20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Bank
Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali ke masyarakat serta memberikan jasa Bank lainnya. Selanjutnya jika ditinjau dari asal mula terjadinya bank maka pengertian bank adalah meja atau tempat untuk menukarkan uang. Pengetian bank menurut Undang-Undang RI No. 10 tahun 1998 tentang perbankan adalah : “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. 2.2 Jenis – Jenis Bank Praktik perbankan di Indonesia saat ini yang diatur dalam UU Perbankan memiliki beberapa jenis Bank. Di dalam Undang-undang Perbankan Indonesia no 10 tahun 1998 jenis bank ditinjau dari berbagai segi antara lain :
21
1.
Dilihat dari Segi Fungsinya Jenis bank dilihat dari segi fungsinya dibagi menjadi :
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
a. Bank Umum, yaitu Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan diseluruh wilayah. Bank umum sering disebut Bank komersil (Commercial Bank). Contoh : Bank Mandiri, Bank Danamon, dll. b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yaitu bank yang melaksanakan kegiatan uasaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Artinya
disini
kegiatan
BPR
lebih
sempit
jika
dibandingkan dengan bank umum. Kegiatan BPR hanya meliputi kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana saja, bahkan dalam menghimpun dana BPR dilarang untuk menerima simpanan giro. Begitu pula dalam jangkauan wilayah operasi, BPR hanya dibatasi dalam wilayah-wilayah tertentu saja. Contoh : BPR KS, dll 1. Dilihat dari Segi Kepemilikannya Jenis Bank dilihat dari segi kepemilikan adalah sebagai berikut : a. Bank milik Pemerintah, yaitu bank yang baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungannya
22
dimiliki oleh pemerintah pula. Contoh : Bank Mandiri, Mutiara Bank,
Bank Negara Indonesia, Bank Rakyat Indonesia, dan Bank Tabungan
Negara.
b. Bank milik Swasta Nasional, merupakan bank yang seluruh atau
sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, behitu pula pembagian keuntungannya diambil oleh swasta pula. Contoh : Bank Central Asia, Bank Bukopin, Bank CIMB Niaga, dll. c. Bank milik Asing, yaitu bank yang merupakan cabang dari Bank yang berada diluar negeri, baik bank milik swasta asing maupun pemerintah suatu Negara. Contoh : Bank of America, Bank of China, HSBC, dll. d. Bank milik Campuran, yaitu bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Dimana kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga Negara Indonesia. Bank ANZ Indonesia (sebelum 12 Januari 2012 bernama “ANZ Panin Bank”), Bank Commonwealth, Bank DBS Indonesia, dll.
2. Dilihat dari Segi Status Dalam praktiknya jenis Bank dilihat dari status dibagi ke dalam dua macam yaitu : a. Bank Devisa, merupakan Bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara
23
keseluruhan. Contoh : Bank Bumi Artha, Bank Danamon, Bank Central
Asia, dll. b. Bank Non Devisa, merupakan Bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai Bank Devisa, sehingga tidak dapat
melaksanakan transaksi seperti halnya Bank Devisa. Contoh : Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Bank Yudha Bhakti, Bank Pundi Indonesia, dll.
3. Dilihat dari Segi Cara menentukan harga Ditinjau dari segi menentukan harga dapat pula diartikan sebagai cara penentuan keuntungan yang akan diperoleh. Jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga baik harga jual maupun beli terbagi dalam 2 kelompok, yaitu : a. Bank berdasarkan Prinsip Konvensional b. Bank berdasarkan Prinsip Syariah Untuk lebih jelas mengenai keduanya akan dibahas dalam sub bab selanjutnya. 2.3 Bank Konvensional Mayoritas Bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah Bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini disebabkan tidak terlepas dari sejarah bangsa Indonesia dimana asal mula bank di Indonesia dibawa oleh kolonial Belanda (Barat). Bank konvensional dapat didefinisikan seperti pada pengertian bank umum pada pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 10 tahun 1998 dengan menghilangkan
24
kalimat “dan atau berdasarkan prinsip syariah”, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran.
Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnyaa, bank konvensional menggunakan dua metode yaitu :
1. Menetapkan bunga sebagai harga jual, baik untuk produk simpanan seperti
giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula harga beli untuk
pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah spread based. 2. Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan konvensional menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu seperti biaya administrasi, biaya provisi, sewa, iuran dan biayabiaya lainnya. System pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based. Kegiatan Bank Umum Konvensional secara umum adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan Menghimpun Dana (Funding) Kegiatan penghimpunan dana ini dilakukan lewat berbagai produk, yaitu:
a.
Giro (dalam Rupiah maupun Valas)
b.
Deposito
c.
Tabungan
25
2. Kegiatan Penyaluran Dana (Lending)
Untuk menyalurkan dana dilakukan terutama berupa pinjaman kepada
masyarakat untuk berbagai jenis dan sektor usaha sebagai berikut :
a.
Kredit Investasi
b.
Kredit Modal Kerja
c.
Kredit Investasi
d.
Kredit Multi Guna, dll.
3. Jasa-Jasa Bank (Servicing) Untuk memberikan layanan yang optimal kepada masyarakat, Bank Jabar memberikan jasa-jasa sebagai berikut :
a.
Jasa setoran seperti telepon, listrik, air atau uang kuliah
b.
Jasa pembayaran seperti pembayaran gaji atau pensiun
c.
Jasa penggiriman uang (transfer)
d.
Jasa penagihan (inkaso)
e.
Jasa kliring
f.
Jasa penjualan mata uang asing (valuta asing)
g.
Jasa penyimpanan dokumen (Safe Deposit Box)
h.
Jasa kartu kredit
i.
Jasa bank garansi, dll
26
2.4
Bank Syariah 2.4.1 Pengertian Bank Syariah
Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah, adalah bank
yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank syariah juga dapat diartikan sebagai lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan
produknya
dikembangkan
berlandaskan
Al-Qur’an
dan
Hadits
Nabi
Muhammad SAW. 2.4.2 Prinsip Dasar Perbankan Syariah Batasan-batasan bank syariah yang harus menjalankan kegiatannya berdasar pada syariat Islam, menyebabkan bank syariah harus menerapkan prinsip-prinsip yang sejalan dan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Adapun prinsip-prinsip bank syariah menurut Muhammad dalam bukunya Manajemen Bank Syariah adalah sebagai berikut : 1.
Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadi’ah) Dalam tradisi fiqih islam, prinsip titipan atau simpanan dikenal
dengan prinsip al-wadi’ah. Al-wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. Landasan syariahnya terdapat dalam Al-qur’an surat An-nisaa : 58 dan surat Al-Baqarah : 283.
27
2. Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing)
Secara umum, prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat
dilakukan dalam empat akad utama, yaitu al-musyarakah, al-
mudharabah, al-muzara’ah, dan al-musaqah.
Al-musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal/expertise) dengan
kesepakatan bahwa
keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama-sama sesuai dengan kesepakatan. Al-mudharabah secaraa teknis berarti akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Al-Muzara’ah adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, di mana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu (persentase) dari hasil panen.
28
Al-musaqah adalah bentuk yang lebih sederhana dari muzara’ah di
mana si penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan
pemeliharaan. Sebagai imbalan, si penggarap berhak atas nisbah tertentu
dari hasil panen.
3. Prinsip Jual Beli a. Ba’i Al-Murabahah (Deferred Payment Sale) Ba’i Al-Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini, penjual harus memberi tahu harga pokok yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Landasan syariahnya terdapat dalam Al-qur’an surat Al-baqarah ayat 275. b. Ba’i As-Salam (In Front Payment Sale) Dalam pengertian yang sederhana, ba’i as-salam berarti pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Landasan syariahnya terdapat dalam Al-qur’an surat Al-Baqarah ayat 282. Dalam praktiknya ada juga yang disebut sebagai Salam Paralel. Salam parallel berarti melaksanakan dua transaksi ba’i as-salam antara bank dan nasabah, dan antara bank dengan pemasok atau pihak ketiga lainnya secara simultan.
29
c. Ba’i Al-Istishna’ (Purchase By Order Or Manufacture)
Transaksi ba’i istishna’ merupakan kontrak penjualan antara
pembeli dan pembuat barang. Dalam kontrak ini, pembuat barang
menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang lalu berusaha
melalui orang lain untuk membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya kepada pembali akhir. Kedua belah pihak akan bersepakat mengenai harga dan cara pembayaran, apakah pembayaran dilakukan di muka, melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai suatu waktu pada masa yang akan datang. 4. Prinsip Sewa (Operational Lease And Financial Lease) a. Al-Ijarah (Operational Lease) Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Landasan syariahnya terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 233. b. Al-Ijarah Al-Mutntahia Bit-Tamlik (Financial Lease With Purchase Option) Transaksi yang disebut dengan al-ijarah al-muntahia bit-tamlik adalah sejenis perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau lebih tepatnya adalah akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan
30
barang di tangan si penyewa. Sifat pemindahan kepemilikan ini
5. Prinsip Jasa (Fee Based Service) a. Al-Wakalah (Deputyship)
pula yang membedakan dengan ijarah biasa.
Wakalah berarti penyerahan, pendelegasian, atau pemberian mandat. Dalam bahasa arab, hal ini dapat dipahami sebagai attafwid. Al-wakalah yang dimaksud disini adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada orang lain dalm hal-hal yang diwakilkan. Landasan syariahnya terdapat dalam Al-qur’an surat Al-Kahfi ayat 19. b. Al-Kafalah (Guaranty) Al-kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (Kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam pengertian lain, kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin. Landasan syariahnya diantaranya terdapat dalam Alqur’an surat Yusuf ayat 72. c. Al-Hawalah (Transfer Service) Adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Dalam istilah para ulama, hal ini merupakan pemindahan beban utang dari muhil (orang yang
31
berutang) menjadi tanggungan muhal ‘alaih (orang yang
berkewajiban membayar utang). Secara sederhana, hal itu dapat
dijelaskan bahwa A (muhal) member pinjaman kepada B
(muhil), sedangkan B masih mempunyai piutang pada C (muhal
‘alaih). Begitu B tidak mampu membayar utang kepada A, ia lalu mengalihkan beban utangnya pada C. Dengan demikian, C yang harus membayar utang B kepada A, sedangkan utang C sebelumnya pada B dianggap selesai. d. Ar-Rahn (Mortgage) Ar-rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan utang atau gadai. Landasan syariahnya terdapat dalam Al-qur’an surat Al-Baqarah ayat 283. e. Al-Qardh (Soft and Benevolent Loan) Al-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih
atau
diminta
kembali
atau
dengan
kata
lain
meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Dalam literatur
32
fiqih klasik, qard dikategorikan dalam aqd tathawwui atau akad
2.5
saling membantu dan bukan transaksi komersial.
Perbedaan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional Perbedaan pokok antara bank konvensional dengan bank syariah terletak
pada landasan falsafah yang dianutnya. Bank syariah tidak melaksanakan sistem
bunga dalam seluruh aktivitasnya sedangkan bank kovensional justru kebalikannya.
Gambar 2.1 Bunga Pada Bank Konvensional
Sumber : http://infoperbankan.blogspot.com/2012/05/perbedaan-bank-syariahdengan-bank.html
33
Gambar 2.2 Bagi Hasil Pada Bank Syariah
Sumber : http://infoperbankan.blogspot.com/2012/05/perbedaan-bank-syariahdengan-bank.html Hal inilah yang menjadi perbedaan yang sangat mendalam terhadap produkproduk yang dikembangkan oleh bank syariah, dimana untuk menghindari sistem bunga maka sistem yang dikembangkan adalah jual beli serta kemitraan yang dilaksanakan dalam bentuk bagi hasil. Dengan demikian sebenarnya semua jenis transaksi perniagaan melalu bank syariah diperbolehkan asalkan tidak mengandung unsur bunga (riba). Riba secara sederhana berarti sistem bunga berbunga atau compound interest dalam semua prosesnya bisa mengakibatkan membengkaknya kewajiban salah satu pihak. Riba, sangat berpotensi untuk mengakibatkan keuntungan besar disuatu pihak namun kerugian besar dipihak lain, atau malah ke dua-duanya.
34
Dalam sistem bank syariah dana nasabah dikelola dalam bentuk titipan maupun Cara titipan dan investasi jelas berbeda dengan deposito pada bank investasi.
konvensional dimana deposito merupakan upaya mem-bungakan uang. Konsep dana
titipan berarti kapan saja si nasabah membutuhkan, maka bank syariah harus dapat memenuhinya, akibatnya dana titipan menjadi sangat likuid. Likuiditas yang tinggi
inilah membuat dana titipan kurang memenuhi syarat suatu investasi yang
membutuhkan pengendapan dana. Karena pengendapan dananya tidak lama alias cuma titipan maka bank boleh saja tidak memberikan imbal hasil. Sedangkan jika dana nasabah tersebut diinvestasikan, maka karena konsep investasi adalah usaha yang menanggung risiko, artinya setiap kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari usaha yang dilaksanakan, didalamnya terdapat pula risiko untuk menerima kerugian, maka antara nasabah dan banknya sama-sama saling berbagi baik keuntungan maupun risiko. Perhatikan Konsep dan Sistem Perbankan Syariah dan Perbankan Konvensional berikut:
35
Gambar 2.3 Konsep dan Sistem Bank Konvensional
Sumber : http://infoperbankan.blogspot.com/2012/05/perbedaan-bank-syariahdengan-bank.html Gambar 2.4 Konsep dan Sistem Bank Syariah
Sumber : http://infoperbankan.blogspot.com/2012/05/perbedaan-bank-syariah dengan-bank.html
36
Sesuai dengan fungsi bank sebagai intermediary yaitu lembaga keuangan dana nasabah penyimpan kepada nasabah peminjam, dana nasabah yang penyalur
terkumpul dengan cara titipan atau investasi tadi kemudian, dimanfaatkan atau
disalurkan ke dalam traksaksi perniagaan yang diperbolehkan pada sistem syariah. Hasil keuntungan dari pemanfaatan dana nasabah yang disalurkan ke dalam berbagai
usaha itulah yang akan dibagikan kepada nasabah. Hasil usaha semakin tingi maka
semakin besar pula keuntungan yang dibagikan bank kepada dan nasabahnya. Namun jika keuntungannya kecil otomatis semakin kecil pula keuntungan yang dibagikan bank kepada nasabahnya. Jadi konsep bagi hasil hanya bisa berjalan jika dana nasabah di bank di investasikan terlebih dahulu kedalam usaha, barulah keuntungan usahanya dibagikan. Berbeda dengan simpanan nasabah di bank konvensional, tidak peduli apakah simpanan tersebut di salurkan ke dalam usaha atau tidak, bank tetap wajib membayar bunganya. Dengan demikian sistem bagi hasil membuat besar kecilnya keuntungan yang diterima nasabah mengikuti besar kecilnya keuntungan bank syariah. Semakin besar keuntungan bank syariah semakin besar pula keuntungan nasabahnya. Berbeda dengan bank konvensional, keuntungan banknya tidak dibagikan kepada nasabahnya. Tidak peduli berapapun jumlah keuntungan bank konvesional, nasabah hanya dibayar sejumlah prosentase dari dana yang disimpannya saja.
37
2.6
Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan Menurut Dahlan Siamat dalam bukunya Manajemen Bank Umum tahun 2005:
“Laporan keuangan (Financial Statement) merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu bank pada suatu periode tertentu. Secara umum ada empat bentuk laporan keuangan pokok yang dihasilkan perusahaan yaitu laporan neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan aliran kas. Dari keempat laporan tersebut hanya dua macam yang umum digunakan untuk analisis, yaitu laporan neraca dan laporan laba rugi. Hal ini disebabkan laporan perubahan modal dan laporan aliran kas pada akhirnya akan diikhtisarkan dalam laporan neraca dan laporan laba rugi.” Tujuan penyusunan laporan keuangan suatu bank secara umum adalah sebagai berikut : 1. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva, kewajiban dan modal bank pada waktu tertentu. 2. Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari pendapatan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu. 3. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktiva, kewajiban dan modal suatu bank. 4. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen bank dalam suatu periode. Dengan demikian laporan keuangan di samping menggambarkan kondisi keuangan suatu bank juga untuk menilai kinerja manajemen bank yang bersangkutan. Penilaian kinerja manajemen akan menjadi dasar apakah manajemen berhasil atau tidak dalam melaksanakan kebijakan yang telah digariskan dalam bidang manajemen keuangan khususnya dan hal ini akan tergambar dari laporan keuangan yang disusun oleh pihak manajemen.
38
Mengingat ada kekhususan kegiatan usaha perbankan dibandingkan dengan usaha manufaktur pada umumnya, maka oleh Bank Indonesia dan Ikatan Akuntansi
Indonesia telah diterbitkan panduan penyusunan laporan keuangan perbankan dan
proses akuntansinya yang lebih dikenal dengan Standar Khusus Akuntansi Perbankan Indonesia (SKAPI) dan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI). Untuk
lebih mempermudah pemahaman tentang laporan keuangan perbankan di Indonesia,
akan dijelaskan beberapa hal dari materi SKAPI dan PAPI sebagai berikut: 1. Laporan keuangan bank harus disajikan dalam mata uang rupiah. Dalam hal bank memiliki aktiva, kewajiban dan komitmen dalam valuta asing, harus dijabarkan kedalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tengah yang berlaku pada tanggal pembuatan laporan. Untuk modal yang disetor dalam valuta asing dijabarkan dengan menggunakan kurs konversi Bank Indonesia pada saat modal tersebut disetor. 2. Kurs tengah yaitu kurs jual ditambah kurs beli Bank Indonesia dibagi dua. Dalam hal mata uang asing tidak tersedia di Bank Indonesia, digunakan kurs jual ditambah kurs beli bank yang bersangkutan dibagi dua. 3. Bank wajib mengungkapkan posisi neto aktiva dan kewajiban dalam valuta asing yang masih terbuka (posisi devisa netto) menurut jenis mata uang. 4. Untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak, laporan keuangan bank harus disusum berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan SKAPI. Laporan keuangan bank terdiri atas :
39
a. Neraca
b. Laporan Komitmen dan Kontijensi
c. Perhitungan Laba Rugi
d. Laporan Perubahan Posisi Keuangan
e. Catatan atas Laporan Keuangan
5. Penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu yang
menyimpang SAK dan SKAPI dapat dilaksanakan jika hal tersebut tidak menimbulkan pengaruh yang material terhadap kelayakan laporan keuangan bank. Sebaliknya, apabila terdapat fakta atau pos tertentu yang belum diatur dalam SAK dan SKAPI tetapi jumlahnya material, perlakuannya didasarkan pada praktik akuntansi yang lazim dan disajikan dalam suatu pos tersendiri. 6. Untuk dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai sifat dan perkembangan bank dari waktu ke waktu, maka laporan keuangan disajikan secara komparatif untuk dua tahun terakhir. 7. Laporan Neraca Neraca merupakan laporan yang menunjukan posisi keuangan bank pada saat tertentu, biasanya satu tahun. Posisi keuangan yang dimaksud adalah posisi aktiva (harta), pasiva (kewajiban dan modal) suatu bank. Penyusunan komponen di dalam neraca didasarkan pada tingkat likuiditas dan jatuh tempo. Komponen-komponen neraca bank disusun dengan mengacu pada SAK untuk pos-pos yang bersifat umum dan mengacu pada pernyataan ini untuk pos-pos yang bersifat khusus perbankan.
40
8. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan bank yang menggambarkan
disusun dalam bentuk berjenjang (multiple step) yang menggambarkan
hasil usaha bank dalam suatu periode tertentu. Perhitungan laba rugi bank
pendapatan atau beban yang berasal dari kegiatan utama bank dan kegiatan lainnya. Cara penyajian perhitungan laba rugi bank adalah sebagai berikut: a. Wajib memuat secara rinci unsur pendapatan dan beban; b. Unsur pendapatan dan beban harus dibedakan antara pendapatan dan beban yang berasal dari kegiatan operasional dan non operasional.
9. Laporan Arus Kas Merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan bank baik yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kas. Laporan arus kas, sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 tentang Laporan Arus Kas, harus disusun berdasarkan konsep kas (Cash Consept) selama periode laporan. 10. Laporan Komitmen dan Kontijensi Laporan komitmen merupakan suatu ikatan atau kontrak yang berupa janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak (irrevocable) dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi. Contoh laporan komitmen adalah komitmen kredit, komitmen penjualan atau pembelian aktiva bank dengan syarat repurchase agreement (Repo). Sedangkan laporan kontijensi merupakan tagihan atau kewajiban bank yang
41
memungkinkan timbulnya tergantung pada terjadi atau tidaknya satu atau
lebih peristiwa di masa yang akan datang. Penyajian laporan komitmen dan
kontijensi disajikan tersendiri tanpa pos lawan.
11. Catatan atas Laporan Keuangan
Disamping hal-hal yang wajib diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan sebagaimana diungkapkan dalam SAK dan PSAK ini, bank juga wajib mengungkapkan dalam catatan tersendiri mengenai posisi devisa
netto menurut jenis mata uang serta aktivitas-aktivitas lain seperti kegiatan wali amanat, penitipan harta, dan penyaluran kredit kelolaan. 12. Laporan Keuangan Gabungan dan Konsolidasi Laporan gabungan merupakan laporan dari seluruh cabang-cabang bank yang bersangkutan baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri. Sedangkan laporan konsolidasi merupakan laporan bank yang bersangkutan dengan anak perusahaan. 2.7
Analisis Rasio Keuangan Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, analisis keuangan
memerlukan beberapa tolok ukur. Tolok ukur yang sering dipakai adalah rasio atau indeks yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya. Analisis dan interpretasi dari macam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan bagi para analis. Dalam bukunya “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya” tahun 2002, Martono menyatakan bahwa:
42
“Analisis rasio keuangan dapat meliputi dua jenis perbandingan. Pertama, analis dapat membandingkan rasio sekarang dengan yang lalu dan yang akan datang untuk perusahaan yang sama (perbandingan internal). Kedua, perbandingan rasio suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya yang sejenis atau dengan rata-rata industri pada satu titik yang sama (perbandingan eksternal). Perbandingan tersebut dapat memberikan gambaran relatif tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan.”
2.8
Jenis-Jenis Rasio Keuangan Bank
2.8.1 Rasio Permodalan (Solvabilitas)
Pengertian modal bank berdasar ketentuan Bank Indonesia dibedakan antara bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia dan kantor cabang bank asing yang beroperasi di Indonesia. Modal bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia terdiri atas modal inti atau primary capital dan modal pelengkap atau secondary capital (Siamat, 2005). Komponen modal inti pada prinsipnya terdiri atas modal disetor dan cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak dengan perincian sebagai berikut (Siamat, 2005) : 1. Modal disetor Modal disetor adalah modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya. Bank yang berbadan hukum koperasi, modal disetor terdiri atas simpanan pokok dan simpanan wajib para anggotanya.
43
2. Agio saham
Agio saham adalah selisih lebih setoran modal yang diterima oleh
bank sebagai akibat dari harga saham yang melebihi nilai
nominalnya.
3. Cadangan umum Cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba ditahan atau laba bersih setelah dikurangi pajak dan mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota sesuai anggaran dasar masing- masing. 4. Cadangan tujuan Cadangan tujuan adalah bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota. 5. Laba ditahan Laba ditahan adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan. 6. Laba tahun lalu Laba tahun lalu adalah laba bersih tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak dan belum ditentukan penggunaannya oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota. Jumlah laba tahun lalu yang diperhitungkan sebagai modal hanya sebesar 50%. Jika bank
44
mempunyai saldo rugi pada tahun-tahun lalu, seluruh kerugian
tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.
