18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Komunikasi
2.1.1
Pengertian Komunikasi Komunikasi menurut Everett M. Rogers adalah proses dimana suatu ide
dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.12 Kata komunikasi atau communication berasal dari kata Latin communis yang berarti ”sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Komunikasi merujuk pada suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan yang dianut secara sama. 13 Sarah Trenholm dan Arthur Jensen (1996 :4) mendefinisikan komunikasi sebagai: “A process by which source transmit a message to a receiver through some channel” (Komunikasi adalah suatu proses dimana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam saluran). 14 Shannon & Weaver mengemukakan bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya. Sengaja atau tidak sengaja; tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi.
12
Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : Rosdakarya. 2008, hal 69 Dede. Ibid, hal 46 14 Marhaeni Fajar. Ilmu Komunikasi Teori & Praktek. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2009, hal.31-32 13
i http://digilib.mercubuana.ac.id/
i
19
David K. Berlo mengemukakan bahwa instrumen interaksi sosial berguna untuk mengetahui dan memprediksi setiap orang lain, juga untuk mengetahui keberadaan diri sendiri dalam menciptakan keseimbangan dengan masyarakat 2.1.2
Tujuan Komunikasi Kegiatan komunikasi yang dilakukan tentu mempunyai tujuan tertentu.
Tujuan yang dimaksud disini menunjuk pada suatu hasil atau akibat yang diinginkan oleh pelaku komunikasi. Wilbur Scramm (1974) , mengemukakan bahwa tujuan komunikasi dapat dilihat dari dua perspektif kepentingan, yakni: kepentingan sumber pengirim/ komunikator dan kepentingan penerima/ komunikan. 15 Tujuan dari proses komunikasi yang terjadi, diharapkan dapat terjadi suatu perubahan sikap, pendapat, perilaku ataupun perubahan secara sosial. 1. Perubahan sikap Seorang komunikan setelah menerima pesan kemudian sikapnya berubah, baik positif maupun negatif. 2. Perubahan pendapat. Dalam komunikasi berusaha menciptakan pemahaman, yakni kemampuan memahami
pesan
secara
cermat
sebagaimana
dimasudkan
oleh
komunikator. 3. Perubahan perilaku Komunikasi bertujuan untuk mengubah perilaku maupun tindakan seserang.
15
Ibid, hal.60-61
i http://digilib.mercubuana.ac.id/
i
20
4. Perubahan sosial Membangun dan memelihara ikatan hubungan dengan orang lain sehingga menjadi hubungan yang semakin baik. Dalam proses komunikasi yang efektif secara tidak sengaja meningkatkan kadar hubungan interpersonal. 2.1.3
Fungsi Komunikasi Rudolf F. Verderber , mengemukakan bahwa komunikasi mempunyai dua
fungsi. Pertama, fungsi sosial, yakni untuk tujuan kesenangan, untuk menunjukkan ikatan dengan orang lain, membangun dan memelihara hubungan. Kedua, fungsi pengambilan keputusan, yakni memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada saat tertentu. 16 Menurut Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson, komunikasi mempunyai dua fungsi umum. Pertama, untuk kelangsungan hidup diri sendiri yang meliputi keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri kita sendiri kepada orang lain dan mencapai ambisi pribadi. Kedua, untuk kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat. 17 Lasswell menyebutkan fungsi komunikasi adalah sebagai pengawasan lingkungan yang mengingatkan anggota-anggota masyarakat akan bahaya dan peluang dalam lingkungan, korelasi berbagai bagian terpisah dalam masyarakat yang merespon lingkungan dan transmisi warisan dari suatu generasi ke generasi lainnya.
16 17
Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : Rosdakarya. 2008, hal 5 Ibid, hal 5
i http://digilib.mercubuana.ac.id/
i
21
2.1.4
Jenis Komunikasi Banyak pakar komunikasi mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan
konteksnya. Sama halnya dengan definisi komunikasi, konteks atau jenis komunikasi juga banyak didefinisikan secara berbeda-beda. Menurut Verderber misalnya, konteks komunikasi terdiri dari konteks fisik, konteks sosial dan konteks historis, konteks psikologi dan konteks kultural. Sementara itu, G.R Miller membagi komunikasi menjadi enam kategori. Indikator paling umum untuk mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteks atau tingkatannya adalah jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi tersebut. Enam kategori tersebut terdiri dari, komunikasi antar pribadi, komunikasi
kelompok,
komunikasi
publik,
komunikasi
organisasi,
dan
komunikasi massa. Keenam kategori ini yang sering dipahami sebagai jenis-jenis komunikasi yang absolut. 18 2.2
Komunikasi Kelompok
2.2.1
Pengertian Komunikasi Kelompok Dedy Mulyana mengatakan, kelompok didefinisikan sebagai sekumpulan
orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama (adanya hubungan saling berketergantungan), mengenal satu sama lainnya dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Sekumpulan orang-orang yang terdiri dari dua atau tiga orang bahkan lebih disebut kelompok. Hubungan yang intensif di antara para anggotanya dimiliki pula oleh setiap kelompok. Kelompok juga memiliki tujuan dan aturan yang 18
Deddy Mulyana. Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 200,hal 78.
i http://digilib.mercubuana.ac.id/
i
22
dibuat sendiri dan merupakan kontribusi arus informasi di antara para angota sehingga mampu menciptakan atribut kelompok sebagai identitas yang khas melekat pada kelompok tersebut. 19 Komunikasi kelompok memfokuskan pembahasannya pada interaksi di anatara orang-orang dalam kelompok kecil. Komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi antarpribadi.20 Kelompok merupakan kegiatan yang tak terpisahkan dengan kehidupan kita, karena kelompok memungkinkan kita dapat berbagi informasi, pengalaman, dan pengetahuan dengan anggota kelompok lainnya. Bentuk kelompok pun sangat bermacam-macam. Mulai dari keluarga, tetangga, kawan-kawan, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komit yang tengah melakukan rapat untuk mengambil suatu keputusan. Dengan demikian, komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil, jadi bersifat tatap muka. Umpan balik dari seorang peserta dalam komunikasi kelompok masih bisa di identifikasi dan ditanggapi langsung oleh peserta lainnya. Beberapa ahli mengatakan bahwa untuk dianggap sebagai suatu kelompok. Anggota suatu kelompok harus mempersepsikan hubungan mereka terhadap yang lainnya : “Suatu kelompok kecil didefinisikan sebagai orang-orang yang terlibat dalam interaksi satu sama lain dalam suatu pertemuan tatap muka atau serangkaian pertemuan semacam itu, di mana setiap anggota menerima Burhan Bungin. Sosiologi Komunikasi; Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta : Kencana. 2006, hlm. 266. 20 Hafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta :Grafindo. 2008, hlm 252. 19
i http://digilib.mercubuana.ac.id/
i
23
beberapa kesan atau persepsi yang cukup jelas tentang anggota lainnya sehingga ia dapat, pada saat itu atau bersoal jawab kemudian, memberikan reaksi satu sama lain sebagai seorang individu, meskipun hal itu mungkin hanya untuk mengingat bahwa yang lain hadir.”21 Pandangan ini menunjukkan bahwa anggota suatu kelompok harus mempersepsikan keberadaan (eksistensi) setiap anggota dan keberadaan kelompok itu sendiri. Kelompok terdapat hubungannya dengan ciri-ciri keorganisasian. Organisasi sendiri menurut Evert M. Rogers dan Rekha Agarwala Rogers dalam bukunya, Communication in Organization mendefinisikan sebagai : “a stable system who work of individuals together to achieve, through a hierarchy of ranks and division of labour, common golas.” (suatu sistem yang mapan darii mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui suatu jenjang kepangkatan dan pembagian tugas.) Jadi, Rogers dan Rogers memandang organisasi sebagai suatu struktur yang melangsungkan proses pencapaian tujuan yang telah ditetapkan di mana operasi dan interaksi di antara bagian yang satu dengan yang lainnya dan manusia yang satu dengan yang lainnya berjalan secara harmonis, dinamis dan pasti.22 Sedangkan kelompok yang terkait dengan organisasi didefinisikan oleh J.W David dan M. Harari dalam bukunya yang berjudul Social Psychology; Individuals, Groups, Societies (1958) menurutkan bahwa : “Kelompok ialah suatu sistem yang diroganisasikan sari dua orang atau lebih yang saling berhubungan sehingga sistem tersebut melakukan beberapa fungsi, mempunyai seperangkat standar hubungan, peranan antara anggotanya dan 21
James L Gibson, dkk.Organisasi (Perilaku, Struktur dan Proses).Jakarta: Erlangga.2005,hal 241 Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komuikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.2007, hal 114
22
i http://digilib.mercubuana.ac.id/
i
24
mempunyai seperangkat norma yang mengatur fungsi kelompok dan masingmasing anggotanya.”23
2.2.2
Fungsi Komunikasi Kelompok Keberadaan suatu kelompok ditandai dengan adanya fungsi-fungsi yang
akan dilaksanakannya. Fungsi-fungsi tersebut dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat, kelompok dan para anggota kelompok itu sendiri. Fungsi-fungsinya antara lain :24 1. Fungsi hubungan sosial, yaitu bagaimana suatu kelompok mampu memelihara dan memantapkan hubungan sosial di antara para anggotanya 2. Fungsi pendidikan, yaitu bagaimana sebuah kelompok secara formal maupun informal bekerja untuk mncapai dan mempertukarkan pengetahuan. Fungsi ini akan sangat efektif jika setiap anggota membawa pengetahuan yang bermanfaat bagi kelompoknya. 3.
