BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kebijakan Moneter Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Sentral dari suatu Negara. Pada dasarnya kebijakan ini bertujuan untuk mengendalikan perekonomian dalam negeri meskipun tidak terlepas pengaruhnya dari perekonomian global. Menurut Prathama & Mandala 2008, yang dimaksud dengan kebijakan moneter adalah upaya mengendalikan atau mengarahkan perekonomian macro ke kondisi yang diinginkan (yang lebih baik) dengan mengatur Jumlah Uang Beredar. Yang dimaksud dengan kondisi lebih baik adalah meningkatnya output keseimbangan dan atau terpeliharanya stabilitas harga (inflasi terkontrol). Pengaruh kebijakan moneter yang pertama kali terasa adalah pada sector moneter dan perbankan (tingkat bunga, inflasi, kredit dan sebagainya), yang kemudian ditransfer ke sector rill (misalnya investasi dan konsumsi) yang berarti terbukti bahwa adanya kebijaksanaan moneter akan mempengaruhi kegiatan ekonomi (Ahmad Jamli). Ada tiga instrumen utama yang digunakan untuk mengatur jumlah uang beredar, yaitu: a. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) Yang dimaksud dengan operasi pasar terbuka (Open Market Operation) adalah pemerintah mengendalikan jumlah uang beredar dengan cara menjual atau membeli surat-surat berharga milik pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
b. Fasilitas Diskonto (Discount Rate) Yang dimaksud dengan tingkat bunga diskonto adalah tingkat bunga yang ditetapkan pemerintah atas bank-bank umum yang meminjam ke bank sentral. Bila pemerintah ingin menambah jumlah uang beredar, maka pemerintah menurunkan tingkat bunga pinjaman. Dengan tingkat bunga yang lebih rendah, maka keinginan bank-bank untuk meminjam uang dari bank sentral menjadi lebih besar, sehingga jumlah uang beredar bertambah. Begitu juga sebaliknya, ketika pemerintah ingin mengurangi jumlah uang beredar maka pemerintah menaikkan suku bunga, sehingga jumlah uang beredar di dalam masyarakat berkurang. c. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio) Kebijakan moneter dengan instrument Rasio Cadangan Wajib merupakan kebijakan pemerintah yang berkenaan dengan penentuan cadangan minimum bagi bank umum oleh pemerintah (Bank Sentral). Dengan menggunakan kebijakan ini, apabila pemerintah menghendaki jumlah uang beredar di masyarakat turun, maka cadanagn minimum perbankan dinaikkan. Begitu juga sebaliknya, bila pemerintah ingin menambah jumlah uang beredar, maka pemerintah menguangi cadangan minimum di bank sentral. d. Imbauan Moral (Moral Persuasion) Maksudnya adalah otoritas moneter mencoba mengarahkan atau mengendalikan jumlah uang beredar. Misalnya dengan cara menaikkan atau menurunkan kredit di perbankan sehingga merangsang masyarakat untuk mengurangi atau menambah kredit mereka.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Dalam ilmu ekonomi makro, peran kebijakan moneter sangat berpengaruh terhadap perekonomian suatu Negara. Meskipun tidak bisa terlepas dari berbagai masalah, namun masih menjadi acuan dalam pengambilan keputusan oleh bank sentral. Jonni Manurung & Adler Haymans Manurung 2009 berpendapat bahwa Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter dapat berpengaruh terhadap ektivitas ekonomi dan bisnis melalui alur tingkat bunga (interest rate channel), alur harga asset (asset price channel) atau juga disebut dengan teori Mundell-Fleming, dan alur kredit (credit channel). Mekanisme transmisi alur tingkat bunga dari ekspansi moneter adalah peningkatan permintaan agregat sebagai akibat peningkatan ekspektasi inflasi dan penurunan tingkat bunga riil. Penurunan tingkat bunga riil akan meningkatkan investasi dan menurunkan biaya modal dalam proses produksi sehingga output agregat naik. Mekanisme transmisi Mundell-Fleming mengatakan bahwa ketika suatu tingkat harga yang lebih rendah menurunkan suku bunga, para investor memindahkan sebagian dana mereka ke luar negeri dan pada gilirannya menyebabkan depresiasi relative mata uang domestic terhadap mata uang asing. Depresiasi ini membuat barang-barang local menjadi murah dibandingkan barang-barang asing dan karenanya memicu ekspor netto (Mankiw, 1998). Permasalahan dari mekanisme transmisi kebijakan moneter adalah memilih alur tarnsmisi yang paling efektif dalam meningkatkan aktivitas ekonomi dan bisnis. Namun, menurut Mankiw (1998), model Mundell-Fleming cocok untuk Negaranegara yang kecil. Karena Negara-negara yang kecil ini biasanya mengekspor dan mengimpor GDP (Gross Domestic Product) dalam bagian yang lebih besar. Model ini mengasumsikan bahwa perekonomian yang sedang dipelajari adalah perekonomian
Universitas Sumatera Utara
terbuka kecil dengan mobilitas modal sempurna. Artinya perekonomian bisa meminjam atau memberi pinjaman sebanyak yang ia inginkan di pasar keuangan dunia. Sehingga, tingkat bunga perekonomian ditentukan oleh tingkat bunga dunia. 2.2.1. Mekanisme Transmisi jalur Tingkat Bunga Tingkat bunga merupakan kunci mekanisme transmisi moneter dalam model IS, model LM, model AD dan model AS. Peningkatan stok uang akan menurunkan tingkat bunga riil dan biaya modal serta meningkatkan investasi bisnis. Peningkatan investasi akan meningkatkan permintaan agregat. Penurunan tingkat bunga riil juga akan meningkatkan pengeluaran untuk pembelian rumah dan barang tahan lama. Oleh sebab itu penurunan tingkat bunga akibat ekspansi moneter akan meningkatkan belanja atau konsumsi dan permintaan agregat. Pada tingkat bunga nominal yang sangat rendah, ekspansi moneter akan meningkatkan ekspektasi tingkat harga dan inflasi, akibatnya tingkat bunga riil turun. Penurunan tingkat bunga riil akan menurunkan biaya modal dan biaya memegang uang, kemudian menstimulasi pengeluaran bisnis dan konsumen. Peningkatan pengeluaran bisnis dan konsumen pada akhirnya akan mingkatkan permintaan agregat. Mekanisme transmisi alur tingkat bunga dirumuskan dalam dua bentuk, yaitu: m↑→r↓→i↑→y↑ m↑→p↑→r↓→i↑→y↑
Di mana: m = stok uang nominal, r = tingkat bunga riil, p = ekspektasi tingkat harga,
Universitas Sumatera Utara
i = investasi riil, dan y = output riil agregat.
2.2.2. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter jalur Kekayaan Tingkat harga yang lebih rendah akan meningkatkan nilai riil dari uang tunai yang dipegang oleh rumah tangga, dan kesejahteraan yang lebih tinggi ini mendorong naiknya belanja konsumen. Keputusan pengeluaran dari konsumen mungkin akan mempengaruhi neraca konsumen. Modigliani menggunakan hipotesis siklus hidup dari konsumsi barang tahan lama dan jasa-jasa untuk menjelaskan efek kekayaan, konsumsi ini tidak konstan dalam periode jangka panjang. Hal ini terutama dikarenakan kekayaan keuangan konsumen tidak konstan selama hidup. Ekspansi moneter akan meningkatkan harga asset keuangan sehingga kekayaan naik. Peningkatan kekayaan keuangan akan meningkatkan sumber daya ekonomi selama hidup konsumen dan pada akhirnya akan meningkatkan konsumsi dan permintaan agregat. Mekanisme transmisi jalur kekayaan dapat dirumuskan sebagai berikut: m↑→s↑→w↑→c↑→y↑ dimana: m = stok uang nominal s = saving w = kekayaan keuangan atau neraca konsumen c = konsumsi riil rumah tangga y = output riil agregat
Universitas Sumatera Utara
2.2.3. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter jalur Nilai Tukar MundellFleming Dalam model Mundell-Fleming, diasumsikan bahwa perekonomian terbuka kecil dengan mobilitas modal sempurna. Artinya perekonomian bisa meminjam atau member pinjaman sebanyak yang ia inginkan di pasar keuangan dunia. Sehingga tingkat bunga perekonomian ditentukan oleh tingkat bunga dunia. Asumsi ini berarti bahwa tingkat bunga dalam perekonomian ini r ditentukan oleh tingkat bunga dunia r*. Berdasarkan asumsi teori Mundell-Fleming, maka dapat dimodelkan secara matematis: y = - αr + βs + γg + δy*…………………………………...……….….(2.1) m = - εr + ηy……………………….…………………………………..(2.2) r = r*…………………………………………………………….…….(2.3) Persamaan (2.1) menunjukkan keseimbangan di pasar barang di mana output domestik (y) dipengaruhi oleh suku bunga domestik (r), nilai tukar (s), pengeluaran pemerintah (g), dan output luar negeri (y*). Persamaan (2.2) menunjukkan keseimbangan di pasar uang di mana jumlah uang beredar (m) dipengaruhi oleh suku bunga (r) dan output domestik (y). Persamaan (2.3) menunjukkan keseimbangan di pasar valas yang dipengaruhi oleh suku bunga domestik (r) dan suku bunga dunia (r*). Sementara α, β, γ, δ, ε, η merupakan parameter persamaan.
suku bunga
Gambar 2.1 Model Mundell-Fleming LM E
r = r*
FE
Universitas Sumatera Utara
IS y
Pendapatan, output
Sumber: N.G.Mankiw, Makroekonomi Edisi 6, 2007 Gambar 2.1 menggambarkan model Mundell-Fleming dengan tingkat output (pendapatan) dan suku bunga yang ada. Kurva IS menggambarkan keseimbangan di pasar barang dimana tingkat output yang diproduksi setara dengan tingkat output yang ingin dikonsumsi masyarakat. Kurva IS memiliki kemiringan negative karena peningkatan suku bunga akan menurunkan output nasional.
Kurva LM
menggambarkan keseimbangan di pasar uang dimana jumlah uang yang diedarkan bank sentral setara dengan jumlah uang yang ingin dipegang oleh masyarakat. Kurva LM memiliki kemiringan positif karena peningkatan suku bunga akan menurunkan jumlah uang yang ingin dipegang masyarakat. Kurva FE menggambarkan keseimbangan di pasar valas dimana neraca modal tidak mengalami perubahan ketika suku bunga domestik (r) setara dengan suku bunga dunia (r*). Kurva FE memiliki kemiringan nol karena asumsi mobilitas modal yang tinggi dimana aliran dana ke luar masuk suatu Negara disebabkan perbedaan suku bunga dalam negeri dan dunia. 2.2.3.1. Pasar Uang dan Kurva LM* Pasar uang akan berada dalam keseimbangan apabila penawaran akan uang (ms) sama dengan akan permintaan uang (md). Dalam analisis keseimbangan di pasar uang digunakan suatu kurva yang disebut kurva LM. Kurva LM adalah tempat kedudukan titik-titik yang menghubungkan tingkat bunga (r) dan pendapatan nasional (y), dimana pasar uang dalam keadaan seimbang. Penawaran akan uang yang disebut juga dengan uang beredar dalam perekonomian, diasumsikan sebagai variabel yang eksogen. Sehingga:
Universitas Sumatera Utara
Ms = Md..................................................................................................(2.4) Sementara permintaan akan uang terdiri dari permintaan akan uang untuk transaksi (Lt), permintaan uang untuk berjaga-jaga (Lj), dan permintaan uang untuk spekulasi (L2). Sehingga total permintaan akan uang dapat dituliskan sebagai berikut: L = L1 + L2.............................................................................................(2.5) dimana L1 = Lt + Lj……………………………………………………………………..(2.6) L1 = L1(y)………………………………………………………………………(2.7) L2 = L2(r) …………………………………………………………………...…(2.8) maka: L = L1(y) + L2(r)……………………………………………………………….(2.9) atau: L = L(y,r)…………………………………………………………………….(2.10) Karena dalam pasar uang syarat equilibriumnya harus sama antara permintaan uang dan penawaran uang. Maka: L = M………………………………..………………………………..(2.11) atau: L1 (y) + L2 (r) = M…………………………………….……………...(2.12) atau: L(y,r) = M…………………………………………………………….(2.13) Sehingga model Mundell-Fleming menunjukkan persamaan dalam pasar uang adalah: ெ
= ݕ(ܮ, …………………………………………………………)ݎ...(2.14)
Persamaan ini menyatakan bahwa penawaran keseimbangan uang riil,
ெ
sama dengan
permintaan, L(y,r). permintaan keseimbangan uang riil bergantung secara negatif pada
Universitas Sumatera Utara
tingkat bunga, dan secara positif pada pendapatan y. Jumlah uang beredar M adalah variabel eksogen yang dikendalikan oleh bank sentral, dan karena model MundellFleming merupakan analis untuk jangka pendek, maka tingkat harga P juga diasumsikan tetap secara eksogen. Sementara pertumbuhan ekonomi internasional dan nilai tukar fleksibel telah meningkatkan peranan kebijakan moneter internasional dalam penentuan nilai tukar mata suang suatu negara. Ekspansi moneter pada awalnya akan menurunkan tingkat bunga riil domestik dan kemudian mengakibatkan deposit mata uang luar negeri naik. Peningkatan nilai deposit mata uang luar negeri terhadap deposit mata uang domestic akan mengakibatkan apresiasi nilai tukar mata uang luar negeri dan depresiasi nilai tukar mata uang domestik. Depresiasi nilai tukar mata uang domestik mengakibatkan harga relatif produk atau ekspor lebih murah sehingga ekspor netto naik dan akhirnya meningkatkan permintaan agregat. Mekanisme transmisi alur efek nilai tukar dirumuskan sebagai berikut: m↑→r↓→e↓→x↑→y↑ dimana: m = stok uang nominal (JUB) r = tingkat bunga riil e = nilai tukar mata uang x = ekspor riil netto y = output riil agregat
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Ekspansi Moneter dalam Sistem Kurs Mengambang
kurs e LM1*
LM2*
Pendapatan, output Sumber: N.G.Mankiw, Makroekonomi Edisi 6, 2007 Dari gambar 2.2 bisa dilihat bahwa kenaikan jumlah uang beredar menggeser kurva LM* ke kanan, yang menurunkan kurs dan meningkatkan pendapatan. Perlu diingat bahwa dalam perekonomian tertutup kenaikan jumlah uang beredar meningkatkan pengeluaran karena menurunkan tingkat bunga dan mendorong investasi. Dalam perekonomian terbuka kecil, saluran transmisi moneter ini tidak tersedia karena tingkat bunga ditetapkan oleh tingkat bunga dunia. Dalam perekonomian terbuka tingkat bunga dan kurs menjadi variabel utama. Karena jumlah uang beredar akan menekan tingkat bunga domestik. Sementara modal mengalir keluar dari perekonomian karena investor menjadi pengembalian yang lebih tinggi di tempat lain. Aliran keluar modal ini melindungi tingkat bunga domestic agar tidak turun di bawah tingkat bunga dunia (r*). Namun kebijakan ini juga berdampak lain, karena berinvestasi di luar negeri mengharuskan dilakukannya konversi mata uang domestic mejadi mata uang asing, aliran keluar modal meningkatkan penawaran mata uang domestic di pasar valuta asing, sehingga kurs mengalami depresiasi. Penurunan
Universitas Sumatera Utara
kurs membuat barang-barang domestic relatif murah terhadap barang-barang luar negeri dan meningkatkan ekspor netto. Model Mundell-Fleming menunjukkan bahwa dampak dari sebagian besar kebijakan ekonomi terhadap perekonomian terbuka kecil tergantung pada apakah kurs yang dianut adalah kurs mengambang atau kurs tetap. Yang jelas, dampak yang dihasilkan pada kurs tetap berbeda dengan pada kurs mengambang. Model MundellFleming menunjukkan bahwa kekuatan kebijakan fiscal dan moneter untuk mempengaruhi pendapatan agregat tergantung pada rezim kurs. Di bawah kurs mengambang, hanya kebijakan moneter yang bisa mempengaruhi pendapatan. Tabel 2.1: Ringkasan Model Mundell-Fleming dalam Mempengaruhi Kebijakan REZIM KURS Mengambang Berdampak Pada: Kebijakan Y E NX Y Ekspansi Fiskal Tetap Naik Turun Naik Ekspansi Moneter Naik Turun Naik Tetap Hambatan Impor Tetap Naik Tetap Naik Sumber: N.G.Mankiw, Makroekonomi Edisi 6, 2007
Tetap e Tetap Tetap Tetap
NX Tetap Tetap Naik
2.2.3.2. Nilai Tukar Nilai tukar adalah harga salah satu mata uang terhadap mata uang asing. Ada beberapa sistem nilai tukar, yakni: a. Nilai Tukar Tetap Dalam sistem nilai tukar tetap bank sentral siap membeli dan menjual mata uang dalam harga dollar yang tetap. Cara mengintervensi kurs dalam sistem nilai tukar
Universitas Sumatera Utara
ini dengan cara bank sentral harus memiliki cadangan atau persediaan berupa dollar dan emas yang selanjutnya dapat ditukar dengan dollar. b. Nilai Tukar Fleksibel Dalam sistem nilai tukar fleksibel ini bank sentral menyesuaikan nilai tukar agar permintaan dan penawaran valuta asing seimbang. c. Nilai Tukar Mengambang Bebas dan Terkendali Dalam sistem Nilai Tukar mengambang bebas, bank sentral sepenuhnya berdiam diri dan membiarkan nilai tukar dengan bebas ditentukan oleh pasar valuta asing. Karena bank sentral tidak mengintervensi pasar valuta asing, maka transaksi cadangan yakni nol. Namun dalam prakteknya, sistem nilai tukar fleksibel ini tidak sepenuhnya mengambang bebas. Melainkan mengambang terkendali. Di bawah nilai tukar terkendali, intervensi bank sentral dengan menjual atau membeli valuta asing merupakan upaya untuk mempengaruhi nilai tukar. 2.3. Penelitian Terdahulu Teguh dan Maruto (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Dampak Kebijakan Fiskal dan Moneter
Dalam Perekonomian Indonesia Aplikasi Model
Mundell-Fleming menyimpulkan bahwa dalam persamaan LM, PDB di pengaruhi secara positif dan signifikan oleh tingkat bunga, permintaan uang (jumlah uang beradar) dan PDB periode sebelumnya. Secara umum, koefisien dalam persamaan LM mempunyai besaran yang inelastis, sehingga sesuai dengan pandangan golongan Monetaris terhadap kurva LM Kebijakan moneter dalam bentuk pengaturan jumlah uang beredar (permintaan uang) terbukti lebih signifikan dalam meningkatkan PDB dari sisi permintaan, dimana terdapat hubungan positif dan signifikan pada tingkat
Universitas Sumatera Utara
kepercayaan 1 persen antara variabel permintaan uang (M2) dan PDB dari sisi permintaan. Kebijakan fiskal melalui variabel pengeluaran pemerintah juga mempunyai dampak positif dan signifikan terhadap PDB, namun dengan tingkat kepercayaan yang lebih besar dari pada kebijakan moneter, yakni sebesar 10 persen. Sehingga temuan tersebut mendukung tesis model Mundell-Fleming, di mana kebijakan moneter memberikan pengaruh lebih besar dan efektif dalam meningkatkan PDB, sementara kebijakan fiskal memberikan pengaruh yang lebih kecil dalam meningkatkan PDB dari pada kebijakan moneter. Kebijakan fiskal kurang berpengaruh terhadap peningkatan PDB, sebagai akibat dari adanya crowding out effect yang menegasikan seluruh dampak kebijakan fiskal. Sementara itu, dalam penelitian yang dilakukan oleh Bobby Rusda Zega (2009) yang berjudul Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia menyimpulkan bahwa pada alur Nilai Tukar terdapat pengaruh antara variabel dalam penelitian dalam mentransmisikan kebijakan moneter di Indonesia dimana perubahan jumlah uang direspon cukup tinggi oleh nilai tukar dan perubahan nilai tukar memberikan respon terhadap ekpor netto yang pada akhirnya memberikan respon terhadap output atau pendapatan nasional. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia selama periode penelitian (2000:1 – 2008:4). Dalam Jangka pendek kebijakan moneter ditransmisikan melalui jalur Nilai Tukar langsung member respon terhadap perubahan jumlah uang (sesuai dengan model Mundell-Fleming). Selanjutnya dalam penelitian yang dilakukan oleh M. Natsir periode 1990:22007:1 yang bertujuan untuk menganalisis Empiris Efektivitas Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia Melalui Jalur Nilai Tukar dapat disimpulkan bahwa Mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur nilai tukar membutuhkan time lag atau kecepatan sekitar 16 triwulan hingga terwujudnya sasaran akhir kebijakan
Universitas Sumatera Utara
moneter (inflasi). Respons variabel-variabel pada jalur nilai tukar terhadap perubahan instrumen moneter (Suku Bunga SBI) relative lemah dan variabel utama jalur ini yaitu nilai tukar/kurs hanya mampu menjelaskan variasi inflasi sebesar 19,70% lebih kecil dibandingkan dengan porsi yang dapat dijelaskan oleh Paritas Suku Bunga (PSB) yakni sebesar 43,27%. Hasil ini menunjukkan Granger causality dan predictive power yang lemah antara Kurs dan Inflasi.
2.4. Kerangka Konseptual Ketika menjalankan kebijakan moneter, para pembuat kebijakan sering mengamati apa yang terjadi di mancanegara. Meskipun kebijakan domestic tujuan satu-satunya, namun mereka perlu mempertimbangkan perkembangan di mancanegara (Mankiw, 2007). Kebijakan yang sering dipakai oleh pengambil kebijakan adalah Kebijakan Moneter. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter ini dapat berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi dan bisnis melalui jalur Tingkat Bunga, jalur Kredit dan jalur Nilai Tukar (Jonni Manurung & Adler Haymans Manurung, 2009). Namun Mankiw (1998) mengatakan jalur Nilai Tukar merupakan jalur yang paling cocok diterapkan di Negara-negara kecil yang biasanya mengekspor dan mengimpor GDP dalam bagian yang lebih besar. Adapun kerangka pemikiran dari penelitian yang dilakukan sebagai batasan ruang lingkup masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
JUB
TINGKAT BUNGA
NILAI TUKAR
EKSPOR NETTO
PDB
Sumber: www.bi.co.id
2.5. Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian tinjauan pustaka di atas maka dapat diambil hipotesis sebagai berikut: 1. Jumlah Uang Beredar dan Ekspor Netto berpengaruh positif terhadap Output Riil Agregat. 2. Sementara Tingkat Bunga Deposito dan Kurs berpengaruh negatif terhadap Output Riil Agregat.
Universitas Sumatera Utara