BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tertawa 2.1.1. Definisi Terapi Tawa Terapi Tawa merupakan metode terapi dengan menggunakan humor dan tawa dalam rangka membantu individu menyelesaikan masalah mereka, baik dalam bentuk gangguan fisik maupun gangguan mental Penggunaan tawa dalam terapi akan menghasilkan perasan lega pada individu. Ini disebabkan tawa secara alami menghasilkan pereda stres dan rasa sakit . Pemberian stimulasi humor dalam pelaksanaan terapi diperlukan karena beberapa orang mengalami kesulitan untuk memulai tertawa tanpa adanya alasan yang jelas. Stimulasi humor yang dimaksud dapat diberikan dalam bentuk berbagai media, seperti VCD, notes, badut, dan komik. Apabila humor diberikan sebagai satusatunya stimulus untuk menghasilkan tawa dalam setting terapi akan disebut sebagai terapi humor, namun jika dikombinasikan dengan hal-hal lain dalam rangka untuk menciptakan tawa alami (misalnya dengan yoga atau meditasi) akan disebut sebagai terapi tawa. Terapi tawa modern terjadi sekitar tahun 1930-an, dimana beberapa rumah sakit mengundang badut untuk menghibur anak-anak penderita polio. Tahun 1964, Norman Cousins menerbitkan Anatomy of an Illness yang mendokumentasikan kasus nyata tentang dampak positif penggunaan humor terhadap penyakit. Pada waktu itu,
12
13
Norman Cousins didiagnosa menderita Cousins Ankylosing Spondylitis, yaitu sebuah penyakit mematikan yang meyebabkan disintegrasi pada jaringan spinalis. Para dokter memberikan prognosis kesembuhan pada Cousin sebesar 1 dibanding 500 kasus. Menghadapi tipisnya angka peluang untuk sembuh, Cousins memutuskan untuk melakukan terapi humor untuk menghibur dirinya sendiri. Dalam pelaksanaannya, Cousins menemukan bahwa 15 menit tertawa terbahak-bahak dapat menghasilkan tidur tanpa rasa sakit selama ± 2 jam. Sampel darah juga menunjukkan bahwa tingkat penyebaran penyakit telah menurun setelah menjalani terapi humor. Pada akhirnya, Cousins benar-benar sembuh dari penyakitnya. Selanjutnya, dia menuliskan pengalaman tersebut pada buku Anatomy of an Illness. 2.1.2. Konsep Dasar Terapi Tawa Saat kita berbahagia, secara alamiah kita banyak tersenyum dan tertawa. Kita tidak sadar membuat diri kita terlihat dan merasa riang. Saat suasan hati kita baik, raut muka kita secara alami mencerminkan jiwa kita yang riang. Saat kita merasa murung, secara alami kita terlihat murung dan muram. Dengan kata lain, kita lebih dulu merasa bahagia, atau sedih – dan raut muka yang tepat akan muncul sendiri. Dari penelitian mutakhir soal ini tampaknya juga benar bahwa jika memakasa munculnya raut tertentu pada kita, maka pikiran dan tubuh kita akan menanggapinya, dan secara biokimia akan mengenalinya. Jika kita merasa sedih karena alasan tertentu, dan dimenta tersenyum, ekpresi bahagia kita benar-benar akan membuat perasaan kita menjadi lebih baik, sebab ia mempengaruhi hormon-hormon yang mengalir dalam sistem tubuh (Hodkinson, 1991).
