BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Life skill 2.1.1. Pengertian Life Skill Menurut Tatang Amirin istilah skill diartikan sebagai keterampilan, padahal keterampilan mempunyai makna yang sama dengan kecakapan fisik dan pekerjaan tangan. Hal ini menyebabkan life skill sering dimaknai hanya sebagai vocational skill, keterampilan kerja-kejuruan (pertukangan) atau kemampuan yang perlu dimiliki oleh peserta didik agar mereka dapat segera bekerja mencari nafkah untuk kehidupannya. Pemahaman ini juga didukung oleh Muchlas Samani yang menyatakan: “Pengertian kecakapan hidup lebih luas dari keterampilan untuk bekerja. Baik orang yang bekerja maupun yang tidak bekerja tetap memerlukan kecakapan hidup, karena mereka pun menghadapi berbagai masalah yang harus dipecahkan. Setiap orang selalu menemui masalah
yang
memerlukan
pemecahan
(http://www.pkbmpls.wordpress.com
/categorylife-skills,diakses pada tanggal 30 Oktober 2009 pukul 15.15). Menurut Dirjen Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda pengertian life skill dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu : a. Pengertian Teoritis
26
Universitas Sumatera Utara
Life skill adalah interaksi berbagai pengetahuan dan kecakapan yang sangat penting dimiliki oleh seseorang sehingga mereka dapat hidup mandiri. Life skill di kelompokkan ke dalam tiga kelompok kecakapan sebagai berikut : 1. Kecakapan hidup sehari-hari, antara lain meliputi : Pengelolaan kebutuhan pribadi, pengelolaan keuangan pribadi, pengelolaan rumah pribadi, kesadaran kesehatan, kesadaran keamanan, pengelolaan makanan bergizi, pengelolaan pakaian, kesadaran pribadi sebagai warga negara, pengelolaan waktu luang, rekreasi dan kesadaran lingkungan. 2. Kecakapan hidup sosial/pribadi, antara lain meliputi : Kesadaran diri (minat, bakat, sikap, kecakapan), percaya diri, komunikasi dengan orang lain, tenggang rasa dan kepedulian dan pemecahan masalah, menemukan dan mengembangkan kebiasaan positif, kemandirian dan kepemimpinan. 3. Kecakapan hidup bekerja, antara lain meliputi: Kecakapan memilih pekerjaan, perencanaan kerja, persiapan keterampilan kerja, latihan keterampilan, penguasaan kompetensi, menjalankan suatu profesi, kesadaran untuk menguasai dan menerapkan teknologi, merancang dan melaksanakan proses pekerjaan, dan menghasilkan produk barang dan jasa (Dirjen PLSP, Direktorat Tenaga Teknis, 2004: 4 ). WHO
(1997)
mengemukakan
kecakapan
hidup
adalah
berbagai
keterampilan/kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam hidupnya sehari-hari secara efektif. WHO mengelompokkan kecakapan hidup ke 27
Universitas Sumatera Utara
dalam lima kelompok yaitu, kecakapan mengenal diri atau kecakapan pribadi, kecakapan sosial, kecakapan berpikir, kecakapan akademik, serta kecakapan kejuruan (Dirjen PLSP, Direktorat Tenaga Teknis, 2004: 5). Berdasarkan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa hakikat pendidikan kecakapan hidup dalam pendidikan nonformal adalah upaya meningkatkan keterampilan pengetahuan, sikap dan kemampuan yang memungkinkan warga belajar dapat hidup mandiri. b.
Pengertian Operasional Istilah life skills menurut pengertian operasional adalah kecakapan yang dimiliki
seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan penghidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya. Secara operasional, program kecakapan hidup dalam pendidikan non formal dipilih menjadi empat jenis yaitu: 1.
Kecakapan pribadi (personal skill), yang mencakup kecakapan mengenal diri sendiri, kecakapan berpikir rasional, dan percaya diri.
2.
Kecakapan sosial (social skill), seperti kecakapan melakukan kerjasama, bertenggang rasa, dan tanggungjawab sosial.
3.
Kecakapan akademik (academic skill), seperti kecakapan dalam berfikir secara ilmiah, melakuka n penelitian, dan percobaan dengan pendekatan ilmiah.
4.
Kecakapan vokasional (vocational skill) adalah kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat, seperti di bidang
28
Universitas Sumatera Utara
jasa (perbengkelan, jahit menjahit), dan produksi barang tertentu seperti peternakan, pertanian, perkebunan (Dirjen PLSP, Direktorat Tenaga Teknis, 2004: 7).
2.1.2. Ciri Pendidikan Life Skill Ada beberapa ciri pembelajaran pendidikan kecakapan hidup menurut Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yaitu sebagai berikut : a. Terjadi proses identifikasi kebutuhan belajar. b. Terjadi proses penyadaran untuk belajar bersama. c. Terjadi keselarasan kegiatan belajar untuk mengembangkan diri, belajar usaha mandiri dan usaha bersama. d. Terjadi proses penguasaan kecakapan personal, sosial, vokasional, akademik, manajerial serta kewirausahaan. e. Terjadi proses pemberian pengalaman melakukan pekerjaan dengan benar, hingga menghasilkan produk bermutu. f. Terjadi proses interaksi saling belajar dari para ahli. g. Terjadi proses penilaian kompetensi. h. Terjadi pendampingan teknis untuk bekerja atau membentuk usaha bersama ( Depdiknas, 2010) Apabila dihubungkan dengan pekerjaan tertentu, life skill dalam lingkup pendidikan nonformal ditujukan pada penguasaan vokasional skills yang intinya terletak pada penguasaan keterampilan secara khusus. Apabila dipahami dengan baik,
29
Universitas Sumatera Utara
maka dapat dikatakan bahwa life skills dalam konteks kepemilikan keterampilan secara khusus diperlukan oleh setiap orang. Ini berarti bahwa program life skill dalam pemaknaan program pendidikan nonformal diharapkan dapat menolong mereka memiliki harga diri mencari nafkah dalam konteks peluang yang ada di lingkungan.
2.1.3. Tujuan Life Skill Dalam pelaksanaan program kecakapan hidup terdapat dua tujuan, yaitu : a.
Tujuan Umum Pendidikan kecakapan hidup yang diselenggarakan melalui jalur pendidikan
non formal bertujuan meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan sikap warga belajar di bidang pekerjaan/usaha tertentu sesuai dengan bakat, minat perkembangan fisik dan jiwa serta potensi lingkungan, sehingga mereka memiliki bekal kemampuan untuk bekerja atau berusaha mandiri yang dapat dijadikan bekal untuk meningkatkan kualitas hidupnya. b. Tujuan Khusus Memberikan pelayanan pendidikan kecakapan hidup kepada warga belajar agar: 1.
Memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap yang dibutuhkan dalam memasuki dunia kerja baik, bekerja mandiri (wirausaha) dan/atau bekerja pada suatu perusahaan produksi/jasa dengan penghasilan yang semakin layak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
2.
Memiliki motivasi dan etos kerja yang tinggi serta dapat menghasilkan karyakarya yang unggul dan mampu bersaing di pasar global.
30
Universitas Sumatera Utara
3.
Memiliki kesadaran yang tinggi tentang pentingnya pendidikan untuk dirinya sendiri maupun anggota keluarganya (Dirjen PLSP, Direktorat Tenaga Teknis, 2004: 9). Mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan sepanjang
hayat (life long education) dalam rangka mewujudkan keadilan di setiap lapisan masyarakat.
2.1.4. Kriteria dan Sasaran Life Skill a. Kriteria Kriteria
penyelenggaraan Program Pendidikan Kecakapan Hidup ini harus
meliputi: 1. Penggalian berdasarkan karakteristik masyarakat dan potensi daerah setempat. 2. Pengembangan berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan kelompok sasaran. 3. Adanya dukungan dari pemerintah setempat. 4. Prospektif untuk berkembang dan berkesinambungan. 5. Ketersediaan nara sumber teknis dan prasarana untuk praktek keterampilan yang memadai. 6. Memiliki dukungan lingkungan (perusahaan, lembaga pendidikan, dan lain-lain). 7. Memiliki potensi untuk mendapatkan dukungan pendanaan dari berbagai sektor. 8. Berorientasi pada peningkatan kompetensi keterampilan berusaha.
31
Universitas Sumatera Utara
b. Sasaran Adapun sasaran penyelenggaraan Program Pendidikan Kecakapan Hidup (life skill) ini adalah sebagai berikut: 1. Diprioritaskan bagi masyarakat usia 16 - 44 tahun yang tidak sekolah dan tidak bekerja. 2. Warga belajar binaan SKB (Sanggar Kegiatan Belajar) atau warga masyarakat putus atau tamat SD/SLTP. 3. Berasal dari keluarga miskin atau tidak mampu. 4. Memiliki minat dan bakat tertentu (Dirjen PLSP, Direktorat Tenaga Teknis, 2004: 14).
