BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian Audit Audit berasal dari bahasa latin “audire” yang berarti mendengarkan.
Mendengarkan
dalam
hal
ini
adalah
memperhatikan
dan
mengamati
pertanggungjawaban keuangan yang disampaikan oleh penanggungjawab keuangan yakni manajemen perusahaan. Fungsi ini perlahan-lahan berkembang sesuai dengan tuntutan zaman yang semakin maju. Orang yang melaksanakan audit tersebut dinamakan pemeriksa keuangan (auditor) dan tugas yang diemban oleh auditor dinamakan dengan auditing. Berdasarkan Committee on Basic Accounting Concept-a statement of basic auditing concept (1991:2), menyatakan pengertian auditing sebagai berikut: Auditing is a systematic process of objectively obtaining and evaluation evidence regarding assertion about economic actions and events to as certain the degree of correspondance
between
this
assertions
and
established
criteria
and
communicating the result of interest users. Pengertian auditing tersebut menyatakan bahwa audit merupakan suatu proses sistematis yang secara objektif memperoleh dan mengevaluasi bukti yang terkait dengan pernyataan mengenai tindakan atau kejadian ekonomi untuk menilai tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap kejadian ekonomi tersebut. Selanjutnya Arens dan Loebbecke (1994:1) menyatakan pengertian auditing sebagai berikut: Auditing is the process by which a competent, independent person accumulated and evaluates evidence about quantifiable information related to spesific economic entity for the purpose of determining and reporting on the degree of correspondence between the quantifiable information and established criteria. Pengertian auditing tersebut maksudnya bahwa auditing adalah proses yang ditempuh oleh seseorang yang kompeten dan independen agar dapat menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti mengenai informasi yang
Universitas Sumatera Utara
terukur dari suatu entitas (satuan) usaha untuk mempertimbangkan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi yang terukur tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Menurut beberapa defenisi diatas, terdapat unsur-unsur penting yang mendasari istilah auditing, yaitu: 1.
Proses sistematik. Auditing merupakan suatu proses sistematik, yaitu berupa suatu rangkaian langkah atau prosedur yang logis, terstruktur dan jelas tujuannya bagi pengambilan keputusan dan audit bukan merupakan proses yag tidak terancang dan asal jadi.
2.
Pengumpulan dan pengevaluasian bukti secara objektif. Audit berkaitan dengan pengumpulan bukti-bukti tentang informasi yang akan mempengaruhi proses keputusan auditor. Bukti diartikan sebagai semua informasi yang digunakan auditor dalam menentukan kesesuaian informasi yang sedang diaudit dengan kriteria yang telah ditetapkan. Bukti audit dapat diperoleh dalam berbagai bentuk, seperti pernyataan lisan dari pihak yang diaudit (klien), komunikasi tertulis dengan pihak ketiga dan hasil pengamatan auditor. Demi tercapainya sasaran dari kegiatan auditing ini diperlukan bukti-bukti dengan jumlah dan mutu yang memadai. Proses penentuan jumlah bahan bukti yang diperlukan dan penilaian kelayakan informasi sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yang merupakan bagian penting dari audit.
3.
Pernyataan mengenai kejadian atau kegiatan ekonomi. Yang dimaksud dengan pernyataan mengenai kejadian atau kegiatan ekonomi adalah hasil proses akuntansi. Akuntansi merupakan proses pengidentifikasian, pengukuran dan penyampaian informasi ekonomi yang dinyatakan dalam satuan uang dalam bentuk yang teratur dan logis dengan tujuan menyajikan informasi keuangan yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan. Setiap kali audit dilakukan ruang lingkup pertanggungjawaban auditor harus dinyatakan dengan jelas. Yang terutama harus dilakukan adalah menegaskan entitas atau satuan usaha yang dimaksud dengan periode waktunya.
Universitas Sumatera Utara
4.
Tingkat kesesuaian antara pernyataan dengan kriteria yang telah ditetapkan. Ketika melakukan proses audit, tujuan auditor adalah menentukan apakah pernyataan pihak yang diaudit sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria atau standar yang dipakai sebagai dasar untuk menilai pernyataan (yang berupa proses akuntansi) dapat berupa: a.
Peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan tertentu
b.
Anggaran atau ukuran prestasi pemilik satuan usaha
c.
Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
Pada umumnya auditor yang bekerja di instansi pajak, di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPPK), dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menggunakan kriteria undang-undang, prinsip akuntansi yang berlaku umum dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah, perusahaan swasta, Badan Usaha Milik Negara,Badan Uasaha Milik Swasta, serta instansi pajak yang terkait. Jadi, kriteria yang dipakai dalam suatu audit tergantung kepada tujuan audit yang bersangkutan. 5.
Penyampaian hasil kepada pihak yang berkepentingan. Penyampaian hasil ini dilakukan dengan secara tertulis dalam bentuk laporan audit (audit report) yang merupakan penyampaian hasil-hasil temuan kepada para pemakai laporan. Laporan yang satu dapat berbeda dengan laporan lainnya, tetapi pada dasarnya semuanya harus mampu menyampaikan kepada pihak yang berkepentingan seberapa jauh tingkat kesesuian dari informasi yang sedang mereka periksa dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
B.
Jenis Audit Menurut Arthur W. Holmes seperti yang dikutip dari Karni (2000:3),
sekitar tahun 1960-an, “ Audit dikelompokan menjadi general audit dan special audit. General audit adalah pemeriksaan terhadap laporan keuangan, dan audit yang lain termasuk dalam special audit”. Audit yang dilakukan auditor atau profesi akuntan sangat banyak macamnya, antara lain audit operasional, audit
Universitas Sumatera Utara
manajemen, audit kinerja, financial audit, fraud and forensic audit, quality audit, tax audit, compliance audit, banking audit dan internal control system audit. Berdasarkan tujuan atau objektif, audit dapat dikelompokan menjadi beberapa macam audit, antara lain: 1.
