BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Bayi Baru Lahir Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang
sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran. Serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Vivian,2012). Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa. Ibu melahirkan bayi dari perutnya dan bayi sedang menyesuaikan diri dari dalam perut ibu ke dunia luar. Untuk itu, petugas yang menolong persalinan harus tinggal bersama ibu dan bayi untuk memastikan bahwa keduanya dalam kondisi yang stabil. Setelah bayi lahir, berikan bayi kepada ibunya secepat mungkin. Kontak dini antara ibu dan bayi penting untuk mempertahankan panas yang benar pada bayi baru lahir, ikatan batin, dan pemberian ASI. Doronglah ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi telah siap. Jangan paksakan bayi untuk menyusu. Makanan pertama dan utama bayi baru lahir tentu saja ASI. ASI sangat sesuai untuk memenuhi kebutuhan bayi. Tekstur ASI juga sangat sesuai dengan pencernaan bayi. Selain itu, jumlah zat gizi yang terkandung di dalam ASI akan berubah sesuai dengan kebutuhan bayi. Sehingga, sampai usia 6 bulan, kebutuhan gizi bayi dapat terpenuhi melalui ASI tanpa diberikan makanan pendamping ASI (Widodo,2010).
2.1.1. Cara Menyusui Bayi Baru Lahir Cara menyusui bayi baru lahir menurut Depkes RI (1998) adalah : 1. Berikan bayi kepada ibu ketika akan disusui, sebaiknya sesegera mungkin dalam jam pertama setelah lahir. Usahakan agar bayi tetap hangat dengan menempelkan tubuh bayi pada tubuh ibu, kemudian tubuh ibu dan bayi ditutup dengan kain kering. 2. Bantulah ibu pada saat menyusui pertama kali. 3. Bayi hendaknya tidur di samping ibu. 4. Berikan ASI sesering mungkin. Biasanya bayi baru lahir ingin menyusu setiap 2-3 jam (paling sedikit 10-12 kali dalam 24 jam). 5. Berikan hanya kolostrum dan ASI. Makanan lain termasuk air, dapat menyebabkan bayi sakit dan menurunkan produksi ASI, karena payudara menghasilkan ASI berdasarkan seringnya bayi mengisap payudara ibu. 6. Hindari susu botol dan dot. Pemakaian keduanya dapat mengakibatkan bayi tidak mau atau tidak dapat mengisap puting ibu dengan baik. Tata laksana memosisikan bayi menurut Rusli (2009) : 1. Letakkan kepala bayi pada pertengahan lengan bawah ibu (tidak di siku ibu). 2. Pegang bagian belakang dan bahu bayi. 3. Hadapkan seluruh badan bayi ke badan ibu. 4. Lekatkan dada bayi pada dada ibu. 5. Bayi datang dari arah bawah sehingga bayi menengadah, dagu bayi melekat pada payudara ibu.
6. Jauhkan hidung bayi dari payudara, kepala bayi tidak terletak di siku ibu. 7. Bahu dan lengan ibu tidak tegang dan dalam posisi natural. Berdasarkan hasil penelitian Iin dan Titik (2009) tentang analisa hubungan pengaruh cara menyusui dengan kejadian payudara bengkak, menunjukkan bahwa ada pengaruh cara menyusui dengan payudara bengkak. Dari 22 responden yang melakukan cara menyusui yang benar, 20 responden (90,9%) tidak mengalami payudara bengkak dan 2 responden (9,1%) mengalami payudara bengkak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, payudara bengkak dipengaruhi oleh cara menyusui yang salah. Berdasarkan hasil penelitian Nikke (2011) tentang hubungan teknik menyusui dengan terjadinya lecet puting susu pada ibu nifas, menunjukkan bahwa ada pengaruh cara menyusui dengan terjadinya lecet puting susu pada ibu nifas, dari 19 responden (70,4%) yang mengalami lecet puting susu terdapat 12 responden (100%) yang melaksanakan teknik menyusui kurang, 2 responden (40%) yang melaksanakan teknik menyusui cukup, dan 5 responden (50%) yang melaksanakan yang melaksanakan teknik menyusui yang baik. Sedangkan 8 resonden (29,6%) yang tidak mengalami lecet puting susu terdapat 0 responden (0%) yang melaksanakan teknik menyusui kurang, 3 responden (60%) yang melaksanakan teknik menyusui cukup, dan 5 responden (50%) yang melaksanakan teknik menyusui dengan baik. 2.1.2. Tanda-Tanda Bayi Memperoleh ASI Cukup Tanda-tanda bayi memperoleh ASI cukup menurut Depkes RI (1998) adalah : 1. Bayi buang air kecil minimal 6 kali per hari dan warna urin jernih atau kekuningan
2. Bayi sering buang air besar kuning dan tampak seperti berbiji. 3. Bayi tampak puas, dengan saat-saat lapar, tenang dan mengantuk. Bukanlah hal yang baik bila bayi tidur terus. 4. Bayi menyusu paling sedikit 10 kali dalam 24 jam. 5. Payudara ibu terasa kosong dan lunak setelah menyusui. 6. Ibu dapat merasakan turunnya ASI ketika bayi pertama kali menyusu. 7. Ibu dapat mendengar bunyi menelan ketika bayi menelan ASI. 8. Berat badan bayi naik. 2.2.
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah tindakan segera setelah bayi lahir, bayi
diletakkan menempel di dada atau perut ibu, dibiarkan merayap mencari puting, kemudian menyusu sampai puas. Proses ini berlangsung minimal satu jam pertama sejak bayi lahir (Depkes RI,2008). 2.2.1. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini Menurut Depkes RI (2008), manfaat IMD antara lain : A. Bagi Bayi 1. Ketika baru lahir, bayi tidak perlu dibedong. Suhu kulit dada ibu yang melahirkan akan menyesuaikan dengan suhu tubuh bayi. 2. Ibu dan bayi akan menjadi lebih tenang sehingga pernapasan dan detak jantung bayi akan menjadi lebih stabil dan membuat bayi tidak rewel. 3. Saat merayap di dada ibu, bayi menjilat-jilat kulit ibu dan menelan bakteri nonpathogen dari kulit ibu. Bakteri baik ini akan bekembang biak membentuk koloni
bakteri di kulit dan usus bayi sehingga bayi menjadi lebih kebal dari bakteri pathogen yang berasal dari lingkungan barunya. 4. Kontak kulit ke kulit meningkatkan bonding (ikatan kasih sayang) antara ibu dan bayi. Kontak kulit dalam 1-3 jam pertama ini sangat penting karena setelah itu, biasanya bayi tertidur. 5. Bayi memperoleh kolostrum yang penting untuk kelangsungan hidupnya. Kolostrum ini akan membantu tubuh bayi membentuk daya tahan terhadap infeksi sekaligus penting untuk pertumbuhan usus dimana kolostrum akan membuat lapisan yang melindungi dan mematangkan dinding usus bayi. 6. Bayi yang mengalami IMD memperoleh ASI sejak awal kelahirannya dan ini akan mengurangi risiko bayi menderita alergi. 7. Dengan IMD, produksi ASI akan lancar sehingga bayi dapat memperoleh ASI eksklusif dan tetap menyusu sampai berusia 2 tahun. B. Bagi Ibu 1. Proses IMD membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi perdarahan. 2. Proses IMD merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang membuat ibu merasa tenang, rileks, mencintai bayi dan bahagia. Oksitosin juga menyebabkan terjadinya refleks pengeluaran ASI dan kontraksi rahim yang mencegah perdarahan usai persalinan. C. Bagi Keluarga 1. Ibu dan ayah merasa sangat bahagia bertemu dengan bayinya pertama kali dalam kondisi ini. Ketika ayah mengazankan atau mendoakan bayi, ketiganya akan merasakan pengalaman batin yang amat indah.
2.2.2. Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif Pilar utama dalam proses menyusui adalah Inisiasi Menyusu Dini (IMD). IMD didefinisikan sebagai proses membiarkan bayi menyusu sendiri setelah bayi lahir. Bayi diletakkan di dada ibunya dan bayi itu sendiri dengan segala upayanya mencari puting untuk segera menyusu. Jangka waktunya adalah sesegera mungkin setelah bayi lahir. IMD sangat penting tidak hanya untuk bayi, namun juga bagi ibu. Dengan demikian, sekitar 22% angka kematian bayi setelah lahir pada 1 bulan pertama dapat ditekan. Bayi disusui selama 1 jam atau lebih di dada ibunya segera setelah lahir. Hal tersebut juga penting dalam menjaga produktivitas ASI. Isapan bayi penting dalam meningkatkan kadar hormon prolaktin, yaitu hormon yang merangsang kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Isapan itu akan meningkatkan produksi ASI 2 kali lipat. Itulah bedanya isapan dengan perasan (Nurheti,2010). Berdasarkan hasil penelitian Amalia dan Ni (2010) tentang hubungan pelaksanaan inisiasi menyusu dini dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif, menunjukkan bahwa terdapat hubungan pelaksanaan inisiasi menyusu dini dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Dari 20 responden yang melaksanakan IMD, 85% memberikan ASI eksklusif, dan 15% tidak memberikan ASI eksklusif. Masalah-masalah dalam praktik Inisiasi Menyusu Dini menurut Yesie (2010) adalah : 1. Kurangnya kepedulian terhadap pentingnya Inisiasi Menyusu Dini. 2. Kurangnya konseling oleh tenaga kesehatan tentang Inisiasi Menyusu Dini.
3. Adanya pendapat bahwa suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonorrhea harus segera diberikan setelah lahir, padahal sebenarnya tindakan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri. 4. Masih kuatnya kepercayaan keluarga bahwa ibu memerlukan istirahat yang cukup setelah melahirkan dan menyusui sulit dilakukan. 5. Adanya kepercayaan masyarakat yang menyatakan bahwa kolostrum yang keluar pada hari pertama tidak baik untuk bayi. 6. Adanya kepercayaan masyarakat yang tidak mengizinkan ibu untuk menyusui dini sebelum payudaranya dibersihkan. 2.2.3. Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 450/MENKES/SK/IV/2004, langkah menuju keberhasilan menyusui yaitu : 1. Sarana Pelayanan Kesehatan (SPK) mempunyai kebijakan Peningkatan Pemberian
Air
Susu
Ibu
(PP-ASI)
tertulis
yang
secara
rutin
dikomunikasikan kepada semua petugas. 2. Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan keterampilan untuk menerapkan kebijakan tersebut. 3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai umur 2 tahun termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui.
4. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan, yang dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu mendapat operasi caesar, bayi disusui setelah 30 menit ibu sadar. 5. Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis. 6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir. 7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari. 8. Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan terhadap lama dan frekuensi menyusui. 9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI. 10.Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) dan rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari rumah sakit/rumah bersalin/sarana pelayanan kesehatan. 2.2.4. ASI ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garamgaram organik yang disekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya. ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. Banyak hal yang menyebabkan ibu tidak mau menyusui diantaranya kurang memahami keutamaan ASI dibanding makanan pengganti ASI (Anton,2008).
2.2.5. Kandungan ASI Kandungan ASI menurut Anton (2008) adalah : 1. Karbohidrat Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa yang jumlahnya berubah-ubah setiap hari menurut kebutuhan tumbuh kembang bayi. Hidrat arang dalam ASI merupakan nutrisi yang penting untuk pertumbuhan sel saraf otak dan pemberi energi untuk kerja sel-sel saraf. Selain itu karbohidrat memudahkan penyerapan kalsium mempertahankan faktor bifidus di dalam usus (faktor yang menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya dan menjadikan tempat yang baik bagi bakteri yang menguntungkan). 2. Protein Protein dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan pengganti ASI, tetapi protein ASI sangat cocok karena unsur protein didalamnya hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi. 3. Lemak Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat jumlahnya. Lemak dalam ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi dan hal ini terjadi secara otomatis, menurut perkembangan bayi dan kebutuhan energi yang dibutuhkan. Lemak dalam ASI mudah dicerna karena mengandung enzim lipase. 4. Mineral ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya relatif rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan. Zat besi dan kalsium
dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan mudah di serap dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu. 5. Vitamin ASI mengandung vitamin yang lengkap yang dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan, kecuali vitamin K. Karena bayi baru lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin K. 2.2.6. Jenis ASI Jenis ASI menurut Anton (2008) adalah : 1. Kolostrum Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae yang mengandung tissue debris dan redual material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar mamae sebelum dan segera setelah melahirkan anak. Komposisi kolostrum dari hari ke hari berubah. Kolostrum merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan ASI mature. 2. ASI Peralihan (Masa Transisi) Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI mature. Disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi. Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi, dan volumenya meningkat. 3. ASI Mature ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya, komposisinya relatif konstan. Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi. Terdapat anti mikrobakterial faktor, yaitu antibodi terhadap bakteri dan virus.
2.2.7. Produksi ASI Kandungan kompleks pada ASI relatif mudah dicerna, sangat dibutuhkan bayi, dan tidak tergantikan oleh susu formula mana pun. Kualitas ASI bisa menurun bila status gizi ibu memburuk. Menurut Nadia (2009), untuk meningkatkan kualitas dan produksi ASI, dapat dilakukan berbagai cara, antara lain : 1. Minum jus buah segar setiap hari. 2. Jangan banyak makan camilan yang tidak sehat dan tidak memberi asupan gizi. Lebih baik makan sereal, susu, dan buah. 3. Perbanyak konsumsi sayur dan buah. Sayuran hijau akan meningkatkan zat besi untuk menangkal anemia pada ibu dan bayi. Buah sebagai anti oksidan agar ibu tidak mudah sakit. 4. Makan saja jika merasa lapar. Biarpun jika dihitung-hitung dalam sehari ibu bisa makan lebih dari lima kali sehari. 5. Konsumsilah makanan yang mengandung kalsium dan zat besi seperti ikan dan minum susu khusus ibu menyusui. 6. Pilih makanan yang mengandung lemak esensial (karena penting untuk otak dan imunitas bayi), seperti minyak ikan, telur, dll. 7. Banyak minum air putih. 8. Relaks dan percaya diri produksi ASI berlimpah. 9. Istirahat yang cukup untuk menekan stres yang akan menghambat produksi ASI. 10. Olahraga secara rutin, agar sehat dan hati senang yang akan meningkatkan hormon untuk menunjang produksi ASI.
Berdasarkan penelitian Dewi, dkk (2012) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI pada ibu nifas, menunjukkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi produksi ASI. Faktor makanan yang kurang menyebabkan produksi ASI tidak lancar sebanyak (62,5%). Faktor psikis yang sedang juga menyebabkan produksi ASI berkurang (60,0%). Faktor isapan bayi yang baik menyebabkan produksi ASI lancar (70,0%). Berdasarkan penelitian Ayu (2012) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kelancaran produksi ASI pada ibu menyusui, menunjukkan bahwa faktor frekuensi sering menyusui berpengaruh terhadap produksi ASI lancar (76,5%). Faktor mengkonsumsi makanan bergizi secara baik berpengaruh terhadap kelancaran produksi ASI (74,1%). Faktor melakukan perawatan payudara secara baik berpengaruh terhadap kelancaran ASI (76%). 2.2.8. Frekuensi Pemberian ASI ASI diberikan kepada bayi segera setelah bayi dilahirkan. Walaupun bayi tidak lapar, saat ini paling tepat untuk mulai menyusu. Pada hari pertama, bayi sering kali mengantuk dan mungkin hanya membutuhkan menyusu 3 kali. Hari kedua sampai kelima saat bayi terbangun, bayi menjadi lebih tertarik untuk menyusu dan mungkin menyusu sebanyak sepuluh kali atau lebih selama 24 jam. Pada hari-hari berikutnya, bayi mungkin menyusu sebanyak delapan kali selama 24 jam (Jane,2003). Sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain seperti kencing, atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang
sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang tidak teratur, dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian. Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa dijadwal, sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah banyak masalah yang mungkin timbul (Soetjiningsih,1997). 2.2.9
Manfaat Pemberian ASI 1. Manfaat untuk bayi Manfaat pemberian ASI bagi bayi menurut Widodo (2010) adalah : a. Nilai gizinya, baik dalam jumlah maupun macamnya, sesuai dengan kebutuhan bayi. b. Tidak memberatkan kerja pencernaan dan ginjal bayi. c. Mengandung berbagai zat antiinfeksi. d. Segar dan terhindar dari pencemaran kuman. e. Suhunya ideal f. Memberi kehangatan hubungan bayi dengan ibunya. 2. Manfaat untuk ibu Manfaat pemberian ASI bagi ibu menurut Nur (2011) adalah : a. Menguntungkan Secara Ekonomis Dengan menyusu secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya
untuk makanan bayi sampai bayi berumur 6 bulan. Dengan demikian, menyusu akan menghemat pengeluaran rumah tangga, dan biaya bisa dialokasikan untuk
memberikan makanan yang lebih bergizi kepada ibu menyusui karena menyusui memerlukan zat gizi lebih. b. ASI Tidak Pernah Basi ASI dalam payudara tidak pernah basi dan ia tidak perlu memerah, ataupun membuang ASInya sebelum menyusui. c. Timbul Rasa Percaya Diri pada Diri Ibu Untuk Menyusui Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih sayang terhadap bayi sehingga meningkatkan produksi hormon, terutama oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI. d. Praktis dan Tidak Merepotkan Bila bayi diberi ASI, ibu tidak perlu repot mempersiapkan alat-alat dan membuat minuman bayi. ASI selalu tersedia. Ketika bayi ingin menyusu, langsung dapat diberikan. e. Menyusui Dapat Menunda Kehamilan Menyusui bisa menjadi cara Keluarga Berencana (KB) yang paling efektif untuk mencegah kehamilan. Dengan menyusui secara eksklusif, dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga menjadi alat kontrasepsi alamiah. f. Mengurangi Risiko Berat Badan Berlebih Dengan menyusui, lemak yang ada di tubuh akan diubah menjadi ASI sehingga tidak menyebabkan kegemukan dan cepat mengembalikan bentuk tubuh seperti semula. Menyusui membutuhkan energi sekitar 500 kalori per hari sehingga tidak perlu mengurangi jumlah makanan yang dikonsumsi.
g. Mempercepat Pengecilan Ukuran Rahim Ibu Isapan bayi saat menyusu mampu membantu rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk kembali kemasa prakehamilan, dan mengurangi risiko pendarahan. Hormon oksitosin juga berfungsi membantu rahim kembali mengecil lebih cepat dibanding ibu yang tidak menyusui. h. Mengurangi Risiko Terkena Penyakit Hormon oksitosin akan keluar saat ibu menyusui bayinya. Hormon ini berguna untuk melindungi ibu dan mengurangi risiko terkena penyakit seperti kanker payudara, kanker rahim, dan osteoporosis. 2.3.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan IMD A. Faktor Ibu Menurut King (1993), faktor-faktor yang menyebabkan ibu tidak menyusui
bayinya adalah : 1. Payudara Terlalu Penuh dan Nyeri Hal ini disebabkan oleh ASI yang mengisi payudara, dan sebagian disebabkan peningkatan jumlah darah dan cairan di jaringan ikat. Pada banyak wanita, payudara hanya terasa penuh. Ibu harus sering menyusui bayinya untuk mengeluarkan ASI. Bila ASI tidak cukup banyak dikeluarkan, payudara bisa terbendung sehingga terasa nyeri dan terasa sakit bila tersentuh. Dalam keadaan ini, ASI bisa berhenti mengalir. Bendungan lebih sering terjadi setelah persalinan di rumah sakit daripada persalinan di rumah. Terutama di rumah sakit yang memberikan makanan prelakteal dan yang memberikan makanan bayi berdasarkan jam.
Biasanya setelah beberapa hari, pembendungan akan berhenti. Tetapi, ibu yang menderita pembendungan harus ditolong agar merasa tetap nyaman dan terus menyusui bayinya walaupun payudaranya terbendung. Bila tidak ditolong, proses menyusui bisa gagal. 2. Ada Benjolan Nyeri pada Payudara a. Saluran Terhambat Kadang-kadang saluran terhambat, sehingga ASI dari segmen payudara tersebut tidak mengalir dan terbentuk benjolan nyeri. Pada wanita yang berkulit terang, kulit di atas benjolan akan terlihat kemerahan. b. Mastitis Jaringan payudara bisa terinfeki jika saluran yang tersumbat tidak dibersihkan. Infeksi bisa menyebar ke segmen lain. Payudara yang terbendung juga bisa terinfeksi. Mastitis adalah keadaan payudara ibu membengkak dan nyeri. c. Abses Payudara Abses bisa terjadi pada bagian payudara yang terinfeksi jika saluran yang tersumbat atau yang mengalami mastitis tidak segera diobati. Payudara bengkak, terasa panas, nyeri, dan berisi cairan. 3. Puting Susu Nyeri Kesalahan posisi bayi dalam mengisap adalah salah satu penyebab nyeri pada puting susu. Bayi tidak cukup banyak memasukkan areola ke mulutnya, dan hanya mengisap dari ujung puting susu saja. Keadaan ini disebut nyeri puting susu karena salah posisi.
4. Kulit Puting Susu Pecah Bila kulit puting susu rusak, bakteri bisa memasuki jaringan payudara dan menyebabkan mastitis atau abses payudara. Infeksi lebih mungkin terjadi bila bayi berhenti menyusu sehingga ASI tidak dikeluarkan. Menurut Soetjiningsih (1997), faktor-faktor yang menyebabkan ibu bisa /tidak menyusui bayinya adalah : 1. Pada ibu dengan TBC aktif, asal sudah mendapatkan pengobatan, ibu masih tetap boleh menyusui. Sedangkan pada bayinya dapat segera diimunisasi BCG. 2. Pada ibu yang sakit berat biasanya produksi ASInya menurun, asal ibu mendapat pengobatan yang tepat dan diet yang baik, maka setelah ibu sembuh bisa kembali menyusui bayinya. 3. Pada ibu-ibu yang malnutrisi, produksi ASI lebih sedikit daripada ibu yang gizinya baik. Dengan suplementasi makanan, maka produksi ASI bisa ditingkatkan. 4. Pada ibu yang menderita Hepatitis B atau AIDS, masih terdapat beberapa pendapat. Ada yang menganjurkan agar ASI tetap diberikan kepada bayi, terutama di negara-negara berkembang, karena nilai gizi ASI yang tinggi. Tetapi ada pula yang menentang pemberian ASI tersebut, dengan alasan bayi belum tentu ketularan ibunya pada saat mereka lahir, sehingga perlu dicegah penularan melalui ASI yang mungkin terkontaminasi virus hepatitis B/HIV, misalnya akibat dari puting susu ibu yang lecet, atau sebab lainnya. Penularan vertikal dari ibu yang menderita AIDS pada bayinya berkisar antara 25% sampai 50%. Penelitian di Taiwan membuktikan bahwa ASI cukup aman untuk bayi. Pada 11 bayi yang menyusu dari ibu yang menderita heptitis C, ternyata pada
evaluasi sampai bayi berusia 1 tahun, tidak menunjukkan adanya hepatitis C pada bayi tersebut. Menurut Bloom dalam Soekidjo (2010) pengetahuan dan sikap berpengaruh terhadap tindakan seseorang. 1. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. 2. Sikap Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Gangguan pemberian ASI pada prinsipnya berakar pada kurangnya pengetahuan, rasa percaya diri, serta kurangnya dukungan dari keluarga dan lingkungan. Pemberian ASI sesungguhnya proses alamiah, tetapi bukan berarti jadi seketika. Menyusui memerlukan persiapan, dan persiapan itu dimulai sejak hamil. Keengganan menyusui bayi bisa terjadi apabila ibu tidak mengetahui tentang manfaat ASI bagi bayi dan juga tergoda oleh iklan susu formula. Agar hal ini tidak terjadi, kepada calon ibu perlu diajarkan betapa pentingnya ASI bagi bayi. Selain itu
perlu juga diajarkan cara memberikan air susu pertama, upaya yang perlu dilakukan untuk memperbanyak ASI, serta cara perawatan payudara selama menyusui (Arisman,2009). Menurut Arbon dan Byme (2001), faktor yang mempengaruhi ibu untuk menyusui adalah faktor psikis. Status psikis mendasari ibu dan pendukungnya untuk keberhasilan menyusui, termasuk rasa percaya diri ibu dan komitmennya untuk menyusui. Bayi yang merasa kenyang adalah kepuasan bagi ibu menyusui. Dukungan orang-orang terdekat juga termasuk ke dalam faktor psikis. Dukungan bisa dilakukan dengan banyak cara, diantaranya memberi informasi atau pengetahuan tentang keuntungan menyusui dan cara-cara menyusui, memberi pengertian, membesarkan hati, menyayangi dan memberi pertolongan fisik agar ibu dapat menyusui (Yesie,2010). Berdasarkan hasil penelitian Subur, dkk (2012) tentang hubungan pendidikan dan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan sikap terhadap pemberian ASI eksklusif, responden yang memiliki pengetahuan yang tinggi adalah responden yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya (23,3%). Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan cukup (63,3%) dan rendah (13,3%) kebanyakan tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Dengan demikian pengetahuan mempengaruhi seseorang dalam berfikir tentang pemberian ASI eksklusif.
B. Faktor Bayi Menurut King (1993), faktor-faktor yang menyebabkan bayi tidak menyusui adalah : 1. Bayi Lahir Prematur Bayi bisa mengisap dan menelan sejak umur kehamilan 34 minggu. Oleh sebab itu, bayi yang lahir prematur belum sanggup menyusu secara langsung kepada ibunya. Tetapi, bayi harus tetap diberikan ASI karena bila bayi lahir tidak cukup umur, ASI mengandung lebih banyak protein daripada ASI matang dan ASI ini sesuai dengan kebutuhan bayi yang lahir tidak cukup umur. 2. Bibir atau Langit-langit Sumbing Bayi yang sumbing pada langit-langit lunak ( palatum molle ), bayi dapat menyusu tanpa kesulitan apabila bayi disusukan dalam posisi tegak, agar ASI tidak masuk ke dalam hidung. Sumbing hanya pada bibir atas saja, maka bayi dapat menyusu sambil ibu menutup sumbing tersebut dengan jarinya agar bayi dapat mengisap dengan sempurna. Sedangkan yang paling sulit adalah jika terjadi sumbing ganda, yaitu sumbing pada langit-langit keras/lunak dan bibir, sehingga sulit mengisap puting susu dengan sempurna. Untuk bayi yang demikian, ibu dapt mengeluarkan ASI dengan tangan/pompa kemudian diberikan dengan sendok/pipet. C. Faktor Petugas Kesehatan Kebanyakan petugas kesehatan merasa IMD sulit diselenggarakan karena hambatan waktu dan tempat. Tetapi, masih ada yang mendukung pelaksanaan IMD. Petugas yang mendukung IMD dapat membawa perubahan bangsa ke arah yang lebih
baik (Depkes,2008). Berdasarkan hasil penelitian Erika, dkk (2010) tentang hubungan tingkat pengetahuan dan sikap bidan tentang IMD terhadap perilaku bidan melakukan IMD, menunjukkan bahwa terdapat hubungan pengetahuan dan sikap dengan pelaksanaan IMD. Pengetahuan tentang IMD dalam kategori cukup terdapat 87,5% responden yang tidak melakukan IMD dan pengetahuan tentang IMD dalam kategori baik terdapat 92,9% responden yang melakukan IMD. Sikap dalam kategori baik terdapat 75% responden yang tidak melakukan IMD, sedangkan sikap dalam kategori sangat baik terdapat 66,7% responden yang melakukan IMD. 2.4.
Berat Badan Bayi Banyak bayi mengalami penurunan berat badan pada minggu pertama
kehidupan. Namun bila berat badan bayi pada saat lahir 2,5 kg dan tidak mengalami peningkatan berat badan pada minggu pertama, atau jika berat badan bayi terus menurun setelah minggu pertama, ibu dianjurkan untuk konsultasi kepada bidan atau dokter. Pemantauan pertumbuhan diukur dari panjang badan dan berat badan. Pemantauan pertumbuhan ini sangat penting untuk melihat apakah bayi sehat dan cukup nutrisi. Bayi yang sehat akan mengalami penambahan berat badan setiap bulannya, dan sebaliknya bayi yang sakit akan mengalami penurunan berat badan setiap bulannya. Bayi baru lahir harus segera ditimbang berat badannya dan pada setiap bulan dalam satu tahun pertama kehidupan (Bahiyatun,2009). Jika berat badan bayi ketika lahir kurang dari 2,5kg, disebut BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), bisa karena bayi lahir prematur atau karena tumbuh kembang bayi di rahim yang kurang pada bayi yang lahir cukup bulan. Bayi yang lahir akan
kehilangan 5-10% dari berat badannya pada hari ke-4 dan berat badannya akan kembali pada hari ke-10, dengan pemberian ASI yang mulai teratur dan mencukupi. Berat badan menjadi dua kali berat ketika lahir saat bayi berusia 5 bulan. Menjadi tiga kali berat ketika lahir saat usia satu tahun, dan menjadi empat kali berat ketika lahir saat usia dua tahun. Pada masa prasekolah kenaikan berat badan rata-rata 2kg/tahun. Setiap bayi mempunyai pola pertumbuhannya sendiri. Tidak ada dua bayi yang sama, karena pertumbuhan dan perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti keturunan dan pola makan (Suririnah,2009). 2.5.
Landasan Teori - Menurut Bloom dalam Soekidjo (2010), perilaku dibedakan menjadi 3 tingkat, yaitu: 1. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). 2. Sikap Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya).
3. Tindakan atau Praktik Sikap adalah kecendrungan untuk bertindak. Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain, adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. -
Berdasarkan hasil penelitian Subur, dkk (2012) menunjukkan bahwa pengetahuan ibu berpengaruh terhadap pemberian ASI.
-
Menurut King (1993), Kondisi ibu dan bayi juga berpengaruh terhadap pemberian ASI.
1. Faktor Ibu a. Payudara terlalu penuh dan nyeri b. Ada benjolan nyeri pada payudara (saluran terhambat, mastitis, dan abses peyudara) c. Puting susu nyeri d. Kulit puting susu pecah 2. Faktor Bayi a. Bayi lahir prematur b. Bibir atau langit-langit sumbing - Pelaksanan IMD pada bayi baru lahir. Menurut Nurheti (2010), IMD didefinisikan sebagai proses membiarkan bayi menyusu sendiri setelah bayi lahir. Bayi diletakkan di dada ibunya dan bayi itu sendiri dengan segala upayanya mencari puting untuk segera menyusu. Jangka waktunya adalah sesegera mungkin setelah bayi lahir.
- Petugas kesehatan berperan dalam pelaksanaa IMD (Depkes,2008). Berdasarkan hasil penelitian Erika, dkk (2010) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap bidan dalam pelaksana IMD. 2.7.
Kerangka Konsep Berdasarkan teori Bloom dalam Soekidjo (2010), perilaku dibedakan menjadi
tiga tingkat, yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan. Dalam penelitian ini, yang diteliti adalah gambaran pengetahuan dan sikap terhadap pemberian ASI. Menurut penelitian Subur, dkk (2012) pengetahuan ibu berpengaruh terhadap pemberian ASI. Pengetahuan dan sikap petugas juga berpengaruh dalam pelaksanaa IMD (Depkes,2008). Selain pengetahuan dan sikap, kondisi ibu dan kondisi bayi juga berpengaruh terhadap pemberian ASI (King,1993). Ibu yang mengetahui pentingnya ASI bagi bayi dan memiliki sikap positif terhadap pengetahuan itu akan memberikan ASI kepada bayinya, sebaliknya dengan ibu yang tidak mengetahui hal tersebut.
Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang IMD
Pengetahuan dan Sikap Petugas tentang IMD Inisiasi Menyusu Dini
Kondisi Ibu
Kondisi Bayi
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian