BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyajian susu formula dalam botol Penyajian susu adalah cara yang dilakukan oleh orang tua atau pengasuh dalam menyiapkan susu formula sebagai pengganti ASI. Penyajian susu yang tidak tepat dapat menyebabkan susu terkontaminasi oleh bakteri sehingga merupakan faktor pemicu timbulnya berbagai masalah kesehatan pada anak seperti diare dan penyakit saluran pencernaan lainnya. Susu formula merupakan susu olahan pabrik yang berasal dari susu sapi atau kedelai dalam bentuk bubuk yang dikonsumsi anak sebagai pengganti ASI yang tidak dapat diberikan oleh ibu karena berbagai faktor seperti pekerjaan, pengetahuan yang kurang tentang manfaat ASI dan kurangnya dukungan sosial keluarga. Botol susu biasa digunakan dalam penyajian susu formula khususnya bagi balita, dot yang berada di atas botol susu dirancang seperti payudara ibu sehingga anak merasa nyaman untuk menggunakannya, namun dot seringkali menimbulkan permasalahan sendiri bagi kesehatan gigi anak. Penggunaan botol susu perlu diwaspadai karena sangat rentan terkontaminasi bakteri dan hal ini dipengaruhi oleh perilaku ibu yang merupakan faktor risiko terjadinya diare. Jadi, memperhatikan kebersihan botol susu sebelum digunakan adalah hal yang amat mutlak untuk para pengasuh (Paramitha, 2010). Nasir (2011) menerangkan cara penyajian susu formula dalam botol yang benar adalah sebagai berikut : 1. Cuci tangan terlebih dahulu hingga bersih dengan menggunakan sabun untuk mencegah kontaminasi dengan lingkungan. 2. Gunakan air yang dimasak sampai mendidih lalu dibiarkan selama 10-15 menit agar suhunya turun menjadi tidak kurang dari 70 derajat Celcius. 3. Siapkan susu sebanyak yang dapat dihabiskan bayi dan sesuai takaran yang dianjurkan pada label, lalu aduk hingga tercampur merata.
8
9
4. Segera tutup kemasan dengan rapat untuk menghindari paparan udara luar terlalu lama. Simpanlah susu di tempat yang kering dan bersih, jangan di tempat yang lembab, karena selain disukai oleh bakteri juga mudah disergap oleh semut. 5. Sisa susu yang telah dilarutkan harus dibuang setelah 2 jam. 6. Selalu perhatikan batas kadaluwarsa kemasan susu formula untuk menghindari keracunan dan kontaminasi. Penyajian susu formula dalam botol termasuk perilaku kesehatan yang penting dalam kesehatan anak. Menurut Notoatmodjo (2010) perilaku kesehatan dipengaruhi oleh : 1. Faktor predisposisi (Predisposing factors) Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. 2. Faktor pemungkin (Enabling factors) Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah. Termasuk dalam pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, polindes, dan sebagainya. Untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana prasarana pendukung. 3. Faktor penguat (Reinforcing Factors) Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang, peraturanperaturan, baik dari pusat maupun pemerintahan daerah yang terkait dengan kesehatan.
10
B. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui
pancaindra
manusia,
yakni
indera
penglihatan,
pendengaran, pencuiman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo, 2003). Pengetahuan
berhubungan dengan informasi yang dimiliki
seseorang, semakin banyak yang dimiliki seseorang maka semakin tinggi pula pengetahuan seseorang, pengetahuan merupakan segenap apa yang kita ketahuai tentang suatu obyek tertentu, khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau tidak langsung turut memperkaya kehidupan kita dan sumber jawaban bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan (Sugiarti, 2010). Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun pengalaman dari orang lain. Pengalaman adalah guru yang baik merupakan sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 2005). Penelitian Roger tahun 1974 yang dikutip Notoatmodjo (2003), mengungkapkan sebelum orang mengadopsi perilaku baru, terlebih dahulu terjadi proses yang berurutan, yakni : a. Kesadaran (awareness), yakni saat orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui lebih dahulu terhadap stimulus (objek). b. Merasa tertarik (interest) terhadap stimulus atau objek tersebut. Pada tahap ini sikap subjek sudah mulai tumbuh.
