BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kepadatan Jentik Nyamuk Aedes Sp Adalah banyaknya jentik nyamuk Aedes Sp yang ada pada bejana tempat penampungan air (TPA) di dalam atau di sekitar rumah atau tempat-tempat umum, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah. Tempat perkembangbiakan nyamuk ini berupa genangan air yang tertampung di suatu tempat atau bejana yang tidak langsung berhubungan dengan tanah. Untuk mengetahui kepadatan jentik nyamuk Aedes Sp dengan menggunakan Indeks Rumah dan Indeks Kontainer.9)
B. Pengertian dan Gejala DBD Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Ae aegypti. Penyakit DBD dapat menyerang semua usia. Sampai saat ini penyakit DBD lebih banyak menyerang anak-anak, tetapi dalam dekade terakhir ini terlihat adanya kecenderungan kenaikan proporsi penderita penyakit DBD pada orang dewasa.10) Gejala yang lain dari DBD adalah sebagai berikut: nafsu makan menurun, lemah atau lesu, mual, muntah, sakit perut atau nyeri ulu hati, mencret atau tidak bisa berak, pusing, kejang, penurunan kesadaran dan pingsan, kulit dingin serta sekitar mulut, sakit perut yang hebat sering timbul mendahului muntah dan berak darah serta pingsan.1)
C. Derajat Keparahan Sedangkan penyakit DBD diklasifikasikan menjadi 4 tingkatan keparahan yaitu: 1. Derajat I: Penderita demam, disertai dengan gejala konstitusional non
spesifik,
satu-satunya manifesti perdarahan adalah tes terniquet positif dan atau mudah memar.
2. Derajat II: Perdarahan spontan selain manifestasi pada derajat 1, biasanya pada bentuk perdarahan kulit atau perdarahan lain. 3. Derajat III: Gagal sirkulasi dimanifestasi dengan nadi cepat dan lemah serta penyempitan tekanan nadi atau hipotensi, dengan adanya kulit dingin dan lebam serta gelisah. 4. Derajat IV: Syok berat dengan tekanan darah atau nadi tidak terdeteksi.11)
D. Penyebab dan Cara Penularan DBD Penyakit BDB disebabkan oleh virus dengue yang termasuk bagian dari famili flaviridea. Keempat serotype virus dengue (disebut DEN-1,
DEN-2, DEN-3,
DEN-4), dapat dibedakan dengan metode serologi. Infeksi pada manusia oleh salah satu pada serotype menghasilkan imunitas sepanjang hidup terhadap infeksi ulang oleh serotype yang sama, tetapi hanya menjadi perlindungan sementara dan parsial terhadap serotype yang lain.11) Penyakit BDB umumnya ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Sp yang terinfeksi (meskipun juga dapat ditularkan melalui arthropoda).
Bila
terinfeksi, nyamuk akan terinfeksi sepanjang hidupnya, menularkan virus ke individu rentan selama menggigit dan menghisap darah, nyamuk betina terinfeksi juga dapat menurunkan virus ke generasi nyamuk dengan penularan yang signifikan pada manusia. Manusia adalah pejamu utama yang dikenai virus, meskipun studi telah menunjukkan bahwa monyet di beberapa bagian dunia dapat terinfeksi dan mungkin bertindak sebagai sumber virus untuk nyamuk penggigit. Virus bersirkulasi dalam darah manusia terinfeksi pada kurang lebih waktu di mana mereka mengalami demam, dan nyamuk tak terinfeksi mungkin mendapatkan virus bila mereka menggigit individu saat mereka dalam keadaan viralemik. Virus kemudian berkembang ke dalam nyamuk selama periode 8 – 10 hari setelah itu dapat ditularkan ke manusia lain selama menggigit atau menghisap darah berikutnya. Lama waktu yang diperlukan untuk inkubasi ekstrinsik ini tergantung pada kondisi lingkungan, khususnya suhu sekitar.11)
Orang yang terinfeksi virus dengue tidak semua akan sakit DBD, ada yang demam ringan yang akan sembuh dengan sendirinya atau bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala sakit. Tetapi semuanya merupakan pembawa virus dengue selama 1 minggu, sehingga dapat menularkan kepada orang lain di berbagai wilayah yang ada vektornya.
