BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan berbagai penelitian tentang efisiensi dan pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi sehingga akan sangat membantu dalam mencermati masalah yang akan diteliti dengan berbagai pendekatan spesifik sebagai rujukan utama, khususnya penelitian yang menggunakan model fungsi produksi. Selain itu juga memberikan pembedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan. Berikut ini beberapa hasil penelitian terdahulu yang sudah dilakukan. Suryana (2007) , dalam penelitian tentang “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Jagung” dalam penelitian ini apakah variabel-variabel input tersebut berpengaruh terhadap hasil produksi jagung hibrida di Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora. Data yang dipergunakan adalah data input dan output
jagung hibrida, sebagai berikut: (1) luas lahan tanaman jagung (m2), (2) varietas bibit (benih), (3) Jarak dan Jumlah tanaman jagung (btg/ha), (4) Biaya tenaga kerja dan (5) Biaya pembelian pupuk (Rp/ha), dan ( 6) Jumlah produksi jagung (ton/ha) dan sebagainya. Dari hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa faktor produksi luas lahan (X1) ternyata non signifikan dalam mempengaruhi hasil produksi jagung, diketahui t hitung pada variabel luas lahan (1,267) < dari t tabel ( 1,66) atau sig.(0.207) > alpha ( 0,05) adalah non signifikan pada taraf signifikansi 5 %, artinya, secara statistik dapat dibuktikan bahwa variabel luas lahan (X1) tidak berpengaruh terhadap perubahan variabel hasil produksi jagung hibrida (Y). Penelitian
mengenai
“Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Produksi Jagung Di Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan “ pada tahun 2007 yang dilakukan oleh Riyadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi produksi jagung dan menganalisis tingkat efisiensi dari penggunaan faktor-faktor produksi pada pertanian tanaman jagung
di
Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan. Dalam penelitian ini digunakan data
cross section yaitu data yang menggambarkan
keadaan pada waktu tertentu.
Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 140 petani pemilik sekaligus penggarap. Alat analisis yang dipakai dalam penelitian yaitu regresi dari fungsi produksi Cobb-Douglas yang perhitungannya menggunakan persamaan regresi linear berganda. Adapun untuk menghitung efisiensi teknis produksi jagung digunakan metode fungsi produksi stokastik frontier. Hasil estimasi menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi jagung secara signifikan adalah luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk, dan pestisida. Nilai efisiensi input lahan sebesar 0,033; tenaga kerja 0,92; bibit 4,73; Urea 3,97; TSP 13,20; KCL 20,78; dan Pestisida 23,35. Nilai efisiensi yang mendekati 1 artinya bahwa usaha yang dilakukan relatif sudah efisien dan jika ditambah input atau faktor produksi maka akan mempunyai dampak sebaliknya. Sedangkan nilai efisiensi yang lebih dari 1. Hal ini berarti bahwa pertanian tanaman jagung di Kecamatan Wirosari belum mencapai tingkat efisiensi, dengan demikian perlu dilakukan penambahan penggunaan faktor produksi agar dapat tercapai tingkat efisiensi. Besar penambahan input ini harus disesuaikan dengan kemampuan pembiayaan petani di daerah penelitian dan harus memperhatikan penerapan standar penggunaan input dalam pertanian tanaman jagung ini. Ditinjau dari return to scale, produksi jagung di daerah penelitian berada pada kondisi return to scale cenderung meningkat (increasing returns) yaitu 1,141 tetapi relatif kecil atau mendekati konstan. Karena return to scale di atas 1, hal ini berarti faktor produksi yang dipakai masih dapat ditingkatkan.
2.2 Usahatani Jagung Usahatani adalah suatu kegiatan mengusahakan dan mengkoordinir faktorfaktor produksi berupa lahan, tenaga kerja, dan modal sehingga memberikan manfaat sebaik- baiknya.Usahatani merupakan cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan, penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin (Suratiyah, 2006).
Usahatani pada umumnya dilaksanakan pada areal yang sempit yang tujuannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Petani cukup puas bila tujuan ini tercapai. Namun tujuan yang sederhana ini kebanyakan belum dicapai oleh petani kita. Struktur usahatani menunjukkan bagaimana suatu komoditi diusahakan. Bentuk usahatani dibedakan atas penguasaan faktor-faktor produksi oleh petani. Dengan penggunaan faktor-faktor produksi itu akan ditentukan bagaimana usahatani itu dikelola dan seterusnya bagaimana hasil usahatani itu dimanfaatkan. Jagung merupakan salah satu tanaman serealia yang tumbuh hampir di seluruh dunia dan tergolong spesies dengan variabelitas genetik yang besar. Di Indonesia, jagung merupakan bahan makanan pokok kedua setelah padi. Jagung cukup memadai untuk dijadikan pangan pengganti beras. Keunggulan jagung dibandingkan komoditas pangan lain adalah kandungan gizinya lebih tinggi dari beras,
sumber
daya
alam
Indonesia
juga
sangat
mendukung
untuk
pembudidayaannya, harga relatif murah dan tersedianya teknologi budidaya hingga pengolahan. Selain sebagai bahan makanan pokok, jagung juga dimanfaatkan sebagai makanan ternak (Suprapto,2002).
2.3 Faktor-Faktor Produksi Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi dikenal pula dengan istilah input dan korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat menentukan besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang terpenting. Hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) biasanya disebut dengan fungsi produksi atau faktor relationship (Soekartawi, 2001). 2.3.1. Lahan Lahan merupakan faktor roduksi utama. Lahan pertanian banyak diartikan sebagai tanah yang disiapkan untuk diusahakan usaha tani misalnya sawah, tegal, pekarangan. Sedangkan tanah pertanian adalah tanah yang belum tentu
diusahakan dengan usaha pertanian. Ukuran luas lahan secara tradisional perlu dipahami agar dapat ditransfomasi ke ukuran luas lahan yang dinyatakan dengan hektar. Disamping ukuran luas lahan, maka ukuran nilai tanah juga diperhatikan. Dalam usaha tani jagung hibrida umumnya di tanam di sawah dan tegalan. Ada tanaman jagung dibudidayakan secara kusus tanpa ada tanaman lain. Ini biasanya dilakukan di tanah pertanian sawah, sedang di tanah pertanian tegalan tanaman jagung biasanya sebagai tanaman tumpang sari, bisa ditanam bersama kacang tanah, kedelai atau kacang hijau dan tanaman lainnya. Begitu juga pola tanam itu sangat menentukan hasil produksinya (Soekartawi, 1990). Dipandang dari sudut efisiensi, semakin luas lahan yang diusahakan maka semakin tinggi produksi dan pendapatan per kesatuan luasnya. Pengukuran luas usahatani dapat diukur dengan berdasarkan hal-hal sebagai berikut : a)
Luas total lahan adalah jumlah seluruh tanah yang ada dalam usahatani termasuk sawah, tegal, pekarangan, jalan saluran, dan sebagainya.
b)
Luas lahan pertanaman adalah jumlah seluruh tanah yang dapat ditanami/diusahakan.
c)
Luas tanaman adalah jumlah luas tanaman yang ada pada suatu saat. Zulkifli (2005), mengemukakan bahwa jagung hibrida tidak membutuhkan
persyaratan tanah yang terlalu kompleks karena tanaman ini dapat tumbuh disemua macam tanah asalkan tanah tersebut subur, gembur, dan kaya akan bahan organik. Di tanah berat dengan kandungan liat tinggi, jagung masih bisa ditanam dengan pertumbuhan yang normal asalkan tata air (drainase) dan tata udara tanahnya baik. Pada kondisi seperti ini tanah harus sering diolah dalam masa pertumbuhan dan saluran air dibuat diantara barisan selalu diperbaiki. Air yang berlebihan dengan membentuk genangan air akan mengakibatkan benih busuk, tanaman kekurangan udara sehingga pertumbuhannya tidak normal. 2.3.2. Modal Dalam kegiatan proses produksi pertanian, maka modal dibedakan menjadi dua macam yaitu modal tetap dan tidak tetap. Perbedaan tersebut disebabkan karena ciri yang dimiliki oleh model tersebut. Faktor produksi seperti tanah,
bangunan, dan mesin-mesin sering dimasukkan dalam kategori modal tetap. Dengan demikian modal tetap didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam sekali proses produksi tersebut. Peristiwa ini terjadi dalam waktu yang relative pendek dan tidak berlaku untuk jangka panjang. Sebaliknya dengan modal tidak tetap atau modal variabel adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam satu kali dalam proses produksi tersebut, misalnya biaya produksi yang dikeluarkan untuk membeli benih, pupuk, obat-obatan, atau yang dibayarkan untuk pembayaran tenaga kerja (Hastuti,2007). 1. Benih Benih menentukan keunggulan dari suatu komoditas. Benih yang unggul cenderung menghasilkan produk dengan kualitas yang baik dan tahan terhadap penyakit. Semakin unggul benih komoditas pertanian, semakin tinggi produksi pertanian yang akan dicapai (Rahim dan Hastuti,2007). Salah satu benih jagung yang banyak dipakai oleh petani adalah hibrida. Hibrida merupakan turunan F1 dari persilangan antara galur-galur, antara galur dengan varietas bersari bebas atau antara dua varietas bersari bebas. Beberapa tipe varietas yang telah dan akan masuk ke pasaran di Indonesia adalah Hibrida IPB-4, Hibrida Pioneer 1 dan Pioneer 2, Hibrida C-1, dan Hibrida CPI-1. Jagung hibrida mempunyai potensi hasil rata-rata antara 5,5 sampai 6,2 ton per hektar. Hal itu berarti mempunyai kelebihan hasil antara 1 sampai 1,8 ton per hektar dibandingkan dengan varitas bersari bebas yang berumur satu minggu lebih genjah. Dalam lingkungan subur dengan budidaya yang baik, hasilnya bisa mencapai 8 ton per hektar atau lebih (Riyadi, 2007). 2. Pupuk Seperti halnya manusia, selain mengonsumsi nutrisi makanan pokok, dibutuhkan pula konsumsi nutrisi vitamin sabagai tambahan makanan pokok. Tanaman pun demikian, pupuk dibutuhkan sebagai nutrisi vitamin dalam pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Pupuk yang sering digunakan
adalah pupuk organik dan pupuk anorganik. Sementara itu, pupuk anorganik atau yang biasa disebut sebagai pupuk buatan adalah pupuk yang sudah mengalami proses di pabrik misalnya pupuk urea dan ponska. 3. Pestisida Pestisida sangat dibutuhkan tanaman untuk mencegah serta membasmi hama
dan
penyakit
yang
menyerangnya.
Disatu
sisi
pestisida
dapat
menguntungkan usahatani namun di sisi lain pestisida dapat merugikan petani. Pestisida menyebabkan kerugian bagi petani jika terjadi kesalahan pemakaian baik dari cara maupun komposisi. Kerugian tersebut antara lain pencemaran lingkungan, rusaknya komoditas pertanian, keracunan yang dapat berakibat kematian pada manusia dan hewan peliharaan (Rahim dan Hastuti,2007). Menurut Soekartawi (2003), besar kecilnya modal dalam usaha pertanian tergantung dari : 1) Skala usaha, besar kecilnya skala usaha sangat menentukan besar-kecilnya modal yang dipakai makin besar skala usaha makin besar pula modal yang dipakai. 2) Macam komoditas, komoditas tertentu dalam proses produksi pertanian juga menentukan besar-kecilnya modal yang dipakai. 3) Tersedianya kredit sangat menentukan keberhasilan suatu usahatani. 2.3.3. Tenaga Kerja Faktor produksi tenaga kerja, merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup bukan saja dilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja perlu pula diperhatikan (Soekartawi, 2003). Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada faktor produksi tenaga kerja adalah : 1.) Tersedianya tenaga kerja Setiap proses produksi diperlukan tenaga kerja yang cukup memadai. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan perlu disesuaikan dengan kebutuhan sampai
tingkat tertentu sehingga jumlahnya optimal. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan ini memang masih banyak dipengaruhi dan dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja, jenis kelamin, musim dan upah tenaga kerja. 2.) Kualitas tenaga kerja Dalam proses produksi, apakah itu proses produksi barang-barang pertanian atau bukan, selalu diperlukan spesialisasi. Persediaan tenaga kerja spesialisasi ini diperlukan sejumlah tenaga kerja yang mempunyai spesialisasi pekerjaan tertentu, dan ini tersedianya adalah dalam jumlah yang terbatas. Bila masalah kualitas tenaga kerja ini tidak diperhatikan, maka akan terjadi kemacetan dalam proses produksi. Sering dijumpai alat-alat teknologi canggih tidak dioperasikan karena belum tersedianya tenaga kerja yang mempunyai klasifikasi untuk mengoperasikan alat tersebut. 3.) Jenis kelamin Kualitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh jenis kelamin, apalagi dalam proses produksi pertanian. Tenaga kerja pria mempunyai spesialisasi dalam bidang pekerjaan tertentu seperti mengolah tanah, dan tenaga kerja wanita mengerjakan tanam. 4.) Tenaga kerja musiman Dalam usahatani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri. Tenaga kerja keluarga ini merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak perlu dinilai dengan uang tetapi terkadang juga membutuhkan tenaga kerja tambahan misalnya dalam penggarapan tanah baik dalam bentuk pekerjaan ternak maupun tenaga kerja langsung sehingga besar kecilnya upah tenaga kerja ditentukan oleh jenis kelamin. Upah tenaga kerja pria umumnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan upah tenaga kerja wanita.Upah tenaga kerja ternak umumnya lebih tinggi daripada upah tenaga kerja manusia (Mubyarto, 1994). Umur tenaga kerja di pedesaan juga sering menjadi penentu besar kecilnya upah. Mereka yang tergolong dibawah usia dewasa akan menerima upah yang juga lebih rendah bila dibandingkan dengan tenaga kerja yang dewasa. Oleh karena itu penilaian terhadap upah perlu distandarisasi menjadi hari kerja orang
(HKO) atau hari kerja setara pria (HKSP). Lama waktu bekerja juga menentukan besar kecilnya tenaga kerja makin lama jam kerja, makin tinggi upah yang mereka terima dan begitupula sebaliknya. Tenaga kerja bukan manusia seperti mesin dan ternak juga menentukan basar kecilnya upah tenaga kerja. Nilai tenaga kerja traktor mini akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan nilai tenaga kerja orang, karena kemampuan traktor tersebut dalam mengolah tanah yang relatif lebih tinggi. Begitu pula halnya tenaga kerja ternak, nilainya lebih tinggi bila dibandingkan dengan nilai tenaga kerja traktor karena kemampuan yang lebih tinggi daripada tenaga kerja tersebut (Soekartawi, 2003). 2.3.4. Manajemen Faktor produksi manajemen menjadi semakin penting kalau dikaitkan dengan kata efisiensi. Artinya walaupun factor produksi tanah, modal, tenaga kerja dirasa cukup, tetapi kalau tidak dikelola dengan baik (miss management) , maka produksi yang tinggi yang diharapkan juga tidak akan tercapai. Kurang seringnya variabel manajemen dipakai dalam analisa disebabkan karena sulitnya melakukan pengukuran terhadap variabel tersebut.Apalagi kalau faktor produksi ini dikaitkan dengan analisa fungsi produksi, maka faktor produksi ini sulit diukur dan dipakai dalam variabel independen dalam fungsi produksi. Kesulitan dalam pengukuran variabel manajemen dalam analisa ekonomi pertanian akan terlihat kalau terjadi multikolilearitas antara variabel manajemen ini dengan variabel independen yang lain. Namun demikian perlu diakui bahwa semakin baik pengelolaan suatu usaha pertanian maka akan semakin tinggi produksi yang diperoleh (Soekartawi,2002). Manajemen
terdiri
dari
merencanakan,
mengorganisasikan
dan
melaksanakan serta mengevalusi suatu proses produksi. Karena proses produksi ini melibatkan sejumlah orang (tenaga kerja) dari berbagai tingkatan, maka manajemen berarti pula bagaimana mengelola orang-orang tersebut dalam tingkatan atau dalam tahapan proses produksi. Faktor manajemen dipengaruhi oleh: 1) tingkat pendidikan 2) Pengalaman berusahatani 3) skala usaha. 4) besar kecilnya kredit dan 5) macam komoditas (Soekartawi, 2003).
Soekartawi (2005), Perencanaan input-input dan sarana produksi mencakup kegiatan mengidentifikasi input-input dan sarana produksi yang dibutuhkan, baik dari segi jenis, jumlah dan mutu atau spesifikasinya. Setelah itu maka disusun rencana dan sistem pengadaannya dua hal mendasar yang perlu menjadi titik perhatian dalam memilih sistem pengadaan adalah membuat sendiri atau membeli. Pengorganisasian mengenai sumberdaya berupa input-input dan sarana produksi yang akan digunakan akan sangat berguna bagi pencapaian efisiensi usaha dan waktu. Pengorganisasian tersebut terutama menyangkut bagaimana mengalokasikan berbagai input dan fasilitas yang akan digunakan dalam proses produksi sehingga proses produksi dapat berjalan secara efektif dan efisien. Pencapaian efektivitas dalam pengorganisasian menekankan pada penempatan fasilitas dan input-input secara tepat dalam suatu rangkaian proses, baik dari segi jumlah maupun mutu dan kapasitas. Dilain pihak pencapaian efisiensi dalam pengorganisasian input-input dan fasilitas produksi lebih mengarah kepada optimasi penggunaan berbagai sumberdaya tersebut sehingga dapat dihasilkan output maksimum dengan biaya minimum. Dalam usahatani pengorganisasian input-input dan fasilitas produksi menjadi penentu dalam pencapaian optimalitas alokasi sumber-sumber produksi. Sedangkan evaluasi dilakukan secara berkala mulai saat perencanaan sampai akhir usaha tersebut berlangsung, sehingga jika terjadi penyimpangan dari rencana yang dianggap dapat merugikan maka segera dilakukan pengendalian (Soekartawi, 2005). Pengawasan pada suatu usahatani meliputi pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi lahan, bibit, pupuk, obat-obatan dan persediaan modal untuk membiayai usaha pertanian. Dengan pengawasan yang baik terhadap penggunaan faktor-faktor produksi dapat menentukan efisien tidaknya suatu usahatani. Seringkali dijumpai makin luas lahan yang dipakai sebagai usaha pertanian akan semakin tidak efisien lahan tersebut. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa luasnya lahan mengakibatkan upaya untuk melakukan tindakan yang mengarah pada segi efisiensi akan berkurang disebabkan lemahnya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi bibit, pupuk, obat-obatan dan
terbatasnya persediaan modal untuk pembiayaan usaha pertanian dalam skala tersebut. Sebaliknya pada luas lahan yang sempit, upaya pengawasan terhadap faktor produksi semakin baik, sebab diperlukan modal yang tidak terlalu besar sehingga usaha pertanian seperti ini lebih efisien. Meskipun demikian, luasan yang terlalu kecil cenderung menghasilkan usaha yang tidak efisien pula (Soekartawi, 2005).
2.4 Fungsi Produksi Cobb-Douglas Soekartawi (1990), mengatakan bahwa fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut variabel dependent yang dijelaskan (Y) dan yang lain disebut dengan variabel independent yang menjelaskan (X), yang secara matematis persamaan Cobb-Douglas dapat ditulis sebagai berikut : Y = a.x1b1.x2b2………….,xnbn,eu untuk memudahkan pendugaan dinyatakan dengan mengubah bentuk linier berganda setelah melogaritmakan persamaan-persamaan tersebut Log Y = log a + b1 log x1 + b2 log x2 + … + b4 log x4. + u Dimana setelah dilogaritmakan hasilnya sebagai berikut : Y = ax1b1.x2b2.x3b3.x4b4.eu Keterangan : Y = Produk jagung X1 = Luas pertanaman jagung (are) X2 = Tenaga kerja (HKSP) X3 = Penggunaan benih (kg) X4 = Penggunaan pupuk phonska (kg) u = kesalahan e = Logaritma natural ( e = 2.718 ) a.b = Besaran yang akan diduga Pengaruh penggunaan faktor produksi dapat dinyatakan dalam tiga alternatif sebagai berikut : 1) Decreasing return to scale artinya bahwa proporsi dari penambahan faktor produksi melebihi proporsi pertambahan produksi
2) Constant return to scale artinya bahwa penambahan faktor produksi akan proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh 3) Increasing return to scale artinya bahwa proporsi dari penambahan faktor produksi akan menghasilkan pertambahan produksi yang lebih besar
1.5 Kerangka Pemikiran Teoritis Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka maka dapat dibuat kerangka pemikiran teoritis sebagai berikut :
Manfaat jagung
Kebutuhan jagung
Usahatani jagung
Faktor-faktor Produksi
Lahan
Modal
Tenaga kerja
Manajemen
Benih Pupuk Obatobatan
Pengaruh penggunaan
Skala ekonomi usaha
Gambar :1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pengaruh Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usahatani Jagung
Berdasarkan gambar 1. Penelitian ini akan meliti usahatani jagung di Desa Pulubala Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo. Jagung mempunyai banyak manfaat. Manfaat jagung adalah selain sebagai bahan makanan pengganti beras, jagung juga dapat digunakan sebagai pakan ternak serta dijadikan bahan baku industri untuk itu kebutuhan jagung akan terus meningkat dari tahun ketahun sejalan dengan peningkatan taraf hidup ekonomi masyarakat sehingga perlu upaya peningkatan produksi melalui usahatani jagung. Usahatani jagung adalah suatu kegiatan mengusahakan tanaman jagung. Untuk lebih meningkatkan usahatani jagung yang diperlukan adalah bagaimana menggunakan faktor-faktor produksi usahatani secara efisien. Faktor-faktor produksi tersebut meliputi : lahan, modal, tenaga kerja serta manejemen. Penggunaan faktor-faktor produksi jagung berpengaruh pada output dan pendapatan petani jagung sehingga akan diketahui skala ekonomi usahatani jagung di Desa Pulubala Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo.
2.6
Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian dan kerangka
pemikiran teoritis maka disusun hipotesis sebagai berikut : 1. Penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani jagung berpengaruh positif terhadap total produk usahatani jagung. 2. Skala ekonomi usahatani jagung di Desa Pulubala berada pada increasing return to scale.