11
c. Menimbang-nimbang (evaluation) terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti bahwa sikap responden sudah lebih baik. d. Mencoba (trial), yakni subjek sudah mulai mencoba melakukan sesuatu dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. e. Mengadaptasi (adaption), yakni saat subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. 2. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan sebagai berikut (Notoatmojo, 2007) : a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk mengingat kembali suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. b. Memahami (comprehension) Memahami
diartikan
sebagai
suatu
kemampuan
untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). d. Analisa (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen – komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama yang lain. e. Sintesis (synthesis) Sintesis
menunjukan
kepada
suatu
kemampuan
untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain sistesis adalah suatu
12
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang lain. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian – penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau mengunakan kriteria – kriteria yang telah ada. 3. Cara Pengukuran Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek peneliti atau responden. Kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan – tingkatan diatas (Notoatmodjo, 2003) Kategori dari tingkat pengetahuan menurut Arikunto (2006): a. Kurang bila skor : < 60% b. Cukup bila skor
: 60-75%
c. Baik bila skor
: > 75%
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan a. Pendidikan Tingkatan pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang dating dan luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. b. Paparan media massa Melalui berbagai media baik cetak maupun elektrolit berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa akan memperoleh informasi yang lebih banyak, disbanding dengan orang yang tidak terpapar informasi media massa.
13
c. Ekonomi Memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun sekunder keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah dicukupi dibanding keluarga dengan status okonomi rendah. Jadi dapat disimpulkan ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. d. Hubungan sosial Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan saling berinteraksi satu sama lain. Individu yang dapat berinteraksi secara kontinyu akan dapat lebih biasa mendapatkan informasi. Dengan demikian hubungan sosial akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. e. Pengalaman Pengalaman seseorang individu tentang berbagai hal biasa diperoleh dari lingkungan kehidupan dari proses perkembangan, misalnya sering mengikuti kegiatan yang mendidik seperti pelatiaahan, seminar dan lain-lain (Notoatmojo, 2005). Pengetahuan tentang penyajian susu formula dalam botol meliputi pentingnya cuci tangan sebelum penyajian, menggunakan air bersih, menutup kemasan setelah digunaka, sisa susu tidak lebih dari 2 jam pada suhu ruangan dan selalu memperhatikan tanggal kadaluwarsa.
C. Keterampilan 1. Pengertian Rangka meningkatkan hasil kerja seorang pegawai atau karyawan maka salah faktor penunjang adalah tingkat keterampilan pegawai atau karyawan itu sendiri. Semakin tinggi tingkat keterampilan seorang pegawai atau karyawan, maka akan dapat meningkatkan kinerja (Satria, 2008). Pengertian keterampilan menurut para ahli adalah kemampuan untuk mengoperasikan pekerjaan secara mudah dan cermat. Keterampilan (skill) merupakan kegiatan yang memerlukan praktek atau dapat diartikan sebagai implikasi dari aktivitas. Keterampilan adalah kapasitas yang
14
dibutuhkan untuk melaksanakan beberapa tugas yang merupakan pengembangan dari hasil training dan pengalaman yang didapat. 2. Kategori keterampilan Menurut Robbins (2006) pada dasarnya keterampilan dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu: a. Basic literacy skill Keahlian dasar merupakan keahlian seseorang yang pasti dan wajib dimiliki oleh kebanyakan orang, seperti membaca, menulis dan mendengar. b. Technical skill Keahlian teknik merupakan keahlian seseorang dalam pengembangan teknik yang dimiliki, seperti menghitung secara tepat, mengoperasikan komputer. c. Interpersonal skill Keahlian interpersonal merupakan kemampuan seseorang secara efektif untuk berinteraksi dengan orang lain maupun dengan rekan kerja, seperti pendengar yang baik, menyampaikan pendapat secara jelas dan bekerja dalam satu tim. d. Problem solving Menyelesaikan masalah adalah proses aktivitas untuk menajamkan logika, beragumentasi dan penyelesaian masalah serta kemampuan untuk
mengetahui
penyebab,
mengembangkan
alternatif
dan
menganalisa serta memilih penyelesaian yang baik. Keterampilan tentang penyajian susu formula dalam botol meliputi cuci tangan sebelum penyajian, penggunaan air bersih, menutup kemasan setelah digunaka, sisa susu tidak lebih dari 2 jam pada suhu ruangan dan selalu memperhatikan tanggal kadaluwarsa.