7. Laba tahun berjalan
Laba tahun berjalan adalah laba yang diperoleh dalam tahun buku
berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak. Jumlah laba tahun
buku berjalan yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar
50%. Jika bank mengalami kerugian pada tahun berjalan, seluruh
kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti. 8. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasikan. Bagian kekayaan bersih tersebut adalah modal inti anak perusahaan setelah dikompensasikan nilai penyertaan bank pada anak perusahaan tersebut. Anak perusahaan adalah bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) lain yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh bank. Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang tidak dibentuk dari laba setelah pajak dan pinjaman yang sifatnya dapat dipersamakan dengan modal, dengan perincian sebagai berikut: a. Cadangan revaluasi aktiva tetap Cadangan revaluasi aktiva tetap adalah cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak.
45
b. Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan
Cadangan
cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun
penghapusan
aktiva
yang
diklasifikasikan
adalah
berjalan. Hal ini dimaksudkan untuk menampung kerugian yang
mungkin timbul sebagai akibat tidak diterimanya kembali sebagian
atau seluruh aktiva produktif.
c. Modal kuasi
Modal kuasi adalah modal yang didukung oleh instrumen atau warkat yang sifatnya seperti modal. d. Pinjaman subordinasi Pinjaman subordinasi adalah pinjaman yang harus memenuhi berbagai syarat, seperti ada perjanjian tertulis antara bank dan pemberi pinjaman, mendapat persetujuan dari bank Indonesia, minimal berjangka 5 tahun, dan pelunasan sebelum jatuh tempo harus atas persetujuan Bank Indonesia. Bank Indonesia mewajibkan setiap bank umum menyediakan modal minimum sebesar 8% dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Presentase kebutuhan modal minimum ini disebut Capital Adequacy Ratio (CAR). Perhitungan penyediaan modal minimum atau kecukupan modal bank (capital adequacy) didasarkan kepada rasio atau perbandingan antara modal yang dimiliki bank dan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).
46
Aktiva dalam perhitungan ini mencakup aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif sebagaimana tercermin dalam
kewajiban yang masih bersifat kontingen dan atau komitmen yang disediakan
bagi pihak ketiga.
Langkah-langkah perhitungan penyediaan modal minimum bank adalah
sebagai berikut:
1. ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal masing-masing aktiva yang bersangkutan dengan bobot risiko dari masing-masing pos aktiva neraca tersebut. 2. ATMR aktiva administratif dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal rekening administratif yang bersangkutan dengan bobot risiko dari masing-masing pos rekening tersebut. 3. Total ATMR = ATMR aktiva neraca + ATMR aktiva administratif. 4. Rasio modal bank dihitung dengan cara membandingkan antara modal bank (modal inti + modal pelengkap) dan total ATMR. Rasio tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: CAR =
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐵𝑎𝑛𝑘 𝐴𝑇𝑀𝑅
x 100%
5. Hasil perhitungan rasio di atas kemudian dibandingkan dengan kewajiban penyediaan modal minimum (yakni sebesar 8%).
47
2.8.2 Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
Pengertian aktiva produktif dalam Surat Keputusan Direksi Bank
Indonesia No. 31/147/KEP/DIR Tanggal 12 November 1998 tentang Kualitas
Aktiva Produktif adalah penanaman dana bank baik dalam Rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank,
penyertaan, komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening administratif.
