BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Bersih 2.1.1 Definisi Air Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup dibumi ini. Fungsi air bagi kegidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air didalam tubuh manusia itu sendiri. Menurut Notoadmojo bahwa “Sekitar 55-60% berat badan orang dewasa terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65% dan utuk bayi sekitar 80%” (dalam Mulia, 2005:57). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 416 tahun 1990, yang dimaksud dengan air bersih adalah “air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak” (dalam Pitojo, 2002:21). 2.1.2 Syarat Kualitas air Bersih Standar kualitas air bersih dapat diartikan sebagai ketentuan-ketentuan berdasarkan Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 yang biasanya dituangkan dalam bentuk pernyataan atau angka yang menunjukkan persyaratanpersyaratan yang harus dipenuhi agar air tersebut tidak menimbulkan gangguan kesehatan, penyakit, gangguan teknis, serta gangguan dalam segi estetika. Peraturan ini dibuat dengan maksud bahwa air yang memenuhi syarat kesehatan mempunyai peranan penting dalam rangka pemeliharaan, perlindungan serta
mempertinggi derajat kesehatan masyarakat. Dengan peraturan ini telah diperoleh landasan hukum dan landasan teknis dalam hal pengawasan kualitas air bersih. Air bersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 416/Menkes/per/IX/1990 diharuskan memenuhi persyaratan sebagai berikut. Tabel 1.1 Syarat Kualitas Air Bersih Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 416/Menkes/per/IX/1990
No
Parameter
A. 1. 2. 3. 4. 5. 6. B. a. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Fisika Bau Jumlah zat padat (TDS) Kekeruhan Rasa Suhu Warna Kimia Kimia anorganik Air raksa Arsen Besi Flourida Cadmium Kesadahan CaCo3 Khlorida Kromium valensi 6 Mangan Nitrat, sebagai N Nitrit, sebagai N pH
b. 1. 2. 3. 4.
Kimia organik Aldrin dan Dieldrin Benzene Benzo(a) pyrene Chlordane (total isomer) Chloroform 2,4 D
5. 6.
Satuan
Kadar maksimum yang diperbolehkan
mg/L Skala NTU °C Skala TCU
1.500 25 Suhu udara ± 3°C 50
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L …..
0,001 0,05 1,0 1,5 0,005 500 600 0,05 0,5 10 10 6,5-9,0
mg/L mg/L mg/L mg/L
0,0007 0,01 0,00001 0,007
mg/L mg/L
0,03 0,10
Keterangan
Air hujan pH < 5,5
No
Parameter
7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
DDT Detergen 1,2 Dichloroethene 1,1 Dichloroethene Heptachlor epoxide Hexachlorbenzene Gamma HCH (Lindane) 14. Methoxychlor 15. Pentachlorophenol 16. Pestisida total 17. 3,4,6 Trichlorephenol 18. Zat oraganik C. Mikrobiologik 1. Total Coliform (MPM)
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
Kadar maksimum yang diperbolehkan 0,03 0,5 0,01 0,0003 0,003 0,00001 0,004
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
0,10 0,01 0,10 0,01 10
Satuan
Jumlah per 50 100 ml Jumlah per 10 100 ml
Keterangan
Bukan air perpiaan Air perpipaan
Sumber Pitojo,2002:22-25 2.2 Sumber Air Untuk keperluan air minum, rumah tangga dan industri, secara umum dapat digunakan sumber air yang berasal dari air sungai, mata air, danau, sumur, dan air hujan yang telah dihilangkan zat-zat kimianya, gas racun, atau kuman-kuman yang berbahaya bagi kesehatan. Sutrisno (2010:12-19) menyebutkan bahwa sumber air yang dapat kita manfaatkan pada dasarnya digolongkan sebagai berikut: a. Air Laut Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini, maka air laut tidak memenuhi syarat untuk air minum.
b. Air atmosfir, air meteriologik Dalam keadaan murni, sangat bersih karena dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri/debu dan lain sebagainya. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih banyak mengandung kotoran. Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi (karatan). Juga air hujan ini mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun. c. Air Permukaan Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengaliran, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industry kota dan sebagainya. Beberapa pengotoran ini, untuk masing-masing air permukaan akan berbeda-beda, tergantung pada daerah pengaliran air permukaan ini. Jenis pengotorannya adalah merupakan kotoran fisik, kimia, bakteriologi. Air permukaan ada dua macam, yaitu air sungai dan air rawa/danau. d. Air Tanah Sumber air dari air tanah berasal dari air tanah dangkal, air tanah dalam dan mata air. 1. Air Tanah Dangkal Terjadi karena daya proses peresapan air permukaan tanah. Lumpur akan tertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih
tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masingmasing lapisan tanah. Lapisan tanah disini berfungsi sebagai saringan. Disamping penyaringan, pengotoran juga masih terus berlangsung, terutama pada muka air yang dekat dengan muka tanah, setelah melalui lapisan rapat air, air akan terkumpul merupakan air tanah dangkal dimana air tanah ini dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal. Hal-hal yang perlu diketahui dalam pembuatan sumur dangkal ini adalah : a). Sumur harus diberi tembok rapat air 3,00 m dari permukaan tanah, agar pengotoran oleh air permukaan dapt dihindarkan. b). Sekeliling sumur harus diberi lantai rapat air selebar 1-1,5 m untuk mencegah terjadinya pengotoran dari luar. c). Pada lantai (sekelilingya) harus diberi saluran pembuangan air kotor, agar air kotor dapat tersalurkan dan tidak akan mengotori sumur. d). Pengambilan air sebaiknya dengan pipa kemudian air dipompa keluar e). Pada bibir sumur, hendaknya diberi tembok pengaman dengan tinggi 1 m. Air tanah dangkal ini akan terdapat pada kedalaman 15 meter. Air tanah ini bisa dimanfaatkan sebagai sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal. Dari segi kualitas agak baik sedangkan kuantitasnya kurang cukup dan tergantung pada musim. 2 . Air Tanah Dalam Terdapat pada lapisan rapat air pertama. Pengambilan air tanah dalam, tak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dan
memasukkan pipa kedalamnya sehingga dalam suatu kedalaman (biasanya antara 100-300 m) akan diperoleh suatu lapisan air. Jika tekanan air dalam ini besar, maka air dapat menyembur keluar dan dalam kedaaan ini, sumur ini disebut dengan sumur artesis. Jika air tidak dapat keluar dengan sendirinya, maka digunakan pompa untuk membantu pengeluaran air tanah dalam ini. Kualitas dari air tanah dalam, pada umumnya lebih baik dari air tanah dangkal, karena penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari bakteri. Susunan unsur-unsur kimia tergantung pada lapisan-lapisan tanah yang dilalui. Jika melalui tanah kapur, maka air itu akan manjadi sadah, karena mengandung Ca (HCO3)2 dan Mg (HCO3)2, jika melalui batuan granit, maka air itu lunak dan agresif karena mengandung gas CO2 dan Mn (HCO3). Kualitas air tanah pada umumnya mencukupi (tergantung pada lapisan keadaan tanah) dan sedikit pengaruh oleh perubahan musim. 3. Mata Air Adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya kepermukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitasnya sama deng]an keadaan air dalam. Berdasarkan keluarnya (munculnya permukaan tanah) terbagi atas dua yaitu rembesan, dimana air keluar dari lerenglereng dan umbul, dimana air keluar kepermukaan pada suatu dataran. 2.3 Sumur Gali Salah satu sumber air bersih yang dimanfaatkan oleh masyarakat adalah sumur gali, merupakan bangunan penyadap air atau pengumpul air tanah dengan cara menggali. Kedalaman sumur bervariasi antara 5m-20m dari permukaan tanah
tergantung pada kedudukan muka air tanah setempat dan juga morfologi daerah. Air tanah dari sumur gali dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga terutama untuk minum, masak, mandi, dan mencuci (Marsono,2009). Marsono (2009) dalam tesisnya menjelaskan bahwa kualitas fisik sumur gali yang memenuhi syarat kesehatan bagi penyediaan air bersih adalah sebagai berikut: a. Lokasi 1) Apabila letak sumber pencemar lebih tinggi dari sumber air dan diperkirakan air tanah mengalir ke sumur maka jarak minimal sumur terhadap sumber adalah 11 m. 2) Jika letak sumber pencemar sama atau lebih rendah dari sumur maka jarak minimal sumur gali tersebut 10 m. 3) Yang termasuk sumber pencemar adalah jamban, air kotor/comberan, tempat pembuangan sampah, kandang ternak dan saluran resapan. b. Lantai Lantai harus kedap air dengan lebar minimal 1m dari tepi bibir sumur, tidak retak/bocor, mudah dibersihkan, tidak tergenang air, dan kemiringan 1-5% ke arah saluran pembuangan air limbah agar air bekas dapat mudah mengalir ke saluran air limbah. c. Sarana pembuangan air limbah Sarana pembuangan air limbah harus kedap air, minimal sepanjang lebih kurang 10 m, tidak menimbulkan genangan dan kemiringan minimal 2 % kearah pengolahan air buangan/peresapan.
d. Dinding sumur Dinding sumur minimal sedalam 3 m dari permukaan lantai atau tanah,dibuat dari bahan kedap air dan kuat (tidak muda retak atau longsor) untuk mencegah merembesnya air ke dalam sumur. e. Bibir sumur Tinggi bibir sumur minimal 70 cm dari lantai, terbuat dari bahan yang kuat dan kedap air untuk mencegah merembesnya air ke dalam sumur. Sebaiknya bibir sumur diberi penutup agar air hujan dan kotoran lainnya tidak dapat masuk kedalam sumur. f. Lantai sumur Harus mempunyai luas dan lebar minimal 1 m dari tepi bibir sumur/dinding sumur dengan tebal 10 cm. Untuk kemiringan dibuat sedemikian rupa sehingga air bebas dapat dengan mudah mengalir kesaluran pembuangan air bekas. g. Bangunan sumur gali Harus dilengkapi dengan sarana untuk mengambil dan menimba air seperti timba dengan gulungan atau pompa tangan supaya pengambilan air dapat higienis. h. Timba Jika pengambilan air dengan timba sebaiknya harus selalu digantung dan tidak diletakkan di lantai sumur. Hal ini untuk mencegah pencemaran air melalui timba.
2.4 Sumber Pencemar Air Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.20 tahun 1990 bahwa “Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang membahayakan, yang mengakibatkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya” (Mukono, 2000:18). Peraturan Pemerintah RI No.82 tahun 2001 menyebutkan “pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun ketingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukkannya” (Mulia, 2005:46) Mukono
(2000:19-20)
mengemukakan
bahwa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi pencemaran air adalah sebagai berikut: 1. Mikroorganisme Salah satu indikator bahwa air tercemar adalah adanya mikroorganisme patogendan non patogen didalamnya. Danau/sungai yang terkontaminasi/tercemar mempunyai spesies mikroorganisme yang berlainan dari air yang bersih. Air yang tercemar umumnya mempunyai kadar bahan organik yang tinggi sehingga pada umunya banyak mengandung mikroorganisme heterotropik. 2. Curah Hujan Curah hujan disuatu daerah akan menentukan volume dari badan air dalam rangka mempertahankan efek pencemaran terhadap setiap bahan buangan
didalamnya (deluting effects). Curah hujan yang cukup tinggi sepanjang musim dapat lebih mengencerkan air yang tercemar. 3. Kecepatan Aliran Air (Stream Flow) Bila suatu badan air memiliki aliran yang cepat, maka keadaan itu dapat memperkecil kemungkinan timbulnya pencemaran air karena bahan polutan dalam air akan lebih cepat terdispensi. 4. Kualitas Tanah Kualitas tanah (pasir atau lempung) juga mempengaruhi pencemaran air, ini berkaitan dengan pencemaran tanah yang terjadi di dekat sumber air. Beberapa sumber pencemaran tanah dapat berupa bahan beracun seperti pestisida, herbisida, logam berat dan sejenisnya serta penimbunan sampah secara besar-besaran. 2.5 Proses Pencemaran Sumur Gali Marsono (2009) dalam tesisnya mengemukakan bahwa pencemaran sumur gali terjadi karena beberapa hal diantaranya: a. Aliran air tanah
Di dalam siklus hidrologi maka air tanah secara alami mengalir oleh karena adanya perbedaan tekanan dan letak ketinggian lapisan tanah. Air akan mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Oleh karena itu apabila letak sumur gali berada di bagian bawah dari letak sumber pencemaran maka bahan pemcemar bersama aliran air tanah akan mengalir untuk kemudian mencapai sumur gali. Penentuan lokasi pembuatan sumur yang jauh dari sumber pencemar merupakan usaha untuk mencegah dan mengurangi risiko terhadap pencemaran.
b. Penurunan permukaan air tanah (draw down)
Pada lapisan tanah yang mencapai lapisan ketinggian yang relatif sama dan landai, maka secara relatif pula tempat tersebut tidak terjadi aliran airtanah. Jika dilakukan pemompaan atau penimbaan atau pengambilan air tanahpada sumur, maka akan terjadi draw down yaitu penurunan dari permukaan air tanah. Oleh karena adanya draw down ini maka pada sumber itu tekanannya menjadi lebih rendah dari air tanah di sekitarnya sehingga mengalirlah air tanah di sekitar menuju ke sumur gali tersebut. Perkataan lain untuk mengganti air yang telah diambil sampai permukaan air sumur gali tersebut menjadi sama dengan permukaan air tanah disekitarnya. Jika air tanah di sekitarnya telah tercemar oleh bahan-bahan pencemar akan sampai ke dalam air sumur gali. Hal ini dapat terjadi dari sumur yang satu ke sumur yang lain yang jangkauannya semakin jauh. 2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pencemaran Sumur Gali Marsono (2009) menjelaksan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pencemaran sumur gali adalah sebagai berikut: a. Jenis sumber pencemar Karakteristik limbah ditentukan oleh jenis sumber pencemar. Karakteristik limbah rumah tangga berbeda dengan karakteristik limbah jamban/septic tank ataupun peternakan. Limbah jamban/septic tank dan peternakan banyak mengandung
bahan
organik
yang
merupakan
habitat
bagi
tumbuhnya
mikroorganisme. Menurut Budiyanto bahwa “Septic tank merupakan cara terbaik untuk membuang kotoran dalam jumlah kecil. Namun demikian cara ini tidak dapat digunanakn untuk menghilangkan bakteri patogen. Dengan demikian harus
diusahakan agar drainage dari tank tidak berhubungan dengan sumber air minum” (2002:183). Perbedaan karakteristik limbah mempunyai pengaruh yang berbeda pula terhadap kualitas bakteriologis air sumur gali. b. Jumlah sumber pencemar Semakin banyak sumber pencemar yang berada dalam jarak minimal 10 meter, semakin besar pengaruhnya terhadap penurunan kualitas bakteriologis air sumur gali. Hal ini disebabkan karena semakin banyaknya bakteri yang mampu meresap ke dalam sumur. c. Jarak sumber pencemar Pola pencemaran air tanah oleh bakteri mencapai jarak ± 11 meter. Pembuatan sumur gali yang berjarak kurang dari 11 meter dari sumber pencemar, mempunyai risiko tercemarnya air sumur oleh perembesan air dari sumber pencemar. d. Arah aliran air tanah Pencemaran air sumur gali oleh bakteri Coliform dipengaruhi arah aliran airtanah. Pergerakan air tanah yang mengandung bakteri Coliform mengarah kesumur gali, menyebabkan air sumur gali tercemar oleh bakteri . e. Porositas dan permeabilitas tanah Porositas dan permeabilitas tanah akan berpengaruh pada penyebaran bakteri Coliform, mengingat air merupakan alat transportasi bakteri dalam tanah. Makin besar porositas dan permeabilitas tanah, makin besar kemampuan melewatkan air yang berarti jumlah bakteri yang dapat bergerak mengikuti aliran tanah semakin banyak.
f. Curah hujan Air hujan mengalir di permukaan tanah dapat menyebarkan bakteri Coliform yang ada di permukaan tanah. Meresapnya air hujan ke dalam lapisan tanah mempengaruhi bergeraknya bakteri Coliform di dalam lapisan tanah. Semakin banyak air hujan yang meresap ke dalam lapisan tanah semakin besar kemungkinan terjadinya pencemaran. Pada musim hujan tingkat Escherchia Coli meningkat hingga 700 koloni per 100 ml sampel air dibandingkan dengan musim kemarau karena kemungkinan kontaminasi air sumur dengan limpahan septic tank. Air dapat melarutkan berbagai bahan kimia yang berbahaya dan merupakan media tempat hidup berbagai mikroba, maka tidak mengherankan bila banyak penyakit menular melalui air. g. Konstruksi/bangunan fisik sumur. Pembangunan sumur harus mengikuti standar kesehatan. Bangunan fisik sumur yang tidak memenuhi standar akan mempermudah bakteri meresap dan masuk kedalam sumur. h. Jumlah pemakai Sebagaimana dinyatakan pada stratifikasi Puskemas bahwa jumlah pemakai sumur adalah 5 jiwa. Makin banyak jumlah pemakai sumur berarti semakin banyak air diambil dari sumur yang berarti berpengaruh juga terhadap merembesnya bakteri Coliform ke dalam sumur. Banyaknya jumlah pemakai sumur juga mempengaruhi kemungkinan terjadinya pencemaran sumur secara kontak langsung antara sumber pencemar dengan air sumur, misalnya melalui ember atau tali timba yang digunakan.
i. Umur sumur Sumur yang telah digunakan cukup lama dan volume air yang diambil relatif banyak, menyebabkan aliran air tanah di sekitar sumur semakin mantap dan mendominasi. Selain itu sumber pencemar yang ada di sekitar sumur juga semakin banyak sejalan dengan perkembangan aktivitas manusia. Hal ini memberi peluang lebih besar terhadap merembesnya bakteri Coliform dari sumber pencemar ke dalam sumur. Sumur yang digunakan dalam waktu yang relatif lama lebih besar kemungkinan mengalami pencemaran, karena selain bertambahnya sumber pencemar juga lebih mudahnya sumber pencemar merembes kedalam sumur mengikuti aliran air tanah yang berbentuk memusat kearah sumur. j. Kedalaman permukaan air tanah Kedalaman muka air tanah merupakan permukaan tertinggi dari air yang naik keatas pada suatu sumuran. Ketinggian permukaan air tanah antara lain dipengaruhi oleh jenis tanah, curah hujan, penguapan, dan keadaan aliran terbuka (sungai). Kedalaman muka air tanah akan berpengaruh pada penyebaran bakteri Coliform secara vertikal. Pencemaran tanah oleh bakteri secara vertikal dapat mencapai kedalaman 3 meter dari permukaan tanah. k. Perilaku Kebiasaan masyarakat membuat sumur tanpa bibir, bibir sumur tidak ditutup, mandi dan mencuci di pinggir sumur akan menyebabkan air bekas mandi dan cuci sebagian mengalir kembali ke dalam sumur dan menyebabkan pencemaran. Selain itu kebiasaan mengambil air sumur dan kebiasaan membuang kotoran manusia juga ikut mempengaruhi.
2.7 Indikator Kualitas Bakteriologis Air Pengukuran kualitas air bersih secara bakteriologis dilakukan dengan melihat keberadaan organisme golongan coli (Coliform) sebagai indikator. Coliform merupakan suatu kelompok bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air. Coliform dibedakan menjadi dua yaitu Coliform fecal dan Coliform total (Anonim, 2003 dalam Yusuf 2011). Salah satu jenis Coliform fecal yang dijadikan sebagai indikator tercemarnya air adalah bakteri E.coli. Bakteri E.coli merupakan bakteri yang berbentuk batang dengan panjang sekitar 2 micrometer dan diamater 0,5 micrometer. Volume sel E.coli berkisar 0,6-0,7 micrometer kubik. Bakteri ini termasuk umumnya hidup pada rentang 20-40°C, optimum pada 37°C (Arivin, 2010). E.coli digunakan sebagai indikator pemeriksaan kualitas bakteriologis secara universal dan analisi dengan alasan ; a) E.coli secara normal hanya ditemukan di saluran pencernaan manusia atau hewan mamalia, atau bahan yang telah terkontaminasi dengan tinja manusia atau hewan , jarang sekali ditemukan dalam air dengan kualitas kebersihan yang tinggi. b) E.coli mudah diperiksa di laboratorium dan sensivitasnya tinggi jika pemeriksaan dilakukan dengan benar. c) Bila dalam air tersebut ditemukan E.coli, maka air tersebut dianggap berbahaya bagi penggunaan domestik.
d) Ada kemungkinan bakteri enterik patogen yang lain dapat ditemukan bersama-sama dengan E.coli dalam air tersebut. Coliform tinja adalah bakteri Gram negatif tidak membentuk spora,tumbuh pada suasana aerobik atau fakultatif anaerob. Bakteri tersebut hidup diusus manusia dan hewan berdarah panas, sedangkan di air dapat tahan hidup pada suhu 200C selama 1 minggu sampai dengan 1 bulan. Adanya Coliform tinja dalam air adalah berasal dari kontaminasi tinja manusia atau binatang. Berdasarkan Permenkes No.416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syaratsyarat dan Pengawasan Kualitas Air bahwa “Kadar maksimum yang diperbolehkan pada air bersih, MPN (The Most Probable Number) Coliform adalah sebesar 50/100 ml contoh air untuk air non perpipaan dan 10/100 ml contoh air untuk air perpipaan” (Pitojo,2002:25). 2.8
Kerangka Berpikir Kerangka berpikir pada penelitian ini terdiri atas kerangka teori dan kerangka
konsep.
2.8.1
Kerangka Teori
Kalitas Air Sumur Gali Tercemar
Jumlah E.Coli a b c d e f g h
i j k l
Jarak sumber pencemar Curah hujan Kedalaman muka air tanah Arah aliran air tanah Porositas &Permeabilitas tanah Kontruksi sumur Perilaku Jumlah pemakai Umur sumur
Pencemaran Air sumur Gali
Konsumsi Air bersih Tercemar
Dampak Terhadap Kesehatan
PENYAKIT: diare, kulit dll
Konstruksi Sumur : a. dinding/cincin b. Bibir sumur c. Lantai kedap air d. SPAL e. Jarak dengan
sumberpencemar
Gambar 2.1 Kerangka Teori
2.8.2 Kerangka Konsep
Memiliki dinding dan bibir sumur
Memiliki lantai kedap air
Kandungan bakteriologi air (jumlah E.coli) Memiliki Saluran Pembuangan Air Limbah
Jarak sumber pencemar
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Keterangan :
: Variabel bebas (Independent)
: Variabel Terikat (Dependent)