BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1.
Pengertian Nilai Perusahaan Pengertian nilai perusahaan dicerminkan pada kekuatan tawar menawar saham. Apabila perusahaan diperkirakan sebagai perusahaan mempunyai prospek pada masa yang akan datang, maka nilai sahamnya menjadi tinggi. Sebaliknya, apabila perusahaan dinilai kurang memiliki prospek maka harga saham menjadi rendah, Menurut usunariyah (2003). Nilai perusahaan dapat diukur dengan market value ratio. Market value ratio adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara harga saham perusahaan dengan laba dan nilai buku perusahaan, dimana melalui rasio ini, manajemen dapat mengetahui bagaimana tanggapan investor terhadap kinerja dan prospek perusahaan menurut Nurainun Bangun dan Sinta Wati (2007). Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa depan. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham. Untuk mencapai nilai perusahaan umumnya para pemodal menyerahkan pengelolaannya kepada para profesional.
1
2
Berdasarkan alasan itulah, maka tujuan manajemen keuangan dinyatakan dalam bentuk maksimalisasi nilai saham kepemilikan perusahaan,
atau
memaksimalisasikan
harga
saham.
Tujuan
memaksimumkan harga saham tidak berarti bahwa para manajer harus berupaya mencari kenaikan nilai saham dengan mengorbankan para pemegang obligasi. Nilai perusahaan dapat juga dilihat melalui nilai pasar atau nilai buku perusahaan dari ekuitasnya. Harga pasar dari saham perusahaan yang terbentuk antara pembeli dan penjual disaat terjadi transaksi disebut nilai pasar perusahaan, karena harga pasar saham dianggap cerminan dari nilai aset perusahaan sesungguhnya. Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Adanya peluang investasi dapat memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Sebelum krisis nilai perusahaan dan nominalnya cukup tinggi. Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar. Nilai pasar merupakan persepsi pasar yang berasal dari investor, kreditur, dan stakeholder lain terhadap kondisi perusahaan yang tercermin pada nilai pasar saham perusahaan yang bisa menjadi ukuran nilai perusahaan. Nilai perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan price book value (PBV), merupakan rasio antara harga saham terhadap nilai bukunya. PBV menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham
3
suatu perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti pasar percaya akan prospek perusahaan (Wardani dan Hermuningsih, 2011: 32). Teori Tentang Nilai Perusahaan a. Signalling Ross (1977) dalam (Mamduh, 2014:316) mengembangkan model di mana struktur modal (penggunaan utang)merupakan signal yang disampaikan oleh manajer ke pasar. Jika manajer mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan karenanya ingin agar saham meningkat, ia ingin mengkomunikasikan hal tersebut ke investor. Salah satu cara yang paling sederhana adalah dengan mengatakan secara langsung ‘perusahaan kami mempunyai prospek yang baik’. Tentu saja investor tidak akan percaya begitu saja. Di samping itu, manajer ingin memberikan signal yang lebih di percaya (credible). Manajer bisa menggunakan hutang lebih banyak, sebagai signal yang lebih credible. Perusahaan yang meningkatkan hutang bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan di masa mendatang. Karena cukup yakin, maka manajer perusahaan berani menggunakan hutang yang lebih besar. Investor diharapkan akan menangkap signal tersebut, signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik. Dengan demikian hutang merupakan tanda atau signal positif.
4
B. Faktor yang mempengaruhi Nilai Perusahaan 1. Kepemilikan Manajemen Teori keagenan (agency theory) menjelaskan bahwa hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut (Jensen dan Meckling, 1976). Sedangkan Hendriksen dan Michael (2000) menyatakan agen menutup kontrak untuk melakukan tugas-tugas tertentu bagi prinsipal dan prinsipal menutup kontrak untuk memberi imbalan kepada agen. Analoginya seperti antara pemilikperusahaan dan manajemen perusahaan. Kepemilikan manajemen adalah pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (manajer, direktur, dan komisaris). Insider ownership mencerminkan besarnya kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen, hal ini mengindikasikan bahwa manajer yang mempunyai saham yang besar akan bertindak selayaknya pemegang saham sehingga manajer akan lebih berhati-hati terhadap setiap aktivitas investasi yang dilakukannya. Semakin besar insider ownership, maka akan semakin besar nilai perusahaan. Kepemilikan manajemen adalah proporsi pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (direktur dan komisaris) menurut Diyah dan Erman (2009). Dengan adanya kepemilikan manajemen dalam sebuah perusahaan
5
akanmenimbulkan dugaan yang menarik bahwa nilai perusahaan meningkat sebagai akibat kepemilikan manajemen yang meningkat. Kepemilikan oleh manajemen yang besar akan efektif memonitoring aktivitas perusahaan. Menurut Shliefer dan Vishny (dalam Siallagan dan Machfoedz, 2006) menyatakan bahwa kepemilikan saham yang besar dari segi nilai ekonomisnya memiliki insentif untuk memonitor. Menurut Jensen dan Meckling (1976), ketikakepemilikan saham oleh manajemen rendah maka ada kecenderungan akanterjadinya perilaku opportunistic manajer yang meningkat akan juga. Dengan adanya kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan maka dipandang dapat menyelaraskan
potensi
perbedaan
kepentingan
antara
manajemen
danpemegang saham lainnya sehingga permasalahan antara agen dan prinsipal diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer juga sekaligus sebagai pemegang saham. 2. Kepemilikan Institusional Struktur kepemilikan perusahaan memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan.Dalam hal ini struktur kepemilikan dibagi menjadi dua yaitu kepemilikan
manajerial
dan
kepemilikan
institusional.Selain
itu
kepemilikan perusahaan dapat terdiri atas kepemilikan institusional dan kepemilikan individual atau campuran keduanya dengan proporsi tertentu.Menurut Siallagan dan Machfoedz (2006), investor institusional diduga lebih mampu untuk mencegah terjadinya manajemen laba dibanding dengan investor individual.Investor institusional dianggap lebih profesional
6
dalam mengendalikan portofolio investasinya, sehingga lebih kecil kemungkinan mendapatkan informasi keuangan yang terdistorsi menurut Elva (2012). Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen karena dengan adanya kepemilikan oleh institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Monitoring tersebut tentunya akan menjamin kemakmuran untuk pemegang saham, pengaruh kepemilikan institusional sebagai agen pengawas ditekan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku opportunistic manajer. Menurut Shleifer and Vishny (dalam Barnae dan Rubin, 2005) bahwa institutional shareholders, dengan kepemilikan saham yang besar, memiliki insentif untuk memantau pengambilan keputusan perusahaan.Begitu pula penelitian Wening (2009) Semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan maka semakin besar pula kekuatan suara dan dorongan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan. Kepemilikan institusional memiliki kelebihan antara lain: 1) Memiliki profesionalisme dalam menganalisis informasi sehingga dapatmenguji keandalan informasi. 2) Memiliki motivasi yang kuat untuk melaksanakan pengawasan lebih ketat atasaktivitas yang terjadi di dalam perusahaan.
7
Penelitian Smith (1996) (dalam Suranta dan Midiastuty, 2004) menunjukkan bahwa aktivitas monitoring institusi mampu mengubah struktur pengelolaan perusahaan dan mampu meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Hal ini didukung oleh Cruthley et al., (dalam Suranta dan Midiastuty, 2004) yang menemukan bahwa monitoring yang dilakukan institusi mampu mensubstutisi biaya keagenan lain sehingga biaya keagenan menurun dan nilai perusahaan meningkat. 3. Corporate Social Responsibility Menurut Keasy, Corporate governance merupakan sebuah struktur, proses, budaya dan sistem untuk menciptakan kondisi operasional yang sukses bagi suatu organisasi menurut Sunarto dalam Haris (2008). Menurut Koesnohadi (dalam Haris 2008) mengatakanbahwa “Good Corporate governance is relationship among stake holders that is usedto determine and control the strategic direction and performance of organization”.Dari pengertian
di
atas
dapat
disimpulkan
bahwa
Good
Corporate
governancemerupakan suatu sistem tata kelola perusahaan agar menjadi lebih baik dan dapatmeningkatkan nilai perusahaan dengan mengedepankan keadilan
bagi
perusahaan
semuastakeholders, sebagai
bagian
transparansi dari
mengenai
lingkungan
kondisi eksternal.