14
Teori ini dikemukakan dengan baik oleh ilmuwan AS, Paul Ekman, Robert Zajonc dari Ann Arbor, Universitas Michigan. Mereka meneliti mana yang lebih dulu: ekpresi wajah atau emosi. Sebelum Zajonc dan Ekman mengemukan teorinya, pioner pertama dari penelitian ini adalah seorang fisioloh Prancis, Israel Waynabaum dengan bukunya yang berjudul Physionomie Humaine: Son Mechanisme et son Role Social yang terbit tahun 1906. Waynbaum percaya bahwa otot-otot muka bekerja seperti penjepit pembuluh darah yang mengatur aliran darah ke otak. Aliran darah pada gilirannya memengaruhi perasaan kita. Teori yang ia kembangkan menyatakan bahwa emosi seringkali mengikuti ekpresi wajah, bukan mendahuluinya (Lewis et al, 2004). Waynbaum mengajukan hipotesa bahwa segala tanggapan emosi yang tampak, seperti merona, terisak-isak, menangis, dan seterusnya berkaitan dengan proses-proses vaskuler (pembuluh darah). Menagis dan tertawa mempengaruhi sirkulasi darah, terutama melalui kerja diafragma. Waynbaum berpendapat bahwa semua reaksi emosi, entah positif atau negatif, mempengaruhi sirkulasi dan bahwa ekspresi wajah memainkan peran penting dalam proses ini (Lewis et al, 2004). Otot zigomatik berkaitan erat dengan senyum dan kebahagiaan. Menurut teori Waynbaum ini, otot ini secara langsung mengakibatkan darah mengalir di seluruh otak. Pembuluh vena dipenuhi darah, dan hal ini sendiri telah meringankan perasaan dan membuat merasa senang. Dalam bukunya, Waynbaum mengajukan gagasan bahwa tertawa merupakan tindakan yang sehat karena peningkatan sirkulasi itu bersifat baik. Tertawa itu seperti mandi oksigen sel-sel dan jaringan mendapat
15
tambahan oksigen sehingga orang merasa lebih segar. Sebaliknya, merasa dan berprilaku murung mengakibatkan pengurangan oksigen dalam darah sehingga sel-sel kekurangan oksigen. Sel-sel darah menjadi lapar dan kosong, menghasilkan depresi, kecemasan, dan kemarahan (Plutchik, 2002). 2.1.3. Manfaat Terapi Tertawa Pada Lansia Tertawa juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental kita. Dengan tertawa kita mengurangi atau hormon yang dilepaskan oleh tubuh ketika kita mengalami stres (Muhammad, 2011). Menurut Ayu (2011) ada beberapa manfaat terapi tawa untuk lansia: 1. Anti stres, tawa adalah penangkal stres yang paling baik, murah dan mudah dilakukan. Tawa adalah salah satu cara terbaik untuk mengendurkan otot-otot tubuh. 2.
Memperlebar pembuluh darah dan mengirim lebih banyak darah hingga ke ujung-ujung dan kesemua otot seluruh tubuh.
3.
Memperkuat sistem kekebalan tubuh, sistem kekebalan memainkan peranan yang sangat penting dalam menjaga kesehatan tubuh dan menjauhkan diri dari infeksi, alergi, dan kanker.
4.
Tawa mencegah tekanan darah tinggi, dalam hal ini tertawa bisa membantu mengontrol tekanan darah dengan mengurangi pelepasan hormon-hormon yang berhubungan dengan stres dan dengan memberikan relaksasi.
16
5.
Tawa jadi obat ampuh stres, stres dan tekanan kehidupan modern berdampak buruk terhadap pikiran dan tubuh manusia. Tertawa bisa membuat seseorang tenang dan terhibur sehingga ia bisa melepaskan dirinya dari depresi.
2.1.4. Indikasi dan Kontra Indikasi Terapi Tawa Terapi tawa adalah terapi yang sangat ringan dan tidak membatasi usia, setiap orang bsa melakukannya. Disamping mempunyai manfaat besar, terapi juga mengandung sejumlah potensi bahaya. Potensi ini dilarang untuk dilakukan oleh mereka yang mempunyai beberapa jenis penyakit dan problem. a) Indikasi Terapi tawa merupakan teknik yang mudah dilakukan, tetapi efeknya sangat luar biasa, bahkan dapat menyembuhkan pasien dengan gangguan mental akibat stres berat. Humor dalam bentuk tertawa dalam dunia medis, merupakan obat mujarab gangguan stres, atau gangguan penyakit lainnya. Orang yang mudah tertawa, akan lebih cepat sembuh dari sakitnya, daripada mereka yang banyak mengeluh, apalagi menangis. Tertawa membuat otak menekan kita untuk melakukan dua hal yang simultan. Pertama adalah visual, yaitu gerakan muka khusus. Yang kedua, adalah phonic, yaitu mengeluarkan bunyi tertentu. Selama tertawa, ada banyak perubahan dalam bagian tubuh termasuk tangan, kaki dan otot. Tertawa membantu melepaskan emosi
dan
ketegangan.