Compliance Audit, antara lain financial audit, legal audit, fraud and forensic audit.
2.
Recommendation, antara lain operational audit, management audit, internal control system audit.
3.
Quality Assurance, antara lain evaluated audit dan quality audit.
Menurut Agoes (1999:25), ditinjau dari luasnya pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus. 1.
General Audit (Pemeriksaan Umum) Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh kantor akuntan publik yang independen, dengan tujuan untuk bisa memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pemeriksaan tersebut harus dilakukan sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), dan memperhatikan kode etik akuntan Indonesia yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
2.
Special Audit (Pemeriksaan Khusus) Suatu pemeriksaan khusus atau terbatas (sesuai dengan permintaan auditor), yang dilakukan oleh kantor akuntan publik yang independen dan pada akhir pemeriksaannya auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada pos atau masalah tertentu yang diperiksa, karena prosedur audit yang dilakukannya terbatas.
Menurut Mulyadi (2002:10), audit dapat dikelompokan menjadi tiga jenis yaitu audit laporan keuangan, audit kepatuhan dan audit operasional. 1.
Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)
Universitas Sumatera Utara
Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap laporam keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Dalam audit laporan keuangan ini, auditor independen menilai kewajaran laporan keuangan atas dasar kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Hasil pemeriksaan dalam laporan keuangan tersebut disajikan dalam bentuk tertulis berupa laporan audit. Laporan ini dibagikan kepada para pemakai informasi keuangan seperti pemegang saham, kreditur dan pihak lain yang berkepentingan. 2.
Audit Kepatuhan (Compliance Audit) Audit kepatuhan adalah audit yang tujuannya untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tersebut. Hasil audit kepatuhan biasanya dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria. Audit kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahan.
3.
Audit Operasional (Operational Audit) Audit operasional merupakan suatu review secara sistematik terhadap kegiatan organisasi, atau bagian dari organisasi dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan audit operasional adalah mengevaluasi kinerja, mengidentifikasi
kesempatan
untuk
peningkatan
serta
membuat
rekomendasi untuk tindakan lebih lanjut. Perbedaan dari masing-masing jenis audit tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
JENIS AUDIT
Audit Laporan Keuangan
Kriteria yang digunakan adalah prinsip akuntansi berlaku umum
Laporan audit berisi pendapat auditor atas kesesuaian laporan keuangan dengan prinsip akuntansi berlaku umum
Audit
Audit
Kepatuhan
Operasional
Kriteria yang digunakan adalah kebijakan, peraturan dan perundangan
Laporan audit berisi pendapat auditor atas kepatuhan perorangan atau organisasi terhadap kebijakan perundangan dan peraturan
Kriteria yang digunakan adalah tujuan tertentu organisasi
Laporan audit berisi rekomendasi atas perbaikan aktivitas operasional organisasi
Gambar 2.1 : Perbedaan Jenis Audit Sumber: Mulyadi, 2002:10
C. Opini Audit Laporan
penting
sekali
dalam
suatu
audit
karena
laporan
menginformasikan pemakai informasi mengenai apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) mengharuskan dibuatnya laporan setiap kali kantor akuntan publik dikaitkan dengan laporan keuangan. Auditor mempunyai tanggung jawab untuk menilai
Universitas Sumatera Utara
apakah terdapat kesangsian besar terhadap suatu entitas bisnis dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas. Pada saat auditor menetapkan bahwa ada keraguan yang pasti terhadap kemampuan klien untuk melanjutkan usahanya sebagai going concern, auditor diijinkan untuk memilih apakah akan mengeluarkan pendapat wajar tanpa pengecualian atau opini disclaimer. Pada PSAK 29 paragraf 11 huruf d, menyatakan bahwa keraguan yang besar tentang kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya merupakan keadaan yang mengharuskan auditor menambah paragraf penjelasan dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian, yang dinyatakan oleh auditor. Kieso, Weygandt,dan Warfield (2001:479) menyatakan sebagai berikut ini: “Profesi akuntansi juga mengharuskan auditor untuk mengevaluasi apakah terdapat keraguan yang substansial tentang kemampuan entitas untuk tetap beroperasi selama periode waktu yang layak atau tidak melebihi satu tahun dari tanggal laporan keuangan”. Berdasarkan pernyataan diatas, maka dapat diketahui secara nyata bahwa auditor mempunyai tanggung jawab untuk mengevaluasi kemampuan ekonomi suatu entitas bisnis, khususnya bank dalam penelitian ini, selain untuk memberikan opininya atas kesimpulan yang didapatkan oleh auditor selama periode pemeriksaan. Keraguan substansial yang diperoleh oleh auditor, juga merupakan salah satu pertimbangan dalam pemberian opini audit, meskipun tidak mengubah opini yang telah diberikannya sebelumnya. Arens, Elder dan Beasley (2003:68) menyatakan bahwa opini atau pendapat audit menyajikan kesimpulan auditor berdasarkan hasil dari proses audit yang telah dilakukan. Secara umum, ada empat jenis pendapat atau opini audit yang diberikan oleh auditor yaitu: wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), wajar dengan pengecualian (qualified opinion), pendapat tidak wajar (adverse opinion) serta tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion). Namun, pendapat wajar tanpa pengecualian, terdiri dari dua jenis laporan audit, yaitu laporan audit wajar tanpa pengecualian tanpa paragraf penjelasan (standard unqualified opinion) dan
Universitas Sumatera Utara
laporan audit wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan atau modifikasi kalimat (unqualified opinion with explanatory paragraph).
1.
Opini Audit Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion) Laporan audit dengan opini ini dapat dibagi dalam dua jenis yaitu: a.