Fungsi
persuasi,
yaitu
bagaimana
seorang
anggota
kelompok
mempersuasi anggota kelompk lainnya supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu. 4.
Fungsi pemecahan
masalah, yaitu pemecahan masalah berkaitan
dengan penemuan alternatif atau solusi
yang tidak diketahui
sebelumnya, sedangkan pembuat keputusan berhubungan dengan pemilihan antara dua atau lebih solusi. 5.
Fungsi terapi, yaitu objek dari kelompok terapi adalah
membantu
setiap individu mencapai perubahan personalnya. Individu tersebut harus berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya guna mendapatkan
23 24
James L. Gibson, dkk. loc.cit., Hafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grafindo.2008, hal 270.
i http://digilib.mercubuana.ac.id/
i
25
manfaat, namun usaha utamanya adalah membantu dirinya sendiri, bukan membantu kelompok konsensus. Dalam kelompok juga belajar, seperti halnya individu. Salah satu model pengembangan kelompok mengasumsikan bahwa kelompok berproses melalui empat tahap pengembangan : 25 1. Dukungan Bersama Pada tahap awal pembentukan kelompok, para anggota umumnya enggan berkomunikasi satu sama lainnya. Secara khasnya, mereka tidak mau menyatakan pendapat, sikap, atau keyakinan. 2. Komunikasi dan Pengambilan Keputusan Setelah kelompok mencapai tahap dukungan bersama, para anggotanya mulai berkomunikasi secara terbuka satu sama lain. Komunikasi ini menimbulkan peningkatan kepercayaan dan bahkan interaksi lebih banyak di dalam kelompok tersebut. 3.
Motivasi dan Produktivitas Inilah tahap pengembangan di mana usaha dikerahkan untuk mencapai tujuan kelompok.
4.
Pengendalian dan Pengorganisasian Pada tahap ini, afiliasi kelompok dinilai dan para anggota diatur oleh norman kelompok. Tujuan kelompok mendahului tujuan individual, dan norma kelompok dipatuhi dan sanksi terapkan. Sanksi yang terkahir ialah pengasingan (pemboikotan) karena tidak mematuhi tujuan atau norma kelompok. Bentuk pengendalian lain meliputi prngucilan sementara dari kelompok atau gangguan dari anggota lainnya.
25
James L Gibson, dkk.Organisasi(Perilaku, Struktur dan Proses). Jakarta: Erlangga. 2005, hal 246-247
i http://digilib.mercubuana.ac.id/
i
26
Kelompok pada dasarnya akan menyatu ketika timbul perasaan aman dan nyaman dengan antar anggota lainnya. Hal tersebut tidaklah menutupi kemungkinan mereka untuk membuka diri satu sama lain, menjalin kekerabatan yang lebih dari sekedar pertemanan biasa pada umumnya. Keterikatan kelompok pun akan saling bertambah seiring intensitas waktu pertemuan mereka. Akan tetapi tak menampik timbulnya perbedaan pendapat yang membuat hubungan tersebut berjalan dengan tidak baik, bahkan bisa menjurus ke putusnya komunikasi antar anggota kelompok. Mempertahankan kelompok menjadi sebuah kelompok yang solid dan dinamis tidaklah mudah. Salah satunya diperlukan kerjasama yang saling menjaga antar anggotanya. . 2.3
Dinamika Kelompok Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak bisa dilepaskan dari kelompok.
Di manapun berada, manusia merupakan bagian dari suatu kelompok. Keterlibatan individu dalam kelompok dikarenakan setiap individu terdorong oleh keinginan untuk memperoleh kepastian dalam kehidupan yang hanya dapat diperoleh bila masing-masing individu bekerjasama dengan individu lain hingga memunculkan rasa solidaritas. Di dalam kelompok-kelompok kecil yang dibangun oleh individu terdapat suasana saling memolong yang membuat kohesi menjadi kuat dan memberikan pengaruh terhadap kehidupan idividu. 26
Alessia. Pengaruh Tingkat Kohesivitas Kelompok Terhadap Tingkat Komitmen Organisasi Karyawan Studi Pada PT. Bank Syariah “X”. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Jakarta: UI .2012 hal 11. Diakses dari http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308714-Spdf-Alessia%20Anindya%20Melinda.pdf pada 1 Oktober 2015, pukul 18.57 26
i http://digilib.mercubuana.ac.id/
i
27
Kelompok sendiri banyak dijelaskan melalui berbagai pandangan. Dari berbagai penjelasan tersebut, dalam tulisan ini kelompok akan dijelaskan melalui proses pertumbuhannya. Individu sebagai makhluk hidup mempunyai berbagai kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan ini dijelaskan Maslow sebagai berikut : 27 1. Kebutuhan fisik 2. Kebutuhan rasa aman 3. Kebutuhan kasih sayang 4. Kebutuhan prestasi dan prestise 5. Kebutuhan untuk melaksanakan sendiri Pada satu segi, individu memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan di atas. Namun, potensi yang ada pada individu terbatas sehingga individu membutuhkan bantuan individu lain dengan membentuk suatu kelompok. Dalam praktiknya, individu tidak hanya tergabung dalam suatu kelompok. Bentuk kelompok seperti keluarga, regu kerja, regu belajara, regu bermain, merupakan contoh-contoh konkret di mana individu biasanya tergabung. Kelompokkelompok tersebut saat ini mendapat tempat di masyarakat yang semakin kompleks. Apalagi disaat kelompok tersebut berkembang melalui berbagai tahapan perkembangan, mereka mulai memperagakan karakteristik tertentu. Adapun karakteristiknya, antara lain : 28 1. Struktur
27
Ibid James L Gibson, dkk.Organisasi (Perilaku, Struktur dan Proses). Jakarta: Erlangga. 2005,hal 246-247 28
i http://digilib.mercubuana.ac.id/
i
28
Didalam setiap kelompok, berkembang jenis struktur tertentu setelah beberapa saat. Para anggota organisasi dibedakan atas dasar berbagai faktor seperti keahlian, sikap agresif, kekuasaan, dan status. Setiap anggota menduduki suatu posisi dalam kelompok tersebut. Pola hubungan antarposisi membentuk struktur kelompok. Anggota kelompok tersebut mengevaluasi setiap posisi berdasarkan gengsi, status, dan kepentingan terhadap kelompok. Dalam banyak hal, terdapat jenis status tertentu yang berbeda di antara posisi tersebut seperti halnya bahwa struktur kelompok itu berhirarki. Status dalam kelompok formal biasanya didasarkan atas posisi dalam organisasi formal, sedangkan dalam kelompok informal status dapat didasarkan atas sesuatu yang relevan terhadap kelompok itu. 2. Hirarki Status Status dan posisi begitu serupa sehingga istilah tersebut sering digunakan secara bergantian. Status yang diberikan terhadap posisi khusus secara khas merupakan konsekuensi dari karakteristik tertentu yang membedakan satu posisi dari posisi lainnya. Dalam beberapa hal, seseorang memperoleh status, karena faktor-faktor tertentu seperti senioritas, umur, atau penugasan. 3. Peranan
i http://digilib.mercubuana.ac.id/
i
29
Setiap posisi dalam struktur kelompok mempunyai suatu peranan terkait yang terdiri dari berbagai perilaku yang diharapkan dari pemegang posisi tersebut. Beberapa peranan adalah sebagai berikut : a. Peranan yang diharapkan; merupakan salah satu jenis peranan b. Peranan yang dipersepsikan (perceived role); perangkat perilaku seseorang dalam suatu posisi di mana ia berpendapat bahwa ia harus memainkan peranan tersebut. Sifatnya hampir sama dengan peranan yang diharapkan dalam beberapa hal. c. Peranan yang dimainkan (enacted role); perilaku yang benar-benar dilaksanakan seseorang. Jadi, dapat timbul tiga kemungkinan perilaku peranan. Konflik dan frustasi dapat timbul dari perbedaan ketiga jenis peranan tersebut. Karena seseorang mungkin menjadi anggota dalam kelompok yang berbeda, ia cenderung memainkan peran ganda (multiple roles). Para penyelia lini pertama adalah anggota dari tim pimpinan dan pada saat yang sama anggota dari kelompok pekerja yang mereka setia. Peranan ganda tersebut menimbulkan sejumlah perilaku peranan yang diharapkan. Dalam banyak hal, perilaku yang dikhususkan oleh peranan yang berbeda tersebut sesuai satu sama lain. 4. Norma Norma adalah standar yang dimiliki bersama oleh anggota suatu kelompok. Norma kelompok umumnya disepekati atas dasar standar
i http://digilib.mercubuana.ac.id/
i
30
perilaku individual dan kelompok yang berkembang sebagai hasil dari interaksi anggota sepanjang waktu. 5. Kepimpinan Peranan kepemimpinan dalam kelompok merupakan salah satu ciri kelompok
yang
sangat
menentukan.
Pemimpin
suatu
kelompok
menanamkan pengaruh terahap anggota kelompok yang bersangkutan. Dalam kelompok formal, pemimpin dapat melaksanakan kekuasaan sanksi yang sah. Sedangkan dalam kelompok informal pemimpin dipandang sebagai anggota yang dihromati dan berstatus tinggi. 6. Kepaduan Kepaduan atau Cohesiveness merupakan kekuatan keinginan anggota untuk tetap dalam kelompok dan keikatan (komitmen) mereka terhadap kelompok mennetukan kepaduan kelompok tersebut. Jika seseorang dapat memasuki suatu kelompok yang padu, maka harus ada peningkatan pemuasan kebutuhan melalui afiliasi dengan kelompok tersebut. Mengingat kelompok yang tinggi kepaduannya terdiri dari orangorang yang termotivasi untuk bersatu, maka kecenderungan mengharapkan prestasi kelompok yang efektif. Di dalam suatu kelompok, setiap anggotanya terlibat dalam hubungan sosial dengan sesama anggota. Hubungan sosial diartikan sebagai hubungan yang terbentuk karena setiap individu menyadari tentang kehadirannya di samping kehadiran individu lain. Hal tersebut membuat individu dalam suatu kelompok
i http://digilib.mercubuana.ac.id/
i
31
melakukan interkasi sosial. Interaksi yang dilakukan dalam kelompok ini dapat bersifat menguatkan kelompok jika anggotanya sama-sama menyepakati hal yang sama. Tetapi juga bisa melemahkan kelompok jika interkasi yang terjadi memicu konflik internal. 29 Konflik dikatakan Frost & Wilmot (1978; 9) yang diterjemahkan oleh Dedy Mulyana mengatakan bahwa sebagai suatu perjuangan yang diekspresikan antara sekurang-kurangnya dua pihak yang saling bergantung, yang mempersepsi tujuantujuan yang tidak sepadan, imbalan yang langka, dan gangguan dari pihak lain dalam mencapai tujuan mereka. Dalam pandangan ini “perjuangan” tersebut menggambarkan perbedaan di antara pihak-pihak tersebut yang dinyatakan, dikenali dan dialami. Konflik baru terjadi ketika atau setelah perbedaan tersebut dikomunikasikan. Konflik mungkin dinyatakan dengan cara-cara berbeda, dari gerakan nonverbal yang halus hingga pertengkaran habis-habisan; dari sarkasme yang halus hingga kecaman verbal yang terbuka.30 Frost dan Wilmot (1978;12) berpendapat bahwa dalam konflik interpersonal terlepas dari inti persoalannya, pihak-pihak tersebut biasanya mempersepsi suatu kelangkaan imbalan kekuasaan dan penghargaan diri. Jadi, konflik mungkin dapat dicegah dengan menunjukkan bahwa imbalan-imbalan tersebut lebih banyak tersedia daripada diduga.
29 30
Alessia, op.cit, hal 12 R. Wayne Pace & Don F. Faules.Komunikasi Organisasi (Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan). PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2001. hal. 369-370
i http://digilib.mercubuana.ac.id/
i
32
Terdapat lima istilah-istilah gaya konflik pribadi yang berasal dari Hall (1969), Blake dan Mouton (1980) dan Kilmann dan Thomas (1975). Diantaranya adalah :31 1. Pesaing atau pejuang gigih. Orang yang menggunakan gaya ini mengejar kepentingannya sendiri secara agak lazim dan pada umumnya dengan mengorbankan anggota-anggota lain kelompok. Pejuang gigih memandang kekalahan sebagai tanda kelemahan, status yang menurun, dan suatu citradiri yang ambruk. Kemenanganlah satu-satunya tujuan yang layak, yang merupakan prestasi dan kebahagiaan. 2. Kolaborator atau pemecah masalah. Orang yang menggunakan gaya ini berusaha menciptakan situasi yang memungkinkan tujuan semua kelompok dapat dicapai. Pemecah masalah berusaha mememukan solusi yang diterima semua pihak. Kemenangan atau kekalahan bukanlah caranya memandang suatu konflik. 3. Kompromiser atau pendamai penyiasat. Orang yang menggunakan gaya ini berasumsi bahwa setiap orang yang terlibat dalam suatu pertentangan mampu menerima kekalahan, dan ia berusaha membantu menemukan suatu posisi yang dapat dijalankan. Suatu pola “mengalah” sering berkembang. 4. Akomodator atau penolong ramah. Orang yang menggunakan gaya ini kurang tegas dan cukup kooperatif, mengabaikan kepentingannya sendiri demi kepentingan orang lain. Penolong yang ramah merasa bahwa keselarasan harus ditegakkan dan bahwa kemarahan dan konfrontasi adalah buruk. Ketika suatu keputusan dicapai, akomodator mungkin mendukung keputusan tersebut dan berharap kelak bahwa ia telah menyatakan beberapa keberatan.
31
Ibid, hal 371-372
i http://digilib.mercubuana.ac.id/
i
33
5. Penghindar atau penurut interpersonal. Orang yang menggunakan gaya ini cenderung memandang konflik sebagai tidak produktif dan sedikit menghukum. Maka penghindar menjauhi siatuasi yang tidak nyaman dengan menolak untuk terlibat. Hasilnya biasanya suatu reaksi impersonal terhadap keputusan dan sedikit komitmen terhadap tindakan mendatang.
Bagi Barnlund & Haiman (1960) sayangnya, ketika konflik terjadi kita cenderung melakukan dan mengatakan hal-hal yang mengekalkan konflik alihalih mengurangi atau menghilangkannya. Meskipun sering sulit untuk dilakukan, biasanya terdapat beberapa tindakan yang dapat diambil untuk memulai pengurangan konflik. Pertentangan itu sendiri jarang menyelesaikan masalah. Dalam kelompok kecil, konflik biasanya paling baik yang dihadapi lewat proses integrasi-kombinasi gagasan setiap orang menjadi suatu gagasan kelompok. Dapat disimpulkan bahwa manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri karena membutuhkan kehadiran orang lain untuk membantu memenuhi berbagai kebutuhannya. Hal tersebut mendorong individu membentuk suatu kelompok yang di dalam kelompok tersebut terjadi interaksi antar anggotanya. Interaksi yang terjadi dapat menguatkan kelompok jika anggotanya menyepakati hal yang sama, tetapi juga bisa melemahkan kelompok jika interaksi memicu konflik internal kelompok. Terbentuknya kelompok juga terjadi dalam pekerjaan. Dalam hal ini kelompok yang terbentuk berfungsi untuk mencapai tujuan dalam pekerjaan. Kelompok yang terbentuk tidak selalu bersifat formal, tetapi dapat pula bersifat informal. Lebih lanjut keberadaan kelompok itu bisa
i http://digilib.mercubuana.ac.id/
i
34
memberikan pengaruh bagi keseluruhan organisasi tempat kelompok tersebut berada. Akan tetapi dalam kebanyakan organisasi kita dapat melihat orang-orang bekerja dalam kelompk dan tim untuk menyelesaikan masalah. Kualitas setiap keputusan merupakan fungsi dari proses-proses yang digunakan sampai membuahkan keputusan. Jadi, dibutuhkan usaha dan waktu yang cukup panjang untuk perancangan sistem dan prosedur pemrosesan pengambilan keputusan. Proses yang diikuti kelompok dalam memecahkan masalah mempengaruhi kualitas solusinya. Ada beberapa tahap yang disepakati secara umum; tahap-tahap ini harus dilalui oleh setiap kelompok pemecahan-masalah agar mencakup isu-isu utama yang terlibat dalam pencarian solusi masalah tersebut. Tahap-tahap ini adalah (1) Kenali dan terangkan dengan jelas keberadaan suatu masalah; (2) Carilah cara untuk menganggapi masalah tersebut; (3) Pilihlah solusi/ gagasan yang paling berguna atau efektif; (4) Buatlah keputusan mengani gagasan mana yang akan dilaksanakan, dan lanjukan dengan mengambil langkah khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Tahap-tahap tersebut biasanya dipandang sebagai tahapan besar dalam pemecahan masalah; namun bila diharapkan interkasi produktif dan solusi pokok, masih diperlukan beberapa tahap-antara. Meskipun sebagian dari tahap-antara ini tampaknya nyata, tahapan tersebut seringkali diabaikan sehingga menggagalkan usaha tim untuk memperoleh solusi yang baik dan dapat dilaksanakan. Kelompok sosial didalam suatu organsasi yang biasa disebut klik (clique). Klik merupakan sebuah kelompok kecil dalam ilmu sosial, menjadi bagian dari
i http://digilib.mercubuana.ac.id/
i
35
klasfikasi kelompok sosial informal. Kelompok sosial informal yaitu kelompok yang tidak berstruktur formal maupun organisasi timbul akibat respon dari kebutuhan sosial. Biasanya klik terbentuk secara spontan di dalam kelompok formal yang lebih besar. 32 Jika diidentifikasi maka pembentukan kelompok sosial gang, sebagai berikut : 1.
Gang sebagai kelompok Primer (Primary Group) Orang yang pertama kali merumuskan dan menganalisa suatu kelompok primer ini adalah Charles H. Cooley didalam bukunya OrganisasiOrganisasi Sosial (Social Organization) yang ditulisnya sebagai berikut : “By primary group I mean those characterized by intimate, face to face association and cooperation. They are primary in several senses, but chiefly in that they are fundamental in forming the social nature and ideals of the individuall”
Menurut Cooley sebagaimana yang dikutip dari Fred Luthans kelompokkelompok primer itu adalah kelompok yang disifati dengan adanya keakraban, kerjasama dan hubungan tatap muka. Mereka utama dalam berbagai pengertian, tetapi pada pokoknya mereka merupakan dasar dalam pembentukan sifat sosial dan cita-cita individu.
32
A.A Gede Bayu Teja Pramana. Pengaruh Aktifitas Kelompok Sosial (Gang) yang Berada di SMAN 2 Negara Terhadap Kualitas Hasil Belajar di Sekolah. Karya Ilmiah. 2012
i http://digilib.mercubuana.ac.id/
i
36
Sejumlah orang yang terdiri dari beberapa orang yang acapkali berkomunikasi dengan lainnya melampaui rentang kendali waktu, sehingga setiap orang mampu berkomunikasi secara langsung bertatap muka dengan lainnya dan tidak melalui perantara, terkadang istilah kelompok kecil (small group) atau sering disingkat dengan klik dan kelompok primer (primary group) dipakai silih berganti, secara teknis ada bedanya. Suatu kelompok kecil dijumpai hanya dihubungkan dengan suatu kriteria ukuran jumlah anggota kelompoknya, yakni kecil. Dan pada umumnya tidak diikuti dengan spesifikasi berupa jumlah yang tepat untuk kelompok kecil tersebut. Tetapi kriteria yang dapat diterima ialah bahwa kelompok tersebut haruslah sekecil mungkin untuk berhubungan dan berkomunikasi secara tatap muka. Suatu kelompok primer harusla mempunyai suatu perasaan keakraban, kebersamaan, loyalitas dan mempunyai tanggapan yang sama dengan nilai-nilai anggotanya. Dengan demikian semua kelompok primer adalah kelompok yang kecil ukurannya, tetapi tidak semua kelompok kecil adalah kelompok primer. 2.
Gang merupakan bentuk Kelompok Informal Menurut Soekanto, adapun yang dimaksud dengan informal group tidak mempunyai struktur dan organisasi yang tertentu atau yang pasti. Kelompok-kelompok tersebut biasanya terbentuk karena pertemuanpertemuan yang berulang-ulang kali menjadi dasar bagi bertemunya kepentingan-kepentingan dan pengalaman yang sama. Clique yang merupakan suatu kelompok kecil tanpa struktur formil yang sering timbul dalam kelompok-kelompok besar. Clique tersebut ditandai
i http://digilib.mercubuana.ac.id/
i
37
dengan adanya pertemuan-pertemuan timbale balik antara anggotaanggotanya biasanya hanya bersifat “antara kita” saja. Kelompok informal merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari proses interkasi, daya tarik, dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Anggota kelompok tidak diatur dan diangkat, keanggotaan ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan kelompok. Kelompok informal ini sering timbul dalam kelompok formal, karena adanya beberapa anggota yang secara tertentu mempunyai nilai-nilai yang sama yang perlu ditularkan (shared) sesama anggota lainnya. 2.4
Kohesivitas
2.4.1
Definisi Kohesivitas Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi III tahun 2008, kohesi
diartikan sebagai kekuatan tarik-menarik di antara molekul-molekul dalam suatu benda. Sedangkan dalam perspektif sosial, kohesi berarti hubungan yang erat; perpaduan yang kukuh; melekat satu sama lain, dan padu. Secara singkat kohesivitas biasa diartikan sebagai kekompakan, soliditas, yang terangkum dalam sebuah kesatuan. 2.4.2
Kohesivitas Kelompok Menurut Collins dan Raven, kohesivitas kelompok didefinsikan sebagai
kekuatan yang mendorong anggota kelompk untuk tetap tinggal dalam kelompk dan mencegah meninggalkan kelompok. Kohesivitas kelompok merupakan suatu keadaan di mana kelompok memiliki solidaritas tinggi, saling bekerja sama dengan baik, dan memiliki komitmen bersama yang kuat untuk mencapai tujuan
i http://digilib.mercubuana.ac.id/
i
38
kelompk sehingga anggota kelompoknya merasa puas. Dalam kelompk yang kohesif anggotanya mempersepsi anggota kelompok yang lain secara positif sehingga konflik dan pertentangan selalu diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Menurut McDavid dan Harari, kohesivitas suatu kelompok dapat diukur dari (1) ketertarikan anggota secara interpersonal pada satu sama lain, (2) ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok, dan (3) sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personalnya. Kelompok yang sangat kohesif mempunyai suasana yang mempertinggi umpan balik, dan arena itu mendorong komunukasi yang lebih efektif. “Kohesivitas yang dibangun dengan komunikasi sangat berpengaruh pada tingkah laku anggota kelompok. Semakin tinggi intensitas komunikasi dalam kelompok akan membuat semakin tinggi soliditas dan keterpaduan. Tingginya tingkat soliditas dan keterpaduan kelompok juga akan membuat semakin tinggi pula rasa saling memiliki antara anggota kelompok.
33
Kohesivitas merupakan
kekuatan yang saling tarik menarik di antara anggota-anggota kelompok. Ibaratnya, sepiring nasi diantara butir-butirnya saling melekat.”34 Berikut adalah faktor-faktor yang menentukan kohesivitas kelompok menurut McDavid dan Harari : 1) Perilaku normatif yang kuat ketika individu diidentifikasikan ke dalam kelompok yang diikuti. 2) Lamanya menjadi anggota kelompok.semakin lama seseorang menjadi anggota kelompok akan memperlihatkan sifat kooperatif dan solidaritas yang tinggi. 33 34
Ibid, hal 346. Wiryanto.Pengantar Ilmu Komunikasi. Grasindo. Jakarta. 2008. hal 50.
i http://digilib.mercubuana.ac.id/
i
39
Pakar lainnya menyatakan bahwa kohesi kelompok merupakan keadaan dimana para anggota kelompok saling menyukai dan saling mencintai satu sama lain. Kohesi merupakan rasa tertarik di antara para anggota.
35
Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa kesamaan sikap, nilai-nilai, sifat-sifat pribadi serta demografis dapat mempengaruhi tingginya kohesi yang ada dalam kelompok yang bersangkutan. Selain itu kinerja organisasi bergantung pada seluruh aspek yang ada di dalam organisasi tersebut, begitu pula dengan kelompok kerja yang ada didalam suatu organisasi. Kelompok kerja adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bekerja sama dalam suatu saling ketergantungan antara satu dan yang lain serta berinteraksi secara langsung dalam pekerjaan sehari-hari. Kelompok kerja yang kohesif dapat pula meningkatkan kinerja organisasi yang bersangkutan. Hal ini didukung pernyataan Cummings dimana suatu organisasi bergantung pada berbagai
jenis
kelompok
kolaboratif
untuk
mengembangkan
produk,
meningkatkan pelayanan operasi. Baik organisasi profit maupun non profit seperti halnya perusahaan media memerlukan kelompok kerja yang kohesif untuk mencapai tujuan menyelesaikan tugas organisasi.36 2.4.3 Karakter Karyawan Perilaku pegawai/ karyawan merupakan salah satu aspek penting bagi sebuah organisasi. Kinerja suatu organisasi dapat dipengaruhi oleh perilaku pegawai yang ada di dalamnya, karena pegawai merupakan subyek dalam proses
35 36
Bimo Walgito. Psikologi Kelompok. Andi. Yogyakarta. 2008. hal 46. Wibowo.2012 hal 2 diakses dari repository.upi.edu pada 25 Desember 2015
i http://digilib.mercubuana.ac.id/
i
40
kinerja suatu organisasi. Kinerja individu secara umum ditentukan oleh motivasi, kemampuan dan lingkungan kerja. 37 Berhasil tidaknya kinerja karyawan secara individu maupun kelompok. Ada enam kriteria yang digunakan untuk sejauh mana kinerja karyawan secara individu :38 1.
Kualitas Tingkat dimana hasil aktivitas yang dilakukan mendekati sempurna dalam arti menyesuaikan beberapa cara ideal dari penampilan aktivitas atau pun memenuhi tujuan yang diharapkan dari suatu aktivitas.
2.
Kuantitas Jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah sejumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang disesuaikan.
3.
Ketepatan waktu Tingkat suatu aktivitas diselesaikan pada waktu awal yang diinginkan dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.
4.
Efektivitas Tingkat penggunaan sumber daya organisasi dimaksimalkan dengan maksud menaikkan keuntungan dan mengurangi kerugian dari setiap divisi dalam penggunaan sumber daya.
37
Op. cit, hal 1 Mella Syafutri. Analisis Hubungan Karakteristik Indvidu, Motivasi Kerja dan Profil Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai di Bagian SDM RSUP Fatmawati Tahun 2012. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Jakarta: UI. 2012 hal 10 38
i http://digilib.mercubuana.ac.id/
i
41
5.
Kemandirian Tingkat dimana seorang karyawan dapat melakukan fungsi kerjanya tanpa mmeminta bantuan, bimbingan dari pengawas atau meminta turut campurnya pengawas guna menghindari hasil yang merugikan.
6.
Komitmen kerja Tingkat dimana karyawan mempunyai komitmen kerja dengan perusahaan dan tanggung jawab terhadap karyawan.
Hal diatas tersebut akan memperlihatkan karakteristik dari masing-masing karyawan. Karakteristik sendiri adalah ciri khas seseorang dalam meyakini, bertindak ataupun merasakan. Karakteristik biografis merupakan karakteristik pribadi, antara lain : 39 1. Usia Hubungan usia dengan kinerja menjadi isu penting dimasa mendatang dimana muncul keyakinan bahwa kinerja terus merosot dengan bertambahnya usia. Suatu tinjauan ulang menyeluruh terhadap riset, menemukan bahwa usia dan kinerja tidak ada hubungannya. 2. Status Pernikahan dan Banyaknya Tanggung Jawab Perkawinan memaksakan tanggung jawab yang meningkat, dapat membuat suatu pekerjaan standart menjadi lebih berharga dan penting. Karyawan yang menikah lebih puas terhadap pekerjaan mereka dibandingkan yang belum menikah. Adanya hubungan yang positif antara banyaknya tanggungan dan kepuasan kerja. 3. Masa Kerja
39
S.P Robbins & T.A Judge. Perilaku Organisasi. Jakarta : Salemba Empat. 2008, hal 63-81
i http://digilib.mercubuana.ac.id/
i
42
Tidak ada keyakinan bahwa orang-orang yang lebih lama bekerja pada suatu pekerjaan akan lebih produktif dibandingkan senioritasnya lebih rendah. Masa jabatan bila dinyatakan sebagai pengalaman kerja, tampaknya
menjadi
sebuah
dasar
perkiraan
yang baik
atas
produktivitas karyawan. Bukti menunjukkan bahwa masa kerja dan kepuasan saling berkaitan secara positif. 4. Ras Ras adalah sebuah isu yang controversial. Isu ini dapat dengan mudah menimbulkan perdebatan sehingga membuat indvidu lebih suka menghindari topic ini. Ras sebagai warisan biologis yang digunakan individu untuk mengidentifikasi diri mereka sendiri. Dalam situasi pekerjaan terdapat kecenderungan bagi individu untuk lebih menyukai rekan-rekan dari mereka sendiri dalam evaluasi kinerja, keputusan promosi dan kenaikan gaji. 2.4.4 Karakteristik Organisasi Organisasi adalah sebagai suatu kesatuan sosial dari sekelompok manusia, yang berinterkasi menurut suatu pla tertentu sehingga setiap anggota organisasi memiliki fungsi dan tugasnya masing-maasing, yang sebagai suatu kesatuan mempunyai tujuan tertentu dan mempunyai batas-bataas yang jelas, sehingga bisa dipisahkan secara tegas dari lingkungannya. 40 Pengorganisasian merupakan proses yang dimana struktur suatu organisasi dibuat dan ditegakkan. Proses ini meliputi ketentuan dari kegiatan-kegiatan yang spesifik
yang
perlu
untuk
menyelesaikan
semua
40
sasaran
organisasi,
Leonardo Budi H. Teori Organisasi Suatu Tinjauan Perspektif Sejarah.Abstrak.Universitas Pandanaran. Diakses dari http://jurnal.unpand.ac.id/index.php/dinsain/article/viewFile/86/83 pada 28 Febuari 2016, pukul 19.29
i http://digilib.mercubuana.ac.id/
i
43
pengelompokkan kegiatan tersebut berkaitan dengan susunan yang logis, dan tugas dari kelompok kegiatan ini bagi suatu jabatan atau yang bertanggung jawab. Evolusi atau perkembangan teori organisasi memunculkan berbagai macam pendekatan-pendekatan yang masing-masing dipengaruhi oleh cara yang digunakan untuk meninjau masalah organisasi. Keseluruhan pendekatan ini bisa dikelompokkan menjadi tigas aliran utama, sesuai kurun waktu permunculan masing-masing pendekatan tersebut, yaitu pendekatan teori klasik, pendekatan neo-klasik, dan pendekatan modern. a. Organisasi Klasik Teori organisasi yang berkembang mulai awal abad ke 19 digolongkan ke dalam teori organisasi klasik atau disebut juga teori tradisional atau teori mesin. Pada masa ini, organisasi divisualisasikan sebagai sekelompok orang yang membentuk lembaga. Tiap-tiap bagian organisasi tersebut memiliki spesialisasi dan sentralisasi dalam tugas dan wewenang. Definisi organisasi menurut teori klasik : Organisasi merupakan struktur hubungan, kekuasaan-kekuasaaan, tujuantujuan, peranan-peranan, kegiatan-kegiatan, komunikasi dan faktor-faktor lain apabila orang bekerja sama. Teori ini biasa disebut dengan “teori tradisional” atau disebut juga “teori mesin”. Berkembang mulai 1800-an (abad 19). Dalam teori ini organisasi digambarkan sebuah lembaga yang tersentralisasi dan tuga-tugasnya terspesialisasi serta memberikan petunjuk mekanistik structural yang kaku tidak megandung kreatifitas.
i http://digilib.mercubuana.ac.id/
i
44
b. Organisasi Birokrasi Teori organisasi birokrasi berkembang dalam ranah ilmu sosiologi dan menekankan pada aspek legal rasional. Legal dalam hal ini dimaknai sebagai bentuk wewenang yang dirumukan dengan jelaa berkaitan dengan aturan prosedur dan peranan masing-masing elemen. Sementara rasional, mengacu pada suatu tujuan yang jelas dan ditetapkan bersama. Salah satu tokoh pengusung teori organisasi klasik adalah Max Weber. Ahli ekonomi politik dan sosiolog jerman ini menjelaskan mengenai krakteristik birokrasi yang tersusun atas; pembagian kerja, hirarki wewenang, program rasional, system prosedur, sistem aturan dan hak kewajiban, hubungan antar pribadi yang bersifat inpersonal. c. Organisasi Administrasi Teori administrasi dalam teori organisasi klasik menekankan pada aspek makro dan praktik langsung manajemen. Beberapa tokoh pengusung teori administrasi adalah Henry Fayol (1841-1925) an Lyndall Unwick dari Eropa, serta James D. Mooney dan Allen Reily dari Amerika. Teori ini dikembangkan pada tahun 1841-1925. Kegiatan-kegiatan industrial dapat dibagi menjadi 6 (enam) kelompok, yakni : -
Kegiatan-kegiatan Teknikal
-
Kegiatan-kegaiatan Komersial
-
Kegiatan-kegiatan Financial
-
Kegiatan-kegiatan Kemananan
i http://digilib.mercubuana.ac.id/
i
45
-
Kegiatan-kegiatan kautansi
-
Kegiatan-kegiatan Manajerial
d. Organisasi Manajemen Ilmiah Berbeda dengan teori administrasi, manajemen ilmiah lebih memusatkan teori organisasi pada aspek makro organisasi. Teori ini banyak berkembang di Mesir, Cina, dan Romawi. Salah satu tokoh pengusung Teori ini, FW Taylor yaitu pada tahun 1900 an yang memberi definisi teori manajemen ilmiah sebagai seperangkat mekanisme untuk meningkatkan efisiensi kerja atau dengan pernyataan lain yaitu “Penerapan metode ilmiah pada studi, analisa dan pemecahan masalah organisasi” atau
“Seperangkat mekanisme untuk
meningkatkan efesiensi kerja”. Sebuah buku telah dilahirkan dengan judul “Scientific Management” yang diperoleh dari tiga makalah yang terkenal, yaitu “Shop Management”, “The Principle Oif Scientific Management” dan “Testimony before the Special House Comitte”. Lebih jauh, FW Taylor menjelaskan bahwa organisasi memiliki empat kaidah, yaitu sebagai berikut : - Metode – metode kerja dalma praktik mulai digantikan dengan berbagai metode yang dikembangkan atas dasar ilmu pengetahuan tentang kerja ilmiah yang benar
i http://digilib.mercubuana.ac.id/
i
46
- Agar memungkinkan para karaywan bekerja sebaik- baiknya sesuai dengan spesialisasinya, perusahaan harus rutin mengadakan
seleksi,
latihan-latihan dan pengembangan para karyawan secara ilmiah - Agar para karyawan memperoleh kesempatan untuk mencapai tingkat upah yang tinggi, sementara manajemen dapat menekan biaya produksi menjadi rendah, pengembangan ilmu tentang kerja serta seleksi, latihan dan pengembangan serara ilmiah harus diintegrasikan - Perlu dikembangkan semangat dan mental para karyawan melalui pendekatan antara karyawan dan manajer sebagai upaya untuk menimbulkan suasana kerja sama yang baik dan tercapainya manfaat manajemen ilmiah e. Organisasi Neoklasik Aliran yang berikutnya muncul adalah aliran Neoklasik disebut juga dengan “Teori Hubungan manusiawi”. Teori ini muncul akibat ketidakpuasan dengan teori klasik dan teori merupakan penyempurnaan teori klasik. Teori ini menekankan pada “pentingnya aspek psikologis dan social karyawan sebagai individu ataupun kelompok kerja”. Aliran
teori
organisasi
Neo-klasik
muncul
sebagai
akibat
dari
ketidakpuasan terhadap teori organisasi klasik, ketiga teori organisasi yang tergabung
dalam
teori organisasi klasik tersbut dinilai sangat kaku dan
mengabaikan hubungan manusiawi.
i http://digilib.mercubuana.ac.id/
i
47
Teori organisasi neoklasik memberi perhatian khusus pada aspek psikologis dan sosial pada diri anggota organisasi, baik sebagai individu maupun kelompok kerja. Tokoh teori ini diawali oleh Elton Mayo (1927) yang membentuk aliran antar manusia (human relation school), memandang organisasi sebagai sesuatu yang terdiri dari tugas-tugas dari sisi manusia dibanding sisi mesin. Pada masa ini dilakukan percobaan yang menyangkut rancang ulang pekerjaan, perubahan
panjangnya
hari kerja
dan
waktu
kerja
dalam
seminggu,
pengenalan waktu istirahat, serta rencana upah individual dibandingkan dengan
upah
kelompok.
Disimpulkan
bahwa
norma sosial
kelompok
merupakan kunci penentu perilaku kerja seseorang. Kemudian Hawthorne mempersatukan pandangan Taylor, Fayol, dan Weber dengan kesimpulan bahwa organisasi merupakan sistem kerjasama. Salah satu pencetus teori ini adalah Hugo Munsterberg (1862 – 1916), tertuang dalam bukunya, Psychology and Industrial Effeciency yang terbit pada tahun 1913 dan dinilai sebagai rantai penghubung evolusi teori manajemen ilmiah menuju neoklasik.
Hugo
Munsterberg
menulis
sebuah
buku
“Psychology and Industrial Effeciency”. Buku tersebut merupakan jembatan antara manajemen ilmiah dan neoklasik. Inti dari pandangan Hugo adalah menekankan adanya perbedaan karekteristik individu dalam organisasi dan mengingatkan adannya pengaruh faktor sosial dan budaya terhadap organisasi.
i http://digilib.mercubuana.ac.id/
i
48
Munculnya teori neoklasik diawali dengan inspirasi percobaan yang dilakukan di Pabrik Howthorne tahun 1924 milik perusahaan Western Elektric di Cicero yang disponsori oleh Lembaga Riset Nasional Amerika. Percobaan yang dilakukan Elton Mayo seorang riset dari Western Electric menyimpulkan bahwa pentingnya memperhatikan insentif upah dan Kondisi kerja karyawan dipandang sebagai faktor penting peningkatan produktifitas. Dalam pembagian kerja Neoklasik memandang perlunya: - Partisipasi - Perluasan kerja - Manajemen bottom_up f. Organisasi Modern Teori organisasi klasik dan teori organisasi neoklasik ternyata dinilai belum memuaskan untuk tuntutan manajemen modern. Banyak kelemahan dan ketimpangan yang masih ditemukan sehingga mendorong munculnya teori organisasi modern pada 1950. Teori organisasi modern ini kemudian dikenal dengannama ”analisis sistem” atau ”teori terbuka” yang memandang organisasi sebagai satu kesatuan dari berbagai unsur yang saling bergantung. Beberapa perbedaan mencolok antara teori modern dengan teori klasik adalah sebagai berikut :
i http://digilib.mercubuana.ac.id/
i
49
-
Teori
organisasi
klasik
menitikberatkan
pada
analisis
dan
deskripsi, sementara teori organisai modern menekankan pada keterpaduan dan perancangan secara menyeluruh -
Teori
organisasi
klasik
terfokus
pada
konsep,
skalar
dan
hubungan vertikal, sementara teori organisasi modern cenderung horizontal, dinamis dan multidimensi. -
Teori ini muncul pada tahun 1950 sebagai akibat ketidakpuasan dua teori sebelumnya yaitu klasik dan neoklasik. Teori Modern sering disebut dengan teori “Analisa Sistem” atau “Teori Terbuka” yang memadukan antara teori klasik dan neoklasik. Teori Organisasi Modern melihat bahwa semua unsur organisasi sebagai satu kesatuan yang saling bergantung dan tidak bisa dipisahkan. Organisasi bukan sistem tertutup yang berkaitan dengan lingkungan yang stabil akan tetapi organisasi merupakan sistem terbuka yang berkaitan dengan lingkungan dan apabila ingin survival atau dapat bertahan hidup maka ia harus bisa beradaptasi dengan lingkungan.
2.5
Televisi Manusia
dalam
kehidupan
sehari-harinya
pun
tak
luput
dari
berkomunikasi. Kebutuhan manusia akan berkomunikasi didasari karena adanya rasa keingintahuan secara terus menerus. Melalui komunikasi seseorang dapat menyampaikan pendapat, pengetahuan bahkan fakta yang ada di dalam kehidupannya sehari-harinya. Dengan berkomunikasi manusia memenuhi
i http://digilib.mercubuana.ac.id/
i
50
kebutuhannya untuk memberikan informasi dan mendapatkan informasi. Informasi tersebut dapat disampaikan dengan berbagai macam media, seperti kertas, pensil, dan pena untuk komunikasi verbal atau lewat koran, radio dan televii untuk komunikasi yang bersifat massa. 41 Televisi merupakan media yang paling berpengaruh dalam kehidupan manusia. Menurut Agee (dalam Ardianto), manusia pada umumnya menghabiskan sekitar tujuh jam sehari atau hamper sepertiga seluruh kehidupan manusia dalam satu hari dihabiskan di depan layar televisi. Kesediaan manusia dalam menonton tidak terlepas dari fungsi televisi sebagai media massa yang memberikan infromasi mendidik, menghibur, dan membujuk. 42 Karakteristik televisi yang memungkinkan audience mendengar informasi dilengkapi dengan gambar, baik foto peta, maupun film berita yaitu rekaman peristiwa yang menjadi topic berita. Karakteristik televisi yang demikian membuat penonton memperoleh gambaran yang lengkap tentang berita yang disiarkan serta mempunyai keyakinan dan kebenaran berita. Berbicara tentang karakteristik televisi, Ardianto menambahkan pihak yang bertanggung jawab atas kelancaran telvisi harus berpikir di dalam gambar (think in picture). Maksudnya, ia harus mampu menyampaikan keinginannya kepada pengarah acara tentang penggambaran atau visualisasi dari acara tersebut. Dua tahapan yang perlu dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar yaitu 41
Asima Oktavia Sitanggang. Evaluasi Strategi Blue Ocean Pada Stasiun Televisi (Studi Kasus Pada Program Spesial Lamp10n di Global TV). Jakarta: UI. 2012, hal 45
42
Op. cit, hal 46
i http://digilib.mercubuana.ac.id/
i
51
menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan menjadi gambar secara individual kemudian merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa sehingga berkesinambungan dan menjadi kesatuan makna tertentu. Wibowo dalam bukunya merangkum televisi ke dalam beberapa fungsi. Fungsi pengawasan situasi masyarakat dan dunia, di mana televisi berfungsi mengamati kejadian di dalam masyarakat dan kemudian melaporkannya sesuai kenyataan yang ditemukan. Fungsi penghubung satu dengan yang lain, dimana televisi menyerupai mosaik yang dapat menghubungkan hasil pengawasan satu dengan pengawasan lainnya secara lebih mudah dibanding dengan dokumen tertulis. Televisi juga berfungsi sebagai pengerahan masyarakat untuk bertindak dalam keadaan darurat, di mana televisi bisa menjadi media yang proaktif dalam memotivasi dan memberikan arahan pencegahan kepada setiap orang dan bisa juga menjadi kesempatan untuk mengejar keuntungan oleh penguasa. Hiburan juga diakui sebagai salah satu dari kebutuhan manusia. Jika sebuah program televisi tidak menghibur, maka program tersebut tidak akan ditonton. Dengan menghabiskan sekian jam di depan televisi, penonton berharap selain bisa terhibur dan tayangan televisi, penonton berharap selain bisa terhibur dan tayangan televisi dapat membuka wawasan penonton. Selain memahami fungsinya yang beragam, perlu diperhatikan pula faktorfaktor apa saja yang perlu diperhatikan dalam pengoperasian televisi. Ardianto menjelaskan terdapat empat faktor, yang perlu diperhatikan :43
43
Op.cit, hal 47
i http://digilib.mercubuana.ac.id/
i
52
1. Pemirsa Komunikator perlu memahami kebiasaan, dan minat pemirsa dari berbagai kategori agar program yang disajikan sesuai dengan kebutuhan pemirsa. 2. Waktu Menyesuaikan waktu penayangan dengan minat dan kebiasaan pemirsa agar setiap acara dapat yang ditayangkan secara proposional dan dapat diterima oleh khalayak sasaran. 3. Durasi Durasi masing-masing acara harus disesuaikan dengan jenis acara dan tuntutan naskah. Durasi yang terlalu panjang beresiko kebosanan pada penonton sedangkan durasi yang terlalu cepat memungkinkan pesan tidak diterima utuh. 4. Metode penyajian Mengemas pesan dengan sedemikian rupa sehingga metode penyajian tertentu dapat tersampaikan Media juga mampu mempengaruhi perilaku massa lewat membuat program yang baik. Jean Cazeneuve dalam buku The Uses of Mass Communication menyatakan bahwa sebelum membuat sebuah program, perusahaan terlebih dahulu harus bertanya pada dirinya, apa yang dicari audience pada program ini dan apa motivasi mereka menonton program ini. Sehingga program tersebut dapat memenuhi kepentingan masyarakat dan kepentingan perushaan, menciptakan program
yang mendidik dan bermanfaat bagi
pengembangan pengetahuan masyarakat dan memiliki nilai jual. Di ini,
i http://digilib.mercubuana.ac.id/
i
53
programmer sebagai perancang program harus jeli menentukan daya tarik suatu program untuk meraih audience. 44 2.5.1
Programming & Promo On Air Kemampuan produksi dalam menciptakan program yang memiliki
kekhasan membutuhkan kegiatan programming & promo on air untuk menentukan letak strategis dari program sehingga ditonton oleh sasaran programnya. Kegiatan programming & promo on air tersebut mencakup pemantauan dan pengkajian kecenderungan masyarakat dan kompetitor serta mengelola persaingan, penysunan pola acara dan kriteria acara, penetapan sumber program, pemilihan dan penetapan program, pengembangan program, penyusunan acara harian (Run Down), penilaian bahan siaran dan pemantauan siaran. Semua kegiatan programming tersebutlah yang nantinya mampu mempertemukan antara hasil produksi yang “stop the eyes and the ears” dengan kemungkinan waktu menonton audience. Programming & promo on air merupakan salah satu pilar penting dalam menentukan keberhasilan program stasiun televisi. Dari sudut pemirsa, programming adalah proses penyediaan materi siaran yang sesuai keinginan dan kebutuhan pemirsa yang dapat ditonton pada waktu paling sesuai bagi mereka. Sedangkan bagi stasiun TV, programming adalah upaya untuk mendapatkan dan mengembangkan program serta menjadwalkan penyiarannya agar dapat menarik sebanyak meungkin pemirsa dan bersaing dengan seluruh kompetitor yang ada.
44
Op.cit
i http://digilib.mercubuana.ac.id/
i
54
Keberhasilan programming & promo on air dalam memahami kondisi dan kebiasaan pasar menentukan keberhasilan televisi dalam menayangkan apa yang dibutuhkan oleh penontonya. Sehingga anggapan bahwa televisi yang mengerahkan masyarakat dengan tujuan tertentu tidak dapat dibenarkan. Karena, pengaruh televisi yang utama tidak ditentukan oleh konten program melainkan suasana yang diciptakan televisi. Seseorang yang terbiasa menonton televisi akan menyalakan dan menonton televise pada jam-jam yang telah dijadwalkan sebagai waktu menonton yang menggeser kegiatan harian lainnya seperti mengunjungi teman, membaca buku dan berolah raga. Sedangkan orang yang tidak terbiasa menonton televise, menyalakan dan menonton televisi untuk mengisi waktu atau melihat suatu program tertentu yang sedang ramai diperbincangkan. Terdapat teori dari penjelasan di atas, ditemukan dua teori waktu tayang berdasarkan kegunaannya. Kegunaan pertama digambarkan seperti sebuah “ritual” dimana menonton televisi dijadikan acara “ritus” atau upacara yang teratur. Kebiasaan demikian menimbulkan istilah “prime time” (waktu utama; waktu prima), waktu di mana banyak pemirsa yang menonton dan tidak lepas dari tayangan yang disajikan. Adapun teori lain yang diungkapkan oleh Mara Einstein adalah Prime Time merupakan waktu yang paling sesuai bagi pemirsa untuk menonton acara TV adalah di luar waktu yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan sehati-hari (seperti diluar waktu kerja, waktu sekolah, tidur dan lainlain).45
45
Mara Einstein. Media Diversity: Economics, Ownership and The FCC. News Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publishers. 2004, hal 180
i http://digilib.mercubuana.ac.id/
i
55
Tujuan dari programming & promo on air antara lain : 1. Untuk membangun jadwal yang kompetitif dijadwalkan yang akan menarik peluang pasar yang terbesar, khususnya komponen demografi yang diinginkan, pada setiap titik pada dijadwalkan; 2. Untuk memberikan keseimbangan program yang dijadwalkan program, termasuk posisi komersial, cocok untuk kebutuhan departemen penjualan. 3. Untuk
memenuhi
kepentingan
umum
(kewajiban
media),
untuk
mengembangkan ciktra stasiun menguntungkan kalangan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan programming, antara lain jangkauan siaran (Nasional atau Lokal), audience research, penjadwalan (pola waktu masyarakat, target audience dan lain-lain), isi program, konteks program, variasi program, kombinasi terbaik (optimal) abatara idealism dan kepentingan bisnis (profit).
i http://digilib.mercubuana.ac.id/
i