Orang
sering
menyimpan
emosi
dari
pada
mengeluarkannya saat marah, takut, sedih, stres atau bosan. Tertawa merupakan cara lain untuk menemukan jalan keluar dari ketegangan-ketegangan tersebut.
17
Pada saat tertawa, lima belas otot muka berkontraksi dan mendapatkan rangsangan efektif pada sebagian besar otot mulut. Bahkan dalam keadaan tertentu, pembuluh air mata terangsang sehingga selagi mulut terbuka dan tertutup, ada suatu dorongan untuk mengisap udara yang cukup, sehingga muka memerah dan mata berair. Dari banyak pengalaman, telah terbukti bahwa tertawa merupakan "mesin terbaik" untuk menghilangkan stres. Penelitian medis menunjukkan adanya pengaruh psikologi pada tertawa terhadap kesehatan. Rasa humor akan masuk dengan mudah "mengobati" sakit, tekanan hidup sehari-hari, stres, atau rasa penat setelah bekerja. Rasa humor dapat secara dramatis mengubah kualitas dan pandangan hidup kita. Rasa humor merupakan suatu cara yang mudah untuk mengenali perasaan, dan mengontrolnya dalam situasi sulit. Beberapa dampak psikologi tertawa terhadap tubuh, adalah sebagai berikut : (1) Mengurangi stres Tertawa akan mengurangi tingkat stres tertentu dan menumbuhkan hormon penyeimbang yang dihasilkan saat stres. Dalam keadaaan stres, akan dihasilkan hormon yang menekan sistem kekebalan, sehingga meningkatkan jumlah platelet (sesuatu yang dapat menyebabkan gangguan dalam arteri) dan meningkatkan tekanan darah. Dengan tertawa, hormon stres dapat diimbangi sampai tingkat tertentu.
18
(2) Meningkatkan kekebalan Tertawa dapat meningkatkan sistem kekebalan karena tertawa pada dasarnya membawa keseimbangan pada semua komponen dalam sistem kekebalan tubuh. (3) Menurunkan tekanan darah tinggi Tertawa dapat meningkatkan aliran darah dan oksigen dalam darah, yang dapat membantu pernapasan. (4) Mencegah penyakit Tertawa dipercaya mampu mencegah penyakit, seperti penyakit jantung, karena marah dan takut yang merupakan emosi penyebab serangan jantung dapat diatasi dengan tertawa. Karena tertawa itu sehat, tertawalah selagi kita masih bisa tertawa, tetapi tentu saja tertawa yang ada sebabnya. Secara lebih khusus manfaat terapi tawa untuk anak-anak dapat dirumuskan sebagai berikut (Kataria, 2004). (1) Sesi tawa rutin akan meningkatkan pasokan oksigen untuk memperbaiki fungsi mental dan prestasi akademis mereka (2) Sesi tawa akan mengurangi stress saat ujian. Bahkan sebelum memasuki ruang ujian, mereka perlu dibuat tertawa selama sekitar sepuluh menit untuk mengurangi kecemasan (3) Terapi tawa akan meningkatkan stamina dan kapasitas pernapasan untuk membantu mereka unggul dalam kegiatan olahraga. Kegiatan ini akan sangat mengendurkan saraf sebelum kegiatan olahraga kompetitif.
19
(4) Terapi tawa akan meningkatkan kadar relaksasi dan mengurangi kegugupan serta demam panggung. Hal ini juga membantu anak-anak menjadi lebih terbuka dan mengembangkan rasa percaya diri. (5) Mereka akan lebih jarang terserang penyakit batuk, pilek, infeksi kerongkongan dan pernapasan, karena tawa membantu meningkatkan kekebalan tubuh yang baik melawan semua infeksi. (6) Jika pengambilan nafas dalam-dalam ala yoga dipraktekkan di antara latihan tawa, hal ini akan membantu mengembangkan stabilitas mental mereka. Jika sikap keceriaan menjadi cara hidup, mereka akan mempunyai sikap yang positif dalam menghadapi saat-saat sulit. Tawa juga akan membantu mereka meningkatkan kemampuan kreatif mereka. (7) Terapi tawa akan meningkatkan kemampuan kreativitas, intelektual, emosional dan juga sosialisasi anak ketika berada lingkunangan rumah dan disekolah (Ghee, 2006) b) Kontra Indikasi Tertawa adalah terapi yang sangat ringan dan tidak membatasi usia, walaupun begitu, terapi ini dilarang untuk dilakukan oleh mereka yang mempunyai beberapa jenis penyakit dan problem. Pelarangan melakukan tawa ini dikarenakan dikawatirkan berakibat buruk pada penyakitnya. Mereka yang dilarang untuk melakukan terapi humor ini adalah (Simanungkalit, 2007)
20
Tabel 2.1 Kontra Indikasi Tertawa Kontra Indikasi Penderita penyakit wasir
Rasionalisasi Berbahaya karena otot di sekitar pinggul dan perut mendapat tekanan lebih berat sehingga dikhawatirkan memperparah penyakit wasir Penderita penyakit hernia Hal ini dapat memperparah penyakit hernia karena membutuhkan kerja keras otot dan kemungkinan isi perut akan menonjol di sekitar saluran selangkangan. Penderita penyakit jantung Memacu denyut jantung bekerja lebih cepat, sehingga dikhawatirkan berakibat fatal. Penderita sesak nafas Mengganggu pernapasan Baru selesai melakukan operasi Jahitan opersinya akan terlepas, apalagi yang melakukan operasi besar atau perus Sedang hamil Mengakibatkan kontraksi dan bisa terjadi keguguran. Peranakan turun Menurunkan tali ligamen yang menopang peranakan menjadi lemah. Penyakit TBC Bibit-bibit penyakitnya akan menular kepada orang lain sekitarnya Penyakit flu Bibit flu akan menyebar dan penderita flu sebaiknya istirahat saja. Komplikasi mata (gloukoma) Akan meningkatkan tekanan pada bola mata karena bendungan aliran cairan mata melalui terusan Schlemm dalam pembuluh balik semakin meningkat, mencekungnya pupil saraf mata, dan bisa berakibat pada kebutaan. 2.1.5. Kelebihan dan Kekurangan Terapi Tawa Sebagai terapi dengan pendekatan yang holistik, terapi tawa tidak terlepas dari adanya kelebihan dan kekurangan. Kelebihan terapi tawa adalah, antara lain (Ariana, 2006).
21
a)
Terapi tawa merupakan terapi yang tidak membutuhkan banyak peralatan. Terapi ini dapat dilakukan dengan menggunakan media VCD, majalah, televisi, atau tidak menggunakan peralatan sama sekali, yaitu dengan saling berbagi cerita lucu dengan orang lain.
b) Terapi tawa tidak memiliki batasan ruang dan waktu dalam pelaksanaannya. Ini dapat diterapkan di kamar, kelas, maupun ruangan terbuka. c)
Terapi tawa tidak menuntut kehadiran seorang terapis profesional dan dapat diterapkan secara mandiri oleh individu atau kelompok yang menginginkanya.
d) Terapi tawa dapat dilakukan dalam kelompok maupun individual. Namun, untuk mendapatkan manfaat yang lebih banyak, biasanya cenderung dilakukan dalam kelompok kecil. e)
Tidak ada ketentuan mengenai materi yang digunakan sebagai stimulus humor. Masing-masing individu bebas memilih jenis humor sesuai dengan minat dan keinginannya. Selain kelebihan-kelebihan di atas, penggunaan tawa dalam terapi tawa juga
memiliki beberapa keterbatasan yang menjadi kekurangannya sebagai sebuah intervensi kesehatan, antara lain: a)
Terapi humor tidak dapat diterapkan pada individu dengan beberapa gangguan kesehatan, seperti hernia, wasir parah, penyakit jantung dengan sesak napas, pasca operasi, peranakan turun, kehamilan, serangan pilek dan flu, tuberkulosis, dan komplikasi mata (Kataria, 2004). Hal ini dikarenakan produksi tawa dikhawatirkan akan mengganggu proses penyembuhan serta dapat menularkan
22
beberapa penyakit tertentu bila dilakukan dalam kelompok. Namun, kekurangan ini dapat dikendalikan jika individu yang bergabung dapat menguasai dirinya sendiri, sehingga tidak melakukan aktifitas tertawa yang berlebihan selama sesi terapi berlangsung. b) Faktor lain yang dapat menjadi penghalang keberhasilan terapi tawa adalah tingkat dan jenis sense of humor. Sense of humor adalah bagaimana seseorang mempersepsikan sebuah stimulus sebagai stimulasi humor sehingga dapat menghasilkan tawa. Tingkat sense of humor mengacu kepada seberapa sering seseorang mempersepsikan humor sebagai sebuah stimulus untuk menghasilkan tawa; sedangkan jenis sense of humor mengacu kepada jenis humor apa yang paling dapat membuat seseorang tertawa. Menurut penelitian Hartanti (2002) hanya orang-orang dengan tingkat dan jenis sense of humor tertentu yang mampu merespon stimulasi humor sesuai dengan yang diharapkan. 2.1.6. Tahapan Terapi Tawa Peran koordinator dalam sebuah klub tertawa menurut Ayu (2011). Salah satu syarat mutlak mengelola klub tawa yang sukses adalah mempunyai seorang koordinator. Tugasnya bukan untuk menceritakan lelucon dan membuat orang tertawa melaikan tugas utamanya adalah mengawali thap tawa, latihan pernafasan dan latihan perenggangan. Ia seperti pemicu yang lebih mudah tertawa dan mudan menularkan tertawa tugasnya adalah memotivasi orang lain agar menyingkirkan rasa takut dan malunya serta lebih suka bermain-main, sehingga tawa buatan bisa diubah menjadi tawa yang asli.
23
Beberapa tehnik yang perlu diperhatikan terapis dalam memberika terapi tawa antara lain : Pelatihan yang tepat, cara memberikan aba-aba, format kelompok, jarak antara anggota sangat penting, tingkat motivasi, displin, dan mengorganisasi permainan. Berikut ini perbedaan mendasar antara tertawa sendiri dengan tertawa di Klub terapi tawa: Tabel 2.2 Perbedaan antara tertawa sendiri dan tertawa di klub trapi tawa Tertawa
Tertawa Sendirian Tertawa sendirian biasanya tidak tertawa alami Sulit tertawa alami karena dipaksakan Tertawa sendirian tidak terprogram Tertawa sendirian sulit dilakukan secara rutin Tertawa sendirian sering dianggap orang aneh atau ada kelainan Kurang bermanfaat
Tertawa di Klub Tawa Tertawa alami karena terprogram Mudah tertawa alami karena dibimbing secara tutor dan rekan satu klub Ada jadwal seingga dilakukan secara rutin Lebih bermanfaat
2.1.7. Teknik Supaya Mudah Tertawa Memang sulit tertawa tanpa sebab. Jika kita tertawa tanpa sebab maka kita bisa merasa malu dan takut, dan orang bisa mengganggap kita sedang stres atau gila. Untuk menghilangkan hal tersebut maka alternatif yang bisa dipilih adalah: a)
Membuat klub tawa dan minimal 5 orang, jika bisa lebih banyak akan lebih mudah tertawa.
24
b) Pada saat tertawa dianjurkan peserta terapi tawa saling berpandangan sebab tertawa salaing berpandangan akan memicu tawa dari dalam diri kita, karena setiap orang mempunyai ciri khas tawa masing-masing, hal ini akan menciptakan tawa yang lepas dan tawa adalah sangat menular. c)
Saat tertawa kedua tangan diangkat ke atas tegak lurus. Posisi seperti ini membuat kita mudah tertawa, dan rasa malu dan takut juga akan ilang.
d) Tertawa lebih mudah muncul jika serempak dilakukan semua peserta, setelah diberi aba-aba oleh tutor. 2.1.8. Waktu dan Tempat Terapi Idealnya, sebuah sesi tawa harus dilaksanakan pada pagi hari, khususnya di daerah tropis seperti Indonesia. Sebaiknya jumlah total latihan pernapasan, tawa dan peregang tidak lebih dari 15-20 menit. Pengaturan waktu bisa disesuaikan beberapa menit menurut kebutuhan kelompok dan keadaan cuaca, bila diadakan di tempat terbukaEfektifntya terapi tawa diberikan selama 3 minggu dalam rentang waktu 3 kali seminggu. Terdapat banyak alasan kenapa sesi tawa dimulai pada pagi hari. Selalu lebih baik bagi kita jika mengawali hari dengan tawa. Dengan begitu kita akan terus bersemangat dan mempunyai suasana hati yang enak sepanjang hari. Kegiatan ini membangkitkan energi kita dan tertawa selama 15-20 menit memberi kita manfaat sepanjang hari sampai saat tidur malam. Keuntungan lain dari klub tawa pagi hari adalah bahwa sesi terapi jalan kaki dan terapi tawa bisa saling melengkai. Keduanya dilakukan ditempat terbuka, maka
25
sangat ideal bagi para pejalan kaki untuk menghadiri sesi tawa baik sebelum maupun sesudah sesi jalan kaki. Di negara Barat, sesi tawa diadakan sekali atau dua kali seminggu. Beberapa kelompok bertemu dua minggu sekali. Sebagian besar klub tawa di negara-negara Barat bertemu di dalam ruangan dan mereka menggunakan 1-2 jam untuk tertawa, bermain, berbagi, menari, dan saling bertemu. Kegiatan ini disebut klub tawa sosial. Sementara itu, seseorang melakukan sesi tawa selama istirahat ditempat kerja. Klub kebugaran, kelompok yoga, kelompok Taici, pusat aerobik, kelompok olahraga, dan pusat meditasi bisa menambahkan 10-15 menit sesi tawa sebagai tambahan nilai untuk kegiatan pembentukan kesehatan rutin mereka. Satu-satunya hal yang harus diperhatikan adalah bahwa sesi tawa sebaiknya tidak dilakukan langsung sesudah makan siang. Sebaiknya ada tenggang waktu sedikitnya dua jam setelah makan. 2.2. Stres 2.2.1. Definisi Stres adalah respon tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Misalanya bagaimana respon tubuh seseoarang manakala yang bersangkutan mengalami beban pekerjaan yang berlebihan.bila ia sanggup mengatasinya artinya tidak ada gangguan pada fungsi organ tubuh,maka yang bersangkutan tidak mengalami stress (Hans selye, 2007) Perkembangan psikososial lanjut usia adalah tercapainya integritas diri yang utuh. Pemahaman terhadap makna hidup secara keseluruhan membuat lansia berusaha menuntun generasi berikut (anak dan cucunya) berdasarkan sudut
26
pandangnya. Lansia yang tidak mencapai integritas diriakan merasa putus asa dan menyesali masa lalunya karena tidak merasakan hidupnya bermakna (Anonim, 2006). Sedangkan menurut Erikson yang dikutip oleh Arya (2010) perubahan psikososial lansia adalah perubahan yang meliputi pencapaian keintiman, generatif dan integritas yang utuh. 2.2.2. Krisis Perubahan Lansia Krisis perubahan stress itu menyenangkan atau tidak bagi orang muda, perubahan itu menyenangkan, misalnya mengganti sofa, mengganti tv yang lebih besar dan lain-lain. Tetapi bagi lansia perubahan ini belum tentu menyenangkan mungki justru menjengkelkan. Pada dasarnya lansia susah menghadapi perubahan, yang meyenangkan adalah status quo. Daya penyusuain diri pada lasia itu sudah lemah, lansia sulit menyesuaikan diri dan merasa susah dengan hal-hal yang baru apalagi jika lasia pindah tempat tinggal, pindah kedaerah baru. Sebab tiu rumah dan lingkungaya berubah hal ini menimbulkan krisis didalam hati dan perasaan. Ditempat baru lansia merasa tidak nyaman, tidak bisa menentukan jadwal sendiri, tidak dapat lagi mengatur sediri jam mandi, makan siang, dan yang lainnya. Hal-hal ini lah yag meyebabkan stress pada lansia (Santoso, H. 2009). 2.2.3. Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Stres Pada Lansia. Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkat stres pada lansia menurut Kuntjoro (2002), antara lain: a)
Penurunan Kondisi Fisik Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi
27
fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang, enerji menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain. Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir fisiknya. Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang. b) Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti: (a) Gangguan jantung, (b) Gangguan metabolisme, misal diabetes mellitus, (c) Vaginitis, (d) Baru selesai operasi : misalnya prostatektomi, (e) Kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat kurang, (f) Penggunaan obat-obat tertentu, seperti antihipertensi, golongan steroid, tranquilizer. Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain : (a) Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia,
(b)
Sikap
keluarga
masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya,
dan
28
(c) Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya, (d) Pasangan hidup telah meninggal, (e)Disfungsi seksual hormonal
atau
masalah
kesehatan
jiwa
karena
lainnya
perubahan
misalnya
cemas,
depresi, pikun dan sebagainya. 2.2.4. Perubahan Aspek Stres Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi
hal-hal
yang
berhubungan
dengan
dorongan
kehendak
seperti
gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan. Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek stres yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut: a.
Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
b.
Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
c.
Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup
29
meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya. d.
Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
e.
Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.
2.2.5. Kajian Psikososial Lansia Pada lansia terjadi penurunan kemampua social dan financial, kelangsungan hidupnaya aka menjadi tanggug jawab anak, cucu dan keluarga. Dukugan social dan cara individu mengatasi masalah sangat berperan penting dalam proses munculnya penyakit. Dukungan social dapat diperoleh dari pasangan hidup, anak, keluarga, dan lain-lain. Dukungan social dan cara mengatasi masalah merupakan mediator dalam mengatasi penyakit yang berhubungan dengan stress, dukugan social yang tinggi akan dapat mempercepat pemecaha masaalh yag dihadapi termasuk peyakit yang diderita. 2.2.6. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status
30
dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya seperti yang telah diuraikan pada point tiga di atas. Bagaimana menyiasati pensiun agar tidak merupakan beban mental setelah lansia? Jawabannya sangat tergantung pada sikap mental individu dalam menghadapi masa pensiun. Dalam kenyataan ada menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang merasa senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah acuh terhadap pensiun (pasrah). Masing-masing sikap tersebut sebenarnya punya dampak bagi masing-masing individu, baik positif maupun negatif. Dampak positif lebih menenteramkan diri lansia dan dampak negatif akan mengganggu kesejahteraan hidup lansia. Agar pensiun lebih berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan pensiun yang benar-benar diisi dengan kegiatankegiatan untuk mempersiapkan diri, bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja atau tidak dengan memperoleh gaji penuh. Persiapan tersebut dilakukan secara berencana, terorganisasi dan terarah bagi masing-masing orang yang akan pensiun. Jika perlu dilakukan assessment untuk menentukan arah minatnya agar tetap memiliki kegiatan yang jelas dan positif. Untuk merencanakan kegiatan setelah pensiun dan memasuki masa lansia dapat dilakukan pelatihan yang sifatnya memantapkan arah minatnya masing-masing. Misalnya cara berwiraswasta, cara membuka usaha sendiri yang sangat banyak jenis dan macamnya. Model pelatihan hendaknya bersifat praktis dan langsung terlihat hasilnya sehingga menumbuhkan keyakinan pada lansia bahwa disamping pekerjaan yang selama ini ditekuninya, masih ada alternatif lain yang cukup menjanjikan dalam menghadapi masa tua,
31
sehingga lansia tidak membayangkan bahwa setelah pensiun mereka menjadi tidak berguna, menganggur, penghasilan berkurang dan sebagainya. 2.2.7. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil. Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi terlantar. Disinilah pentingnya adanya Panti Werdha sebagai tempat untuk
32
pemeliharaan dan perawatan bagi lansia di samping sebagai long stay rehabilitation yang tetap memelihara kehidupan bermasyarakat. Disisi lain perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat bahwa hidup dan kehidupan dalam lingkungan sosial Panti Werdha adalah lebih baik dari pada hidup sendirian dalam masyarakat sebagai seorang lansia 2.3. Kerangka Konsep Table 2.3 Kerangka Konsep Variable Terikat Tingkat stress
Variabel Bebas Terapi Tertawa
2.4. Hipotesis Ho :
Tidak ada pengaruh terapi tertawa terahadap tingkat stres pada lansia.
Ha :
Ada pengaruh terapi tertawa terahadap tingkat stres pada lansia.