Opini audit wajar tanpa pengecualian tanpa paragraf penjelasan (standard unqualified opinion). Arens, Elder dan Beasley (2003:70) menyatakan laporan audit wajar tanpa syarat dapat diterbitkan bila memenuhi beberapa kondisi-kondisi tertentu. Kondisi tersebut antara lain: o
Seluruh laporan keuangan, baik neraca maupun laporan laba rugi, laporan laba ditahan dan laporan arus kas telah lengkap.
o
Semua aspek dari standar umum yang digunakan oleh auditor yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK) maupun Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), telah dipatuhi dalam penugasan audit itu.
o
Bukti audit yang cukup memadai telah terkumpul, dan auditor yang melakukan pemeriksaan telah melaksanakan prosedur audit dengan sedemikian rupa sehingga membuatnya mampu menyimpulkan bahwa semua standar pekerjaan lapangan telah terpenuhi.
o
Laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Hal ini berarti pula bahwa pengungkapan informasi yang cukup telah tercantum dalam catatan atas laporan keuangan serta bagian-bagian lainnya dari laporan keuangan.
o
Tidak terdapat situasi yang membuat auditor merasa perlu untuk menambahkan sebuah paragraf penjelasan atau memodifikasi kalimat dalam laporan audit.
Universitas Sumatera Utara
b.
Opini audit wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan atau modifikasi kalimat (unqualified opinion with explanatory paragraph). Arens, Elder dan Beasley (2003:71) memberikan beberapa penyebab-penyebab utama sehingga auditor merasa perlu untuk menambahkan paragraf penjelasan dalam laporan auditnya. Penyebab-penyebab tersebut antara lain: • Tidak adanya konsistensi yang dilakukan oleh entitas atau satuan usaha dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum. o
Adanya keraguan auditor atas kemungkinan ketidakpastian atas kemampuan suatu entitas usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern).
o
Auditor menyetujui terjadinya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum.
o
Penekanan pada suatu masalah tertentu yang dihadapi oleh entitas usaha seperti kemungkinan adanya kewajiban kontigensi.
o
Laporan audit sebelumnya yang melibatkan auditor lainnya.
Untuk keempat penyebab pertama dibutuhkan suatu paragraf penjelasan. Pada masing-masing kasus, tiga paragraf standar yang biasa diberikan oleh auditor dalam laporan auditnya tetap disertakan tanpa dibubuhi modifikasi apapun, kemudian ditambahkan sebuah paragraf penjelasan dan baru diikuti dengan paragraf pendapat. Hanya pembuatan laporan yang melibatkan auditor lain sebelumnya, yang memerlukan suatu modifikasi kalimat. Laporan ini berisi tiga buah paragraf dan keseluruhan paragraf tersebut mengalami modifikasi. 2. Opini Audit Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion) Arens, Elder dan Beasley (2003:77) menyatakan sebagai berikut: “ Laporan wajar dengan pengecualian dapat diterbitkan akibat dari pembatasan ruang lingkup audit atau kegagalan dalam mematuhi prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Universitas Sumatera Utara
Laporan wajar dengan pengecualian hanya dapat diterbitkan pada saat auditor menyimpulkan bahwa keseluruhan laporan keuangan disajikan dengan wajar”. Laporan wajar dengan pengecualian dapat berbentuk pengecualian baik atas lingkup dan pendapat audit, maupun pengecualian atas pendapat saja. Suatu pengecualian atas lingkup dan pendapat audit dinyatakan hanya pada saat auditor merasa tidak mampu mengumpulkan semua bukti audit yang diwajibkan didalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), disebabkan oleh pembatasan ruang lingkup audit oleh klien maupun kondisi-kondisi lain yang ada. Sementara itu, penggunaan suatu pengecualian atas pendapat saja terbatas pada situasi-situasi tertentu dimana laporan keuangan yang disajikan oleh klien, tidak disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Ketika auditor menerbitkan pendapat wajar dengan pengecualian, maka auditor harus menggunakan istilah kecuali dalam paragraf opini. Artinya, auditor merasa puas bahwa laporan keuangan telah disajikan dengan benar, “kecuali” pada beberapa aspek tertentu saja dari laporan keuangan yang disusun oleh klien.
3. Opini Audit Tidak Wajar (Adverse Opinion) Arens, Elder dan Beasley (2003:78), menyatakan bahwa : “ Pendapat tidak wajar digunakan saat auditor percaya bahwa secara material keseluruhan laporan keuangan telah disajikan secara tidak wajar sehingga laporan keuangan tersebut tidak menyajikan posisi keuangan atau hasil usaha dan arus kas yang wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum”. Dari pernyataan diatas, maka laporan audit tidak wajar mengindikasikan bahwa hasil kajian mendalam auditor dalam proses pemeriksaan, menemukan bahwa terdapat banyak ketidaksesuaian antara laporan keuangan yang disusun klien dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dalam jumlah yang sangat material, yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
4. Opini Audit Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer Opinion) Menurut Arens, Elder dan Beasley (2003:78), “ Laporan audit tidak memberikan pendapat diterbitkan pada saat auditor tidak dapat meyakinkan dirinya sendiri bahwa laporan keuangan yang diauditnya telah disajikan dengan wajar”. Kewajiban auditor untuk menolak memberikan pendapat akan timbul apabila terdapat pembatasan ruang lingkup audit atau terdapat hubungan yang tidak independen menurut kode etik profesional antara auditor dengan kliennya.Kedua situsi ini tentunya mencegah auditor untuk mengeluarkan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan. Auditor pun memiliki pilihan untuk menolak memberikan pendapat pada suatu masalah yang menyangkut kelangsungan hidup perusahaan. Penolakan pemberian pendapat ini berbeda dengan pendapat tidak wajar, sebab penolakan pemberian pendapat terjadi pada saat auditor kurang memiliki pengetahuan atas penyajian laporan keuangan, sementara untuk menyatakan pendapat tidak wajar, seorang auditor harus memiliki pengetahuan bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar. Penolakan pemberian pendapat maupun pendapat tidak wajar hanya diberikan pada kondisi yang menyebabkan dikeluarkannya salah satu dari kedua jenis pendapat tersebut, sangat material jumlah penyimpangannya.
D. Akuntansi Perbankan 1. Pengertian Akuntansi Perbankan Sebelum penulis membahas mengenai akuntansi perbankan, maka penulis terlebih dahulu menjelaskan pengertian akuntansi. Menurut Ahmed Belkoui (2000:34),”Akuntansi adalah aktivitas jasa, fungsinya adalah untuk menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, tentang entitas (satuan) usaha yang dipandang akan bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi dalam menetapkan pilihan yang tepat diantara berbagai alternatif tindakan yang ada”.
Universitas Sumatera Utara
Sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa akuntansi merupakan suatu kegiatan yang penting bagi manajemen dimana akuntansi memberikan informasi yang akurat, relevan dan dapat dipercaya, serta akan membantu manajemen dalam mencapai sejumlah tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan menurut Bodnar dan Hopwood (2003:1), mengemukakan,” Akuntansi sebagai suatu sistem informasi, mengidentifikasi, mengumpulkan dan mengkomunikasikan informasi ekonomis mengenai suatu badan usaha kepada berbagai pihak”. Dari defenisi ini dikatakan bahwa orang-orang yang terlibat dalam kegiatan akuntansi adalah orang-orang yang cukup kompeten dalam bidangnya, agar informasi yang disajikan benar-benar mampu mencerminkan kinerja suatu perusahaan. Dari kedua defenisi diatas tersebut menyatakan bahwa akuntansi menghasilkan informasi dan merupakan serangkaian usaha dan prosedur untuk menghasilkan informasi yang berupa laporan dan akan digunakan oleh pihak intern dan ekstern perusahaan. Selain itu, ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian diatas, yaitu perbedaan penekanan. Menurut Belkoui, ditekankan informasi yang bermanfaat dalam menetapkan pilihan yang tepat diantara beberapa alternatif, sedangkan menurut Bodnar dan Hopwood, informasi yang disajikan dapat benar-benar mencerminkan kinerja suatu perusahaan.Menurut Arens dan Loebbecke (1994:3), mengemukakan bahwa akuntansi merupakan prosedur pencatatan, pengelompokkan dan pengikhtisaran kejadiankejadian ekonomi dalam bentuk yang teratur dan logis dengan tujuan untuk menyajikan informasi keuangan yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan. Banyak pengertian akuntansi yang diberikan oleh para ahli yang saling berbeda satu sama lain. Perbedaan tersebut diakibatkan pengertian akuntansi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu: a.
Akuntansi sebagai alat pengambilan keputusan, yaitu suatu sistem informasi berdasarkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan yang mengambil keputusan.
Universitas Sumatera Utara
b.
Akuntansi sebagai alat bantu dalam proses manajemen, yaitu ilmu yang menyangkut perancangan manajemen dan evaluasi sistem-sistem informasi dalam hubungannya dengan proses pengambilan keputusan selaras dengan sasaran-sasaran perusahaan dalam kemasyarakatan.
c.
Akuntansi sebagai suatu proses, yaitu kegiatan yang meliputi tahap pencatatan,
klasifikasi,
penyusunan
laporan
keuangan
dan
tahap
penyusunan interpretasi. Sedangkan secara umum, bank dapat diartikan sebagai suatu lembaga keuangan, yaitu suatu badan usaha yang berfungsi sebagai financial intermediary, atau perantara keuangann dari dua pihak, yakni pihak yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Peranan bank dalam masyarakat adalah sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lainnya serta
menghimpun
dana
dalam
bentuk
simpanan
guna
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Maka menurut Affif, et.al (1996:195), “Akuntansi perbankan dapat didefenisikan seni yang secara secara sistematis mencatat, menyajikan dan menafsirkan transaksi-transaksi keuangan seperti menerima setoran, Universitas Sumatera Utara memberikan kredit, memindahkan dana-dana dan jasa lainnya yang berlaku dalam bisnis bank”. Dengan kata lain, akuntansi perbankan dapat diartikan sebagai akuntansi yang diaplikasikan pada perusahaan bank.
2. Fungsi, Catatan dan Proses Akuntansi Bank Akuntansi perbankan mempunyai beberapa fungsi antara lain: a.
Catatan untuk memberikan data bagi laporan pendapatan, laporan pajak serta laporan deviden. Disamping itu, catatan akuntansi harus memberikan informasi untuk laporan bagi manajemen, pemegang rekening dan memberikan informasi kepada masyarakat luas. Fungsi pencatatan ini dikenal dengan istilah pembukuan.
Universitas Sumatera Utara
b.
Penyajian, yaitu kumpulan data mentah yang diolah menjadi suatu laporan yang informatif, akseptabel dan mudah dimengerti oleh mereka yang berkepentingan, yang lazim disebut dengan laporan keuangan.
c.
Penafsiran, yaitu menyangkut penjelasan tentang laporan keuangan untuk suatu jangka waktu tertentu. Fungsi penafsiran ini sangat penting untuk pemanfaatan laporan sepenuhnya.
Catatan akuntansi pada bank dapat dibagi dalam tiga golongan pencatatan yaitu: a.
Catatan sementara, yaitu catatan yang berguna dalam operasi bank seharihari, khususnya pada saat penyeimbangan transaksi-transaksi keuangan.
b.
Catatan setengah sementara, yaitu catatan yang berupa ikhtisar ikhtisar dari catatan sementara dan mungkin berupa sumber-sumber dokumen yang asli. Catatan ini ditahan untuk sementara untuk keperluan referensi atau dokumentasi transaksi-transaksi tertentu.
c.
Catatan permanen, yaitu catatan yang berupa jurnal dan buku besar. Jurnal adalah catatan ayat asli atau merupakan catatan dari setiap transaksi secara kronologis. Buku besar adalah catatan ayat akhir yang mencatat satu akun.
Proses akuntansi perbankan merupakan tahap-tahap kegiatan yang dilakukan seorang akuntan atau bagian pembukuan dalam menyusun laporan keuangan bank. Kegiatan itu meliputi: a.
Pencatatan transaksi ke dalam buku jurnal atau buku harian.
b.
Pencatatan ayat jurnal yang telah diklasifikasikan kedalam buku besar.
c.
Penyusunan neraca lajur.
d.
Penyusunan laporan keuangan.
e.
Penutupan buku besar dan pemindahan saldo-saldo ke buku besar baru.
f.
Penyusunan neraca awal untuk periode akuntansi berikutnya. Dalam perusahaan bank, sistem pencatatan transaksi-transaksi keuangan
yang dianut adalah sistem tata buku berpasangan (double entry system). Prinsip
Universitas Sumatera Utara
dalam tata buku berpasangan adalah keseimbangan yang pada umumnya disebut dengan persamaan akuntansi.
E. Pemeriksaan Perbankan 1. Resiko Perbankan Sehubungan dengan sifat industri perbankan, dan banyaknya masalahmasalah yang dihadapi sebagian besar bank, maka tuntutan untuk melaksanakan kegiatan audit adalah suatu keharusan. Audit pada perusahaan perbankan berguna untuk membantu bank menekan resiko yang dihadapinya. Resiko-resiko yang dihadapi bank dapat dibagi dalam beberapa jenis yaitu: a.
Resiko Ekstern Resiko ini antara lain disebabkan oleh adanya perubahan dalam keadaan ekonomi baik karena adanya perubahan dalam negeri, termasuk kebijakan pemerintah atau sebagai akibat adanya pengaruh perekonomian internasional.
b.
Resiko Intern Resiko
ini
antara
lain
desebabkan
penyelewengan-penyelewengan,
oleh
pelanggaran
adanya
terhadap
misjudgement, peraturan
yang
berlaku, dan praktik perbankan yang tidak sehat. c.
Resiko Kredit Sebagian besar aktiva bank pada umumnya adalah dalam bentuk “kredit yang diberikan”, sehingga kemungkinan resiko yang ditanggung bank sebagian besar berasal dari penanaman tersebut. Menurut Tawaf (1999:11), ada beberapa penyebab timbulnya re siko kredit pada bank, anta lain disebabkan oleh: a.
Prosedur pemberian kredit yang tidak sehat.
b.
Perubahan keadaan ekonomi pada umumnya atau pada sektor industri tertentu.
c.
Konsentrasi pemberian kredit kepada debitur, grup debitur atau sektor ekonomi tertentu.
d.
Penurunan kemampuan usaha debitur.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul diatas, maka bank membentuk penyisihan penghapusan kredit. Faktor utama yang harus diperhatikan oleh auditor ketika mempertimbangkan kecukupan penyisihan penghapusan kredit yang dibentuk adalah mutu atau kualitas dari kredit tersebut. d.
Resiko Likuiditas Bank juga biasanya menghadapi resiko likuiditas apabila terlalu besar memberikan kredit yang dibiayai dengan pinjaman jangka pendek atau penyebaran kredit yang tidak merata. Apabila bank mengalami kekurangan likuiditas, dan auditor menemukan bukti bahwa bank menjual aktiva tertentu untuk memenuhi kebutuhan likuiditas tersebut, maka auditor harus mempertimbangkan kewajaran dasar akuntansi aktiva yang akan dijual oleh bank.
e. Resiko Bawaan/Inheren Resiko ini adalah resiko yang dihadapi resiko yang mungkin dihadapi oleh bank disebabkan terjadinya kekeliruan dan ketidakberesan atau unsur pelanggaran hukum lainnya oleh auditee. Sehubungan dengan banyaknya resiko yang dihadapi oleh bank, maka menurut Tawaf (1999:12), “Bank wajib memelihara modal yang cukup, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Ketentuan tersebut memperkuat perlunya struktur pengendalian intern yang dapat memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance) atas kewajaran pemupukan modal dan penggungkapan tentang modal yang diwajibkan”. Sehubungan dengan penjelasan diatas, maka fungsi pemeriksaan bank sangat penting karena peranan yang diharapkan dari fungsi tersebut adalah untuk membantu semua tingkatan manajemen pada bank dalam mengamankan kegiatan operasional bank yang melibatkan dana masyarakat yang luas. Dalam struktur bank, terlihat bahwa modal yang disetor oleh pemilik bank tidak sebanding dengan dana yang ditanamkan masyarakat pada bank tersebut. Dari sisi ini, tampak bahwa peran dan pengamanan dana masyarakat merupakan prioritas utama terhadap pemeriksaan bank oleh auditor.
Universitas Sumatera Utara
2. Tujuan Pemeriksaan Bank Pada awalnya maksud dan tujuan audit bank, yaitu untuk mengetahui kekayaan yang diinvestasikan oleh para pemilik modal. Namun, sejalan dengan perkembangan zaman, konsepsi dari audit itu sendiri mengalami perkembangan. Menurut Mulyono (1999:6), tujuan audit bank yang paling pokok adalah untuk memberikan jasa kepada pihak manajemen bank yang bersifat konstruktif dan protektif. Sifat protektif dari kegiatan pemeriksaan bank, dapat berupa antara lain (Mulyono, 1999:6): a.
Pengamanan atas harta kekayaan bank, dalam pengertian disini termasuk pula dalam pengamanan atas asset, pendapatan, biaya-biaya yang dikeluarkan bank, serta unsur ketepatan waktu dari pendapatan dan biaya yang dikeluarkan oleh bank, karena dengan terlambatnya suatu pendapatan bank, maka akan rugi bunganya, selama jangka waktu tersebut dikalikan dengan nominalnya.
b.
Dipatuhinya kebijakan (policies) manajemen bank yang telah ditetapkan untuk menghindarkan penyimpangan-penyimpangan, baik yang dilakukan oleh pihak intern maupun ekstern bank.
c.
Menjaga kebenaran dan ketepatan data administrasi. Data administrasi yang tepat mempunyai arti yang sangat penting bagi bank, mengingat semua kegiatan perbankan berupa kegiatan administrasi, sedangkan kegiatan yang bersifat fisik sangat kecil.
d.
Menilai apakah internal kontrol yang telah ditetapkan di bank yang bersangkutan telah memadai atau tidak. Sifat dan tujuan audit bank yang lain yaitu dalam bentuk penyampaian
jasa-jasa yang konstruktif kepada manajemen bank, antara lain berupa (Mulyono, 1999:7): a.
Penyampaian umpan balik untuk corrective action atas penyimpanganpenyimpangan yang ditemukan selama pelaksanaan audit tersebut.
b.
Mendorong tercapainya target yang telah ditetapkan. Hal ini dapat terlaksana karena dalam audit bank, auditor akan memeriksa dan membuat evaluasi atas
Universitas Sumatera Utara
berbagai kegiatan manajemen bank yang bersangkutan antara lain Bank Environment Analysis maupun Variance Analysis. c.
Memberikan
rekomendasi
kepada
pihak
manajemen
bank
untuk
mempertahankan kekuatan-kekuatan yang telah dimiliki dari para pesaingnya dan menghadapi ancaman yang mungkin muncul di masa yang akan datang. d.
Berbagai saran tertentu yang tentunya akan memberikan dampak positif yaitu untuk meningkatkan profitabilitas dan efektivitas dari usaha bank yang bersangkutan.
F. Going Concern Going Concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha. Dengan adanya going concern maka suatu badan usaha dianggap mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang dan tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek pada bank. Ketika auditor memeriksa kondisi keuangan suatu perusahaan dalam audit tahunan, auditor harus menyediakan laporan audit untuk digabungkan dengan laporan keuangan perusahaan. PSAK 30 menyatakan bahwa going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal yang berlawanan. Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup suatu satuan usaha adalah berhubungan
dengan
ketidakmampuan
satuan
usaha
dalam
memenuhi
kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar atau kegiatan serupa lainnya.
G.
Analisis Kinerja Perbankan Wild, Subramanyam dan Halsey (2005:16) mengatakan bahwa analisis
keuangan (financial analysis) merupakan penggunaan laporan keuangan untuk menganalisis posisi dan kinerja keuangan perusahaan dan untuk menilai kinerja keuangan di masa depan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Bergevin (2002:2): “ Financial statement analysis is the art and science of examining the components of a company’s monetary disclosures, called financial statements. People form opinions about a firm’s past, present, and future operations based on their analysis.” Menurut Djarwanto (2004:143), “ Yang dimaksud dengan “rasio” dalam analisa laporan keuangan adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis sederhana”. Gallagher dan Andrew (2003:97) menyatakan rasio keuangan adalah: “ A financial ratio is a number that expresses the value of one financial variable relative to another.” Menurut Bastian dan Suharjono (2006:284), analisis laporan keuangan perbankan bertujuan untuk antara lain: Untuk mengetahui tingkat pencapaian kinerja perusahaan bank, untuk mengetahui perkembangan perbankan dari suatu periode ke periode berikutnya, sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasional dan penyusunan rencana kerja anggaran bank, untuk memonitor pelaksanaan dari suatu kebijakan perusahaan yang telah diterapkan, sehingga dapat diadakan perbaikan penyempurnaan di masa akan datang, dan sebagainya. Bastian dan Suharjono (2006:284) juga menyatakan sebagai berikut: “ Metode analisis laporan keuangan yang lazim dipergunakan dalam praktik perbankan, diantaranya adalah analisis rasio (ratio analysis). Analisis rasio adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan pos-pos tertentu dalam neraca maupun laba rugi”. Quick Ratio atau rasio cepat digunakan untuk mengetahui kemampuan bank untuk membayar kembali kewajibannya kepada para deposannya dengan aset tunai yang dimilikinya. Rendahnya nilai rasio ini mengindikasikan bahwa suatu perusahaan perbankan atau bank mengalami kesulitan kas, sehingga suatu waktu dapat menimbulkan rush atau kegagalan pembayaran kepada nasabah, apabila terjadi penarikan besar-besaran oleh nasabah.
Universitas Sumatera Utara
Menurut
Dendrawijaya
(2005:114),
quick
ratio
menunjukkan,
“kemampuan bank yang bersangkutan untuk melunasi kembali dana yang disimpan oleh para nasabahnya pada bank yang bersangkutan dengan menggunakan cash assets yang tersedia. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan tingkat likuiditas yang semakin tinggi”. Menurut Teguh Pudjo Mulyono(1999:431),Banking Ratio atau rasio perbankan digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada deposannya dengan menarik kembali kredit-kredit yang
telah
diberikan
kepada
debiturnya.
Rendahnya
nilai
rasio
ini
mengindikasikan banyaknya kredit macet yang dimiliki oleh bank tersebut. Simorangkir (2004:147) menyatakan banking ratio atau loan to deposit ratio adalah: Perbandingan antara kredit yang diberikan dan dana pihak ketiga, termasuk pinjaman yang diterima, tidak termasuk pinjaman subordinasi. Rasio ini menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini, semakin tinggi kemampuan likuiditas bank. Menurut Bergevin (2002:274): “ The rate of return on assets (ROA) reports the percentage of income earned for each dollar invested in an entity’s resources. This measure provides financial statement users with the rate of return produced by the business’s assets.” Rasio ini menggambarkan kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba dan manajerial efisiensi secara keseluruhan. Maka semakin tinggi nilai rasio ini, semakin efektif pula pengelolaaan aktiva perusahaan. Interest margin of loans juga merupakan salah satu rasio rentabilitas atau profitabilitas. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perkreditan yang dimiliki oleh bank untuk menghasilkan pendapatan. Selain itu, rasio ini juga dapat digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengendalikan beban bunga bank. Menurut Sawir (2005:33), interest margin of loans digunakan untuk “Mengukur kemampuan perkreditan yang dimiliki oleh suatu bank untuk
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan pendapatannya. Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan hasil yang semakin baik”. Menurut Abdullah (2005:60), Capital Adequacy Ratio merupakan rasio keuangan bank yang berguna untuk: Rasio yang membandingkan antara jumlah modal bank dengan seluruh aktiva yang dimiliki. Melalui rasio ini akan diketahui kemampuan menyanggah aktiva bank terutama kredit yang disalurkan dengan sejumlah modal bank. Semakin tinggi rasio ini semakin besar daya tahan bank dalam menghadapi penyusutan nilai harta bank yang timbul karena adanya harta yang bermasalah. Dari pernyataan diatas,Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan salah satu rasio perbankan yang digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada di suatu bank untuk menutup kemungkinan kerugian didalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga.
H. Opini Audit Going Concern PSAK 30 memberikan pedoman kepada auditor tentang dampak kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya terhadap opini auditor sebagai berikut: 1.
Jika auditor yakin bahwa terdapat keraguan mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas, maka auditor harus: a.
Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut.
b.
Menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif dilaksanakan.
2.
Jika manajemen tidak memiliki rencana untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya,
maka
auditor
mempertimbangkan
untuk
memberikan peryataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion)
Universitas Sumatera Utara
3.
Jika manajemen memiliki rencana untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut diatas, maka auditor menyimpulkan (berdasarkan pertimbangannya) atas efektivitas rencana tersebut,dan: a.
Jika auditor berkesimpulan bahwa rencana tersebut tidak efektif, maka auditor menyatakan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion).
b.
Jika auditor berkesimpulan bahwa rencana tersebut efektif dan klien mengungkapkan keadaan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan, maka auditor menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion).
c.
Jika auditor berkesimpulan bahwa rencana tersebut efektif , tetapi klien tidak mengungkapkan keadaan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan, maka auditor menyatakan pendapat tidak wajar (adverse opinion).
I.
Tinjauan Penelitian Terdahulu Seperti yang telah dikemukan pada latar belakang, penelitian ini berbentuk
replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Hani, Cleary dan Mukhlasin, seperti yang dimuat dalam Simposium Nasional Akuntansi VI di Surabaya 16-17 Oktober 2003. Pada penelitian yang berjudul Going Concern dan Opini Audit: Suatu Studi Pada Perusahaan Perbankan; Hani Cleary dan Mukhlasin menggunakan 6 rasio keuangan sebagai proksi going concern sebuah perusahaan perbankan, serta menggunakan opini audit sebagai dummy variabel. Sampel yang digunakan adalah bank-bank yang terdaftar di BEJ pada periode 1995-1997. Hasil penelitian Hani,Cleary dan Mukhlasin, menemukan bahwa hanya 3 variabel yang berpengaruh terhadap opini audit, yaitu Quick Ratio,Interest Margin of Loans dan Return on Assets, sedangkan 3 variabel lagi yaitu Banking Ratio,Capital Ratio serta CAR tidak berpengaruh terhadap opini audit. Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian Hani, Cleary dan Mukhlasin adalah rasio keuangan tidak dapat dijadikan alat ukur yang pasti untuk kelangsungan hidup suatu perusahaan, melainkan hanya dapat menjadi alat bantu dalam pengukuran kesehatan perusahaan, khususnya perusahaan perbankan dalam penelitian tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Peneliti tertarik untuk melakukan replikasi terhadap penelitian tersebut untuk membuktikan apakah penelitian sebelumnya tersebut masih relevan dengan kondisi pada saat ini. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998,perubahan peraturan BI, inflasi, penggabungan BEJ dan BES mungkin saja mempengaruhi perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI pada saat ini, sehingga hasil penelitian ini dapat berbeda dari penelitian yang dilakukan oleh Hani,Cleary dan Mukhlasin. Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan opini audit seperti yang dirangkum dari penelitian Eko,Indira dan Faisal, yang dimuat dalam Simposium Nasional Akuntansi 9 di Padang, antara lain: Tabel 2.1 : Penelitian-Penelitian Terdahulu NO
Peneliti
Sampel
Variabel
Alat
Hasil Penelitian
Analisis 1
Mutchler
119
6 rasio
Diskrimin
LTDTA,NWTL dan
(1985)
perusahaan
keuangan
an
TLTA berpengaruh
Berganda
signifikan terhadap
manufaktur di BEI 2
3
GCAR
Chen dan
127
6 rasio
Regresi
Variabel keuangan
Church
perusahaan
keuangan dan
Logistik
merupakan indikator
(1992)
di BEI
status default
penting untuk
hutang
memprediksi GCAR
Manao
55
6 rasio
Paired
Rasio keuangan auditee
dan
perusahaan
keuangan
Sampled
yang diaudit oleh KAP
Nursetyo
di BEI
t-test
Big 5 lebih baik
(2002)
daripada yang diaudit oleh non Big 5
4
Petronela
141
2 rasio
Diskrimin
Return on Assets
(2004)
perusahaan
keuangan
an
berpengaruh signifikan
Berganda
terhadap GCAR
di BEI
Universitas Sumatera Utara
5
Ramadha
86
1 variabel
Regresi
Status default hutang,
ny (2004)
perusahaan
keuangan dan
Logistik
kondisi keuangan dan
manufaktur
5 variabel
opini audit tahun
di BEI
non keuangan
sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap GCAR
6
Setyarno
59
5 rasio
Regresi
Rasio Likuiditas dan
(2006)
perusahaan
keuangan dan
Logistik
opini audit tahun
manufaktur
3 variabel
sebelumnya berpengaruh
di BEI
non keuangan
signifikan terhadap GCAR
7
Eko,
295
2 rasio
Regresi
Kondisi keuangan
Indira
perusahaan
keuangan dan
Logistik
perusahaan dan opini
dan
di BEI
2 variabel
audit tahun sebelumnya
non keuangan
berpengaruh signifikan
Faisal (2006)
terhadap GCAR
Penelitian lain dilakukan oleh Iskak (1998) menjelaskan bahwa penelitian yang dilakukannya mengetengahkan krisis ekonomi sebagai latar belakang pembahasan dan tanggung jawab auditor independen dalam menilai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kemampuan hidupnya. Lenard, Alam dan Booth (2000) dalam Journal Decision Sciences (DSI), Vol.31, Iss.4 menyatakan bahwa penelitian yang dilakukannya memberikan gambaran dan pengujian dari fuzzy clustering dan model hybrid yang akan mendukung keputusan yang dibuat oleh auditor pada saat menyelesaikan evaluasi tentang kelangsungan hidup suatu entitas. Suatu ramalan dimana suatu perusahaan akan bangkrut atau tidak, termasuk dalam salah satu komponen atas keputusan tentang going concern. Sebagai akibatnya, jika suatu perusahaan dinyatakan dalam kategori bangkrut oleh model keputusan tersebut, hal ini akan membantu auditor dalam memberikan kepastian opini auditnya tentang kelangsungan hidup perusahaan itu.
Universitas Sumatera Utara
Constantinides (2002) dalam jurnalnya seperti yang dikutip dari Hani, Cleary dan Mukhlasin (2003) dari menyatakan bahwa penelitian yang dilakukannya menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan opini audit going concern dari auditor dan bankir untuk menjelaskan tekanan-tekanan keuangan yang dihadapi oleh perusahaan klien. Menggunakan data yang didapatkannya, model regresi logistik dikembangkan dengan klasifikasi yang benar secara keseluruhan sebesar 81,11%. Model ini digunakan sebagai indikator ketidakpastian going concern dan kejadian yang menunjukkan invaliditas status going concern dari tekanan keuangan suatu perusahaan. Hall (2002) dalam Journal of Financial Service Professionals, page 13-15 menyatakan bahwa analisa keuangan perusahaan dapat digunakan untuk mendeteksi kegagalan keuangan yang dapat digambarkan dengan variabelvariabel temuan untuk memisahkan perusahaan yang bangkrut dengan yang tidak bangkrut. Kleinman dan Anandarajan (1999) dalam Accounting Horizons, Vol.10, Iss.2, page 51-72, menyatakan bahwa informasi kualitatif yang terbatas sebagai pedoman dalam informasi non-keuangan yang digunakan untuk memahami keputusan auditor dalam mengeluarkan keputusan audit yang berkaitan dengan going concern maupun yang tidak berkaitan dengan going concern. Carlson, Glezen dan Benefield (1998) dalam Journal of Business and Economics,Vol.37,No.3
,
menggunakan
variabel
dummy
untuk
variabel
dependennya yang mewakili ketiadaan informasi audit yang berkaitan dengan going concern, serta variabel-variabel unexpected earnings, market returns dan 5 rasio keuangan sebagai variabel independen menemukan bahwa pengguna laporan keuangan menemukan kegunaan opini audit dengan going concern untuk tujuan penilaian perusahaan, karena selama periode penelitian perbedaan penyesuaian untuk laporan audit dengan going concern dengan non going concern adalah signifikan.
Universitas Sumatera Utara
J.
Kerangka Konseptual Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian yang telah
dikemukakan di atas, maka dibuat kerangka konseptual dan hipotesis sebagai berikut.
Gambar 2.2 : Kerangka Konseptual
Banking Ratio dan Quick Ratio sebagai proksi rasio likuiditas bank,menunjukkan kemampuan bank untuk membayar deposannya. Oleh sebab itu, makin kecil nilai rasio-rasio ini, maka bank tersebut dinyatakan kurang likuid sehingga tidak dapat membayar deposannya dan jumlah kredit macet yang dimiliki bank tersebut semakin besar, maka kemungkinan auditor akan memberikan opini audit dengan going concern semakin besar. Return on Assets dan Interest margin of loans sebagai proksi rasio profitabilitas bank,menunjukkan kemampuan bank untuk mengelola entitasnya secara efisien sehingga mampu memberikan laba kepada bank. Altman (1968) seperti
yang
diungkapkan
oleh
Hani,
Cleary
dan
Mukhlasin
(2003)
mengemukakan bahwa perusahaan yang selalu mendapatkan laba tidak akan mengalami kebangkrutan. Kebangkrutan merupakan salah satu alasan bagi auditor untuk memberikan opini audit dengan going concern. Capital Adequacy Ratio sebagai proksi rasio solvabilitas bank, juga menunjukkan kemampuan permodalan perusahaan untuk menunjang perkreditan atas kemungkinan resiko yang terjadi karena tidak dikembalikannya kredit tersebut. Altman (1968) seperti yang diungkapkan oleh Hani, Cleary dan
Universitas Sumatera Utara
Mukhlasin (2003) juga mengungkapkan bahwa perusahaan dengan nilai aset yang lebih kecil daripada kewajibannya akan mengalami bahaya kebangkrutan. Maka kegagalan pembayaran hutang akan mempengaruhi kelangsungan hidup suatu perusahaan serta akan menyebabkan pemberian opini audit dengan going concern oleh auditor.
K.
Hipotesis Penelitian Hipotesis menurut Erlina (2007:41), menyatakan hubungan yang diduga
secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan preposisi yang dapat diuji secara empiris. Dari kerangka konseptual dan uraian teoritis tersebut, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: H1:
Quick Ratio berpengaruh signifikan terhadap opini audit
H2:
Banking Ratio berpengaruh signifikan terhadap opini audit
H3:
Return on Assets berpengaruh signifikan terhadap opini audit
H4:
Interest margin of loans berpengaruh signifikan terhadap opini audit
H5:
Capital Adequacy Ratio berpengaruh signifikan terhadap opini audit
Universitas Sumatera Utara