BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gambaran Umum Mesin pemarut adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu atau serta mempermudah pekerjaan manusia dalam hal pemarutan. Sumber tenaga utama mesin pemarut adalah tenaga motor, dimana tenaga motor digunakan untuk menggerakkan atau memutar alat parut melalui perantaraan sabuk. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai mesin pemarut kelapa, mesin pemarut ini biasanya sering kita jumpai di warung-warung, pasar-pasar, dan di rumah makan. Mesin pemarut ini dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 2.1 Alat Pemarut
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Tempat Penampungan Hasil Parutan
Gambar 2.3 Motor Pemarut
Universitas Sumatera Utara
Mesin pemarut ini mempunyai spesifikasi sebagai berikut : Listrik
: 120 watt, 220 volt
Putaran motor
: 2280 rpm
Mesin pemarut ini bekerja secara kontiniu tanpa batas waktu. Cara kerja mesin pemarut ini yaitu motor penggerak dihidupkan maka pemarut berputar sesuai dengan kecepatan putarannya, lalu melakukan pemarutan pada kelapa dengan menempelkan buah kelapa yang akan diparut pada alat pemarut maka buah kelapa akan terparut. Dalam hal pemarutan dilakukan oleh orang yang berpengalaman karena bisa berbahaya apabila dilakukan orang yang belum berpengalaman. Hasil yang diperoleh didalam pemarutan tidak begitu memuaskan, karena tidak semua bisa diparut dan batoknya bisa juga kena parut sehingga kelapa dan batoknya bisa bercampur karena sama-sama kena parut. Sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin membuat alat pemarut lain yang lebih efisien dan mudah digunakan, dimana konstruksi mesin/alat ini cukup sederhana dan memiliki keunggulan dari hasil yang diciptakannya bila dibandingkan dengan alat pemarut manual dan yang sebelumnya telah dibuat, karena dapat melakukan pekerjaan dalam jumlah yang banyak serta hasil yang diciptakannya lebih bagus dan cepat.
2.2. Prinsip Kerja Seperti yang telah diterangkan di atas bahwa mesin pemarut adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu manusia di dalam melakukan pekerjaannya. Sumber tenaga utama dari sistem pemarutan adalah tenaga motor, dimana putaran dari elektromotor diteruskan melalui puli yang akan memutar poros pemarut sehingga poros pemarut akan memarut bahan yang telah dimasukkan pada tempat pemarutan. Hasil parutan akan keluar pada corong penampung pada bagian bawah.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Bagian-bagian Utama Mesin Adapun bagian-bagian utama dari mesin pemarut ini adalah : 1. Motor Listrik Motor listrik merupakan sumber tenaga penggerak awal dari perancangan pada mesin ini. Pada dasarnya mesin mesin pemarut ini dipergunakan untuk rumah tangga dan pasar-pasar tradisional karena disamping efisien juga aman bagi pemakai. 2. Hopper Hopper adalah bagian yang digunakan untuk memasukkan bahan yang akan di parut dan sekaligus sebagai wadah parutan. Bagian ini langsung berhubungan dengan alat parut. 3. Pemarut Pemarut ini terbuat dari kayu yang berbentuk silinder kemudian ditambahkan berupa kawat-kawat atau paku-paku yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat memarut bahan karena gesekan antara bahan tersebut dengan kawat/paku. 4. Saluran Keluar Hasil Parut Bagian ini merupakan tempat menyalurkan hasil parutan, dimana bagian ini diharapkan mampu dengan mudah menurunkan hasil parutan. Yang utama dari pembuatan bagian ini adalah bahannya licin sehingga bahan hasil parutan dapat dengan mudah meluncur turun, dan tahan terhadap korosi. Dalam pembuatan saluran keluaran hasil parut ini sebaiknya menggunakan bahan stainless steel. 5. Rangka Mesin Rangka mesin merupakan bagian yang berfungsi untuk menopang seluruh komponen-komponen utama dari mesin pemarut. Jadi diharapkan rangka mesin ini mampu menahan kaseluruhan beban dan juga harus kokoh.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Sistem transmisi sabuk dan puli Sebagian
besar
transmisi
sabuk
menggunakan
sabuk-V
karena
mudah
penggunaannya dan harganya murah, tetapi sabuk ini sering terjadi slip sehingga tidak dapat meneruskan putaran dengan perbandingan yang tepat. Sabuk terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium. Dalam gambar 2.1 diberikan berbagai proposi penampang sabuk-V yang umum dipakai.