Kualitas aktiva produktif dinilai berdasarkan : 1. Prospek usaha 2. Kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas debitur 3. Kemampuan membayar Berdasarkan analisis dan penilaian terhadap faktor penilaian mengenai prospek
usaha,
kinerja
debitur,
kemampuan
membayar
dengan
mempertimbangkan komponen-komponen yang tidak disebutkan, kualitas kredit ditetapkan menjadi : a. Lancar b. Dalam perhatian khusus c. Kurang lancar d. Diragukan e. Macet Aktiva produktif bermasalah atau Non Performing Loan merupakan aktiva produktif dengan kualitas aktiva kurang lancar, diragukan, dan macet. Besarnya NPL dapat dirumuskan sebagai berikut (Siamat, 2005) :
48
NPL =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒 𝑑𝑖𝑡 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
x 100%
2.8.3 Rasio Rentabilitas
Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau
mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Rasio rentabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE). ROA digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset (Siamat, 2005). Rumus yang digunakan adalah : ROA =
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑓𝑜𝑟𝑒 𝑇𝑎𝑥 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
x 100%
Sementara ROE dipergunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba bersih melalui penggunaan modal sendiri. Rumusnya sebagai berikut: ROE =
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑓𝑜𝑟𝑒 𝑇𝑎𝑥 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
x 100%
2.8.4 Rasio Efisiensi Rasio biaya efisiensi adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi
49
dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya (Siamat, 2005).Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
BOPO =
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
x 100%
2.8.5 Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. Dengan kata lain, dapat membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan. Semakin besar rasio ini semakin likuid (Kasmir, 2010). Dalam penelitian ini, rasio likuiditas yang digunakan adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). Loan to deposit ratio adalah rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang
diberikan
dibandingkan
dengan
jumlah
dana
dari
masyarakat
(Kasmir,2010). Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Semakin tinggi rasionya semakin tinggi tingkat likuiditasnya. Namun tetap tidak boleh melebihi batas maksimal yang ditetapkan oleh BI. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 𝐿𝐷𝑅 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑜𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡
x 100%
50
Berikut tabel penggunaan Rasio Keuangan secara singkat :
Tabel 2.1
Penggunaan Rasio Keuangan
Aspek
Permodalan (Capital)
Likuiditas (Liquidity)
Rentabilitas (Earning)
Manajemen
Tujuan Penggunaan
Rasio yang Digunakan
Untuk mengetahui kecukupan modal bank dalam mendukung kegiatan bank secara efisien.
CAR, Primary Ratio, dll.
Untuk mengukur kemampuan bank dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendek.
LDR, Quick Ratio, Cash Ratio, dll.
Untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan profit melalui operasi bank.
ROA dan ROE
Untuk mengetahui kinerja manajemen dalam menggunakansemua assets secara efisien.
Wawancara langsung dengan menggunakan penilaian.
NPL (Assets Untuk mengukur kemampuan bank dalam menyanggah resiko dari aktivitas operasi. Sumber : M. Faisal Abdullah (2005), Manajemen Perbankan. Kualitas Quality)
Aset
51 Kriteria Pengukuran Rasio Keuangan Perbankan Menurut Bank 2.9
Indonesia Peraturan BI mengenai kinerja keuangan bank umum tertuang dalam Surat
Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004. Kriteria masing
masing rasio adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2
Standar Rasio Keuangan Bank Menurut Bank Indonesia Jenis Rasio CAR
NPL / NPF
BOPO
ROA
ROE
LDR / LDF
Standar BI
Kriteria
≥ 8%
Sehat
< 8%
Tidak Sehat
≤ 5%
Sehat
> 5%
Tidak Sehat
≤ 96%
Sehat
> 96%
Tidak Sehat
≥ 1,5%
Sehat
< 1,5%
Tidak Sehat
≥ 5%
Sehat
< 5%
Tidak Sehat
85% < rasio ≤ 110%
Sehat
> 110%
Tidak Sehat
Sumber : Bank Indonesia (Data diolah kembali)
52
Pada tahun 2010 Bank Indonesia mengeluarkan peraturan baru mengenai
batas bawah dan batas atas LDR, yaitu melalui Peraturan Bank Indonesia
Nomor 12/ 19 /PBI/2010. Di dalamnya disebutkan bahwa batas bawah LDR
Target sebesar 78% dan batas atas LDR Target sebesar 100%. Namun PBI ini baru berlaku mulai tanggal 01 Maret 2011 sehingga untuk penelitian ini penulis
masih menggunakan peraturan lama sebagai acuan.
Selain itu, terdapat pula peraturan BI mengenai penilaian tingkat kesehatan suatu bank, yaitu Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 yang menyatakan bahwa tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh yaitu Capital, Assets Quality, Management, Earning, Liquidity dan Sensitivity to Market Risk yang disingkat CAMELS. Namun dalam penelitian ini penulis tidak menggunakan aspek manajemen dan Sensitivity to Market Risk dikarenakan jenis datanya yang primer.