BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Proyek Proyek adalah usaha yang kompleks dan tidak memiliki kesamaan persis dengan proyek manapun sebelumnya sehingga sangat penting suatu proyek konstruksi membutuhkan manajemen proyek konstruksi. Suatu proyek perumahan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. selain itu, proyek perumahan juga memiliki karakteristik yaitu bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, material, machines, money, method), serta membutuhkan organisasi (Ervianto, 2005). karakteristik proyek konstruksi adalah sebagai berikut : 1. Merupakan usaha yang komplek, biasanya bukan kegiatan yang berulang. 2. Tidak ada yang identik (sama persis). 3. Memiliki satu sasaran yang jelas dan telah ditentukan, yang menghasilkan produk yang spesifik. 4. Mempunyai siklus hidup, ada titik awal dan ada titik akhir. 5. Ciri-ciri proyek berubah-ubah selama melalui fase siklus hidupnya. 6. Ketidakpastian biaya dan waktu serta memiliki kadar resiko yang tinggi. 2.2 Definisi Green Building Konsep Bangunan hijau Green building (juga dikenal sebagai konstruksi hijau atau bangunan yang berkelanjutan) mengacu pada struktur dan menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang efisien di seluruh siklus hidupbangunan: mulai dari penentuan tapak untuk desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi pembongkaran, dan Hal ini membutuhkan kerjasama yang erat dari tim desain, arsitek, insinyur, dan client di semua tahapan proyek. Praktik Green Building memperluas dan melengkapi desain bangunan klasik keprihatinan ekonomi, utilitas, daya tahan, dan kenyamanan. Green construction ialah sebuah gerakan berkelanjutan yang mencita-citakan terciptanya konstruksi dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pemakaian produk konstruksi yang ramah 5
lingkungan dan efisien dalam pemakaian energi dan sumber daya, serta berbiaya rendah. Gerakan konstruksi hijau ini juga identik dengan sustinebelitas yang mengedepankan keseimbangan antara keuntungan jangka pendek terhadap resiko jangka panjang dan bentuk usaha saat ini yang tidak merusak kesehatan, keamanan dan kesejahteraan masa depan.
2.3 Konsep Green Building Konsep Green Building adalah bangunan dimana di dalam perencanaan, pembangunan, pengoperasian serta dalam pemeliharaannya memperhatikan aspek – aspek dalam melindungi, menghemat , mengurangi pengunaan sumber daya alam, menjaga mutu baik bangunan maupun mutu dari kwalitas udara di dalam ruangan, dan memperhatikan kesehatan penghuninya yang semuanya berdasarkan kaidah pembangunan berkelanjutan. Suatu bangunan dapat disebut sudah menerapkan konsep bangunan hijau apabila berhasil melalui suatu proses evaluasi untuk mendapatkan sertifikasi bangunan hijau. Di dalam evaluasi tersebut tolak ukur penilaian yang dipakai adalah Sistem Rating (Rating System ) Sistem Rating ( Rating System) adalah suatu alat yang berisi butir-butir dari aspek yang dinilai yang disebut rating dan setiap butir rating mempunyai nilai (point). Apabila suatu bangunan berhasil melaksanakan butir rating tersebut, maka mendapatkan nilai dari butir tersebut. Kalau jumlah semua nilai (point) yang berhasil dikumpulkan bangunan tersebut dalam melaksanakan Sistem Rating (Rating System) tersebut mencapai suatu jumlah yang ditentukan, maka bangunan tersebut dapat disertifikasi pada tingkat sertifikasi tertentu. Sistem Rating (Rating System) dipersiapkan dan disusun oleh Green Building Council yang ada di Negara-negara tertentu yang sudah mengikuti gerakan bangunan hijau. Setiap Negara tersebut mempunyai Sistem Rating masing-masing. Sebagai contoh: USA mempunyai LEED Rating (Leadership Efficiency Enviroment Design), Malaysia memiliki Green Building Index, Singapore mempunyai GreenMark, dan Australia mempunyai GreenStar. Untuk kriteria bangunan terdapat dua macam yaitu bangunan baru dan bangunan lama yang memiliki memiliki perbedaan dalam penerapannya. Bangunan baru memiliki lima kriteria tersendiri, yakni pengelolaan bangunan masa konstruksi, pengelolaan lahan dan limbah, efisiensi energi, efisiensi air, serta kualitas udara dan kenyamanan termal. Untuk bangunan lama kriteria meliputi pengelolaan bangunan masa operasional, konservasi dan efisensi energi, konservasi dan efisiensi air, serta kualitas udara dan kenyamanan termal. 6
Dari penjelasan di atas sebuah bangunan dapat dikatakan bangunan hijau bila memiliki 6 aspek yang tertera di bawah ini:
1.
Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development/ASD)
Efisiensi Energi & Konservasi (Energy Efficiency & Conservation /EEC)
Konservasi Air (Water Conservation/WAC)
Sumber & Siklus Material (Material Resources & Cycle/MRC)
Kualitas Udara & Kenyamanan Ruangan (Indoor Air Health & Comfort/IHC)
Manajemen Lingkungan Bangunan (Building & Enviroment Management)
Tepat Guna Lahan Pemilihan lokasi gedung yang tepat merupakan salah satu kunci dalam pelaksanaan konstruksi hijau. Pemilihan lokasi gedung berdampak pada kinerja gedung yang dibangun. Tujuan proses pembangunan ramah lingkungan adalah meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan manajemen yang baik dalam mengelola lahan dan meminimalisasi dampak lingkungan yang tidak diinginkan selama proses konstruksi maupun pasca konstruksi
2.
Efisiensi dan Konservasi Energi Tujuan dari efisiensi dan konservasi energi adalah untuk menghemat konsumsi energi listrik. Efisiensi dan konservasi energi dapat dilakukan diantaranya dengan cara pemantauan pencatatan
pemakaian
listrik, lebih dari 50% dikantor proyek
memanfaatkan sinar matahari untuk penerangan, menggunakan water recervoir untuk menyimpan air, menggunakan lampu hemat energi, monitoring pemakaian listrik per bulan dan pemasangan KWH listrik.
3.
Konservasi air Terganggunya keseimbangan neraca air dan ketersediaan air tanah disebabkan oleh terjadinya perubahan iklim yang dipicu oleh pemalakan hutan dan tidak terkendalinya konversi lahan hijau pada saat ini telah dirasakan oleh sebagian besar daerah di Indonesia. Angka konsumsi air ideal adalah 50 liter/jiwa/hari (Greenship, 7
2010). Tujuan penting dari konstruksi keberlanjutan adalah menggunakan air secara bertanggung jawab dengan mengurangi penggunan air dan menjaga kualitas air.
4.
Sumber dan Siklus Material Pada prinsipnya setiap material bangunan mempunyai siklus hidup,dimulai dari pengambilan bahan baku di tempat asal dan berakhir di tempat pembuangan. Dalam konsep membangun proyek hijau, siklus hidup material tidak boleh berakhir di tempat pembuangan begitu saja, namun material tersebut sedapat mungkin dimanfaatkan kembali dengan cara digunakan kembali (reuse), diolah kembali (recycling), dan apabila memang tidak dapat untuk kedua hal tersebut di atas maka harus dibuang dengan cara yang ramah lingkungan. Konstruksi hijau sudah seharusnya menggunakan material yang tidak beracun dan berbahaya, ramah lingkungan, tersedia secara lokal, bersetifikat, hasil daur ulang, atau material yang terbarukan secara cepat. Kontraktor sebagai pelaksana pembangunan sudah seharusnya memiliki wawasan tentang berbagai jenis material ramah lingkungan. Beberapa contohnya adalah bambu dan kayu bersetifikat yang berasal dari hutan yang dikelola secara sustainable. Salah satu metode konstruksi yang mampu mereduksi limbah, memaksimalkan daur ulang, mereduksi debu, dan mengurangi adalah dengan menggunakan metode prafabrikasi
8
Ekstrasi bahan baku
Transportasi bahan baku
Konvensi bahan baku
Pengiriman hasil konvensi bahan baku
Hasil produksi
Pengiriman produk
Proses konstruksi
Pengiriman produk
Bahan baku yang masih berguna
Pengiriman bahan baku
Operasional bangunan Renovasi produk
Memperoleh bahan baku Dekonstruksi bangunan
Pengiriman produk yang masih berguna
Reuse
Pembuangan an
Limbah akibat renovasi
Recycle
Pengiriman produk yang masih berguna
Limbah Ditimbun atau dibakar
Kembali ke lingkungan
Green Gambar 2.1 Siklus Hidup Material Bangunan . Sumber: Glavinich, 2008
9
5.
Kualitas Udara & kenyamanan ruangan Kualitas udara pada tahap oprasional bangunan di pengaruhi oleh berbagi jenis material yang di gunakan untuk bagian arsitektur maupun setruktur bangunan.jenis bangunan dapat berdapak pada kesehatan penghuni bangunan. Pada zaman dahulu, bahan bagunan alam teradisional, misalnya batu alam, kayu dan bambu, tidak mengandung zat kimia yang dapat mengganggu kesehatan manusia saat ini, cara membangun dan teknologi bahan bangunan banyak perubahan darui waktu ke waktu yang disebab kan oleh perkembangan ekonomi, teknologi konstruksi, kebutuhan gedung dengan fungsi baru yang memaksa para engineer untuk menemukan berbagai bahan bangunan baru. Misalnya berbagai bahan sintetis, kaca, tegel keramik,cat kimia, perekat, dan lain sebagi nya dimana bahan tersebut dapat mengganggu kesehatan manusia.
6.
Manajemen Lingkungan bangunan Berdasarkan penelitian mengenai manjemen industri konstruksi, terdapat lima faktor yang umumnya menjadi dampak dari pelaksanaan proses konstruksi, di antaranya adalah kebisingan, kualitas udara, kuantitas dan kualitas air, getaran, dan fasilitas jalan (Sutrisno dkk.,2009). Salah satu faktor yang tidak kalah penting adalah limbah dimana keberadaannya membebani tempat pembuangan akhir. Dampak negatif tersebut seharusnya diantisipasi oleh kontraktor agar proses konstruksi tidak mengganggu lingkungan sekitar, termasuk manusia.
10
Tabel 2.1 Keterangan Pertanyaan dari 6 kriteria Green Building KETERANGAN DAN PENJELASAN PERTANYAAN UNTUK NO
TEPAT GUNA LAHAN Misalnya luastanah 100 m2, luas lantai atau luas rumah adalah 60 m2
1 Dan luas halaman 40 m2
2
Memelihara atau memperluas kehijauan kota untuk meningkatkan kualitas iklim mikro, mengurangi CO2 dan zat polutan; mencegah erosi tanah; mengurangi beban sistem drainase; menjaga keseimbangan neraca air bersih dan sistem air tanah
3
Membangun pada kawasan yang sudah tidak bias menghasilkan tanaman pangan karena kurang bagusnya kandungan tanah
4
Lokasi pembangunan berada pada daerah rawan banjir, tanah keras, tanah labil, sehingga perlu ada penaganan perbaikan tanah KETERANGAN DAN PENJELASAN PERTANYAAN UNTUK
NO EFISIENSI DAN KONSERVASI ENERGI
1
Penempatan tobol on/off lampuditempatkan pada tempat yang paling mudah dijangkau dan penempatannya diatur sehingga tidak membahayakan
2
Terdapat sensor cahaya disetiap ruangan sehingga penggunaan energy bisa lebih hemat
3
Karena cahaya lampu Stark LED tidak panas dan tidak memancarkan sinar Ultraviolet (UV) yang dapat merusak mata. Jelas sekali bahwa Stark LED lebih ramah lingkungan daripada lampu yang lainnya.
4
Agar tidak terjadi pelonjakan pada kilometer usaha kan disiang hari memanfaat kan sinar matahari/membuka jendela 11
1. Penggunaan AC disesuaikan dengan kapasitas dan isi dari ruangan pemasangan AC dengan kapasitas yang berlebih hanya merupakan pemborosan. a. 1/2 PK setara dengan 5000 Btu/hr untuk ruangan 3 x 3 m b. 3/4 PK setara dengan 7000 Btu/hr untuk ruangan 3 x 4 m 5
c. 1 PK setara dengan 9000 Btu/hr untuk ruangan 4 x 4 m d. 1,5 PK setara dengan 12000 Btu/hr untuk ruangan 4 x 6 m e. 2 PK setara dengan 18000 Btu/hr untuk ruangan 6 x 8 m f. 2,5 PK setara dengan 24000 Btu/hr untuk ruangan 8 x 8 m g. 3 PK setara dengan 27000 Btu/hr untuk ruangan 10 x 8 m h. 5 PK setara dengan 45000 Btu/hr untuk ruangan 10 x 10 m
6
Mengatur suhu AC sesuai standar thermal comfort (24°C ± 1), sangat tidak disarankan mengatur AC pada suhu terendah, hal ini karena energi listrik yang dibutuhkan sangat tinggi.
7
Periksa komponen saringan (filter) udara AC minimal sebulan sekali. Udara yang kotor akan menghambat proses sirkulasi udara dan menjadi tempat yang nyaman bagi kuman, bakteri maupun jamur. Bakteri inilah yang akan mengalir ke bagian evaporator coil (gulungan penguap) kemudian menyebar kembali ke seluruh ruangan. Komponen AC yang kotor dapat mempengaruhi kinerja sistem pendingin menjadi lebih berat, sehingga tidak menghasilkan dingin yang maksimal.
8
Untuk mensuply space udara yang cukup dan memastikan kondisi kedua komponen tersebut diatasa berfungsi normal atau tidak maka harus ada jalan untuk merawatnya yaitu dengan membersihkan kisi kisi yang ada pada Evaporator maupun kondensor, yang kita sebut dalam istilah kita sehari-hari "service" atau mencuci minimal 1 kali dalam 3 bulan.
12
KETERANGAN DAN PENJELASAN PERTANYAAN UNTUK NO KONSERVASI AIR
1
Misalnya untuk menyiram tanaman, mencuci kendaraan, mengepel lantai, menyiram toilet, maupun untuk keperluan non konsumsi
2
karena dengan semprotan air dari shower, meskipun volume kurang dari seember air, volume air yang kita gunakan untuk menyiram tubuh akan maksimal menyebar merata ke seluruh tubuh. Bila dibandingkan dengan menggunakan gayung, cukup banyak air yang terbuang dan kurang lazim jika dibandingkan dengan semprotan shower. Secara tidak langsung, kita menyelamatkan bumi dengan menghemat penggunaan air.
3
Karena system flushing dapat menghemat air
4
Manfaat solar water heater tidak mencemari lingkungan dengan berinvestasi menggunakan solar water heater anda akan menghindari dan menekan gas yang berbahaya seperti karbon dioksida, nitrogen oksida, sulfur dioksida dan populasi udara lainnya yang ketika pemanas air anda menggunakan listerik atau bahan bakar lainnya
5
Pemakaian kran otomatis pada rumah maupun gedung agar pemakaian air tetap terkontrol
6
Tujuan pemasangan meteran air agar pengeluaran air tetap terkontrol supaya air tidak terbuang secara Cuma-cuma KETERANGAN DAN PENJELASAN PERTANYAAN UNTUK
NO SUMBER DAN SIKLUS MATERIAL
1
2
Cat ini memiliki teknologi peredam panas, peredam suara. cat ini juga ramah lingkungan dan tidak beracun 1. Rangka baja ringan tidak akan dimakan rayap. 2. Baja ringan akan mempercepat durasi atau waktu pengerjaan suatu 13
bangunan. 3. Struktur rangka baja ringan yang tentunya lebih ringan daripada jika anda menggunakan kayu sebagai rangka atap anda. 4. Rangka baja ringan hemat biaya. 5. Rangka baja ringan memiliki struktur atau material yang bisa disesuaikan dengan keadaan geografis sebuah daerah. 6. Untuk menjaga lingkungan.
3
Bata ringan menggunakan bahan baku yang tidak menimbulkan kerusakan lingkungan dan masih tersedia dalam jumlah yang melimpah. Berdasarkan sejarah penemuannya pun Beton ringan atau AAC ini pertama kali dikembangkan di Swedia pada tahun 1923 sebagai alternatif material bangunan untuk mengurangi penggundulan hutan.
4
Menggunakan semen instan/mortar pada plasteran. Semen mortar dapat mengurangi kadar CO2, menghemat energi yang diperlukan pada proses konstruksi, mengurangi limbah material dan membuat bangunan yang kokoh sehingga „life-time’ bangunan yang panjang dan meminimalkan pekerjaan perbaikan.
5
Menggunakan pipa PPR (Polyprophylene Random Polimer) untuk aplikasi hot and cold water system. Pipa PPR merupakan pipa yang berbahan dasar plastik Polypropilene yang tahan panas dan tahan benturan. Material merupakan plastik dari bahan yang didaur ulang dan ramah lingkungan serta bebas perawatan hingga penggunaan 50 tahun. KETERANGAN DAN PENJELASAN PERTANYAAN UNTUK
NO KUALITAS UDARA DAN KENYAMANAN UDARA
1
Untuk mendapatkan aliran udara yang cukup di dalam rumah, ventilasi udara yang sebaiknya memiliki ukuran minimal 5% dari jumlah luas lantai ruangan. Penempatan yang ideal untuk ventilasi tersebut adalah sekitar 80 – 100 cm dari langit-langit rumah. Untuk jendela rumah, jarak ideal antara jendela dengan lantai adalah sekitar 80 cm, sedangkan jarak ideal dengan langit-langit rumah kurang lebih 30 cm. Dengan memperhatikan aspek-aspek di atas, sirkulasi udara 14
akan tetap terjaga sehingga rumah akan tetap terasa sejuk.
Suatu rumah akan terasa sejuk apabila mempunyai tinggi ruang lebih.Karena ruang tersebut akan dapat menampung udara yang segar dari luar rumah sehingga sirkulasi udara dalam rumah berjalan dengan baik.Tinggi ruang minimum pada bangunan rumah tinggal harus sekurang – kurangnya 2.40 meter, kecuali : a). Dalam hal langit – langit kemiringan minimal setengah dari luas ruangan mempunyai tinggi ruang 2.40 meter dan tinggi selebihnya pada titik terendah tidak < 1.75 meter. 2
b). Dalam hal ruang cuci dan kamar mandi / WC, diperbolehkan sampai minimal 2.10 meter.Hal ini digunakan untuk mengatasi bau yang tidak sedap pada kamar mandi. c). Dalam hal ruang memasak / dapur, dengan gangguan asap dan sebagainya.Maka tinggi ruang minimal 3.50 meter. Dengan adanya ruang gerak udara, maka pertukaran udara bersih menjadi baik.Karena pada biasanya suhu ruangan yang sehat ialah 20 – 250 Celcius dan kelembaban sedang antara 5 – 20 cm/detik.
3
Salah satu sumber panas itu adalah atap. Penutup atap yang terkena sinar matahari meneruskan panas yang diterimanya ke dalam ruang melalui plafon. Rekayasa desain seperti membuat ventilasi di plafon dan di dalam rumah bisa membantu mengurangi atau melepaskan panas itu. Cara lain dengan memilih material bangunan yang mampu menangkal panas seperti insulasi. HGT Single Side Almunium atau HGT Duble almunium
4
Tujuan untuk pertukaran udara dari luar rumah ke dalam kamar mandi maupun dari dalam kamar mandi ke luar rumah bisa berjalan secara optimal.
5
untuk mencegah terjadi nya kelembaban pada dinding kamar mandi dan juga adanya pencahayaan di ruangan kamar mandi
15
6
Tujuan penempatan ventilasi udara dengan tepat adalah
7
Cooker hood membuang asap dengan cara asap langsung ke luar ruangan. Jadi, asap diisap dan langsung dikeluarkan melalui cerobong atau pipa yang langsung tersambung ke luar ruangan. KETERANGAN DAN PENJELASAN PERTANYAAN UNTUK
NO MANAJEMEN LINGKUNGAN BANGUNAN Kegiatan perencanaan adalah suatu kegiatan yang sangat pokok dan penting sebelum melaksanakan sebuah proyek. Terjadinya kesalahan pelaksanaan ataupun metode kerja yang tidak berurutan akan memberikan kerugian pada proyek. Perencanaan yang tepat dan matang akan memudahkan dalam mencapai tujuan utama sebuah pekerjan konstruksi, yaitu tepat waktu, tepat mutu, serta tepat biaya. Perencanaan yang dilaksanakan dalam sebuah proyek harus memenuhi persyaratan seperti dibawah ini, antara lain:
1
a.
Konstruksi harus kokoh dan memiliki nilai estetis yang baik.
b.
Mutu pekerjaan terjaga dengan baik.
c.
Biaya pelaksanaan harus efisien dan ekonomis.
d.
Waktu pelaksanaan tepat, sesuai dengan time schedule.
e.
Aman dan nyaman untuk digunakan.
f.
Mempertimbangkan aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
g.
Berdasarkan aturan hukum yang berlaku.
(Pudjianto,1996) Pada umumnya dalam perencanaan suatu pekerjaan proyek konstruksi, terdiri dari 3 macam perencanaan, meliputi : a.
Perencanaan Arsitektur
b.
Perencanaan Struktur
c.
Perencanaan Mekanikal, Elektrikal, dan Plumbing.
Ketiga proses tersebut saling berkaitan dan harus ada koordinasi untuk 16
menghasilkan suatu bangunan yang kuat, stabil, serta mempunyai view arsitektural yang baik, demi keamanan dan kenyamanan bangunan.
2
Adanya instalasi pengolahan limbah organik di dalam tapak bangunan atau memberikan pernyataan dan rencana kerja sama untuk pengelolaan limbah organik dengan pihak ketiga di luar sistem jaringan persampahan kota
3
Selama proses memasak, kita akan menghasilkan berbagai jenis sampah seperti plastik, kaleng, bahan makanan, dan lainnya. Siapkan dua atau dua tempat sampah untuk membuang sampah berdasarkan jenisnya.
4
Pemanfaatan air limbah rumah tangga bias digunakan untuk menyiram tanaman mencuci mobil atau motor dan menyiran halaman rumah dan di manfaatkan untuk keperluan yang tidak mengunakan air bersih
5
merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem yang ada di sekitar nya sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat
2.4 Standar Baku Green Building Masing-masing aspek terdiri atas beberapa Rating yang mengandung kredit yang masingmasing memiliki muatan nilai tertentu dan akan diolah untuk menentukan penilaian. Poin Nilai memuat standar-standar baku dan rekomendasi untuk pencapaian standar tersebut. Dengan dimulainya gerakan ini , diharapkan semakin banyak lagi pihak yang menerapkan konsep Green building sehingga diharapkan pelaksanaan konsep bangunan hijau menjadi suatu hal yang akan menjadi sasaran umum dari setiap pengembang bangunan. Standart baku yang harus dipenuhi untuk pembangunan sebuah bangunan baru antara lain adalah: -
Adanya area lansekap berupa vegetasi (softscape) yang bebas dari struktur bangunan dan struktur sederhana bangunan taman (hardscape) di atas permukaan tanah atau di bawah tanah, dengan luas area minimum 10% dari luas total lahan atau 50% dari ruang terbuka dalam tampak Area ini memiliki vegetasi mengikuti Permendagri No 1 tahun 2007 Pasal 13 (2a) dengan komposisi 50% lahan tertutupi luasan pohon ukuran kecil, ukuran sedang, 17
ukuran besar, perdu setengah pohon, perdu, semak dalam ukuran dewasa dengan jenis tanaman sesuai dengan Permen PU No. 5/PRT/M/2008 mengenai Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pasal 2.3.1 tentang Kriteria Vegetasi untuk pekarangan. -
Membangun di dalam kawasan perkotaan dilengkapi sarana dan prasarana serta telah memenuhi standar Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat RI Nomor 32/PERMEN/M/2006 Petunjuk Teknis Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri paragraph ketiga tentang Persyaratan Utilitas Kasiba Pasal 68 yang masih berdensitas rendah, yaitu tingkat okupansi/hunian <300 orang/Ha, sehingga terjadi pembangunan yang lebih kompak (>300 orang/Ha) Untuk pembangunan yang berlokasi dan melakukan revitalisasi di atas lahan yang bernilai negatif dan tak terpakai karena bekas pembangunan atau dampak negatif pembangunan, seperti tempat pembuangan Akhir (TPA), badan air yang tercemar, dan daerah padat yang sarana dan prasarananya di bawah standar Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat RI Nomor 32/PERMEN/M/2006 Petunjuk Teknis Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri paragraph ketiga tentang Persyaratan Utilitas Kasiba Pasal 68, revitalisasi dilakukan dengan melengkapi tapak dengan sarana prasarana tersebut.
-
Terdapat minimal 7 jenis fasilitas umum dalam jarak pencapaian jalan utama sejauh 1500 m dari tapak. Membuka akses pejalan kaki selain ke jalan utama di luar tapak yang menghubungkan‐nya dengan jalan sekunder dan/atau lahan milik orang lain sehingga tersedia akses ke minimal 3 fasilitas umum sejauh 300 m jarak pencapaian pejalan kaki Menyediakan fasilitas/akses yang aman, nyaman, dan bebas dari perpotongan dengan akses kendaraan bermotor untuk menghubungkan secara langsung bangunan dengan bangunan lain, di mana terdapat minimal 3 fasilitas umum dan/atau dengan stasiun transportasi masal Membuka lantai dasar gedung sehingga dapat menjadi akses pejalan kaki yang aman dan nyaman selama minimum 10 jam sehari
-
Adanya halte atau stasiun transportasi umum dalam jangkauan 300 m (walking distance) dari gerbang lokasi bangunan dengan tidak memperhitungkan panjang jembatan penyeberangan dan ramp atau menyediakan shuttle bus untuk pengguna tetap gedung dengan jumlah unit minimum untuk 10% pengguna tetap gedung
18
-
Menyediakan fasilitas jalur pedestrian di dalam area gedung untuk menuju ke stasiun transportasi umum terdekat yang aman dan nyaman sesuai dengan Peraturan Menteri PU 30/PRT/M/2006 mengenai Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
-
Adanya tempat parkir sepeda yang aman sebanyak 1 unit parkir per 20 pengguna gedung dan perlu tersedianya shower sebanyak 1 unit untuk setiap 10 tempat parkir sepeda.
-
Adanya area lansekap berupa vegetasi (softscape) yang bebas dari bangunan taman (hardscape) yang terletak di atas permukaan tanah seluas minimal 40% luas total lahan. Luas area yang diperhitungkan adalah termasuk yang tersebut di Prasyarat 1, taman di atas basement, roof garden, terrace garden, dan wall garden, sesuai dengan Permen PU No. 5/PRT/M/2008 mengenai Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pasal 2.3.1 tentang Kriteria Vegetasi untuk Pekarangan.
-
Penggunaan tanaman lokal (indigenous) dan budidaya lokal dalam skala provinsi menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebesar 60% luas tajuk/ jumlah tanaman
-
Menggunakan berbagai material untuk menghindari efek heat island pada area atap gedung sehingga nilai albedo (daya refleksi panas matahari) minimum 0,3 sesuai dengan perhitungan
-
Menggunakan berbagai material untuk menghindari efek heat island pada area non‐atap sehingga nilai albedo (daya refleksi panas matahari) minimum 0,3 sesuai dengan perhitungan
-
Desain menunjukkan adanya pelindung pada sirkulasi utama pejalan kaki di daerah luar ruangan area luar ruang gedung menurut Peraturan Menteri PU No. 5/PRT/M/2008 mengenai Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pasal 2.2.3c mengenai Sabuk Hijau dan atau Desain lansekap menunjukkan adanya fitur yang mencegah terpaan angin kencang kepada pejalan kaki di daerah luar ruangan area luar ruang gedung
-
Pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota dari lokasi bangunan hingga 50 % total volume hujan harian yang dihitung menurut data BMKG atau Pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota dari lokasi bangunan hingga 85 % total volume hujan harian yang dihitung menurut data BMKG. 19
-
Menunjukkan adanya upaya penanganan pengurangan beban banjir lingkungan dari luar lokasi bangunan
-
Menggunakan teknologi‐teknologi yang dapat mengurangi debit limpasan air hujan
-
Memasang kWh meter untuk mengukur konsumsi listrik pada setiap kelompok beban dan sistem peralatan, yang meliputi: Sistem tata udara Sistem tata cahaya dan kotak kontak Sistem beban lainnya
-
Perhitungan OTTV berdasarkan SNI 03‐6389‐2000 tentang Konservasi Energi Selubung Bangunan pada Bangunan Gedung yaitu OTTV ≤ 45 Watt/m².
-
Penggunaaan cahaya alami secara optimal sehingga minimal 30% luas lantai yang digunakan untuk bekerja mendapatkan intensitas cahaya alami minimal sebesar 300 lux. Khusus untuk pusat perbelanjaan, minimal 20% luas lantai nonservice mendapatkan intensitas cahaya alami minimal sebesar 300 lux.
-
Untuk ventilasi, tidak mengondisikan (tidak memberi AC) ruang WC, tangga, koridor, dan lobi lift, serta tidak melengkapi ruangan tersebut dengan sistem ventilasi
-
dalam penangggulangan penyebab perubahan iklim, menyerahkan perhitungan pengurangan emisi CO2 yang didapatkan dari selisih kebutuhan energi antara design building dan base building dengan menggunakan grid emission factor (konversi antara CO2 dan energi listrik) yang telah ditetapkan dalam Keputusan DNA pada B/277/Dep.III/LH/01/2009
-
Menggunakan sumber energi baru dan terbarukan.
-
Pemasangan alat meteran air (volume meter) yang ditempatkan di lokasi- lokasi tertentu pada sistem distribusi air, sebagai berikut: 1. Satu volume meter di setiap sistem keluaran sumber air bersih seperti sumber PDAM atau air tanah 2. Satu volume meter untuk memonitor keluaran sistem air daur ulang 3. Satu volume meter dipasang untuk mengukur tambahan keluaran air bersih apabila dari sistem daur ulang tidak mencukupi
20
-
Water Use Reduction, Konsumsi air bersih dengan jumlah tertinggi 80% dari sumber primer tanpa mengurangi jumlah kebutuhan per orang sesuai dengan SNI 03‐7065‐2005
Tabel 2.2 Pemakaian air dingin minimum sesuai penggunaan gedung No.
Penggunaan Gedung
Pemakaian air
Satuan
1
Rumah tinggal
120
Liter/penghuni/hari
2
Rumah susun
100
Liter/penghuni/hari
3
Asrama
120
Liter/penghuni/hari
4
Rumah Sakit
500
Liter/tempat tidur pasien/hari
5
Sekolah Dasar
40
Liter/siswa/hari
6
SLTP
50
Liter/siswa/hari
7
SMU/SMK dan lebih tinggi
80
Liter/siswa/hari
8
Ruko/Rukan
100
Liter/penghuni dan pegawai/hari
9
Kantor/Pabrik
50
Liter/pegawai/hari
10
Toserba, Toko pengecer
5
Liter/m2
11
Restoran
15
Liter/kursi
12
Hotel Berbintang
250
Liter/tempat tidur/hari
13
Hotel Melati
150
Liter/tempat tidur/hari
14
Gd. Pertunjukan
10
Liter/kursi
15
Gd. Serbaguna
25
Liter/kursi
16
Stasiun, terminal
3
Liter/penumpang tiba dan pergi
17
Peribadatan
5
Liter/orang (belum dg air wudlu)
Sumber : SNI 03‐7065‐2005
21
Tabel 2.3 Pemakaian air panas minimum sesuai penggunaan gedung No.
Penggunaan Gedung
Pemakaian air
Kapaitas tangki penyimapan
(L/org/hari)
sehari
1
Rumah tinggal
50 dan 100
1/5
2
Rumah susun
50 dan 100
1/5
3
Hotel
110
1/5
4
Rumah sakit
130
1/10
5
Kantor
20
1/5
6
Pabrik
20
2/5
7
Restoran
10
2/5
8
Kamar mandi umum (1x mandi/org)
30
1/5
Sumber : SNI 03‐7065‐2005 -
Penggunaan water fixture yang sesuai dengan kapasitas buangan di bawah standar maksimum kemampuan alat keluaran air pada tekanan air 3 bar, sejumlah minimal 25% dari total pengadaan produk water fixture.
-
Instalasi daur ulang air dengan kapasitas yang cukup untuk kebutuhan seluruh sistem flushing, irigasi, dan make up water cooling tower (jika ada)
-
Alternative Water Resource, menggunakan salah satu dari tiga alternatif sebagai berikut: air kondensasi AC, air bekas wudu, atau air hujan
-
Rainwater Harvesting: Instalasi tangki penyimpanan air hujan kapasitas 50% dari jumlah air hujan yang jatuh di atas atap bangunan sesuai dengan kondisi intensitas curah hujan tahunan setempat menurut BMKG
-
Water Efficiency Landscaping, Seluruh air yang digunakan untuk irigasi gedung tidak berasal dari sumber air tanah dan/atau PDAM. Menerapkan sistem instalasi untuk irigasi yang dapat mengontrol kebutuhan air untuk lansekap yang tepat, sesuai dengan kebutuhan tanaman
22
-
Tidak menggunakan chloro fluoro carbon (CFC) sebagai refrigeran dan halon sebagai bahan pemadam kebakaran
-
Menggunakan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding, setara minimal 10% dari total biaya material baru yang bersangkutan (struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding)
-
Menggunakan material yang bersertifikat ISO 14001 terbaru dan/atau sertifikasi lain yang setara dan direkomendasikan oleh GBCI. Material tersebut minimal bernilai 30% dari total biaya material.
-
Menggunakan material yang merupakan hasil proses daur ulang senilai minimal 5% dari total biaya material
-
Menggunakan material yang bahan baku utamanya berasal dari sumber daya (SD) terbarukan dengan masa panen jangka pendek (<10 tahun) senilai minimal 2% dari total biaya material
-
Tidak menggunakan bahan perusak ozon pada seluruh sistem bangunan
-
Menggunakan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai dengan Peraturan Pemerintah tentang asal kayu (seperti faktur angkutan kayu olahan/FAKO, sertifikat perusahaan, dan lain‐lain) dan sah terbebas dari perdagangan kayu ilegal sebesar 100% biaya total material kayu
-
Desain yang menggunakan material modular atau prafabrikasi (tidak termasuk equipment) sebesar 30% dari total biaya material
-
Menggunakan material yang lokasi asal bahan baku utama atau fabrikasinya berada di dalam radius 1.000 km dari lokasi proyek mencapai 50% dari total biaya material, apabila material di atas berasal dari dalam wilayah Republik Indonesia mencapai 80% dari total biaya material
-
Desain ruangan yang menunjukkan adanya potensi introduksi udara luar minimal sesuai dengan Standar SNI 03-6572-2001
-
Untuk ruangan tertentu, antara lain banquet, ruang rapat umum, general office (ruangan dengan kepadatan tinggi) dilengkapi dengan instalasi sensor gas karbon dioksida (CO2) yang memiliki mekanisme untuk mengatur jumlah ventilasi udara luar sehingga 23
konsentrasi C02 di dalam ruangan tidak lebih dari 1.000 ppm, sensor diletakkan 1,5 m di atas lantai dekat return air grill. -
Memasang tanda “Dilarang Merokok di Seluruh Area Gedung” dan tidak menyediakan bangunan/area khusus untuk merokok. Apabila tersedia, bangunan/area merokok itu minimal berada pada jarak 5 m dari pintu masuk, outdoor air intake, dan bukaan jendela.
-
Menggunakan cat dan coating yang mengandung kadar volatile organic compounds (VOCs) rendah, yang ditandai dengan label/sertifikasi yang diakui GBCI
-
Menggunakan produk kayu komposit dan produk agrifiber, antara lain produk kayu lapis, papan partikel, papan serat, insulasi busa, dan laminating adhesive, dengan syarat tanpa tambahan urea formaldehyde, atau memiliki kadar emisi formaldehida rendah, yang ditandai dengan label/sertifikasi yang diakui GBCI
-
Tidak menggunakan material yang mengandung asbes, mercury, dan Styrofoam Asbestos atau dikenal dengan asbes adalah istilah pasar untuk bermacam‐macam mineral yang dapat dipisah‐pisahkan hingga menjadi serabut yang fleksibel. Dari sifat mineral tersebut, serat asbes telah digunakan untuk beragam material bangunan antara lain atap dan ubin untuk dinding dan lantai. Serat asbestos menimbulkan risiko kesehatan ketika serat terlepas dari produk ke udara kemudian terhirup manusia hingga menyebabkan gangguan fungsi normal paru‐paru bahkan penyakit kanker. Jenis asbestos yang beracun disebut
asbestiform, antara lain:
chrysolite
(serpentine),
crocidolite,
amosite,
anthophyllite, tremolite, dan actinolite. -
Menggunakan lampu dengan iluminansi (tingkat pencahayaan) ruangan sesuai dengan SNI 03‐6197‐2000. Pemilihan warna lampu bergantung pada tingkat iluminansi yang diperlukan agar diperoleh pencahayaan yang nyaman. Makin tinggi tingkat iluminansi yang diperlukan, maka warna lampu yang digunakan adalah jenis lampu dengan CCT sekitar > 5.000 K (daylight) sehingga tercipta pencahayaan yang nyaman., Sedangkan untuk kebutuhan tingkat iluminansi yang tidak terlalu tinggi, maka warna lampu yang digunakan < 3.300 K (warm white). Tabel 1 menunjukkan tingkat pencahayaan, rendensi dan temperatur warna yang direkomendasikan.
24
Tabel 2.4 Tingkat pencahayaan, reduksi dan temperatur warna yang direkomendasikan. Fungsi Ruangan
Tingkat
Kelompok
Temperatur Warna
Pencahayaan
Renderasi
Warm White
Cool White
(Lux)
Warna
< 3300K
3300K-5300K
Ruang Direktur
350
1 atau 2
x
x
Ruang Kerja
350
1 atau 2
x
x
Ruang Komputer
350
1 atau 2
x
x
Ruang Rapat
300
1
Ruang Gambar
750
1 atau 2
x
x
Gudang Arsip
150
1 atau 2
x
x
Ruang Arsip Aktif
300
1 atau 2
x
x
Daylight > 5300K
Perkantoran:
x
x
Sumber : SNI 03‐6197‐2000
25
Tabel 2.5 Daya listrik Maksimum Pencahayaan Lokasi
Daya Pencahayaan Maksimum (W/m2) Termasuk rugi-rugi balast
Ruang Kantor
15
Auditorium
25
Pasar Swalayan
20
Hotel: Kamar tamu
17
Daerah umum
20
Rumah sakit Ruang Pasien
15
Gudang
5
Kafetaria
10
Garasi
2
Restaurant
25
Lobi
10
Tangga
10
Ruang Parkir
5
Ruang Perkumpulan
20
Industri
20
Pintu masuk dengan kanopi: Lalu lintas sibuk seperti hotel
30
Lalu lintas sedang seperi rumah sakit
15
Jalan dan Lapangan Tempat penimbunan atau tempat kerja
2
Tempat santai seperti taman, tempat rekreasi, tempat piknik
1 26
Jalan untuk kendaraan dan pejalan kaki Tempat parker
1,5 2
Sumber : SNI 03‐6197‐2000 -
Menetapkan perencanaan kondisi termal ruangan secara umum pada suhu 250C dan kelembaban relatif 60%
-
Tingkat kebisingan pada 90% dari nett lettable area (NLA) tidak lebih dari atau sesuai dengan SNI 03‐6386‐2000Building Environmental Manag
-
Adanya instalasi atau fasilitas untuk memilah dan mengumpulkan sampah sejenis sampah rumah tangga (UU No. 18 Tahun 2008) berdasarkan jenis organik dan anorganik
-
Memiliki rencana manajemen sampah konstruksi yang terdiri atas: Limbah padat, dengan menyediakan area pengumpulan, pemisahan, dan sistem pencatatan. Pencatatan dibedakan berdasarkan limbah padat yang dibuang ke TPA, digunakan kembali, dan didaur ulang oleh pihak ketiga. Limbah cair, dengan menjaga kualitas seluruh air yang timbul dari aktivitas konstruksi agar tidak mencemari drainase kota
-
Adanya instalasi pengomposan limbah organik di lokasi tapak bangunan
-
Memberikan pernyataan atau rencana kerja sama untuk pengelolaan limbah anorganik secara mandiri dengan pihak ketiga di luar sistem jaringan persampahan kota
27