(Haris,2008)Keterkaitan perusahaan dengan daerah lingkungan sosialnya menuntut dipenuhinya pertanggungjawaban sosial perusahaan. Definisi umum menurut WorldBusiness Council in Sustainable Development, corporate social responsibility adalah komitmen dari perusahaan untuk
8
berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan secara meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas. Dengan CSR perusahaan diharapkan dapat meningkatkan perhatian terhadap lingkungan, kondisi tempat kerja, hubungan perusahaan masyarakat, investasi sosial perusahaan, dan citra perusahaan di mata publik menjadi baik, meningkatkan kinerja keuangan perusahaan dan akses kapital. Dalam aktifitasnya setiap perusahaan akan beinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Akibat dari interaksi itu menuntut adanya timbal balik antara perusahaan dan lingkungan sosialnya yang berimplikasi pada timbulnya dampak-dampak
sosial
atas
kegiatan
operasi
perusahaan
pada
lingkungannya.Sepanjang perusahaan menggunakan sumber daya manusia dan komunitas yang ada, maka perusahaan memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan profit dan mengembalikan sebagian profit tersebut bagi masyarakat. a. Ruang lingkup Corporate Sosial Responsibility Ruang lingkup Corporate Sosial Responsibility perusahaan merupakan pengklasifikasian dari bidang – bidang utama perusahaan perseroan atas perbuatan sosial untuk memudahkan perusahaan dalam mengetahui item – item mana saja yang merupakan tanggungjawab sosialnya, klasifikasi tersebut meliputi:
9
1) Klasifikasi yang melibatkan masyaraka Mencakup aktivitas yang pada dasarnya menguntungkan masyarakat sepertipelayanan
kesehatan,
program
pemberian
makanan,
serta
perencanaan dan perbaikan masyarakat. 2) Klasifikasi sumber daya manusia Mencakup bidang – bidang yang menguntungkan karyawan seperti program pendidikan dan pelatihan kebijakan kenaikan pangkat serta tunjangan karyawan 3) Klasifikasi sumber daya fisik dan sumbangan lingkungan Mengenai kualitas udara dan air serta pengendalian polusi maupun pelestarian lingkungan hidup. 4) Klasifikasi sumbangan produk dan jasa. Memperhatikan pengaruh produk atau jasa perusahaan terhadap masyarakat dengan memperhitungkan beberapa pertimbangan seperti kualitas produk, pembungkusan produk, pengiklanan produk, ketentuan garansi produk dan keamanan produk. Pemahaman ruang lingkup tersebut dapat dibagi menjadi enam bagian, yaitu: a) Environment Meliputi aspek lingkungan dalam produksi, mencegah polusi selama proses produksi, mencegah atau memperbaiki kerusakan lingkungan akibat dari proses sumber daya alam dan peremajaan sumber daya alam yang digunakan.
10
b) Energi Meliputi penghematan energi dalam hubungannya dalam operasi bisnis dan meningkatkan efisiensi konsumsi energy dari pemakaian produk yang dihasilkan perusahaan. c) Human Resources Berhubungan dengan aktivitas-aktivitas orang-orang yang ada dalam perusahaan dan menguntungkan pihak manajemen dalam perusahaan. d)Fair Business Practice Memusatkan perhatian pada hubungan antara perusahaan dengan kelompok kepentingan khusus tertentu. e) Community Involvement Meliputi aktivitas yang melibatkan dan berhubungan dengan masyarakat. f) Product Menyangkut aspek kualitatif dari produk yang dihasilkan. C. Penelitian Terdahulu Penelitian –penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi dari penelitian ini adalah : 1.
Hexana Sri Lastanti (2004) menguji hubungan struktur corporate governance yang terdiri dari independensi dewan komisaris, kepemilikan institusional dan struktur kepemilikan terkonsentrasi dengan nilai perusahaan dan kinerja keuangan. Nilai perusahaan diukur menggunakan Tobin’s Q, sedangkan kinerja keuangan diukur menggunakan ROA dan ROE. Dengan menggunakan metode analisis regresi berganda, hasil yang diperoleh adalah
11
independensi dewan komisaris berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, namun belum berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan. Sementara variabel kepemilikan institusi dan tingkat konsentrasi kepemilikan belum berpengaruh secara signifikan baik terhadap nilai perusahaan maupun kinerja keuangan. 2.
Siallagan dan Machfoedz (2006) meneliti hubungan mekanisme corporate governance, kualitas laba, dan nilai perusahaan. Dalam penelitian ini mekanisme corporate governance diproksi oleh kepemilikan manajerial, keberadaan komiteaudit, dan proporsi dewan komisaris independen. Hasil menunjukkan bahwamekanisme corporate governance mempengaruhi nilai perusahaan (Tobin’s Q).
3.
Wahyudi dan Pawesti (2006) tentang implikasi struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dengan keputusan keuangan sebagai variabel intervening dengan sampel perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEJ tahun 2003 dan tahun 2002 sebagai komperasinya yang menemukan bahwa kepemilikan manajemen berpengaruh terhadap nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
4.
Hexana Sri Lastanti (2004) menguji hubungan struktur corporate governance yang terdiri dari independensi dewan komisaris, kepemilikan institusional danstruktur kepemilikan terkonsentrasi dengan nilai perusahaan dan kinerjakeuangan. Nilai perusahaan diukur menggunakan Tobin’s Q, sedangkankinerja keuangan diukur menggunakan ROA dan ROE. Denganmenggunakan metode analisis regresi berganda, hasil yang diperoleh
12
adalahindependensi dewan komisaris berpengaruh positif dan signifikan terhadapnilai perusahaan, namun belum berpengaruh secara signifikan terhadapkinerja keuangan. Sementara variabel kepemilikan institusi dan tingkatkonsentrasi kepemilikan belum berpengaruh secara signifikan baik terhadap nilai perusahaan maupun kinerja keuangan. 5.
Dwi Sukirni (2012) melakukan penguju terhadap kepemilikan menejerial, kepemilikan intitusional, kebijakan deviden, kebijakan hutan analisis terhadap nilai perusahaan. Dalam penelitian dapat diketahui bahwa kepemilikan intitusional, kebijakan hutang berpengaruh positif secara signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan manejerial, kebijakan deviden berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.
6.
Rika Nurlela dan Islahuddin (2008) menguji pengaruh corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan dengan persentase kepemilikan manajemen sebagai variabel moderating menemukan bahwa corporate social responsibility, persentase kepemilikan, serta interaksi antara corporate social responsibility dengan persentase kepemilikan manajemen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
7.
Ni Putu Wida dan I Wayan Suartana (2014) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan Intusional pada Nilai Perusahaan. Hasil Penelitian pengaruh positif ditunjukkan oleh variabel kepemilikan institusional pada nilai perusahaan, dimana keterlibatan pihak institusional mampu membatasi perilaku oportunistik manajer.
13
8.
Agnes (2011) penelitian dengan judul Pengaruh kepemilikan manajerial, struktur modal dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
9.
Riza Bernadhi (2013) penelitian dengan judul pengaruh kepemilikan manajerial ,Kepemilikan institusional, kebijakan Dividen, leverage dan ukuran Perusahaan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan Kepemlikan Instusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
10. Rimba (2010) penelitian dengan judul Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap nilai Perusahaan dengan profitabilitas Sebagai variabel
moderating.
Hasil
penelitian
bahwa
pengungkapan
CSR
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. D. Hubungan Antara Variabel dan pengukuran Hipotesis 1.
Hipotesis a. Kepemilikan Manajemen Terhadap Nilai Perusahaan Menurut agency teory, pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik keagenan. Konflik keagenan bisa dikurangi bila manajer mempunyai kepemilikan saham dalam perusahaan. Kebijakan manajer yang memiliki saham perusahaan tentu akan berbeda dengan manajer yang murni sebagai manajer. Manajer yang sekaligus pemegang saham akan berusaha meningkatkan nilai perusahaan, karena dengan meningkatnya nilai perusahaan maka nilai kekayaannya sebagai pemegang saham akan meningkat pula. Dengan kepemilikan
14
manajerial, seorang manajer yang sekaligus pemegang saham tidak ingin perusahaan mengalami kebangkrutan. Manajer sebagai pengelola perusahaan mempunyai informasi lebih banyak dari pemegang saham. Manajer yang mempunyai informasi lebih banyak dari pemegang saham dapat menimbulkan opportunistic. Kesempatan memiliki saham perusahaan oleh manajer dapat dijadikan salah satu cara untuk menyelaraskan perbedaan kepetingan. Manajer yang sekaligus pemegang saham diharapkan akan meningkatkan nilai perusahaan. Jika nilai perusahaan meningkat, maka nilai kekayaa sebagai pemegang saham akan meningkat juga. Nilai perusahaan merupakan persepsi investor atas kondisi keuangan perusahaan. Nilai perusahaan terlihat dari maksimumkan harga saham perusahaan. Memasimalkan nilai perusahaan sangat penting bagi suatu perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti perusahaan juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Beberapa penelitian berupaya mengetahui keterkaitan kepemilikan manajerial dengan nilai perusahaan. Rachman (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa meningkatnya kepemilikan manajerial akan berdampak positif pada nilai perusahaan karena dengan bertambahnya kepemilikan saham oleh pihak manajemen perusahaan maka kontrol pada aktivitas manajemen akan meningkat, sehingga setiap aktivitas dan keputusan perusahaan akan maksimal. Temuan tersebut diperkuat oleh penelitian
15
Ningsih (2013) yang menemukan bahwa variabel kepemilikan manajerial juga berpengaruh positif pada nilai perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dihipotesiskan sebagai berikut : H1 : Kepemilikan Manajemen berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan b. Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan Kepemilikan
institusional
memiliki
kemampuan
untuk
mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga mengurangi tindakan manajemen melakukan manajemen laba. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen (Boediono,2005). Semakin besar proposi kepemilikan instutional dalam perusahaan , maka semakin besar peran institusional dalam memonitor manajer. Pengawasan ini diharapkan dapat mendorong manajer untuk meningkatkan kinerja manjer. Kinerja manajer yang meningkat diharapkan akan meningkatkan nilai perusahaan Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat kepemilikan institusional, semakin kuat tingkat pengendalian yang dilakukan oleh pihak eksternal terhadap perusahaan, sehingga agency cost yang terjadi di dalam perusahaan semakin berkurang dan nilai perusahaan juga semakin meningkat. Penelitian Kumar (2004) menunjukkan bahwa kepemilikan saham oleh
16
investor institusi akan berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan di India. Hal ini terutama berlaku pada investor yang berbentuk institusi keuangan. Penelitian lainnya dilakukan oleh Borolla (2011) yang berhasil membuktikan bahwa hubungan positif signifikan ditemukan pada kepemilikan institusional dan nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dihipotesiskan sebagai berikut: H2 : Kepemilikan Institusional berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan c. Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Teori legitimasi menyatakan bahwa dengan mengungkapkan CSR, perusahaan sekaligus meyakinkan bahwa mereka berusaha untuk menyesuaikan aktivitas perusahaan dengan norma masyarakat dan lingkungan setempat. Teori Stakeholders menjelaskan perusahaan tidak bisa lepas dari peran stakeholders dalam aktivitas bisnisnya, sehingga perusahaan perlu untuk memuaskan stakeholders dengan cara melaksanakan aktivitas CSR.Teori Sinyal menjelaskan bahwa pengungkapan CSR oleh perusahaan merupakan sinyal yang ditujukan untuk menarik shareholders sehingga akan mengurangi asimetri informasi terkait aktivitas CSR. Menurut Ebert (2003) dalam Ayu dkk (2016) mendefinisikan corporate
social
responsibility
sebagai
usaha
perusahaan
untuk
menyeimbangkan komitmen-komitmennya terhadap kelompok-kelompok
17
dan individual-individual dalam lingkungan perusahaan tersebut, termasuk didalamnya adalah pelanggan, perusahaan-perusahaan lain, para karyawan, dan investor. CSR memberikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders yang melebihi tanggung jawab di bidang hukum menurut Darwin (2004). Menurut Gunawan dan Utami (2008) menyimpulkan bahwa Corporate Social Corporate Social Responsibility adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan. Nilaiperusahaan akan terjamin tumbuh secara berkelanjutan jika perusahaanmemperhatikan dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan hidup karenakeberlanjutan
merupakan
keseimbangan
antara
kepentingan-
kepentinganekonomi, lingkungan dan masyarakat. Oleh sebab itu dengan adanya praktik CSRyang baik, diharapkan nilai perusahaan akan dinilai dengan baik oleh investor menurut Rika dan Islahuddin (2008). Responsibility berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, artinya semakin banyak perusahaan mengungkapkan item pengungkapan sosialnya dan semakin bagus kualitas pengungkapannya, maka akan semakin tingginilai perusahaannya. Menurut Weshah, R.Sulaiman, et al. (2012) menyimpulkan bahwa ada pengaruh positif yang signifikan antara CSR,
18
ukuran bank, tingkat risikodi bank dengan kinerja keuangan perbankkan. Corporate social responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan dapat memberikan kontribusi terhadap kinerja keuangan. Hal ini dikarenakan dalam pengambilan keputusan, perusahaan harus mempertimbangkan berbagai masalah sosial dan lingkungan jika perusahaan ingin memaksimalkan hasil keuangan jangka panjang yang nantinya dapat meningkatkan nilai perusahaan. Semakin luas pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan ternyata memberikan pengaruh terhadap volume perdagangan saham perusahaan dimana terjadi lonjakan perdagangan pada seputar publikasi loparan tahunan sehingga meningkatkan nilai perusahaan. Sehingga hipotesis penelitian yang diungkapkan adalah : H3 :Corporate social responsibility berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan.
E. MODEL PENELITIAN
19
Variabel Independen (X) Kepemilikan Manajemen
Kepemilikan Institusional
Variabel Dependen (Y)
Nilai Perusahaan
Corporate Social Responsibility Gambar 1. Model Penelitian
Keterangan : Pengaruh masing-masing variabel independen terhadap dependen.