15
D. Pelatihan 1. Pengertian Pelatihan adalah suatu kegiatan dari perusahaan yang bermaksud untuk dapat memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku, ketrampilan dan pengetahuan dari para karyawan yang sesuai dengan keinginan perusahaan yang bersangkutan. Pelatihan ini merupakan proses sistematik pengubahan perilaku para karyawan dalam suatu arah guna meningkatkan tujuan-tujuan organisasional (Simamora, 2002). Pelatihan merupakan proses keterampilan kerja timbal balik yang bersifat membantu, oleh karena itu dalam pelatihan seharusnya diciptakan suatu lingkungan dimana dengan tujuan dapat memperoleh atau mempelajari sikap, kemampuan, keahlian, pengetahuan dan perilaku yang spesifik yang berkaitan dengan pekerjaan, sehingga dapat mendorong mereka untuk dapat bekerja atau keterampilan lebih baik (Widodo, 2004). Mangkuprawira (2003) berpendapat bahwa pelatihan bagi karyawan adalah sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap agar karyawan semakin trampil dan mampu dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik sesuai dengan standar. Dalam definisi lebih lanjut. Mangkuprawira memberikan perbedaan pada pengertian pelatihan dan pendidikan. Pelatihan lebih merujuk pada pengembangan keterampilan bekerja (vocational) yang dapat digunakan dengan segera, sedangkan pendidikan memberikan pengetahuan tentang subyek tertentu, tetapi sifatnya lebih umum, terstruktur untuk jangka waktu yang jauh lebih panjang. 2. Tujuan dan Fungsi pelatihan Tujuan-tujuan utama pelatihan pada intinya dapat dikelompokkan ke dalam lima bidang : (Simamora, 2002) a. Memperbaiki kinerja. Kendatipun pelatihan tidak dapat memecahkan semua masalah kinerja yang tidak efektif, program pelatihan dan pengembangan yang sehat kerap berfaedah dalam meminimalkan masalah-masalah ini.
16
b. Memutakhirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi. Melalui pelatihan, pelatih (trainer) memastikan bahwa karyawan dapat secara efektif menggunakan teknologi-teknologi baru. Perubahan teknologi pada gilirannya berarti bahwa pekerjaanpekerjaan sering berubah dan keahlian serta kemampuan karyawan mestilah dimuktakhirkan melalui pelatihan sehingga kemajuan teknologi tersebut secara sukses dapat diintegrasikan ke dalam organisasi. c. Mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru supaya menjadi kompeten dalam pekerjaan. Sering seorang karyawan baru tidak memiliki keahlian dan kemampuan yang dibutuhkan untuk menjadi “ job competent,” yaitu mampu mencapai output dan standar kualitas yang diharapkan d. Membantu
memecahkan
permasalahan
operasional.
Meskipun
persoalan organisasional menyerang dari berbagai penjuru, pelatihan adalah sebagai salah satu cara terpenting guna memecahkan banyak dilema yang harus dihadapi oleh manajer. e. Mempersiapkan karyawan untuk promosi. Salah satu cara untuk menarik, menahan, dan memotivasi karyawan adalah melalui program pengembangan karir yang sistematik. Mengembangkan kemampuan promosional karyawan adalah konsisten dengan kebijakan personalia untuk promosi dari dalam; pelatihan adalah unsur kunci dalam sistem pengembangan karir. Organisasi–organisasi yang gagal menyediakan pelatihan untuk memobilitas vertikal akan kehilangan karyawan yang beroirentasi-pencapaian (achievement oriented) yang merasa frustasi karena tidak adanya kesempatan untuk promosi dan akhirnya memilih keluar dari perusahaan dan mencari perusahaan lain yang menyediakan pelatihan bagi kemajuan karir mereka. f. Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi. Selama beberapa hari pertama pada pekerjaan, karyawan baru membentuk kesan pertama mereka terhadap organisasi dan tim manajemen. Kesan ini dapat
17
meliputi dari kesan yang menyenangkan sampai yang tidak mengenakkan, dan
dapat
mempengaruhi
kepuasan
kerja dan
produktivitas keseluruhan karyawan. Karena alasan inilah, beberapa pelaksana orientasi melakukan upaya bersama supaya secara benar mengorientasikan karyawan-karyawan baru terhadap organisasi dan pekerjaan. g. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan pertumbuhan pribadi. Pelatihan dan pengembangan dapat memainkan peran ganda dengan menyediakan aktivitas-aktivitas yang membuahkan efektifitas organisasional yang lebih besar dan meningkatkan pertumbuhan pribadi bagi semua karyawan. Hamalik (2001) mengatakan bahwa fungsi pelatihan adalah memperbaiki kinerja (performance) para peserta. Selain itu pelatihan juga bermanfaat untuk mempersiapkan promosi ketenagakerjaan pada jabatan yang lebih rumit dan sulit, serta mempersiapkan tenaga kerja pada jabatan yang lebih tinggi yaitu tingkatan kepengawasan atau manajerial.
3. Metode pelatihan Metode-metode pelatihan menurut Handoko (2002) antara lain adalah : a) On the job Para peserta pelatihan langsung bekerja di tempat untuk belajar dan meniru pekerjaan di bawah bimbingan seorang pengawas. Metode pelatihan dibedakan menjadi 2 cara yaitu : 1) Cara informal yaitu pelatih menyuruh peserta pelatihan untuk memperhatikan orang lain yang sedang melakukan pekerjaan, kemudian
peserta
pelatihan
diperintahkan
untuk
mempraktekkannya. 2) Cara formal yaitu supervisor menunjuk seorang karyawan senior untuk melakukan pekerjaan tersebut, selanjutnya para peserta latihan melakukan
18
b) Vestibule c) Demonstation and example d) Simulation e) Apprenticeship f) Classroom methods Pelatihan tentang penyajian susu formula dalam botol dilakukan oleh peneliti dibantu dengan teman dengan materi yang telah diterima dari pakar gizi yang dihimpun dari wawancara dan informasi dari majalah dan buku yang dilakukan dengan cara mengumpulkan para pengasuh anak kemudian dijelaskan mengenai cara yang benar tentang susu formula.
E. Pengasuh anak Pengasuh anak (baby sitter) merupakan solusi bagi orang tua yang merasa tidak sanggup menangani pengasuhan anaknya sendiri, baik karena sibuk dengan pekerjaan maupun alasan-alasan lainnya. Sebagian ibu bekerja meminta tolong orang tuanya untuk melakukan pendampingan pengasuhan anaknya, namun tidak sedikit pula yang saat bekerja meninggalkan anak hanya bersama pengasuhnya saja (Ahira, 2011). Resiko menggunakan jasa pengasuh anak adalah : 1. Bertambahnya pengeluaran untuk membayar gaji pengasuh apalagi jika mendapatkannya dari penyalur tenaga kerja yang terkenal. 2. lebih banyak waktu yang dihabiskan oleh anak bersama dengan pengasuh mengakibatkan anak akan merasa lebih dekat dengan pengasuhnya daripada dengan orang tua sehingga ibu merasa kehilangan peran sebagai orang tua. 3. mempercayakan pengasuhan anak kepada orang lain berarti juga mempercayakan tumbuh kembang anak kepada kepada orang lain termasuk pendidikan non formalnya. 4. Keselamatan anak yang tidak terjamin terutama jika anak ditinggal di rumah hanya bersama pengasuh tanpa pengawasan keluarga
19
Ramadian (2012) menyatakan bahwa beberapa hal yang harus diperhatikan selama melakukan wawancara dengan calon pengasuh anak adalah : 1. Tepat waktu Waktu adalah hal yang sangat berharga. Pengasuh yang baik tahu cara menghargai waktu. Dia akan menghadiri wawancara tepat waktu. Jika tidak dapat hadir tepat waktu, dia akan menelpon sebelumnya. 2. Berpakaian dengan sopan Pengasuh yang baik akan datang untuk wawancara dengan pakaian yang sopan. 3. Menunjukkan kepribadian yang baik Calon pengasuh harus memiliki perilaku yang baik, sopan santun, dan menunjukkan kehangatan, menunjukkan kesungguhan dalam menjaga anak, mudah dekat dengannya. 4. Kreatif dan memberi masukan Pengasuh yang baik akan berusaha memberikan solusi bagi masalah Anda dengan anak. Jika anak merasa bosan, dia tahu permainan apa yang dapat membuatnya kembali ceria. Hal ini menunjukkan bahwa dia menganggap serius terhadap pekerjaannya. 5. Referensi yang baik Mintalah referensi dari tempat dia bekerja sebelumnya. Hal ini adalah cara terbaik mengetahuinya langsung dari orang yang pernah memakai jasanya. Jika dia belum memiliki referensi, dapat melihat dari poin-poin di atas.
20
F. Kerangka teori Pengetahuan penyajian susu dalam botol Keterampilan penyajian susu dalam botol
Perilaku Penyajian susu formula dalam botol
Pengasuh Anak
Gambar 2.1 Kerangka Teori G. Kerangka konsep Sebelum pelatihan
Pengetahuan dan keterampilan penyajian susu dalam botol
Sesudah pelatihan Gambar 2.2 Kerangka Konsep H. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah sebelum dan sesudah pelatihan penyajian susu dalam botol pada pengasuh anak di Asrama Akpol Semarang. 2. Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan keterampilan penyajian susu dalam botol pada pengasuh anak di Asrama Akpol Semarang.
I. Hipotesis 1. Terdapat perbedaan yang bermakna antara pengetahuan penyajian susu dalam botol sebelum dan sesudah pelatihan pada pengasuh anak di Asrama Akpol Semarang.
21
2. Terdapat perbedaan yang bermakna antara keterampilan penyajian susu dalam botol sebelum dan sesudah pelatihan pada pengasuh anak di Asrama Akpol Semarang.