2.1.5. Manfaat Life Skill Penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup (life skill) diarahkan pada pengentasan kemiskinan dan upaya memecahkan masalah pengangguran. Oleh karena itu, pemilihan keterampilan yang akan dipelajari oleh warga belajar didasarkan atas kebutuhan masyarakat, potensi lokal dan kebutuhan pasar, sehingga diharapkan memberikan manfaat yang positif bagi warga belajar, masyarakat sekitar dan pemerintah. a.
Manfaat bagi warga belajar 1.
Memiliki keterampilan, pengetahuan, kemampuan dan sikap sebagai bekal berusaha sendiri atau bekerja pada perusahaan yang terkait.
2.
Memiliki penghasilan yang dapat digunakan untuk menghidupi diri sendiri dan keluarganya.
32
Universitas Sumatera Utara
3.
Memiliki
penghasilan
yang
dapat
digunakan
untuk
meningkatkan
profesionalisme dan atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. 4.
Memiliki keterampilan, pengetahuan, kemampuan dan sikap positif bermanfaat, yang dapat ditularkan kepada sesama.
b.
Manfaat bagi masyarakat 1.
Pengangguran berkurang.
2. Tumbuhnya aneka mata pencaharian baru yang diusahakan oleh masyarakat sekitar.
c.
3.
Berkurangnya kesenjangan sosial.
4.
Keamanan masyarakat membaik.
Manfaat bagi pemerintah 1. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia. 2. Produktivitas bangsa meningkat. 3. Mencegah urbanisasi. 4. Tumbuhnya kegiatan usaha ekonomi masyarakat. 5. Mencegah kerawanan sosial (Dirjen PLSP, Direktorat Tenaga Teknis, 2004: 11).
2.2. Panti Asuhan Sebagai Lembaga Sosial Sebagai wadah pelaksanaan usaha-usaha kesejahteraan sosial, lembaga sosial memiliki tujuan, sasaran dan misi sesuai dengan bidang kegiatannya. Oleh karena itu
33
Universitas Sumatera Utara
lembaga sosial memiliki klasifikasi dan karakteristik masing-masing sehingga bentukbentuk intervensi sosial berbeda satu sama lainnya (Nurdin, 1989:41). Lembaga sosial adalah suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dianggap penting atau secara formal, sekumpulan kebiasaan dan tata kelakuan yang berkisar pada suatu kegiatan pokok manusia (Horton, 1987:224). Dari pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa lembaga sosial mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan masyarakat, dimana lembaga sosial tersebut, baik lembaga agama, politik, ekonomi, pendidikan mempunyai nilai-nilai atau normanorma yang merupakan aturan dan pedoman tingkah laku yang mengatur kegiatankegiatan masyarakat untuk mencapai tujuan tertentu. Dimana norma dan nilai tersebut merupakan pola-pola perilaku yang harus dituruti dan dilaksanakan. Panti asuhan, merupakan sebuah lembaga sosial, yang berfungsi : 1. Memberikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya 2. Menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan 3. Memberikan
pegangan
kepada
masyarakat
untuk
mengadakan
sistem
pengendalian sosial (social control), yakni sistem pengawasan oleh masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya ( Horton, 1987: 251). Menurut John Lewis Gillin dan Jhon Philip Gillin ada enam ciri lembaga sosial, yaitu : 1. Lembaga sosial merupakan himpunan pola-pola pemikiran dan tingkah laku yang dicerminkan dalam kegiatan kemasyarakatan dan hasil-hasilnya. 2. Lembaga sosial mempunyai taraf kekelan tertentu.
34
Universitas Sumatera Utara
3. Lembaga sosial mempunyai satu atau lebih tujuan. 4. Lembaga sosial mempunyai berbagai sarana untuk menepati tujuannya. 5. Lembaga sosial mempunyai simbol yang khas. 4. 6. Lembaga sosial mempunyai tradisi lisan maupun tertulis yang berisikan rumusan tujuan, sikap, dan tindak tanduk individu yang mengikuti lembaga tersebut ( Horton, 1987: 251). Demikian halnya dengan lembaga sosial sebagai wadah pelaksanaan usaha kesejahteraan sosial yang memiliki tujuan dan sasaran dengan bidang kegiatannya. Lembaga atau organisasi sosial sebagai wadah kegiatan-kegiatan sosial merupakan salah satu unsur penting dalam proses intervensi sosial, di samping adanya pekerja sosial, profesi-profesi lain yang bekerja dalam bidang kesejahteraan sosial. Lembaga sosial pada dasarnya merupakan perwujudan fungsi-fungsi kesejahteraan sosial yang melahirkan bentuk-bentuk program pelayanan yang bervariasi. Hal ini dapat dilihat dari bidang pelayanan sosial dalam praktek pekerja sosial. Dalam menjalankan fungsi-fungsinya, lembaga sosial dapat memberikan sanksi-sanksi dan sumber-sumber yang diperlukan oleh pekerja sosial dan profesi lainnya yang terkait dalam menjalankan kegiatan praktek (Nurdin, 1989: 41). Sumber-sumber yang disediakan lembaga sosial adalah dana, tempat, tenaga kerja dan fasilitas-fasilitas lainnya. Dalam hal ini, lembaga kesejahteraan sosial mempunyai tujuan dan misi yang berbeda dengan lembaga sosial lainnya.
35
Universitas Sumatera Utara
Sebagai organisasi formal yang menjalankan fungsi dan tugasnya, lembaga kesejahteraan sosial perlu dilengkapi prasarana dan sarana yang merupakan isi standar, yaitu: 1. Tempat, gedung dan peralatan sera fasilitas-fasilitas yang memadai. 2. Tenaga administrasi yang cakap dan tersedianya tenaga profesional yang bertanggung jawab terhadap pelayanan kepada klien. 3. Program kegiatan yang jelas, baik yang menyangkut jangka panjang atau jangka pendek. 4. Tata laksana kesejahteraan sosial yang teratur dan tertib (Sumarnonugroho, 1987: 57). Salah satu fungsi lembaga kesejahteraan sosial adalah kesejahteraan anak, yaitu bimbingan sosial dan pelayanan panti untuk anak-anak, yang mencakup anakanak terlantar yang tergantung pada bantuan orang lain, anak-anak di luar pernikahan yang sah yang menjalani persoalan perilaku yang serius (Sumarnonugroho, 1987: 46). Dari batasan di atas dapat diketahui bahwa pelayanan panti asuhan merupakan wujud dari fungsi lembaga kesejahteraan sosial dalam menangani berbagai masalah kesejahteraan anak, khususnya anak-anak terlantar dan salah satu lembaga sosial yang biasa menangani anak terlantar adalah panti asuhan. Panti asuhan adalah lembaga atau unit kerja pelayanan kesejahteraan bagi pembinaan anak yatim piatu, anak yatim, anak piatu, anak terlantar atau kurang terurus dalam pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan sosialnya secara wajar (Marpaung, 1988: 52).
36
Universitas Sumatera Utara
Adapun fungsi dari panti asuhan adalah sebagai berikut: 1. Fungsi perlindungan Menghindarkan anak dari keterlantaran, perlakuan kekejaman atau semena-mena dari orang tua atau walinya. 2. Fungsi Pendidikan Membimbing dan mengembangkan kepribadian anak asuh secara wajar melalui berbagai keahlian, teknik dan penggunaan fasilitas-fasilitas sosial untuk tercapainya pertumbuhan dan perkembangan fisik, rohaniah dan sosial anak asuh. 3. Fungsi Pengembangan Mengembangkan kemampuan atau potensi anak asuh sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan yang baik sehingga anak tersebut dapat menjadi anggota masyarakat yang hidup layak dan penuh tanggungjawab terhadap dirinya, keluarga maupun masyarakat. 4. Fungsi Pencegahan Menghindarkan anak asuh dari pola-pola tingkah laku sosial yang bersifat menghambat atau negatif dengan mendorong lingkungan sosialnya untuk mengembangkan pola-pola tingkah laku yang wajar melalui kegiatan penyuluhan dan bimbingan sosial (Marpaung, 1988: 69).
2.3. Keberfungsian Sosial Istilah keberfungsian sosial mengacu pada cara-cara yang dipakai oleh individu akan kolektivitas seperti keluarga dalam bertingkah laku agar dapat melaksanakan tugas-tugas kehidupannya serta dapat memenuhi kebutuhannya. Juga dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dianggap penting dan pokok bagi 37
Universitas Sumatera Utara
penampilan beberapa peranan sosial tertentu yang harus dilaksanakan oleh setiap individu sebagai konsekuensi dari keanggotaannya dalam masyarakat. Penampilan dianggap efektif di antarannya jika suatu keluarga mampu melaksanakan tugastugasnya, keberfungsian sosial adalah kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas dan peranannya selama berinteraksi dalam situasi social tertentu berupa adanya rintangan dan hambatan dalam mewujudkan nilai dirinnya mencapai kebutuhan hidupnya. Keberfungsian sosial keluarga mengandung pengertian pertukaran dan kesinambungan, serta adaptasi resprokal antara keluarga dengan anggotannya, dengan lingkungannya, dengan tetangganya dan lain-lain. Kemampuan berfungsi sosial secara positif dan adaptif bagi sebuah keluarga salah satunya jika berhasil dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan, peranan dan fungsinya terutama dalam sosialisasi terhadap anggota keluarganya (htp://www.keberfungsian-sosialpage 1 htm, di akses pada tanggal 4 juni 2010 pukul 10.45) Keberfungsian sosial di bagi kedalam beberapa kriteria yaitu : a. Dapat melaksanakan peran b. Dapat memenuhi kebutuhan c. Dapat memecahkan masalah d. Dapat mewujudkan aspirasi Keberfungsian
sosial
sering
dipandang
sebagai
kemampuan
dalam
melaksanakan peranan sosial. Keberfungsian sosial dapat dipandang sebagai
38
Universitas Sumatera Utara
penampilan dan pelaksanaan peranan yang diharapkan sebagai anggota suatu kolektivitas. Aspek Keberfungsian Sosial meliputi: a. Status Sosial Setiap orang pasti mempunyai status sosial. Status sosial bersifat jamak. misalnya, sebagai orang tua, suami, atau pegawai. b. Interaksional Setiap status sosial yang dimiliki mempunyai pasangan dan berinteraksi dengan pasangannya. Misalnya: Interaksi orang tua dan anak, suami dan istri, atasan dengan bawahan. c. Tuntutan dan Harapan Setiap status sosial pada dasarnya menuntut tingkah laku yang harus dilaksanakan sesuai dengan norma atau nilai dimana orang tersebut berada. Misalnya, status sosial orang tua dituntut dapat mendidik anak, memberi contoh, menjamin kesehatan, dan sosialisasi. d. Tingkah laku Setiap orang dituntut dapat melaksanakan peran atau tingkah laku sesuai dengan statusnya. Ketidaksesuaian antara peranan yang ditampilkan dengan yang diharapkan dapat bersifat positif dan negatif. Tingkah laku manusia biasanya dipengaruhi oleh faktor internal yaitu
individu itu sendiri, ekternal yaitu
lingkungan sosial, fundamental. Faktor tersebut saling berinteraksi dan bergantung sehingga membentuk tingkah laku manusia yang kompleks. Suatu tingkah laku pada prinsipnya mempunyai sebab dan akan menimbulkan akibat.
39
Universitas Sumatera Utara
e. Situasional Orang bertingkah laku selalu dalam konteks situasi sosial. Situasi sosial merupakan kesatuan dasar yang memungkinkan terjadinya interaksi sosial. Situasi sosial merupakan kombinasi antara masyarakat dengan setting seseorang dikatakan tidak berfungsi sosial adalah orang yang tingkah lau atau peranan yang diharapkan masyarakat sesuai dengan status soial yang mereka miliki (htp://www.keberfungsian-sosialpage 3 htm, di akses pada tanggal 4 juni 2010 pukul 10.45) Keberfungsian sosial dipandang sebagai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan. Orang selalu dihadapkan pada usaha untuk memenuhi kebutuhannya. Keberfungsian sosial juga mengacu pada cara-cara yang digunakan oleh individu maupun kolektivitas dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka.
2.4. Keterampilan dan Keberfungsian Sosial Menurut Sudjana (1996:17), keterampilan adalah pola kegiatan yang bertujuan, yang memerlukan manipulasi dan koordinasi informasi yang dipelajari. Keterampilan bergerak dari yang sangat sederhana ke yang sangat kompleks. Keterampilan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu psikomotor dan intelektual. Keterampilan psikomotor antara lain adalah menggergaji, mengecat tembok, menari, mengetik. Sedangkan keterampilan intelektual ialah memecahkan soal hitungan, melakukan penelitian, membuat kesimpulan dan sebagainya. Namun, sebenarnya hampir semua keterampilan terdiri atas kedua unsur tersebut. Hanya saja
40
Universitas Sumatera Utara
ada keterampilan yang lebih menonjol unsur psikomotornya sedangkan keterampilan yang lain lebih menonjol unsur intelektualnya. Keterampilan merupakan mata pelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak asuh untuk terlibat dalam berbagai pengalaman apresiasi maupun pengalaman berkreasi untuk menghasilkan suatu produk berupa benda nyata yang bermanfaat langsung bagi kehidupan mereka. Dalam pelatihan keterampilan, anak asuh melakukan interaksi dengan benda-benda produk kerajinan dan teknologi yang ada di lingkungannya, dan kemudian berkreasi menciptakan berbagai produk kerajinan maupun produk teknologi, sehingga diperoleh pengalaman konseptual, pengalaman apresiatif dan pengalaman kreatif. Dalam hal ini, pembelajaran keterampilan dirancang sebagai proses komunikasi belajar untuk mengubah perilaku anak asuh cekat, cepat dan tepat melalui pembelajaran kerajinan, teknologi rekayasa dan teknologi pengolahan (Sudjana, 1996:17 ) Perilaku terampil ini dibutuhkan dalam keterampilan hidup manusia di masyarakat. Melihat uraian tersebut, secara substansi bidang keterampilan mengandung kinerja kerajinan dan teknologis. Istilah kerajinan berangkat dari kecakapan melaksanakan, mengolah dan menciptakan dengan dasar kinerja keterampilan psimotorik. Maka, keterampilan kerajinan berisi kerajinan tangan membuat benda pakai atau fungsional. Keterampilan teknologi terdiri dari teknologi rekayasa dan teknologi pengolahan. Teknologi Rekayasa berisi keterampilan menguraikan dan menyusuri kembali hasil teknologi seperti otomotif, elektronika,
41
Universitas Sumatera Utara
ketukangan, maupun mesin. Keterampilan teknologi pengolahan yaitu keterampilan mengubah fungsi-fungsi, bentuk, sifat, kualitas bahan maupun perilaku obyek. Pelatihan keterampilan komputer, yayasan bekerja sama dengan teknisi komputer untuk memberikan pengetahuan tentang komputer. Selain itu yayasan bekerja sama dengan rental komputer ataupun agen pejualan komputer untuk magang di tempat mereka, sehingga selain memahami ilmu dasar dan penggunaan komputer, anak asuh juga mengetahui ilmu perakitan dan servis komputer. Dengan cara itu mereka bisa mengelola rental komputer yang ada di panti atau setelah lulus kelak, mereka dapat membuka usaha sendiri. Pelatihan keterampilan sablon dan percetakan, dengan mendatangkan praktisi sablon atau percetakan ke yayasan dan mengajarkan ilmu mereka langsung kepada para anak asuh. Anak asuh bisa menyablon spanduk atau mencetak undangan untuk kegiatan yayasan, sehingga dana penyablonan atau pencetakan undangan bisa dialokasikan untuk pengembangan peralatan sablon atau percetakan. Anak asuh yang sudah mahir bisa menerima pesanan dari luar sehingga bisa menambah pendapatan. Keberfungsian membawa maksud tertentu bagi setiap anggota masyarakat kepada sistem dalam masyarakatnya dan akibat yang dihasilkan terhadap orang lain. Fungsi juga membawa maksud tugas atau keadaan yang menyebabkan proses adaptasi dan penyelarasan kepada sesuatu sistem belaku. Keberfungsian sosial secara keseluruhan membawa maksud satu aktiviti yang sangat penting dalam melengkapkan hubungan di antara komponen-komponen pengalaman sosial dalam kehidupan seharian. Keberfungsian sosial memainkan peranan penting dalam aspek kehidupan masyarakat. Tanpa keberfungsian sosial, kehidupan masyarakat akan menjadi tidak
42
Universitas Sumatera Utara
teratur dan tidak stabil. Keberfungsian sosial lebih melihat kepada bagaimana sesuatu proses sosialisasi itu memberi dampak kepada persekitarannya. Komponenkomponen utama yang wajib ada untuk menilai sejauh mana keberkesanan keberfungsian sosial itu adalah status sosial, kelompok sosial dan institusi sosial (Dawam: 1995) Pelatihan
keterampilan
komputer
dan
sablon
akan
menghasilkan
keberfungsian sosial yang baik bagi anak asuh di Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Kota Binjai yaitu meningkatnya keterampilan hidup anak asuh, pemenuhan kebutuhan hidup (sandang, pangan, papan), peningkatan pendapatan dan taraf hidup anak asuh serta tabungan anak asuh. Dengan bekal kecakapan hidup yang baik, diharapkan para lulusan akan mampu memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya, termasuk mencari atau menciptakan pekerjaan bagi mereka yang tidak melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi .
2.5. Kesejahteraan Sosial Kesejahteraan sosial sering diidentikkan dengan kesejahteraan ,masyarakat dan kesejahteraan umum. Kesejahteraan sosial dalam artian yang sangat luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat masyarakat yang lebih baik. Menurut Walter A. Friedlander (dalam Muhidin, 1992:1), pengertian Kesejahteraan Sosial adalah sistem yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang bertujuan untuk membantu individu dan kelompok untuk mencapai standart hidup dan kesehatan yang memuaskan dan reaksi-reaksi pribadi 43
Universitas Sumatera Utara
dan sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan kemampuannya sepenuh mungkin dan meningkat kesejahteraan selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat. Secara yuridis kosepsional, menurut Undang-Undang Kesejahteraan Sosial Nomor 11 pasal 1 ayat 1 menyatakan Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Pengertian lain juga dapat dikembangkan dari hasil Pre-Conference Working for the 15Th Internasional Conference of Social Welfare ( Sulistiati dalam Huda, 2009:73) yaitu Kesejahteraan Sosial adalah Keseluruhan usaha sosial yang terorganisir dan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan konteks sosialnya. Didalamnya tercakup pula unsur kebijakan dan pelayanan dalam arti luas yang terkait dengan berbagai kehidupan dalam masyarakat, seperti pendapatan, perumahan, kesehatan, rekreasi, dan lain sebagainya. Menurut Elizabet Wickenden, Kesejahteraan Sosial adalah peraturan perundangan, program, tunjangan, dan pelayanan, yang menjamin, atau memperkuat pelayanan untuk memenuhi kebutuhan sosial yang mendasar dari masyarakat serta menjaga ketentraman dalam masyarakat. Berdasarkan defenisi tersebut dapat dimbil kesimpulan bahwa Kesejahteraan Sosial mencakup berbagai usaha yang dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia, baik itu dibidang fisik, mental, emosial, sosial ekonomi, ataupun kehidupan spiritual.
44
Universitas Sumatera Utara
2.6. Kerangka Pemikiran Program keterampilan hidup atau life skill sangat cocok untuk diterapkan dalam pendidikan di panti asuhan. Life skill merupakan suatu upaya yang baik dalam upaya pemerintah mengurangi pengangguran. Dengan memberikan anak asuh yang merupakan penghuni panti asuhan sebuah keterampilan hidup diharapkan dapat mengurangi angka pengangguran tersebut. Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai mencoba menjalankan program life skill tersebut di Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai. Adapun bimbingan life skill yang dilakukan oleh Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai yang diberikan oleh anak asuh ini berupa keterampilan komputer dan sablon. Pentingnya pembekalan kecakapan hidup bagi masyarakat pada umumnya telah mendapat pengakuan dari para pakar yang berkecimpung di dunia pendidikan. Penegasan tentang pentingnya kecakapan hidup dapat dilihat pada Pokok-Pokok Deklarasi Dakkar Tahun 2000 tentang Pendidikan untuk semua yang menunjukkan adanya hak bagi setiap warga negara, baik anak-anak maupun orang dewasa, untuk memperoleh kesempatan yang adil dalam mengikuti pendidikan kecakapan hidup, dan adanya
kewajiban
bagi
setiap
negara
untuk
menyediakan,
memperbaiki,
meningkatkan dan menjamin kualitas penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup, terutama kecakapan hidup yang bersifat penting, sehingga masyarakat dapat merasakan manfaatnya secara merata. Kecakapan
hidup
adalah
upaya
untuk
meningkatkan
pengetahuan,
keterampilan, sikap dan kemampuan yang memungkinkan peserta didik dapat hidup
45
Universitas Sumatera Utara
mandiri. Penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup didasarkan atas lima pilar pendidikan, yaitu: learning to know (belajar untuk memperoleh pengetahuan), learning to learn (belajar untuk tahu cara belajar), learning to do (belajar untuk dapat berbuat/melakukan pekerjaan), learning to be (belajar agar dapat menjadi orang yang berguna sesuai dengan minat, bakat dan potensi diri), dan learning to live together (belajar untuk dapat hidup bersama dengan orang lain). Anak asuh yang menerima program life skill diharapkan mampu belajar untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang diminatinya, dapat menumbuhkan kemandirian, dapat menghasilkan sebuah karya, memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan tersebut untuk meningkatkan kualitas hidupnya serta membantu orang lain yang membutuhkannya. Oleh sebab itu, maka program life skill ini sangat penting dalam upaya peningkatan dan kesejahteraan masyarakat. Hal inilah yang kemudian menjadi latar belakang peneliti untuk melihat peran program life skill terhadap keberfungsian sosial anak asuh.
46
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat digambarkan ke dalam kerangka pemikiran sebagai berikut : Bagan 2.1 Kerangka Pemikiran Program Life Skill yang diberikan oleh Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai berupa : 1. Pelatihan Komputer 2. Pelatihan Sablon menyablon
Anak Asuh yang menerima program life skill oleh Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai
Keberfungsian Sosial : a. Peningkatan keterampilan hidup anak asuh. b. Peningkatan pendapatan anak asuh. c. Kemampuan pemenuhan kebutuhan hidup berupa: sandang, pangan, papan.
2.6. Hipotesis Hipotesis adalah dugaan logis sebagai kemungkinan pemecahan masalah yang hanya dapat diterima sebagai kebenaran yang telah diuji kenyataan fakta-fakta atau kenyataan-kenyataan yang sesuai dengan tujuan tersebut (Nawawi: 1998: 75).
47
Universitas Sumatera Utara
Berdasarakan acuan dari kerangka pemikiran, peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: Ho : Tidak terdapat pengaruh terhadap keberfungsian sosial anak asuh di Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai. Ha : Terdapat pengaruh terhadap keberfungsian sosial anak asuh di Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai.
2.7 . Defenisi Konsep Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik, kejadian, keadaan kelompok atau individu tertentu (Singarimbun, 1981: 32). Definisi konsep bertujuan untuk merumuskan dan mendefenisikan istilah-istilah yang digunakan secara mendasar agar tercipta suatu persamaan presepsi dan menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian ini. Untuk mengetahui pengertian mengenai konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut : a. Pengaruh adalah suatu kondisi yang timbul akibat tindakan-tindakan yang dilakukan yang ikut membentuk cara berfikir, sikap dan perbuatan seseorang dan atau masyarakat yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan dan pelaksanaan program. b. Program life skill adalah suatu program yang ditujukan untuk memberikan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan penghidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara
48
Universitas Sumatera Utara
proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya. c. Keberfungsian sosial adalah kegiatan-kegiatan yang dianggap penting dan pokok bagi penampilan beberapa peranan sosial tertentu yang harus dilaksanakan oleh setiap individu sebagai konsekuensi dari keanggotaannya dalam masyarakat. d. Anak asuh adalah anak yang berasal dari keluarga prasejahtera ataupun yang sudah tidak memiliki orangtua dan mendapatkan pengasuhan di Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai. Dalam penelitian, anak asuh yang dimaksud adalah anak asuh yang mendapatkan bantuan program life skill. e. Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai adalah suatu yayasan yang berada di Jalan Jenderal Ahmad Yani No. 35 Binjai dimana yayasan ini berfungsi sebagai wadah partisipasi sosial yang menampung, mengasuh, mendidik dan membina warga masyarakat yang mengalami masalah Kesejahteraan Sosial, antara lain: Fakir miskin, anak terlantar, anak yatim, anak piatu, dan anak yatim piatu yang berasal dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan Nangroe Aceh Darussalam.
2.8. Defenisi Operasional Defenisi operasional merupakan penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel (Singarimbun, 1989: 49). Bertujuan untuk memudahkan penelitian dalam melaksanakan penelitian di lapangan. Maka perlu operasionalisasi dari konsep-konsep yang digunakan untuk bertujuan menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dengan kata-kata yang dapat diuji dan diketahui kebenarannya oleh orang lain.
49
Universitas Sumatera Utara
Variabel x dalam penelitian ini adalah program life skill Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai : a. Upaya-upaya yang dilakukan terhadap usaha peningkatan keterampilan hidup. b. Pelaksanaan program life skill berupa : -
Pelatihan komputer
-
Pelatihan sablon menyablon
c. Pengadaan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan program life skill berupa pengadaan komputer dan peralatan sablon. d. Pendekatan terhadap anak asuh berupa cara pengajaran, pemberian motivasi serta konseling terhadap kendala-kendala yang dialami selama mengikuti program.
Variabel y dalam penelitian ini adalah keberfungsian sosial anak asuh Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai : 1. Peningkatan keterampilan hidup anak asuh. 2. