BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres A.1 Pengertian Stres Stres adalah segala tuntutan penyesuaian diri yang mengganggu keseimbangan, dan apabila tidak teratasi dengan baik akan dapat menimbulkan gangguan badan ataupun gangguan jiwa. Keseimbangan tersebut
dapat dicapai dengan cara melakukan pengkajian ulang
mengenai hubungan individu terhadap lingkungannya, sehingga dapat ditentukan
cara
penyesuaian
antara
tuntutan-tuntutan
dengan
kemampuan mengatasinya.1,5 Stres adalah salah satu konsep sentral psikiatri, ditetapkan sebagai penyebab utama psikopatologi yang memicu penyakit kejiwaan.8 Stres adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap tuntutan yang diterima, suatu fenomena universal dalam kehidupan sehari-hari, tidak dapat dihindari dan setiap orang mengalaminya. Respon stres akan menggambarkan serangkaian respon yang berbeda dan komplek yang dibuat oleh tubuh terhadap tuntutan yang dihadapi.5, 9 A.2 Penyebab Stres Keadaan stres dapat bersumber dari: 1. Frustasi Timbul apabila terdapat hambatan pada tujuan hidup seseorang. Frustasi dapat terjadi akibat faktor luar seperti bencana alam, kecelakaan, kematian orang yang dicintai, norma-norma, adatistiadat, kegoncangan ekonomi, diskriminasi agama, persaingan yang berlebihan, perubahan yang terlalu cepat, pengangguran dan ketidakpastian. Frustasi yang datang dari dalam berupa: cacat badaniah, kegagalan dalam usaha dan moral sehingga penilaian diri sendiri menjadi buruk dan menciptakan frustasi yang berhubungan dengan kebutuhan rasa harga diri.1 4
http://digilib.unimus.ac.id
2. Konflik Tercipta saat individu tidak dapat memilih satu kebutuhan hidup yang lebih prioritas. Karena apabila memilih satu kebutuhan maka akan timbul frustasi terhadap kebutuhan yang lain.1 3. Tekanan Tekanan berasal dari masalah yang bertumpuk-tumpuk sehingga menjadi stres yang hebat. Seperti halnya frustasi, tekanan juga berasal dari dalam ataupun dari luar tubuh.1 4. Krisis Krisis adalah keadaan secara tiba-tiba yang menimbulkan stres pada seorang individu atau kelompok. Misalnya: kematian, kecelakaan, penyakit yang memerlukan operasi, dan lain-lain.1 5. Obesitas Kecenderungan untuk menjadi obesitas dapat mengganggu sebagian anak pada masa pubertas dan menjadi sumber keprihatinan selama bertahun-tahun pada awal masa remaja. Obesitas juga dapat menimbulkan masalah sosial bagi remaja. Dalam
dunia
sosial
menunjukkan
bahwa
kecantikan
dan
ketertarikan merupakan hal yang membuat remaja putri menjadi lebih nyaman. Remaja putri sangat memperhatikan penampilannya dan obesitas merupakan hal yang ditakuti, sehingga dapat menimbulkan masalah psikologis dalam bentuk stres. 5, 8 6. Stresor psikososial Permasalahan di dalam kehidupan pada sebagian orang dapat menjadi suatu tekanan mental yang disebut sebagai stresor psikososial. Adapun contohnya antara lain: 2 a. Faktor keluarga Anak dan remaja dapat mengalami stres yang disebabkan karena kondisi keluarga yang tidak harmonis. Misalnya; hubungan kedua orang tua yang acuh tak acuh, kedua orang tua jarang dirumah dan tidak ada waktu untuk bersama anaknya,
5
http://digilib.unimus.ac.id
komunikasi yang tidak serasi antara orang tua dan anak, kedua orang tua berpisah, serta cara didik orang tua terhadap anaknya yang otoriter. b. Hubungan interpersonal Hubungan individual yang tidak baik dapat memunculkan stressor, contohnya hubungan yang tidak serasi dengan teman dekat atau kekasih. c. Trauma Individu yang mengalami pengalaman yang traumatis dapat menimbulkan stres, yang disebut stres pasca trauma. Misalnya ; bencana alam, kecelakaan transportasi, kebakaran, perampokan, perkosaan, dan lain-lain. d. Penyakit fisik atau cidera Penyakit fisik terutama yang bersifat kronis dan cidera yang mengakibatkan invaliditas dapat menyebabkan stres. Misalnya ; penyakit jantung, paru-paru, stroke, kanker, Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS), kecelakaan, dan lain-lain.
e. Perkembangan Yang dimaksud adalah tahapan perkembangan baik fisik atau mental, seperti pada masa remaja, dewasa, menopause, usia lanjut, dan lain sebagainya. Apabila tahap perkembangan ini tidak berjalan dengan baik, maka individu yang bersangkutan dapat mengalami stres. f. Hukum Keterlibatan seseorang dalam masalah hukum merupakan sumber stres. Misalnya; tuntutan hukum, pengadilan, dan penjara. g. Lingkungan hidup Kondisi lingkungan hidup berpengaruh besar terhadap kesehatan. Misalnya perumahan, polusi, dan penghijauan
6
http://digilib.unimus.ac.id
hendaknya memenuhi syarat kesehatan lingkungan. Begitupula dengan suasana kehidupan yang bebas dari kriminalitas. h. Keuangan Masalah keuangan dapat menjadi salah satu stresor utama dalam kehidupan. 7. Kepribadian tipe “A” Individu dengan kepribadian tipe “A” lebih rentan terkena stres dibandingkan individu dengan tipe kepribadian lain. Pribadipribadi tipe “A” memiliki kepercayaan, sikap, dan pengharapan yang mengikat mereka dalam sebuah perjuangan konstan untuk mendapatkan kendali atas lingkungannya. Adapun respon tubuh yang sering terjadi pada individu dengan kepribadian tipe “A” yaitu jantung berdetak cepat, darah lebih mudah mengental, dan kadar kolesterol mudah naik. Perilaku tipe “A” dapat diidentifikasi oleh rasa konstan terhadap urgensi waktu dan mudah tersinggung, suka tergesa-gesa, gampang terhasut dan bermusuhan, cemas, tidak sabar, mudah marah, dikenal sebagai pendengar yang buruk, dan over ambisius.5 A.3 Respon Stres 1. Respon endokrin terhadap stres Endokrin
dapat
berespon
terhadap
stres,
dengan
cara
mensekresikan corticotrophin-releasing hormon (CRH) dari hipotalamus ke dalam sistem hipofisial-hipofisis-portal. CRH dapat memacu pelepasan adrenocorticotrophic hormon (ACTH) oleh hipofisis anterior. ACTH tersebut berfungsi untuk merangsang sintesis dan pelepasan glukokortikoid di korteks adrenal. Selain itu juga ACTH juga dapat menyebabkan kelenjar adrenal mengeluarkan hormon kortisol, adrenalin, dan noradrenalin. Hormon adrenalin adalah hormon stres jangka pendek. Stimulasi dari stresor menyebabkan hipotalamus mengeluarkan thyrotropinreleasing factor (TRF), dan menstimulasi kelenjar pituitary untuk
7
http://digilib.unimus.ac.id
mempengaruhi kelenjar tiroid melepaskan tiroksin. Tiroksin adalah hormon stres jangka panjang yang menimbulkan dampak aktivitas mental seseorang meningkat, individu lebih cemas, merasa tidak senang, mudah lelah, dan meningkatnya sekresi asam lambung.8 2. Respon neurotransmitter terhadap stres Stres kronis dapat mengurangi respon sistem saraf otonom terhadap
stres
tertentu.
Stres
dapat
mengaktifkan
sistem
serotonergik di otak yang ditandai oleh peningkatan serotonin (5HT). Stres juga memiliki efek neurotransmisi peningkatan dopaminergik di jalur mesoprefrontal. Selama dua dekade terakhir, menunjukkan bahwa asam amino dan neurotransmitter peptidergik juga terlibat dalam respon stres. Misalnya, corticotrophin-releasing hormon (CRH) yang mengandung neuron tidak terbatas pada daerah hipotalamus, tetapi juga ditemukan di banyak daerah otak (korteks anterior dan amydala) yang terlibat dalam pengolahan informasi dan perilaku. CRH telah ditunjuk untuk mengatur respon stres yang melibatkan sistem glutamatergik, dopaminergik, dan serotonergik.8 3. Respon imunitas terhadap stres Menurut penelitian bahwa kekebalan tubuh dapat berperan dalam fisiologis stres. Terdapat interaksi dua arah antara otak, perilaku, dan sistem kekebalan tubuh. Interaksi ini dipelajari di bidang psikoneuroimunologi. Sistem imun menyediakan pertahanan tubuh terhadap virus dan bakteri serta sel yang abnormal seperti tumor. Kekebalan bawaan dari tubuh berfungsi dalam pertahanan tubuh terhadap patogen. Makrofag dan granulosit adalah sel-sel imun spesifik yang bekerja melepaskan sitokin pro inflamasi (tumor nekrosis
factor-α
(TNF-α).
Interleukin-6
bereaksi
terhadap
kerusakan jarringan oleh organisme yang menyerang kekebalan spesifik dan disebut sebagai antigen diri.8
8
http://digilib.unimus.ac.id
4. Respon otonom terhadap stres. a. Saraf otonom akan dipengaruhi melalui jalur berikut: korteks serebri sistem limbik
hipotalamus
sistem saraf otonom.
b. Saraf otonom adalah saraf yang kerjanya tidak disadari. fungsinya adalah untuk mengatur homeostasis atau keseimbangan tubuh manusia, dengan adanya stres maka akan terjadi hiperaktivitas dan mungkin juga hipersekresi dari neurotransmitter saraf otonom. Sehingga keluhan yang dirasakan seperti sesak, jantung berdebar, dan berkeringat akan dirasakan oleh orang yang stress. Umumnya aktivitas ini terjadi pada fase akut stres.8
B. Obesitas B.1 Pengertian Obesitas Obesitas adalah penyakit multifaktorial yang terjadi akibat akumulasi jaringan lemak berlebihan, sehingga dapat mengganggu kesehatan. Sementara pada individu yang sehat, disebutkan bahwa kadar lemak normal didalam tubuh pada wanita sekitar 25 persen dari berat badan dan 18 persen pada pria.3, 10 Obesitas adalah keadaan patologis akibat konsumsi makanan yang melebihi kebutuhannya (Psychobiological cues for eating) sehingga terjadi penimbunan lemak yang lebih dari kebutuhan yang diperlukan dalam memenuhi fungsi tubuh.11 B.2 Epidemiologi Obesitas Tingkat obesitas terus bertambah pada proporsi epidemik di Amerika Serikat dan negara-negara industri lainnya. Hal ini merupakan ancaman kesehatan serius bagi jutaan orang. Sebanyak 34 persen dari populasi di Amerika Serikat mengalami kelebihan berat badan dengan Body mass index (BMI) 25,0 sampai 29,9kg/m2. Sedangkan 30 persen adalah obesitas dengan BMI lebih dari 30kg/m2. Obesitas dikalangan orang dewasa meningkat dari 30 persen pada tahun 2000 hingga 32,2 persen pada tahun 2004.3
9
http://digilib.unimus.ac.id
Epidemik global obesitas telah menghasilkan peningkatan yang mengkhawatirkan terkait morbiditas dan mortalitas. Centers for Disease Control (CDC) telah melaporkan dua temuan dari National Health and Nutrition Examination Surveys (NHANES) yang menunjukkan bahwa di antara orang dewasa berusia 20 sampai 74 tahun prevalensi obesitas meningkat dari 15% (dalam survei 19761980) menjadi 32,9% (pada survei 2003 hingga 2004).12 Obesitas telah mencapai proporsi epidemik di beberapa negara di seluruh dunia. Diperkirakan bahwa prevalensi obesitas akan mencapai 50% pada tahun 2025. Kecenderungan serupa telah diamati di negaranegara lain di Asia, Eropa, Amerika Utara dan Selatan. Tingkat prevalensi untuk kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan remaja telah meningkat di kedua negara industri dan berkembang. Secara singkat, gangguan kardiovaskular termasuk hipertensi, diabetes mellitus tipe 2, dislipidemia, dan sindrom metabolik menjadi akibat dari epidemik obesitas selama masa remaja.13 B.3 Faktor Resiko Obesitas 1. Makanan Ketika seseorang ingin kembali kepada pola makan masa kanakkanak, baik waktu maupun jenis makanan yang dimakan. Hal inilah yang merangsang orang tersebut untuk makan terus-menerus. 2. Masalah psikologi Hilangnya rasa pengendalian makan pada seseorang. Baik itu pada saat sedih, bosan, khawatir, maupun stres. 3. Penyimpangan gairah seksual Seperti yang terjadi pada remaja, mereka melampiaskan gairah seksualnya melalui makan. 4. Masyarakat dan media komunikasi Seseorang harus makan terlebih dahulu sebelum melamar pekerjaan untuk meningkatkan penampilanya agar terlihat tegap dan berotot. Sedangkan pesan iklan di media, misalnya akibat obat-
10
http://digilib.unimus.ac.id
obat pelangsing tubuh justru menjadikan seseorang banyak makan untuk dapat mengembalikan fungsi tubuhnya seperti kondisi semula.14 B.4 Penyebab Obesitas Faktor-faktor yang berperan terhadap obesitas : 1. Faktor Genetik Sekitar 80% pasien yang gemuk memiliki riwayat keluarga dengan obesitas. Gen yang berpengaruh pada kejadian obesitas adalah hormon leptin. Obesitas cenderung diturunkan, tetapi tidak saja berbagi gen dari anggota keluarga, makanan dan gaya hidup juga bisa mendorong terjadinya obesitas. Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan kontribusi sebesar 33% terhadap berat badan seseorang. Dari pengamatan yang sudah lama dilakukan juga terlihat bahwa anak-anak obesitas umumnya berasal dari keluarga dengan orang tua obesitas. Apabila salah satu orang tua obesitas, maka sekitar 40-50% anak-anaknya akan menjadi obesitas. Sedangkan obesitas pada kedua orang tua, maka 80% anak-anaknya resiko menjadi obesitas.6, 12, 13,14 2. Faktor Aktivitas Fisik Aktivitas fisik adalah salah satu faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan energi (energy expenditure), sehingga apabila aktivitas fisik rendah maka angka kejadian obesitas akan meningkat. Fisik yang tidak aktif akan membatasi pengeluaran energi dan dapat berkontribusi terhadap peningkatan asupan makanan.12 Individu dengan aktivitas fisik yang kurang aktif (sedentary life) maupun tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang serta mengkonsumsi makanan tinggi lemak, maka akan cenderung mengalami obesitas.7 Berbagai penelitian menunjukkan bahwa lamanya kebiasaan menonton televisi berhubungan dengan peningkatan prevalensi obesitas.13
11
http://digilib.unimus.ac.id
3. Faktor Lingkungan Yang dimaksud faktor lingkungan adalah perilaku atau pola gaya
hidup,
misalnya
asupan
makan.
Faktor-faktor
yang
berpengaruh dari asupan makanan terhadap terjadinya obesitas adalah; kuantitas, porsi perkali makan, kepadatan energi dari makanan yang dimakan, kebiasaan makan (contohnya kebiasaan makan dimalam hari), frekuensi makan, dan jenis makanan. Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 70% faktor lingkungan berperan terhadap obesitas.4, 6 4. Faktor psikologis Pikiran dapat mempengaruhi kebiasaan makan seseorang. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan dan faktor stabilitas emosi diketahui berhubungan dengan obesitas.6, 13 5. Faktor perkembangan Penambahan ukuran dan jumlah sel-sel lemak menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Pada penderita obesitas yang gemuk pada masa kanak-kanak, dapat memiliki sel lemak sampai lima kali lebih banyak dibandingkan dengan orang dengan berat badan normal dan dapat berlanjut pada masa remaja.6 6. Faktor kesehatan Beberapa penyakit yang dapat mengakibatkan obesitas antara lain: a.
Hipotiroidisme
b.
Sindroma Chusing dikaitkan dengan karakteristik dan distribusi lemak seperti moon face.
c.
Sindroma Prader-Willi
12
http://digilib.unimus.ac.id
7. Obat-obatan Obat-obatan dapat pula mengakibatkan terjadinya obesitas, yaitu obat-obatan tertentu seperti steroid dan beberapa anti depresan yang mengakibatkan penambahan berat badan seseorang.6 B.5 Indeks Massa Tubuh/ Body Mass Index BMI digunakan untuk mendefinisikan dan mengkategorikan obesitas yaitu dengan rumus: 14
BMI =
𝐵𝐵 𝑘𝑔 𝑇𝐵 2 𝑚 2
Tabel 2.1 Klasifikasi Body Mass index (BMI) menurut Kriteria Asia Pasifik 2000 11 Kategori Underweight Kisaran Normal Overweight
BMI (kg/m2) < 18.5 kg/m2 18.5 - 22.9 kg/m2
Berisiko
23.0 - 24.9 kg/m2
Obese I
25.0 - 29.9 kg/m2
Obese II
> 30.0 kg/m2
> 23.0 kg/m2
B.6 Dampak Obesitas a. Dampak fisik obesitas Obesitas menjadi dilema kesehatan yang mengerikan, dan obesitas
secara
langsung
dapat
membahayakan
kesehatan
seseorang. Obesitas juga meningkatkan resiko terjadinya sejumlah penyakit menahun antara lain sebagai berikut :6 1. Diabetes tipe 2 (timbul pada masa remaja) 2. Hipertensi 3. Stroke 4. Serangan jantung 5. Gagal jantung 6. Kanker (Jenis kanker tertentu, seperti kanker prostat dan kanker usus besar)
13
http://digilib.unimus.ac.id
7. Gout dan arthritis 8. Osteoartritis 9. Tidur apneu b. Dampak psikologis obesitas Selain itu obesitas juga berdampak pada psikologis seseorang. Adapun dampak psikologis obesitas tersebut antara lain: 1. Penderita merasa emosi dengan kegemukannya dan menarik diri dari pergaulan dan berjanji akan mengontrol berat badannya, namun pada saat kesepian justru melampiaskannya kepada makanan lagi dan kembali pada makanan dalam jumlah besar. Dengan demikian obesitas dapat mengurangi harga diri dan menyebabkan masalah-masalah emosional.13 2. Individu dengan obesitas adalah tidak sehat dan dapat menyebabkan banyak distres.5 3. Obesitas juga dapat menyebabkan seseorang kurang rasa percaya diri dan pada remaja obesitas biasanya menjadi pasif dan depresi.10
C. Remaja C.1 Definisi Remaja Remaja berasal dari istilah bahasa latin adolescere (kata belanda adolescentia) yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence, seperti yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan mental, emosional, spasial dan fisik.15 Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, definisi remaja sebagai berikut: 10 1. Buku-buku pediatrik pada umumnya mendefinisikan remaja apabila telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk laki-laki. 2. Menurut WHO remaja adalah anak yang telah berumur 10-19 tahun.
14
http://digilib.unimus.ac.id
3. Menurut Undang-undang No 4 1979 tentang kesejahteraan anak, remaja adalah
individu yang belum berumur 21 tahun dan
belum menikah. 4. Menurut UU Perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah mencapai umur 16-18 tahun dan sudah menikah dan bertempat tinggal sendiri. 5. Menurut UU Perkawinan No.1 1974 remaja adalah anak yang sudah cukup matang untuk menikah yaitu 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki. 6. Diknas berpendapat bahwa anak disebut remaja bila anak sudah berumur 18 tahun, yang sesuai dengan saat lulus sekolah menengah. C.2 Masa Remaja C 2.1 Perubahan-Perubahn Pada Masa Remaja Fase remaja merupakan segmen perkembangn individu yang sangat penting dan ditandai dengan adanya berbagai perubahan.6 Perubahan-perubahan itu antara lain sebagai berikut: 6 1.
Perubahan fisik Pubertas berarti "usia dewasa" digunakan untuk merujuk pada perubahan fisiologis dan morfologis yang menandai transisi dari masa kanak-kanak sampai dewasa. Proses pubertas berlangsung sekitar 4 sampai 5 tahun. Pada wanita terjadi pada umur 9 sampai 11 tahun, sekitar 2 tahun lebih awal dibandingkan pria. Aspek yang terlihat jelas pada remaja berhubungan dengan
perubahan
hormon
pubertas
yaitu
terjadi
perkembangan fisik yang cepat dan proses kematangan seksual. Sedangkan tanda-tanda seksualitas sekunder mulai muncul pada diri remaja, yaitu tumbuhnya rambut pada daerah vital, pembesaran payudara, dan penonjolan jakun.
15
http://digilib.unimus.ac.id
Penanda paling jelas dari pubertas pada anak perempuan adalah onset dari menstruasi atau menarche. Pubertas yang tepat ditandai dengan pelepasan hormon gonadotropin, peningkatan produksi folikel stimulating hormon (FSH), luteinizing hormon (LH) dan produksi hormon gonadotropin (terutama hormon testosteron pada laki-laki, estrogen pada perempuan). Bersama dengan hormon-hormon gonadotropin tersebut, terjadi peningkatan pelepasan hormon pertumbuhan sehingga merangsang percepatan pertumbuhan. 2.
Perubahan intelektual Jean Piaget mengatakan tentang perkembangan kognitif bahwa seorang remaja beralih dari masa konkrit-operasional ke masa formal-operasional. Pada masa konkrit-operasional, seorang remaja berpikir secara sistematis terhadap hal-hal yang bersifat konkrit. Sedangkan pada masa formaloperasional remaja telah mampu berpikir sistematis terhadap hal-hal yang bersifat abstrak dan hipotesis. Pada masa ini seseorang juga sudah berpikir secara kritis.
3.
Perubahan emosi Emosional pada masa remaja berubah menjadi labil. Menurut G.Stanley Hall perubahan emosi ini terjadi pada kelenjar-kelenjar hormonal. Sementara Elizabeth B.Hurlock menyatakan bahwa pengaruh lingkungan sosial terhadap perubahan
emosi
lebih
besar
dibandingkan
dengan
pengaruh hormonal. 4.
Perubahan sosial Pada masa remaja, seseorang memasuki status sosial yang baru. Kelompok remaja dapat bersifat positif dalam memberikan kesempatan yang luas bagi remaja untuk melatih diri dalam bersikap, bertingkah laku, serta dalam
16
http://digilib.unimus.ac.id
berhubungan sosial. Tetapi juga bersifat negatif apabila ikatan diantara mereka terlalu kuat sehingga tingkah laku menjadi “overacting” dan energi disalurkan ke tujuan yang bersifat merusak. 5.
Perubahan moral Pada masa remaja terjadi perubahan dari konsep moral khusus menjadi konsep moral umum. Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja dapat berpengaruh terhadap kebiasaan makannya. Masalah harga diri secara intensif terjadi pada remaja putri ketika berat badan naik, peningkatan persentase lemak tubuh, pertumbuhan tinggi badan, perkembangan payudara, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kematangan tubuh remaja putri. Remaja sering kurang nyaman dengan pertumbuhan yang sangat pesat. Sehingga remaja sangat rentan terhadap gangguan makan.
C 2.2 Tahap-Tahap Masa Remaja Masa Remaja tersebut berlangsung melalui 3 tahapan yang ditandai dengan isu-isu biologik, psikologik, dan sosial, diantaranya: 7, 15 A. Masa Remaja Awal (10-14 tahun) Masa remaja awal adalah periode dimana masa anak telah berakhir dan masa pubertas dimulai. Pada anak perempuan
biasanya antara umur 10-13 tahun sedangkan
pada anak laki-laki 10,5-15 tahun. Tanda-tanda masa remaja awal diantaranya: a.
b.
Peningkatan
yang
pematangan
fisik.
cepat
dari
pertumbuhan
dan
Sebagian besar energi intelektual dan emosional ditargetkan pada penilaian kembali dan restrukturisasi terhadap jati diri.
17
http://digilib.unimus.ac.id
c.
Penerimaan dari kelompok sebaya sangatlah penting.
d.
Pertumbuhan
pubertas
yang
hampir
lengkap,
munculnya keterampilan-keterampilan berpikir baru, peningkatan pengenalan terhadap datangnya masa dewasa dan keinginan untuk memapankan jarak emosional dan psikologis dengan orangtua. B. Masa Remaja Menengah (15-16 tahun) Umur kronologis tercapainya stadium ini begitu bervariasi, berkisar antara umur 11-14 tahun pada anak perempuan dan 12-15,5 tahun pada anak laki-laki. Masa remaja menengah adalah
masa pertumbuhan dan
perubahan yang sangat dramatis. C. Masa Remaja Akhir (17-19 tahun) Masa remaja akhir pada perempuan yaitu berkisar antara 13-17 tahun dan pada anak laki-laki antara 14-16 tahun. Masa remaja akhir ditandai dengan persiapan untuk peran sebagai orang yang dewasa.
D. Remaja Obesitas D.1 Pengaruh obesitas terhadap remaja Dari penelitian-penelitian mengenai orang-orang yang mengalami obesitas, maka dapat dihasilkan beberapa karakteristik yang sering dikaitkan dengan orang yang mengalami obesitas antara lain : a. Keterampilan sosial Orang yang obesitas dipandang sebagai orang orang-orang yang memiliki keterampilan sosial yang rendah. b. Kontrol diri Menyatakan bahwa orang-orang yang obesitas dinilai sebagai orang yang memiliki kontrol diri yang rendah.
18
http://digilib.unimus.ac.id
c. Tingkat kepercayaan diri Orang yang obesitas cenderung memiliki kepercayaan diri yang rendah dari pada orang-orang yang memiliki tubuh ideal. d. Penampilan fisik dan wajah Kebanyakan orang beranggapan bahwa seseorang yang obesitas biasanya juga memiliki wajah serta penampilan fisik yang tidak menarik. e. Tingkat keterampilan Orang-orang yang obesitas biasanya lambat dalam melakukan suatu kegiatan yang berhubungan dengan gerak tubuh, sehingga diasumsi bahwa orang yang obesitas cenderung kurang terampil dan tidak cekatan dalam melakukan sesuatu. f. Dalam mendapatkan teman kencan Orang yang obesitas biasanya sulit mendapatkan teman kencan. Kebanyakan orang lebih tertarik memilih teman kencan yang memiliki bentuk tubuh ideal daripada yang memiliki bentuk tubuh gemuk.16 D.2 Perkembangan remaja dengan obesitas Remaja putri yang mengalami obesitas memiliki pandangan berbeda-beda terhadap dirinya. Kehidupan sosial dan interaksi dengan orang lain akan mempengaruhi bagaimana seorang remaja putri mengalami obesitas, memahami dan mempersepsikan dirinya. Konsep diri pada remaja putri yang mengalami obesitas akan mempengaruhi bagaimana ia memandang dan menerima kondisi fisiknya. Remaja putri yang memiliki konsep diri negatif akan mengalami kecemasan dan perasaan tidak nyaman akan penampilan fisiknya, namun jika remaja putri tersebut memiliki konsep diri yang positif maka penerimaan terhadap diripun dapat secara apa adanya tanpa harus merasa cemas dan bersalah terhadap keadaan fisiknya.16
19
http://digilib.unimus.ac.id
E. Stres dan Obesitas Salah satu kebutuhan dasar manusia untuk dapat hidup adalah makan. Tetapi sering manusia makan tidak sekedar untuk memenuhi kebutuhan dasar, melainkan untuk kebutuhan-kebutuhan yang bersifat sekunder, antara lain: a. Makan untuk pemenuhan kebutuhan kasih sayang yang tidak terpenuhi. b. Makan pelampiasan rasa marah, sedih, dan kecewa yang dialami. c. Makan dalam upacara adat atas ucapan rasa syukur dan bahagia. Perilaku makan tidak hanya berkaitan dengan kebutuhan biologis saja, tetapi dapat pula diterangkan dari segi psikologis maupun sosial budaya. Menurut teori psikoanalisis, diterangkan bahwa apabila seseorang marah dan selalu ditekan maka akan menyalurkannya dalam bentuk makan yang berlebihan, sehingga dapat menyebabkan obesitas. Keadaan obesitas merupakan dampak dari pemecahan masalah emosi yang mendalam. Selain itu obesitas juga lebih responsif terhadap rasa, emosional, dan kurang aktif dibandingkan dengan orang yang berbadan normal.1
20
http://digilib.unimus.ac.id
F. Kerangka Teori
Peristiwa-peristiwa dalam kehidupan (life event): 1. Frustasi 2. Konflik 3. Tekanan 4. Krisis 5. Hubungan dengan orangtua 6. Hubungan interpersonal 7. Trauma 8. Penyakit fisik atau cidera 9. Perkembangn fisik atau mental 10. Keterlibatan dalam hukum 11. Lingkungan hidup 12. Keuangan
Perilaku tipe “A”
Remaja
Stresor
Faktor-faktor
Remaja obesitas
penyebab obesitas: Genetik Aktivitas fisik
Stigma: - Penampilan - Citra diri
Lingkungan (life style) Psikologis Perkembangan
Kejadian stres
Penyakit yang menyebabkan obesitas Obat-obatan
Gambar 2. 1 Kerangka Teori.
21
http://digilib.unimus.ac.id
G. Kerangka konsep
Variabel Bebas Remaja dengan obesitas: - Putra - Putri
Variabel Tergantung
Kejadian stres
Variabel Perancu
Variabel Perancu
Perilaku tipe “A”
Peristiwa-peristiwa dalam kehidupan (life event): 1. Frustasi 2. Konflik 3. Tekanan 4. Krisis 5. Hubungan dengan orangtua 6. Hubungan interpersonal 7. Trauma 8. Penyakit fisik atau cidera 9. Perkembangan fisik dan mental 10. Keterlibatan dalam hukum 11. Lingkungan hidup 12. Keuangan
Gambar 2.2 Kerangka Konsep.
H. Hipotesis Terdapat perbedaan kejadian stres antara remaja putra dengan remaja putri obesitas di SMA Negeri 1 Wonosari, Klaten.
22
http://digilib.unimus.ac.id