E. Epidemiologi David Bylon seorang dokter kebangsaan Belanda pada abad ke-18 melaporkan infeksi virus dengue pertama kali yang terjadi di Batavia tepatnya pada tahun 1779. Saat ini virus dengue dikenal dengan demam sendi (knokklekoorts). Disebut demikian karena demam menghilang dalam 5 hari, disertai nyeri pada sendi, nyeri otot, dan nyeri kepala.12) Istilah Demam Berdarah di Asia Tenggara pertama kali digunakan di Filipina pada tahun 1953. Di Indonesia, sejak kasus dengue pertama kali dilaporkan di Batavia oleh Bylon (1779) epidemi terjadi pada tahun 1893 di daerah Jatinegara (Van der Scheer, 1894) dan di Medan pada tahun 1930 (Snijdens dkk, 1931)12). Pada tahun 1994 seluruh Propinsi di Indonesia telah melaporkan terjadinya kasus DBD yang terus meningkat dari 2 kasus pada tahun 1968 menjadi 227 kasus pada tahun 1995.12) Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan penyebaran kasus DBD ini sangat komplek yaitu: pertumbuhan penduduk, urbanisasi, yang tidak terkontrol, tidak adanya kontrol terhadap nyamuk yang efektif di daerah endemik, dan peningkatan sarana transportasi. Morbiditas infeksi dengue dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain yaitu: Status imunologi pejamu, kepadatan vektor nyamuk, transmisi virus dengue, keganasan virus, dan kondisi geografis setempat.13) Pola terjangkitnya infeksi dengue dipengaruhi oleh keadaan iklim dan kelembaban udara. Pada suhu panas (280 C – 320 C ) dengan kelembaban yang tinggi nyamuk Aedes Sp akan dapat bertahan hidup dalam waktu yang lama. Di Indonesia oleh karena suhu dan kelembaban tidak selalu sama di setiap tempat maka pola waktu terjadinya penyakit agak berbeda. Di Jawa pada umumnya infeksi dengue terjadi awal Januari, meningkat terus sehingga kasus terbanyak pada bulan April sampai dengan Mei setiap tahun.13)
Menurut UU No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular Permenkes No. 560 tahun 1989 secara epidemiologik, DBD salah satu termasuk penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah.13)
F. Siklus Hidup Nyamuk Aedes Sp mengalami metamorfosis sebagai berikut:
Telur – Jentik – Kepompong – Nyamuk dewasa. 1. Telur Telur Aedes Sp berukuran kecil kurang lebih 50 mikron, bulat panjang dan jorong (oval) menyerupai torpedo. Telur diletakkan satu persatu menempel pada dinding tempat perindukan, terlihat sedikit di atas permukaan.
Di laboratorium
telur menetes dalam 1-2 hari, di alam bebas penetasan kurang lebih sama atau dapat lebih lama tergantung keadaan yang mempengaruhi air di tempat perindukan (ber PH 5,8-8,6 kadar garam
10,0-59,5 mg klor/liter).9) Telur
dapat bertahan sampai berbulan-bulan pada suhu –20 sampai 420C. Bila kelembaban terlampau rendah, maka telur akan menetas dalam waktu 4 hari.12) 2. Jentik (larva)
Berukuran kurang lebih 7 x 4 mm mempunyai pelana yang terbuka, bulu sifon 1 pasang dan gigi sisir yang berdiri lateral. Dalam air jentik atau larva bergerak sangat lincah dan aktif dalam memperlihatkan gerakan naik turun ke dasar tempat perindukan secara berulang-ulang. Jentik atau larva mengambil makanan di dasar tempat perindukan (bottom feeder).
