjukkan adanya saldo kas yang menganggur, persediaan yang relatif berlebihan dan kebijakan kredit perusahaan yang tidak baik sehingga mengakibatkan tingginya piutang usaha. Namun bila dipandang dari sisi kreditur, perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi merupakan perusahaan yang baik karena dana
Universitas Sumatera Utara
jangka pendek kreditur yang dipinjam perusahaan dapat dijamin oleh aktiva lancar yang jumlah relatif lebih banyak. 2.1.2 Rasio likuiditas Untuk menilai tingkat likuiditas suatu perusahaan, terdapat beberapa rasio yang dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisis dan menilai posisi likuiditas perusahaan, yaitu : 1)
Current Ratio Adalah membandingkan antara total aktiva lancar dengan kewajiban
lancar (current assets/current liabilities). Tersedianya sumber
kas untuk
memenuhi kewajiban tersebut berasal dari kas atau konversi kas dari aktiva lancar. Selain itu, Current Ratio biasanya digunakan sebagai alat untuk mengukur keadaan likuiditas suatu perusahaan, petunjuk untuk dapat mengetahui dan menduga sampai dimanakah kiranya perusahaan, apabila memberikan kredit berjangka pendek kepada nasabah dapat merasa aman atau tidak. Dasar perbandingan tersebut dipergunakan sebagai alat petunjuk, apakah perusahaan yang mendapat kredit itu akan mampu atau tidak mampu untuk memenuhi kewajibannya untuk melakukan pembayaran kembali atau pada pelunasan pada tanggal yang sudah ditentukan. Dasar perbandingan itu menunjukkan apakah jumlah aktiva lancar itu cukup melampaui besarnya kewajiban lancar, sehingga dapat diperkirakan “apabila suatu saat dilakukan likuiditas dari aktiva lancar dan ternyata hasilnya dibawah nilai dari yang tercantum di neraca, namun masih tetap akan terdapat cukup kas ataupun
Universitas Sumatera Utara
yang dapat dikonversikan menjadi uang kas di dalam waktu singkat, sehingga dapat memenuhi kewajibannya” (Tunggal, 1995 : 154). Ketepatan current ratio menurut Tunggal (2000 : 155) tergantung dari banyak faktor, yaitu sebagai berikut : a. Syarat kredit yang diterima dari pemasok disbanding dengan syarat kredit yang diberika oleh perusahaan pada para pembeli b. Waktu yang diperlukan untuk menagih piutang c. Perputaran persediaan d. Ciri-ciri program keuangan perusahaan e. Musim tahun yang bersangkutan f. Situasi konjungtur g. Lamanya siklus modal kerja h. Apakah perusahaan itu sedang diperluaskan/ diperkecilkan. Current ratio yang tinggi menunjukkan posisi para kreditor yang baik karena terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa utang perusahaan itu akan dapat dibayar pada waktunya. Hal ini terutama berlaku bila pimpinan perusahaan menguasai pos-pos modal kerja dengan ketat dan sesuai semestinya. Di lain pihak, jika ditinjau dari sudut pemegang saham, suatu current ratio yang tinggi tak selalu paling menguntungkan terutama apabila terdapat saldo kas yang kelebihan dan jumlah piutang dan persediaan adalah terlalu besar. Pada umumnya suatu current ratio yang rendah lebih banyak mengandung risiko dari pada suatu current ratio yang tinggi, tetapi terkadang suatu current ratio yang rendah justru menunjukkan bahwa pimpinan perusahaan menggunakan telah aktiva lancar dengan sangat efektif, yaitu apabila saldo disesuaikan dengan kebutuhan minimum saja dan perputaran piutang dari persediaan ditingkatkan sampai pada tingkat maksimum.
Universitas Sumatera Utara
“Jumlah kas yang diperlukan tergantung dari besarnya perusahaan dan terutama dari jumlah uang yang diperlukan untuk membayar utang lancar, berbagai biaya rutin dan pengeluaran darurat” (Tunggal, 1995 : 157). Munawir (2001 : 72) menyatakan “current ratio 200% kadang sudah memuaskan bagi suatu perusahaan tetapi jumlah modal kerja dan besarnya rasio tergantung pada beberapa faktor suatu standar atau rasio yang umum tidak dapat ditentukan untuk seluruh perusahaan”. Current ratio 200% hanya merupakan kebiasaan atau rule of thumb dan akan digunakan sebagai titik tolak untuk mengadakan penelitian atau analisa yang lebih lanjut. Current ratio ini menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety) kreditor jangka pendek atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut. Tetapi suatu perusahaan dengan current ratio yang tinggi belum tentu menjamin akan dapat dibayarnya hutang perusahaan yang sudah jatuh tempo karena proporsi atau distribusi dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan, misalnya jumlah persediaan yang relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan yang akan datang sehingga tingkat perputaran persediaan rendah dan menunjukkan adanya over investment dalam persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang besar yang mungkin sulit untuk ditagih.
(Riyanto, 1995 : 26) menyatakan bahwa “bagi perusahaan bukan kredit, current ratio kurang dari 2:1 dianggap kurang baik, sebab apabila aktiva lancar turun misalnya sampai lebih dari 50% maka jumlah aktiva lancarnya tidak akan cukup lagi menutup utang lancarnya”. Pedoman current ratio 2:1, sebenarnya hanya didasarkan pada prinsip “hati-hati”. Pedoman current ratio 200% bukanlah pedoman mutlak. Apabila
Universitas Sumatera Utara
pedoman current ratio 2:1 atau 200% sudah ditetapkan sebagai ratio minimum yang akan dipertahankan oleh suatu perusahaan, maka perusahaan dalam penarikan kredit jangka pendeknya juga harus selalu didasarkan pada pedoman tersebut. Setiap saat perusahaan harus mengetahui berapa kredit jangka pendek maksimum yang boleh ditarik supaya pedoman current ratio tersebut tidak dilanggar. Batas maksimum kredit jangka pendek yang boleh diambil agar tidak mengganggu atau melanggar pedoman current ratio tertentu disebut “the line of credit” atau “maximum current indebtedness”. Apabila perusahaan menetapkan bahwa current ratio yang harus dipertahankan adalah 3:1 atau 300%, ini berarti bahwa setiap hutang lancar sebesar Rp.1,00 harus dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp.3,00 atau dijamin dengan net working capital sebesar Rp.2,00. Dengan demikian maka rasio modal kerja dengan hutang lancar adalah 2:1 karena modal kerja tidak lain adalah kelebihan aktiva lancar dibandingkan hutang lancar. Adapun formulasi dari Current Ratio (CR) adalah sebagai berikut :
2)
Quick Ratio
CR =
Aktiva Lancar x 100% Hutang lancar
Rasio ini disebut juga acid test rasio yang juga digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Penghitungan quick ratio dengan mengurangkan aktiva lancar dengan persediaan. Hal ini dikarenakan persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang likuiditasnya rendah dan sering mengalami fluktuasi harga serta
Universitas Sumatera Utara
menimbulkan kerugian jika terjadi likuiditas. Jadi rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Sawir (2009 : 10) mengatakan bahwa “quick ratio umumnya dianggap baik adalah semakin besar rasio ini maka semakin baik kondisi perusahaan”. Quick ratio dapat dihitung dengan formula : QR =
Aktiva Lancar − Persediaan x 100% Hutang lancar
2.2 Manajemen Modal Kerja 2.2.1 Pengertian manajemen Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kata manajemen berarti penggunaan sumber daya efektif untuk mencapai sasaran atau pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya perusahaan atau organisasi. Definisi manajemen yang dikemukakan oleh Daft (2003 : 4) sebagai berikut: “Management is the attainment of organizational goals in an effective and efficient manner through planning organizing leading and controlling organizational resources”. Ada banyak versi mengenai definisi manajemen, namun pengertiannya secara umum adalah suatu proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian/ pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Pengertian Modal Kerja Masalah modal kerja merupakan masalah yang tiada akhir. Selama perusahaan masih beroperasi, modal selalu diperlukan untuk membiayai kegiatan perusahaan sehari-hari serta untuk menjaga kontinuitas perusahaan. Menurut Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston (2001 : 150) dalam bukunya yang berjudul “Fundamentals Of Financial Management” dan diterjemahkan oleh Dodo Suharto dan Herman Wibowo dengan judul bukunya “Manajemen Keuangan” menyatakan bahwa: “Modal kerja (working Capital) adalah aktiva lancar yang digunakan dalam operasi.” Menurut Sawir (2003 : 143 ) “Besarnya modal kerja sebuah perusahaan berhubungan
dengan
berbagai
aktivitas
operasional
dan
finansial
perusahaan”. Disimpulkan bahwa modal kerja merupakan seluruh investasi perusahaan ke dalam aktiva lancar yang meliputi persediaan, piutang, kas, dan surat-surat berharga dimana seluruh investasi diharapkan kembali ke dalam perusahaan dalam waktu paling lama satu tahun. Mengenai pengertian modal kerja terdapat beberapa konsep yaitu (Riyanto, 1995 : 57-58) a)
Konsep Kuantitatif Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimulai dari yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian, modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari aktiva lancar, atau sering disebut juga sebagai modal kerja kotor (gross working capital).
Universitas Sumatera Utara
b)
c)
Konsep Kualitatif Dalam konsep ini pengertian modal kerja juga dikaitkan dengan besarnya jumlah utang lancar atau utang yang harus segera dibayar. Dengan demikian maka sebagian dari aktiva lancar itu harus disediakan untuk memenuhi kewajiban financial yang harus segera dibayar dimana bagian aktiva lancar ini tidak boleh digunakan untuk membayar operasi perusahaan untuk menjaga likuiditasnya. Oleh karena itu modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membayar operasi perusahaan mampu mengganggu likuiditasnya yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar diatas utang lancar. Konsep Fungsional Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan. Setiap dana yang dikerjakan atau digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan dalam satu periode accounting (current income) bukan periode berikutnya (future income). Dari pengertian tersebut maka terdapat sejumlah dana yang tidak menghasilkan current income atau jika menghasilkan current ratio yang tidak sesuai dengan misi perusahaan yaitu non working capital, sehingga besarnya modal kerja adalah: 1) Besarnya kas 2) Besarnya persediaan 3) Besarnya piutang (dikurangi bersarnya laba) 4) Besarnya sebagian dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap (besarnya adalah sejumlah dana yang berfungsi untuk menghasilkan current income tahun yang bersangkutan) Apabila sumber modal kerja lebih besar daripada penggunaannya,
berarti terdapat kenaikan modal kerja, sebaliknya apabila penggunaan lebih besar daripada sumber, berarti penurunan modal kerja. Sumber-sumber modal kerja yang akan menambah modal kerja adalah : a. Adanya kenaikan sektor modal, baik yang berasal dari laba maupun penambahan modal saham. b. Ada pengurangan atau penurunan aktiva tetap karena adanya penjualan aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi.
Universitas Sumatera Utara
c. Ada penambahan utang jangka panjang, baik dalam bentuk obligasi atau utang jangka panjang lainnya. Penggunaan-penggunaan modal kerja yang mengakibatkan turunnya modal kerja adalah sebagai berikut : 1. Berkurangnya modal sendiri karena kerugian, maupun pengambilan privasi oleh pemilik perusahaan. 2. Pembayaran utang-utang jangka panjang. 3. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap. Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan harus segera terpenuhi sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan modal kerja terkadang tidaklah selalu tersedia seperti yang diinginkan. Terpenuhi tidaknya kebutuhan modal kerja sangat tergantung pada berbagai faktor. Pihak manajemen harus sesegera mungkin memperhatikan faktor-faktor kebijakan dalam upaya pemenuhan modal kerja seperti, sifat umum atau tipe perusahaan, tingkat perputaran persediaan dan piutang, business cycle, waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang, syarat-syarat pembelian dan penjualan, tingkat resiko, credit rating dari perusahaan dan lainnya. Berdasarkan pengertian - pengertian yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa modal kerja merupakan dana yang diinvestasikan dalam aset lancar yang digunakan oleh perusahaan dalam kegiatan operasinya untuk
menghasilkan
pendapatan
sesuai
tujuan
utama
didirikannya
perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Pengertian manajemen modal kerja Pengertian manajemen modal kerja menurut Brigham and Daves ( 2001 : 697), “Working capital management involves both setting working capital policy and carrying out that policy in day-to-day operation”. Dapat disimpulkan bahwa manajemen modal kerja meliputi kebijakan modal kerja dan penggunaannya pada operasional perusahann sehari-hari. Manajemen modal kerja merupakan hal yang sangat penting karena aset lancar perusahaan mengembangkan lebih dari separuh total asetnya, sedangkan bagi perusahaan distribusi jumlahnya bisa lebih besar lagi. Tujuan manajemen modal kerja adalah mengelola aset lancar dan utang lancar sehingga diperoleh modal kerja netto yang layak dan menjamin tingkat profitabilitas perusahaan. Oleh karena itu, seorang manajer diharapkan mampu mengelola manajemen perusahaan agar pemenuhan modal kerja dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Manajemen modal kerja juga menjadi penting karena berkaitan dengan beberapa aspek sebagai berikut: 1. beberapa penelitian telah memberikan indikasi bahwa sebagian besar waktu manajer keuangan dihabiskan dalam kegiatan internal perusahaan dari hari ke hari dan ini merupakan bagian dari manajemen modal kerja, 2. jika lebih dari separuh total aktiva perusahaan merupakan aktiva lancar sebagai bagian dari investasi yang besar dan mudah diuangkan, maka aktiva lancar memerlukan perhatian yang seksama dari manajer keuangan,
Universitas Sumatera Utara
3. hubungan antara tingkat pertumbuhan penjualan dan kebutuhan akan permodalan aktiva lancar adalah dekat dan langsung, 4. manajemen modal kerja sangat penting terutama bagi perusahaan kecil. “Meskipun perusahaan kecil dapat mengurangi investasi aktiva tetapnya namun mereka tidak dapat menghindari kebutuhan akan kas, piutang dan persediaan karena akses ke pasar modal relatif terbatas, maka penekanan harus ditujukan pada utang dan piutang dagang dan pinjaman bank jangka pendek” (Weston & Copeland 1999 : 324). Ada dua prinsip mendasar dari pendanaan operasional dalam manajemen modal kerja (Horne, 2005 : 313), yaitu: “kemampuan memperoleh laba berbanding terbalik dengan likuiditas dan kemampuan memperoleh laba searah dengan resiko”. Pengendalian jumlah modal kerja yang tepat akan menjamin kontinuitas operasi dari perusahaan secara efisien dan ekonomis. Bilamana modal kerja terlalu besar, maka dana yang tertanam dalam modal kerja melebihi kebutuhan, sehingga mengakibatkan adanya dana menganggur (idle fund) karena dana tersebut sebenarnya dapat digunakan untuk keperluan lain dalam rangka peningkatan laba. Sasaran yang ingin dicapai dari manajemen modal kerja adalah seperti yang diutarakan berikut ini : 1. memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aset lancar sehingga tingkat margin pengembalian investasi (return on investment) adalah sama atau lebih besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai aset-aset lancar tersebut 2. meminimalkan biaya modal yang digunakan untuk membiayai aset lancar dalam jangka panjang
Universitas Sumatera Utara
3. pengawasan terhadap arus dana dalam aset lancar dan ketersediaan dana dari sumber utang sehingga perusahaan selalu dapat memenuhi kewajiban keuangannya ketika jatuh tempo (Sawir, 2005 : 133). Demi mencapai sasaran dalam memaksimalkan nilai dan laba perusahaan, maka modal kerja yang tersedia harus cukup jumlahnya, dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari. 2.2.4 Rasio perputaran modal kerja Menurut Abdullah (2005 : 71) “manajemen penggunaan modal kerja dapat diuji dengan menggunakan rasio perputaran modal kerja (working capital turnover), yakni perbandingan antara penjualan dengan jumlah keseluruhan aset lancar yang dimiliki suatu perusahaan pada suatu periode tertentu”. Bila volume penjualan naik, investasi persediaan dan piutang meningkat, ini berarti juga meningkatkan modal kerja. Formulasi dari working capital turnover (WCT) adalah sebagai berikut: WCT =
Penjualan aktiva lancar − hutang lancar
Perputaran modal kerja ini menunjukkan jumlah rupiah penjualan netto yang diperoleh bagi setiap rupiah modal kerja. Dari hubungan antara penjualan netto dengan modal kerja tersebut, dapat diketahui juga apakah perusahaan bekerja dengan modal kerja yang tinggi atau bekerja dengan modal kerja yang rendah. Rasio perputaran modal kerja ini juga berhubungan dengan likuiditas perusahaan. Jika rasio perputaran modal kerja tinggi, maka mengindikasikan likuiditas yang rendah untuk mendukung operasional, sedangkan apabila rasio ini rendah artinya likuiditas perusahaan yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Semakin besar rasio perputaran modal kerja maka semakin baik suatu perusahaan. Hal ini juga menunjukkan seberapa efektifnya pemanfaatan modal kerja yang tersedia dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan. 2.2.5 Rasio perputaran persediaan Menurut Munawir (2002 : 77) “Perputaran persediaan merupakan rasio antara jumlah harga pokok barang yang dijual dengan nilai rata-rata persediaan
yang
dimiliki
oleh
Perusahaan”.
Perputaran
persediaan
menunjukkan berapa kali persediaan dijual dan diganti dalam waktu satu periode. Dengan demikian, tingkat perputaran persediaan yang tinggi mengindikasikan bahwa tingkat penjualan yang tinggi pada perusahaan. Perputaran persedian ini dihitung dengan cara sebagai berikut : ITO =
Harga pokok penjualan persediaan rata − rata
Persediaan rata-rata dapat dihitung dengan membagi jumlah persediaan akhir tahun dan awal tahun dengan dua. Besarnya hasil perhitungan perputaran persediaan menunjukkan tingkat kecepatan persediaan menjadi kas atau piutang dagang. Melalui tingkat perputaran persediaan maka kita dapat menghitung hari rata-rata barang disimpan digudang yaitu dengan membagi hari dalam satu tahun dengan tingkat perputaran persediaan. Rumusnya adalah sebagai berikut : Hari rata − rata barang disimpan =
360 perputaran persediaan
Universitas Sumatera Utara
Hari rata-rata barang disimpan digudang akan bermanfaat untuk menilai efisiensi dari persediaan.
2.3. Profitabilitas 2.3.1. Pengertian profitabilitas Profit dalam kegiatan operasional merupakan elemen penting untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan pada masa yang akan datang. Keberhasilan perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan menciptakan laba dari pembiayaan yang dilakukan, kemampuan perusahaan untuk dapat bersaing di pasar (survive) dan kemampuan perusahaan untuk dapat melakukan ekspansi usaha (developt). a. Menurut Greuning (2005 : 29) “profitabilitas adalah suatu indikasi atas bagaimana margin laba suatu perusahaan berhubungan dengan penjualan, modal rata-rata dan ekuitas saham biasa rata-rata”. b. Profitabilitas perusahaan diindikasikan oleh laba (earnings). Menurut Gitman (2003 : 599) : “profitability is the relationship between revenues and cost generated by using the firm’s assets – both current and fixed – in productive activities”. c. Bringham dan Houston (2001 : 89) mengatakan bahwa profitabilitas adalah “hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan”. d. Sedangkan menurut APB Statement mengartikan profitabilitas adalah kelebihan (defisit) pengahasilan diatas biaya selama satu periode akuntansi (Harahap, 2001 : 226).
Universitas Sumatera Utara
Kinerja manajerial dari setiap perusahaan akan dapat dikatakan baik apabila tingkat profitabilitas perusahaan yang dikelolanya tinggi atau dengan kata lain maksimal, dimana profitabilitas ini umumnya selalu diukur dengan membandingkan laba yang diperoleh perusahaan dengan sejumlah perkiraan yang menjadi tolak ukur keberhasilan perusahaan. Profitabilitas suatu perusahaan dipengaruhi oleh: a. Tingkat pengembalian atas investasi, untuk melihat kompensasi keuangan kepada penyedia pendanaan ekuitas dan utang b. Kinerja operasi, untuk mengevaluasi margin laba dari aktivitas operasi c. Pemanfaatan aset, untuk memilai efektivitas dan intensitas aktivitas dalam menghasilkan penjualan Terdapat beberapa cara untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan yaitu: a. Gross profit margin (GPM) Pengukuran ini adalah ukuran persentase dari setiap hasil penjualan sesudah perusahaan membayar harga pokok penjualan. Semakin tinggi gross profit margin maka semakin baik.
Gross pro�it margin =
b. Operating profit margin (OPM).
Gross pro�it Sales
x 100%
Pengukuran ini adalah ukuran persentase dari setiap hasil sisa penjualan sesudah semua biaya dan pengeluaran lain dikurangi kecuali bunga dan pajak.
Universitas Sumatera Utara
Operating pro�it margin =
c. Net profit margin (NPM).
Net Income x 100% Sales
Pengukuran ini adalah ukuran untuk mengukur persentase keuntungan perusahaan setelah dikurangi semua biaya dari pengeluaran termasuk bunga dan pajak. d. Return on assets (ROA). Pengukuran ini adalah ukuran keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia. Return on Asset =
e. Return on investment (ROI)
Net Income Total Assets
Return on Investment menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Dengan mengetahui rasio ini akan dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektifitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan. Analisis Return On Investment (ROI) dalam analisis keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh/komprehensif. Return on Investment =
Net operating income x 100% Net operating income
Universitas Sumatera Utara
f. Return on equity (ROE) Pengukuran ini adalah ukuran pengembalian yang diperoleh pemilik atas invesasi di perusahaan.
Return on Equity =
Net Income Total Equity
2.3.2 Rasio profitabilitas Pengertian rasio profitabilitas menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut: a. Bringham dan Daves (2004 : 1007) mengatakan bahwa “profitability ratio are a group of ratios that shows the combine effects of liquidity, assets management, and debt on operations”, yang berarti bahwa rasio profitabilitas merupakan suatu kelompok rasio yang menunjukkan aspek likuiditas, manajemen aset dan besarnya operasional perusahaan yang dibiayai dari sumber utang. b. Horne (2005 : 222), menjelaskan “rasio profitabilitas adalah rasio keuangan yang menghubungkan laba dengan penjualan investasi pada perusahaan”. Menurut Horne (2005 : 222), rasio profitabilitas terbagi atas 3 jenis yaitu : 1. Rasio profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan, antara lain net profit margin (NPM), operating profit margin (OPM) dan gross profit margin (GPM) 2. Rasio profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi , antara lain return on assets (ROA), return on investment (ROI) 3. Rasio profitabilitas dalam kaitannya dengan ekuitas antara lain return on equity (ROE), return on common stock equity, earnings per share, dividend per share, book value per share, price to earning ratio dan dividend yield.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan yaitu: a. untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam suatu periode tertentu, b. untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya disbanding dengan tahun sekarang, c. untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu, d. untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri, e. untuk menilai produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan dengan modal sendiri, f. untuk tujuan lain (Kasmir, 2008 : 197). Di dalam suatu perusahaan pada umumnya, masalah profitabilitas akan menjadi lebih fokus utama perusahaan jika dibandingkan dengan laba. Alasannya
karena
efisiensi
perusahaan
akan
diketahui
dengan
membandingkan laba yang diperoleh perusahaan dengan modal yang dihasilkan dari laba tersebut atau dengan menghitung profitabilitasnya. Jadi, laba yang besar bukan merupakan tolak ukur suatu perusahaan telah bekerja secara efisien. Seperti terlihat diatas ada beberapa cara untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan. Namun, peneliti membatasi hanya menggunakan satu cara yakni dengan memakai rasio Return On Assets untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan. Menurut Hanafi (2007 : 83) “Return on Asset adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total asset (kekayaan) yang dimiliki perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk menandai asset tersebut”. Sedangkan menurut Jumingan (2006 : 141) ”ratio operating income dengan operating asset menunjukkan laba yang diperoleh dari investasi modal
Universitas Sumatera Utara
dalam aktiva tanpa mengandalkan dari sumber mana modal tersebut berasal (keseluruhan modal)”. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa return on asset adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. ROA menunjukkan keefisienan perusahaan dalam mengelola seluruh aktivanya untuk memperoleh pendapatan. ROA juga dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui seberapa mampu perusahaan memperoleh laba yang optimal dilihat dari posisi aktivanya. Menurut Waren (2005 : 63) “aktiva (assets) adalah sumber daya yang dimiliki oleh entitas bisnis atau usaha, sumber daya ini dapat berbentuk fisik ataupun hak yang mempunyai nilai ekonomis”. Contoh aktiva adalah kas, piutang, perlengkapan, beban dibayar dimuka, bangunan, peralatan, tanah, dan hak paten. Aktiva disajikan dalam beberapa kelompok, yaitu : a. aktiva lancar b. aktiva tetap c. aktiva tidak berwujud d. aktiva lain-lain Beasley (2009 : 297) merumuskan formula untuk menghitung pengembalian tingkat aktiva / return on asset (ROA) sebagai berikut :
Return on Asset =
Net Income Total Assets
Rumus lain yang dapat digunakan untuk menghitung ROA adalah persamaaan DuPont. Persamaan DoPont menurut Bringham dan Houston (2006: 14) adalah :
Universitas Sumatera Utara
𝑅𝑂𝐴 = 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑥 𝑝𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
Semakin tinggi nilai ROA (Return On Asset) di dalam suatu perusahaan maka perusahaan tersebut semakin baik. 2.4. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dari penelitian yang telah ada sebelumny. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya antara lain terletak pada periode waktu data yang digunakan, defenisi operasional penelitian dan objek penelitian. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini. Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu No 1
Nama Benny (2012)
Judul
Variabel
Analisis dan Pengaruh efisiensi modal kerja, likuiditas, dan solvabilitas terhadap profitabilitas pada industry otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Independen: Working capital turnover, Current ratio dan Total debt to total capital asset Dependen : ROI
Hasil penelitian 1. Secara parsial Working Capital Turnover, Current Ratio, dan Debt to Total Asset tidak berpengaruh terhadap Return On Investment. 2. Secara Simultan Working Capital Turnover, Current Ratio, dan Debt to Total Asset tidak berpengaruh terhadap Return on Investment.
Universitas Sumatera Utara
2
Maretha (2013)
3 Etty (2011)
Pengaruh manajemen modal kerja dan Likuiditas terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Industry Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Pengaruh Efisiensi Modal Kerja dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Variabel Independen : Manajemen Modal kerja dan Likuiditas Variabel Dependen: Profitabilitas
V.independen : perputaran modal kerja dan likuiditas V.Dependen : profitabilitas
1. Manajemen modal kerja tidak memiliki pengaruh positif secara parsial terhadap profitabilitas 2. Likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas 3. Manajemen modal kerja dan likuiditas secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas
1. Perputaran modal kerja dan likuiditas secara parsial tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap profitabilitas 2. Perputaran modal kerja dan likuiditas secara bersama-sama tidak
Universitas Sumatera Utara
Periode 2007-2009
4 Nurhayati (2010)
Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Sektor Industri Makanan Dan Minuman Yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
berpengaruh terhadap profitabilitas
Variabel Independen: Perputaran persediaan dan perputaran piutang Variabel Dependen : ROA
1. Secara simultan, perputaran persediaan (ITO) dan perputaran piutang (RTO) berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas (ROA) 2. Secara parsial, penelitian ini menunjukkan bahwa variabel perputaran persediaan (ITO) berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas (ROA) 3. Secara parsial perputaran piutang (RTO) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas (ROA)
Universitas Sumatera Utara
5
6
May Diana (2013)
Ellys Delfrina (2009)
Pengaruh Perputaran Aktiva Tetap, Piutang dan persediaan terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdapat di Bursa Efek Indonesia
Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Tingkat Profitabilitas
V.independen : perputaran aktiva tetap. Perputaran piutang dan perputaran persediaaan V.Dependen : ROA
Variabel independen : • Perputaran Persediaan Variabel dependen: • Profitabilitas
1. secara parsial, variabel Perputaran Aktiva Tetap tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam memprediksi variabel return on Asset. 2. Secara parsial, variabel perputaran piutang tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA 3. Secara parsial, perputaran persediaan memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA 4. Secara simultan, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Perputaran Aktiva Tetap, Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan terhadap ROA 1. Perputaran Persediaan tidak memiliki pengaruh terhadap Profitablitas
Universitas Sumatera Utara
7
Juni siswanto (2010),
Perusahaan pada Perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(ROA)
Analisis Pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Return on Asset (ROA) pada PerusahaanPerusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Variabel independen : Perputaran modal kerja Variabel dependen : ROA
1. perputaran modal kerja tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return on asset
Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2013 Nurhayati (2010) Nurhayati, yang meneliti Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Sektor Industri Makanan Dan Minuman Yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia dimana hasil penelitiannya membuktikan bahwa perputaran persediaan memiliki pengaruh secara parsial terhadap profitabilitas sedangkan perputaran piutang tidak berpengaruh secara parsial terhadap profitabilitas dan secara simultan perputaran persediaan dan piutang berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas. Juni Siswanto (2010) Judul penelitian “Analisis Pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Return on Asset (ROA) pada Perusahaan-Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.” Variabel independennya adalah
Universitas Sumatera Utara
Perpuatan modal kerja, dan variabel dependen adalah Profitabilitas (ROA) yang diukur melalui Current rasio. Hasil penelitian ini adalah modal kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas. Maretha (2013) Judul penelitian “Pengaruh manajemen modal kerja dan Likuiditas terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Industry Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini menggunakan manajemen modal kerja dan Likuiditas sebagai variabel independen dan Profitabilitas (ROA) sebagai variabel dependen yang diukur melalui Current Rasio. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi. Hasil dari penelitian ini adalah Manajemen modal kerja tidak memiliki pengaruh positif secara parsial terhadap profitabilitas sedangkan Likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas. Manajemen modal kerja dan likuiditas secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. 2.5 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.5.1. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan antara variabel-variabel penelitian, yaitu variabel dependen dan variabel independen. Kerangka konseptual merupakan sintesa atau ekstrapolasi dari tinjauan teori dan penelitian terdahulu yang mencerminkan keterkaitan antar variabel yang diteliti dan merupakan tuntutan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan masalah.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian teori dan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut :
Likuiditas (current ratio) (X1)
Manajemen modal kerja (Working Capital Turnover) (X2)
Manajemen modal kerja (Inventory turnover) (X3)
H1
Profitability (ROA)
H2
(Y1)
H3 H4
Gambar 2.1 Kerangka konseptual Sumber : diolah penulis, 2013
Berdasarkan kerangka konseptual tersebut, terlihat bahwa hubungan antara variabel independen dan variabel dependen adalah hubungan kausatif (sebab akibat). Di mana variabel independen yang telah ditentukan yaitu Rasio Likuiditas (X1), perputaran modal kerja (X2), perputaran persediaan (X3) akan mempengaruhi variabel dependen profitabilitas (Y). Profitabilitas perusahaan merupakan perbandingan antara laba bersih dengan aset atau modal yang digunakan untuk menghaslkan laba tersebut. Profitabilitas perusahaan juga dipengaruhi oleh masalah likuiditas. Likuiditas
Universitas Sumatera Utara
merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang telah jatuh tempo. Semakin banyak perusahaan menahan uang kasnya maka semakin likuid perusahaan tersebut dan semakin berkurang pula uang kas yang digunakan oleh perusahaan. Ada saatnya likuiditas akan dirasakan perusahaan sebagai akibat yang dapat merugikan dan mengurangi kesempatan untuk memperoleh keuntungan. Djarwanto (2001 : 88) “konsep fungsional, modal kerja adalah jumlah dana yang digunakan selama periode akuntansi yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan jangka pendek (current income) yang sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan tersebut”. Antara penjualan dengan modal kerja terdapat hubungan yang erat. Bila volume penjualan naik, investasi dalam persediaan dan piutang juga meningkatkan modal kerja. Pengukuran modal kerja dapat dilihat dari perputaran modal kerja (working capital turnover), perputaran persediaan (inventory turnover). Pengelolaan manajemen modal kerja yang baik dapat dilihat dari efisiensi modal kerja. Pengukuran efisiensi modal kerja umumnya diukur dengan melihat perputaran modal kerja (working capital turnover), jika perputaran modal kerja semakin tinggi maka semakin cepat dana atau kas yang diinvestasikan dalam modal kerja kembali menjadi kas, hal itu berarti keuntungan perusahaan dapat lebih cepat diterima. Perusahaan yang tidak dapat memperhitungkan tingkat modal kerja yang memuaskan, maka perusahaan kemungkinan mengalami insolvency (tak mampu memenuhi kewajiban jatuh tempo) dan bahkan mungkin terpaksa
Universitas Sumatera Utara
harus dilikuidasi. Aktiva lancar harus cukup besar untuk dapat menutup hutang lancar sedemikian rupa, sehingga menggambarkan adanya tingkat keamanan (margin safety) yang memuaskan. Sementara itu, jika perusahaan menetapkan modal kerja yang berlebih akan menyebabkan perusahaan overlikuid
sehingga
mengakibatkan
menimbulkan
inefisiensi
dana
perusahaan
dan
menganggur membuang
yang
akan
kesempatan
memperoleh laba. Perputaran persediaan mengukur kecepatan rata-rata persediaan bergerak keluar perusahaan. Semakin cepat persediaan dirubah menjadi barang dagang yang nantinya akan dijual oleh perusahaan maka semakin cepat pula bagi perusahaan untuk memperoleh laba. Semakin tinggi laba yang dihasilkan oleh perusahaan maka akan semakin baik bagi kelangsungan hidup perusahaan. Keadaan perputaran persediaan yang tinggi menunjukkan bahwa semakin efisien dan efektif perusahaan dalam mengelola persediaannya. Hal ini juga menunjukkan volume penjualan yang tinggi pada perusahaan dan laba yang diperoleh perusahaan semakin besar dengan mengasumsikan biayabiaya yang terjadi. Besarnya laba yang diperoleh perusahaan akan memaksimalkan tingkat pengembalian asset yang diperoleh perusahaan. 2.5.2 Hipotesis penelitian Hipotesis Menurut Erlina (2008 : 49) “menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris”. Hipotesis merupakan dugaan sementara
Universitas Sumatera Utara
yang harus diuji kebenarannya. Hipotesis yang ingin dicapai dalam penelitian adalah sebagai berikut : H1 : Likuiditas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA) perusahaan H2 : Perputaran modal kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA) perusahaan H3 : Perputaran persediaan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas ( ROA) perusahaan H4 : Likuiditas, perputaran modal kerja dan perputaran persediaan secara bersama–sama berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA) perusahaan.
Universitas Sumatera Utara