Gambar 2.4 Ukuran penempang sabuk-V Jika putaran puli penggerak dan yang digerakan berturut-turut adalah n 1 (rpm) dan n 2 (rpm), dan diameter nominal masing-masing adalah d 1 (mm) dan D 2 (mm). Karena sabuk-V biasanya dipakai untuk menurunkan putaran, maka perbandingan yang umum dipakai ialah perbandingan reduksi i (i > 1), dimana : n1 D2 = n2 d1 Kecepatan linier (v) sabuk-V (m/s) adalah : v=
πdn 60 × 1000
Jarak suatu poros rencana (C)adalah 1,5 sampai 2 kali diameter puli besar.
Universitas Sumatera Utara
m m
n2
n1 r1
R2
Penggerak
C
Yang Digerakan
Gambar 2.5 Panjang keliling sabuk Panjang sabuk rencana (L) adalah : L = 2C +
π 2
( d 1 + D2 ) +
1 ( D2 − d1 ) 2 (Sularso;Elemen Mesin; Hal 170) 4C
Dalam perdagangan terdapat bermacam-macam ukuran sabuk. Namun mendapatkan ukuran sabuk yang panjangnya sama dengan hasil perhitungan umumnya sukar. Didalam perdagangan nomor nominal sabuk-V dinyatakan dalam panjang kelilingnya dalam inchi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 menunjukan nomor-nomor nominal dari sabuk standart utama. Tabel. 2.1 Panjang sabuk-V standart. Nomor nominal
Nomor nominal
(Inchi)
(Inchi)
(mm)
(mm)
Nomor nominal (Inchi)
(mm)
Nomor nominal (Inchi)
(mm)
10
254
45
1143
80
2032
115
2921
11
279
46
1168
81
2057
116
2946
12
305
47
1194
82
2083
117
2972
13
330
48
1219
83
2108
118
2997
14
356
49
1245
84
2134
119
3023
15
381
50
1270
85
2159
120
3048
16
406
51
1295
86
2184
121
3073
17
432
52
1321
87
2210
122
3099
18
457
53
1346
88
2235
123
3124
19
483
54
1372
89
2261
124
3150
20
508
55
1397
90
2286
125
2175
35
889
70
1778
105
2667
140
3556
36
914
71
1803
106
2692
141
3581
37
940
72
1829
107
2718
142
3607
38
965
73
1854
108
2743
143
3632
39
991
74
1880
109
2769
144
3658
40
1016
75
1905
110
2794
145
3683
(Sularso;Elemen Mesin; Hal 168) Jarak sumbu poros C dapat dinyatakan sebagai : C=
b + b 2 + 8( D2 − d1 ) 2 8
(Sularso;Elemen Mesin; Hal 170)
Dimana :
b = 2 L − 3.14( D2 + d1 )
(Sularso;Elemen Mesin; Hal 170)
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan untuk besarnya daya yang dapat ditransmisikan oleh sabuk, digunakan rumus Po = ( F1 − F2 )v
(Sularso;Elemen Mesin; Hal 171)
F1 = e µθ F2
(Sularso;Elemen Mesin; Hal 171)
F = σ izin × b × t
σ izin = 2,5 – 3,3 N/mm2
Dimana :
F1
= gaya tarik pada sisi kencang (N)
F2
= gaya tarik pada sisi kendor (N)
b
= Lebar sabuk spesifik (mm)
t
= Tebal sabuk sfesipik (mm)
e
= 2,7182
μ
= Koefesien anatar sabuk dan puli (0,3 – 0,6)
θ
= Sudut kontak antara sabuk dan puli (º)
Besarnya sudut kontak adalah :
θ = 180° −
57( D2 − d1 ) C
(Sularso;Elemen Mesin; Hal 173)
C = Jarak sumbu poros (mm)
Universitas Sumatera Utara
2.5. Poros Poros merupakan salah satu bagian terpenting dari setiap mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Jika diketahui bahwa poros yang akan direncanakan tidak mendapat beban lain kecuali torsi, maka perencanaan diameter porosnya adalah sebagai berikut :
τ=
16.T π .d s3
Supaya konstruksi aman maka τ izin (τ a ) ≥ τ timbul (kg/mm2)
τa ≥
16.T π .d s3 1
16.T 3 ds ≥ π .τ a 1
5,1.T 3 ds ≥ τa Dimana : d s = Diameter poros (mm) T = Torsi (kg.mm)
τ a = Tegangan izin (kg/mm2) Jika P adalah daya nominal output dari motor penggerak (kW), maka berbagai faktor keamanan bisa diambil, sehingga koreksi pertama bisa diambil kecil. Jika faktor koreksi adalah fc, maka daya perencana adalah : Pd = fc.P
Dimana Pd = Daya perencana (kW)
Universitas Sumatera Utara
Harga fc dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2.2 faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan Daya yang Akan Ditransmisikan
fc
Daya rata-rata yang diperlukan
1,2 - 2,0
Daya maksimum yang diperlukan
0,8 - 1,2
Daya normal
1,0 - 1,5
(Sularso;Elemen Mesin; Hal 7) Untuk menghitung Torsi T (kg.mm) dapat dihitung dari daya perencana (kW) sebagai berikut : T=
Pd
T=
Pd × 102 × 60 × 1000 2πn
ω
T = 9,74 × 10 5 ×
Pd n
Tegangan izin dapat dihitung sebagai berikut :
τa = Dimana : τ B
τB sf 1 × sf 2
(Sularso;Elemen mesin;hal 8)
= Kekuatan tarik bahan (kg/mm2)
Sf 1 = Faktor keamanan bahan, untuk bahan SF = 5,6 S-C = 6,0 Sf 2 = Faktor keamanan akibat alur pasak (1,3 ÷ 3,0)
Universitas Sumatera Utara
Dalam perencanaan diameter poros, ada faktor-faktor lain seperti faktor koreksi akibat momen puntir (Kt) dan faktor akibat beban lenturan (Cb), maka persamaan menjadi : 1
5,1.T 3 ds ≥ × Kt × Cb .τ a
(Sularso;Elemen mesin;hal:8)
Dimana harga Kt = 1,0 (jika beban halus) 1,0 ÷ 1,5 (Jika terjadi sedikit kejutan atau tumbukan) 1,5 ÷ 3,0 (Jika beban dikenakan dengan kejutan) Cb = 1,2 ÷ 2,3(jika tidak ada beban lentur maka Cb = 1)
2.6. Baut Baut disini berfungsi sebagai pengikat untuk dudukan pada motor penggerak tetapi selain itu berfungsi juga untuk pengikat poros terhadap puli. Jika momen rencana dari poros adalah T(Kg.mm) dan diameter poros adalah ds (mm), maka gaya tangensial F (Kg) Pada permukaan poros adalah : F=
T (d s / 2)
Tegangan geser yang ditimbulkan adalah :
τ k= Dimana :
F π / 4× d 2
τk
= Tegangan geser yang terjadi (kg/mm2)
d
= Diameter luar baut (mm)
Universitas Sumatera Utara
Tegangan geser izin didapat dengan :
τ ka = Dimana :
σb S fk1 × S fk 2 Sfk 1
= Faktor keamanan (umumnya diambil 6)
Sfk 2
= Faktor keamanan = 1,0 – 1,5 (jika beban dikenakan perlahan-lahan) = 1,5 – 3,0 (jika beban dikenakan tumbukan ringan) = 2,0 – 5,0 (jika beban dikenakan secara tiba-tiba dengan tumbukan berat)
Dari tegangan geser izin, panjang pasak yang diperlukan dapat diperoleh dengan :
τ ka ≥
F π /4× d2
Gaya keliling F (kg) yang sama seperti diatas dikenakan pada luas permukaan samping pasak. Maka tekanan permukaannya adalah : P=
Dimana :
F d × t1
P
= Tekanan permukaan (kg/mm2)
t
= kedalaman baut pada poros (mm)
dari harga tekanan permukaan yang di izinkan, panjang pasak yang diperlukan dapat dihitung dengan : Pa = Dimana :
F d × t1 Pa
= Tekanan permukaan izin (kg/mm2)
Universitas Sumatera Utara
Harga Pa dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel 2.3 Tekanan permukaan yang diizinkan pada ulir Bahan Ulir luar
Ulir dalam
Tekanan permukaan yang diizinkan Pa (kg/mm2) Untuk pengikat
Untuk penggerak
Baja liat
Baja liat atau perunggu
3
1
Baja keras
Baja liat atau perunggu
4
1,3
Baja keras
Besi cor
1,5
0,5
(Sularso;elemen mesin;hal 298) 2.7. Daya motor penggerak Daya motor merupakan suatu pelengkap utama dalam melakukan suatu gerakan pada poros yang dihubungkan melalui puli dan sabuk. Daya motor dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan. Daya motor penggerak dapat dihitung dengan dengan menggunakan rumus sebagai berikut ini : P = T. ω Dimana : P = daya [watt] T = momen puntir/torsi [Kg.mm]
ω = kecepatan sudut [rad/det] 2.8. Bantalan Tujuan merencanakan bantalan adalah untuk mendapatkan umur bantalan. Suatu beban yang besarnya sedemikian rupa hingga memberikan umur yang sama dengan umur yang diberikan oleh beban dan kondisi putaran sebenarnya disebut beban ekivalen
Universitas Sumatera Utara
dinamis. Misalkan sebuah bantalan membawa beban radial Fr (kg) dan beban aksial Fa (kg), maka beban ekivalen dinamis P (kg) adalah : Pr = XVFr + YFa
Dimana :
(Sularso;Elemen Mesin; Hal 135)
X,V dan Y
= faktor-faktor beban
Harga X,V dan Y dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2.4 faktor-faktor X,V dan Y
Jenis bantalan
Beb an puta r pada cinci n dala m
Beb an punt ir pada cinci n luar
Baris tunggal
Baris ganda
Baris tunggal
Baris ganda
e Fa/VFr>e
Fa/VFr ≤ eFa/VFr>e
X
X Y
Y V
Bant alan bola alur dala m
Fa/Co = 0,014 =0,028 =0,084 = 0,11 = 0,17 = 0,28 = 0,42 = 0,56
Y
X
2,3 0 1,9 0 1,7 1
2,30 1,99 1,71 1
1,2
0,56
1,55 1,45 1,31 1,15 1,04 1,00
1
0
0,56
α = 20º = 25º = 30º = 35º = 40º Bant alan bola sudu t
Y
1,5 5 1,4 5 1,3 1 1,1 5 1,0 4 1,0 0
Xo
Yo
Xo
0,6
0,5
0,6
o
0,19 0,22 0,26 0,28 0,30 0,34 0,38 0,42 0,44
0, 5
0, 84
1
1,2
0,43 0,41 0,39 0,37 0,35
1,00 0,87 0,76 0,66 0,55
0
1,09 0,92 0,78 0,66 0,55
0,70 0,67 0,63 0,60 0,57
1,6 3 1,4 1 1,2 4 1,0 7 0,9 3
0,57 0,68 0,80 0,95 1,14
0,5
0,4 2 0,3 8 0,3 3 0,2 9 0,2 6
0, 76 0, 1
66 0, 58 0, 52
(Sularso;Elemen Mesin; Hal 135)
Universitas Sumatera Utara
Umur nominal L dapat ditentukan sebagai berikut : 33,3 untuk bantalan Bola, f n = n 33,3 untuk bantalan rol , f n = n
1/ 3
3 / 10
(Sularso;Elemen Mesin; Hal 135)
Faktor umur : Untuk kedua bantalan,f h = f n
C P
(Sularso;Elemen Mesin; Hal 135)
Umur nominal L h adalah untuk bantalan Bola, Lh = 500 f h untuk bantalan rol , f h = 500 f h
Dimana
1/ 3
3 / 10
(Sularso;Elemen Mesin; Hal 135)
C
= Beban nominal dinamik spesifik (kg)
P
= Beban ekivalen dinamis (kg)
Universitas Sumatera Utara
Harga C dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2.5 Beban nominal dinamik spesifik
(Sularso; Elemen Mesin; Hal 143)
Universitas Sumatera Utara
BAB III PENETAPAN SPESIFIKASI
3.1 Material Yang Diparut Peninjauan pada material yang diparut dilakukan dalam perencanaan mesin pemarut serbaguna. Material yang diparut angkut adalah yang termasuk dalam ubi, kelapa, kunyit, jahe dan lain-lain
3.2 Penetapan Kapasitas Mesin Pemarut Kapasitas mesin pemarut direncanakan mampu menampung 50 Kg bahan yang akan diparut dengan model poros pemarut bergerigi. . 3.3 Perencanaan Sistem Transmisi Untuk memindahkan putaran motor ke poros penggerak direncanakan menggunakan sistem transmisi sabuk dan puli dan disesuaikan dengan kebutuhannya. Dalam perencanaan mesin pemarut ini direncanakan putaran akhirnya adalah 700 rpm.
3.4 Spesifikasi Perencanaan. Jenis Material
: termasuk dalam ubi, kelapa, kunyit, jahe dan lain-lain
Kapasitas
: 50 kg / jam
Sistem transmisi
: Sabuk dan puli
Universitas Sumatera Utara