Saat jentik atau larva mangambil O2
dari udara, akan menempatkan sifonnya di atas permukaan air sehingga abdomennya terlihat menggantung pada permukaan air seolah-olah badannya dalam posisi membentuk sudut dengan permukaan air.13) Jentik atau larva menggantung pada permukaan air membentuk sudut 450.3) Dalam waktu ±2 hari. Jentik atau larva akan melakukan pengelupasan kulit sebanyak 4 kali (instar I, instar II, instar III, instar 1V).9) 3. Kepompong ( pupa ) Kepompong atau pupa mempunyai ciri morfologi yang khas yaitu memiliki tabung atau terompet pernafasan yang membentuk segitiga, jika pupa diganggu oleh gerakan atau tersentuh akan bergerak cepat untuk menyelam ke dalam air selama beberapa detik, kemudian muncul kembali dengan cara menggantungkan badannya menggunakan tabung pernafasan pada permukaan air di tempat perindukan. 9) 4. Nyamuk dewasa Setelah 1-2 hari kepompong atau pupa, akan menjadi nyamuk dewasa jantan dan betina. Nyamuk jantan muncul lebih dulu walaupun akhirnya perbandingan jantan dan betina (sex ratio) keluar dari telur sama yaitu
1:115). Nyamuk betina
biasanya melakukan perkawinan hanya sekali saja tapi bertelur terus menerus selama hidupnya. Hanya nyamuk betina saja yang menghisap darah manusia sebagai makanannya. Sedangkan nyamuk jantan tidak menghisap darah tetapi menghisap sari-sari tumbuhan sebagai sari makanan.14) Nyamuk Aedes Sp bersifat antropofilik (senang sekali pada manusia ) dan hanya nyamuk betina yang menggigit di dalam rumah, kadang–kadang di luar rumah dan tempat yang agak gelap.12) Kebiasaan menggigit nyamuk betina dilakukan di pagi hari sampai petang dengan puncak waktu yaitu setelah matahari terbit (jam 08.00-12.00) dan sebelum matahari terbenam (jam 15.00-17.00) kebiasaan
menggigit lainnya adalah kebiasaan menggigit berulang (multiple biters) yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat.12) Dalam waktu 3-4 hari setelah menghisap darah, nyamuk betina mampu bertelur sebanyak 80-125 butir dengan rata-rata 100 butir telur9). Pada malam hari setelah menggigit nyamuk betina beristirahat dalam rumah pada benda-benda yang tergantung seperti kelambu, pakaian, dinding, dan bagian bawah rumah dekat tempat perindukan, biasanya di tempat-tempat yang lebih gelap.20) Perkembangan hidup nyamuk Aedes Sp dari telur hingga dewasa memerlukan waktu 10-12 hari. Umur nyamuk betina berkisar antara
2 minggu sampai 3 bulan atau rata-rata 1,5
bulan, tergantung dari suhu dan kelembaban udara sekelilingnya, kemampuan terbang
nyamuk
Aedes
Sp
berkisar
antara
40-100
m
dari
tempat
perkembangbiakannya.13) Nyamuk Aedes Sp hidup dan berkembangbiak pada tempat-tempat penampungan air bersih yang tidak langsung berhubungan dengan tanah. Jenis–jenis tempat perkembangbiakkannya dapat dikelompokkan : a. Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari seperti bak mandi atau WC, drum, tempayan atau gentong, dan ember. b. Tempat penampungan air bukan untuk sehari-hari seperti tempat minuman burung, vas bunga, perangkap semut, barang-barang bekas (kaleng, botol, plastik, ban).
c. Tempat penampungan alamiah seperti lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang, atau potongan bambu. 6)
G. Ekologi Vektor Penyakit DBD melibatkan 3 unsur mikroorganisme yaitu virus dengue, nyamuk Aedes Sp dan manusia. Secara ilmiah ke 3 kelompok unsur tersebut secara individu atau populasi dipengaruhi oleh faktor lingkungan biologi dan fisik seperti suhu udara (suhu optimum 250C-270C). Kelembaban udara
(70%-90%), curah hujan,
kecapatan angin13) Pola perilaku dan status ekologi ke 3 unsur mikroorganisme tersebut dari selang waktu saling berkaitan dan saling membutuhkan, menyebabkan penyakit DBD
beberapa derajat endemisitasnya pada suatu lokasi ke lokasi yang lain dari tahun ke tahun.13)
H. Pengendalian Vektor Cara paling efektif dalam pengendalian vektor adalah penatalaksanaan lingkungan, yang termasuk perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pemantauan aktifitas untuk modifikasi atau manipulasi faktor-faktor lingkungan dengan suatu pandangan untuk mencegah atau mengurangi perkembangan vektor dan kontak manusia – vektor – patogen.15) Pada tahun 1980 The WHO Expert Committee on Vector Biology and Control mendifinisikan tiga tipe penatalaksanaan lingkungan : 1. Memodifikasi lingkungan transformasi fisik jangka panjang dan habitat vektor. 2. Memanipulasi lingkungan perubahan temporer pada habitat vektor sebagai hasil dari aktifitas yang direncanakan untuk menghasilkan kondisi yang tidak disukai dalam perkembangan vektor. 3. Perubahan pada habitat atau perilaku manusia upaya untuk mengurangi kontak manusia-vektor-patogen.15) Gerakan PSN-DBD adalah keseluruhan kegitan masyarakat dan pemerintah untuk mencegah penyakit DBD, yang sertai pemantauan hasil-hasil secara terus menerus. Gerakan PSN DBD merupakan bagian terpenting dari keseluruhan upaya pemberantasan penyakit DBD dan merupakan bagian dari perwujudan kebersihan lingkungan serta perilaku sehat dalam rangka mencapai masyarakat dan keluarga sejahtera,
dengan
tujuan
untuk
membina
peran
serta
masyarakat
dalam
pemberantasan penyakit DBD, terutama dalam pemberantasan jentik nyamuk penularannya, sehingga penularan DBD dapat dicegah.7)
I. Pemberantasan Vektor Pemberantasan vektor nyamuk penular DBD dilakukan dengan cara menyemprotkan (pengasapan atau fogging) dengan bahan kimia pembunuh nyamuk. Penyemprotan dilakukan 2 kali dengan jarak waktu satu minggu. Penyemprotan ini dalam singkat dapat membatasi penularan, tetapi tindakan ini harus diikuti dengan
pemberantasan terhadap jentik-jentik nyamuk, supaya jumlah nyamuk penular tetap dapat serendah-rendahnya.1) Pemberantasan terhadap jentik-jentik nyamuk penular DBD dilakukan dengan cara memberantas sarang nyamuk, antara lain sebagai berikut: 1. Kimia: dengan menggunakan insektisida pembasmi jentik (larvasida) dan dikenal dengan istilah abatisasi. Dosis yang digunakan 10 gram (1 sendok makan rata) untuk setiap 100 liter air. Abatisasi ini mempunyai efek residu selama 3 bulan. 2. Biologi: dengan memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah). 3.
Fisik: cara ini dikenal dengan kegiatan 3 M (menguras, menutup, mengubur) tempat–tempat penampungan air secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak berkembang biak di tempat tersebut.7)
J. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan Dalam rangka pembinaan dan peningkatan perilaku kesehatan masyarakat, tampaknya pendidikan kesehatan dipandang lebih tepat bila dibandingkan dengan pendekatan yang lain. Pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk intervensi atau upaya yang ditujukan kepada perilaku, agar perilaku tersebut kondusif untuk kesehatan. Menurut Lawrence Green (1980), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu : a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) yaitu faktor-faktor yang mempermudah timbulnya perilaku tersebut, antara lain: sikap, pengetahuan, kepercayaan, nilai-nilai, keyakinan dan sebagainya. b. Faktor-faktor pendukung (enabling factors) yaitu faktor-faktor yang memberi kesempatan timbulnya perilaku tersebut, antara lain: lingkungan fisik, sarana kesehatan misalnya puskesmas, obat-obatan dan sebagainya. c. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) faktor-faktor yang memperkuat timbulnya perilaku tersebut antara lain: keluarga, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan sebagainya.28)
K. Konsep Pengetahuan dan Sikap PSN 1. Pengetahuan tentang PSN Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Orang akan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) apabila ia tahu apa tujuan dan manfaatnya bagi kesehatan atau keluarganya dan apa bahannya apabila tidak melakukan PSN tersebut. Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan khususnya berhubungan dengan penyebaran penyakit DBD dapat dikelompokkan menjadi:
a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit, misalnya: 1) Penyebab penyakit DBD 2) Gejala atau tanda-tanda penyakit DBD 3) Bagaimana cara pengobatan atau kemana mencari pengobatan penyakit DBD 4) Bagai mana cara penularan penyakit DBD 5) Bagaimana cara pencegahan penyakit DBD b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat, misalnya: 1) Jenis-jenis makanan bergizi 2) Manfaat makan yang bergizi bagi kesehatan 3) Pentingnya olahraga bagi kesehatan 4) Penyakit dan bahaya dari kebiasaan merokok, minuman keras, narkoba dan lain-lain 5) Pentingnya istirahat cukup, relaksasi, rekreasi dan sebagainya bagi kesehatan c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
1) Manfaat air bersih 2) Cara pembuangan limbah yang sehat termasuk pembuangan kotoran dan sampah. 3) Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat. 4) Akibat polusi air, udara dan tanah bagi kesehatan. 5) Manfaat pengurasan bak mandi satu minggu sekali. 6) Manfaat mengubur barang-barang bekas dan sebagainya. 2. Sikap terhadap PSN Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan). Setelah mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut. Oleh sebab itu indikator atas sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan yaitu: a. Sikap terhadap sakit dan penyakit Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap gejala atau tanda-tanda suatu penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit, cara pencegahan penyakit dalam hal ini berkaitan dengan penyakit DBD b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara memelihara dan cara-cara (berperilaku) hidup sehat. Dengan pengertian lain sebagai suatu pendapat atau penilaian terhadap makanan, minuman, olahraga, relaksasi atau secara khusus dalam kaitannya dengan cara hidup yang dapat menghindarkan dari penyakit DBD dan tetap sehat. c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya terhadap kesehatan. Misalnya pendapat atau penilaian terhadap air bersih,pembuangan barang bekas, polusi kesehatan lingkungan rumah dan lain sebagainya. Cara mengukur indikator perilaku terutama untuk memperoleh data tentang pengetahuan dan sikap cukup dengan melakukan wawancara, baik secara terstruktur, mendalam maupun focus group discussion.12)
L. Kader Kesehatan Desa Tenaga sukarela yang terdidik dan terlatih dalam bidang tertentu yang tumbuh ditengah-tengah masyarakat dan merasa berkewajiban untuk melaksanakan, meningkatkan dan membina kesejahteraan masyarakat dengan rasa ikhlas tanpa pamrih dan didasari panggilan jiwa untuk melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan. Kader dipilih secara teori oleh, untuk dan dari masyarakat, tetapi kadang kenyataannya dipilih oleh Pamong atau Aparat Desa dan Lembaga atau Sponsor yang lain. Adapun kriteria untuk dipilih menjadi kader yaitu: bisa membaca dan menulis, wanita atau pria, berdomisili tetap didaerah tersebut dan tidak mempunyai anak kecil yang masih harus diasuh secara intensif. 1. Tugas dan Peran Kader, yaitu: a. Perwujudan dari usaha-usaha secara sadar dan terencana untuk menumbuhkan prakarsa dan partisipasi masyarakat, untuk meningkatkan taraf hidup, maka kader perlu diberi ketrampilan dan kepercayaan untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan. b. Diharapkan kader bisa menjadi Agent of Change artinya membawa norma baru yang sesuai dengan nilai tradisional masyarakat dan mampu menggali segi positif dari norma tradisional tersebut. c. Muncul pemimpim-pemimpin baru di desa yang mampu menggali dan mamanfaatkan potensi masyarakat secara optimal. 2. Keuntungan yang diperoleh masyarakat dengan adanya kader yaitu: a. Meningkatkan kualitas kemampuan hingga menumbuhkan pemimpin dan kepemimpinan
baru di masyarakat.
b. Masyarakat dapat memanfaatkan kegiatan dan fasilitas dengan optimal. c. Ketertiban masyarakat dalam program menjadi lebih besar sehingga ikut berperan aktif dalam menyusun tujuan yang ingin dicapai. d. Program dapat dikerjakan oleh kader, karena sifatnya sukarela sehingga dapat menekan biaya. e. Daya jangkau program menjadi lebih luas, karena keterbatasan personil diatasi dengan adanya kader. f. Cara pelaksanaan kegiatan dapat disesuaikan dengan kondisi setempat sebab kader merupakan bagian dari masyarakat tersebut.
3. Kekurangan atau kerugian kader di masyarakat ialah: Karena kader dipilih oleh, dari dan untuk masyarakat secara sukarela tanpa mendapatkan gaji atau imbalan, sehingga mudah sekali keluar atau droup out dari pihak kader terbut, sehingga program kesehatan atau program yang lain sering putus ditengah jalan dan kegiatan serta fasilitas tidak dapat dimanfaatkan dengan optimal.24) 3. Peran Kader Kesehatan dalam kegiatan PSN yaitu: a. Memberikan informasi dan penyuluhan kepada warga tentang DBD, misal: 1. Memberikan penyuluhan DBD kepada keluarga. 2. Memberikan informasi kepada teman dan tetangganya. 3. Memberikan penyuluhan DBD di Posyandu. b. Membentuk kelompok kegiatan (Poktan) PSN-DBD ditingkat RT/RW/ Dusun/Lingkungan misal: 1. Kelompok kegiatan PSN-DBD dikalangan ibu-ibu PKK, Karang Taruna dan Dasa Wisma. 2. Kelompok kegiatan PSN-DBD di RT/RW/Dusun/Lingkungan. c. Mengajak masyarakat untuk melakukan kerja bakti secara berkala misal: 1. Membersihkan lingkungan dan menimbun barang-barang bekas. 2. Membersihkan dan memberi bubuk abate serta menutup Tempat Penampungan Air (TPA) untuk umum. 3. Membersihkan tanah atau kavling kosong dari genangan air. d. Menggerakkan kelompok dasa wisma untuk melaksanakan kunjungan rumah secara berkala untuk memeriksa jentik (PJB). 3) M. Mengenal dan Menghitung Kepadatan Jentik Nyamuk Aedes Sp 1. Mengenal ciri-ciri jentik nyamuk Aedes Sp Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan oleh Boxton dan Hopkin bisa disimpulkan bahwa dalam keadaan normal telur dari nyamuk
Aedes Sp yang
direndam, sebanyak 80% akan menetas pada hari pertama dan 95% pada hari kedua. Ciri – ciri yang khas dari jentik Aedes Sp: a. Adanya corong udara pada segmen terakhir
b. Pada segmen–segmen obdomen tidak dijumpai adanya rambut-rambut berbentuk kipas (Palmate Hairs). c. Pada corong udara terdapat Pecten d. Sepasang rambut serta jumbai akan dijumpai pada corong udara (Siphon) e. Pada setiap sisi abdomen segmen kedelapan ada Combscale sebanyak 8-21 atau berjajar 1-3 f. Bentuk individu dari Combscale seperti duri g. Pada sisi thorax terdapat duri yang panjang dengan bentuk kurva dan adanya sepasang rambut di kepala h. Corong udara atau Siphon di lengkapi dengan Pecten17) 2. Menghitung Kepadatan Jentik Nyamuk Aedes Sp Survai jentik dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Semua tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat perkembangbiakkan nyamuk Aedes Sp di periksa (dengan mata telanjang) untuk mengetahui ada atau tidaknya jentik. b. Untuk memeriksa tempat penampungan air (TPA) yang berukuran besar seperti bak mandi tempayan drum dan bak penampungan air lainnya, jika pada pandangan (penglihatan) pertama tidak menemukan jentik hingga kira-kira 1/2 - 1 menit untuk memastikan bahwa benar-benar jentik tidak ada. c. Untuk memeriksa tempat-tempat perkembangbiakkan yang kecil seperti vas bunga, pot tanaman air, botol yang airnya keruh, seringkali airnya perlu dipindahkan ke tempat lain. d. Untuk memeriksa jentik ditempat yang agak gelap, atau airnya keruh biasanya digunakan senter (baterai). Ada 2 cara memeriksa jentik: 1) Cara Single Larva Survai ini dilakukan dengan mengambil ratio jentik di setiap tempat genangan air yang ditemukan jentik untuk diidentifikasi lebih lanjut jenis jentiknya. 2) Cara Visual
Survai ini cukup dilakukan dengan melihat atau tidaknya jentik disetiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya. Dalam program pemberantasan penyakit DBD survai jentik yang biasa digunakan adalah cara visual. Ukuran yang dipakai untuk menghitung kepadatan jentik Aedes Sp adalah sebagai berikut: 1. House Index (HI) Rumus HI =
Jumlah rumah yang ditemukan jentik x 100% Jumlah rumah yang diperiksa
2. Container Index (CI) Rumus CI =
Jumlah Container dengan jentik x 100% Jumlah Container yang diperiksa
Container adalah tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes Sp. House Index lebih menggambarkan penyebaran nyamuk di suatu wilayah.18)
N. Kerangka Teori Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka dapat dibuat kerangka teori sebagai berikut: Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan di masyarakat
Faktor Predisposing ( yang mempermudah) 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Kepercayaan 4. Nilai-nilai 5. Keyakinan 6. dan lain-lain
Faktor Enabling ( Pendukung ) 1. Lingkungan fisik 2. Sarana kesehatan 3. Puskesmas 4. Rumah sakit 5. Balai pengobatan 6. Bidan Desa 7. dan lain-lain
Faktor Reinforcing ( Pendorong ) 1. Keluarga 2. Tokoh masyarakat 3. Petugas kesehatan 4. Kader kesehatan 5. Ulama 6. dan lain-lain
Pencegahan penyakit DBD di masyarakat
Praktik (tindakan) Pencegahan penyakit DBD : 1. Penatalaksanaan lingkungan 2. Pengendalian secara kimia 3. pengendalian secara biologi 4. Pengendalian secara terpadu 5. 3 M Plus 6. Peran kader kesehatan dalam PSN dan PJB
Penyebaran nyamuk penyebab penyakit DBD di masyarakat
Kepadatan jentik nyamuk Aedes Sp pada tandon air di masyarakat
Masyarakat bebas dari penyakit DBD
Keterangan: Sumber : Modifikasi dari teori Lawrence Green, Soekijo N, Pencegahan DBD 14) Gambar 2.1: Skema Kerangka Teori O. Kerangka Konsep Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah: Variabel bebas Pengetahuan tentang PSN
Sikap terhadap PSN
Variabel terikat Kepadatan jentik nyamuk Aedes Sp pada tandon air
P. Hipotesa 1. Ada hubungan antara pengetahuan kader kesehatan tentang PSN dengan kepadatan jentik nyamuk Aedes Sp pada tandon air di RW 04 Gembongan Kelurahan Karangjati Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. 2. Ada hubungan antara sikap kader kesehatan terhadap PSN dengan kepadatan jentik nyamuk Aedes Sp pada tandon air di RW 04 Gembongan Kelurahan Karangjati Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang.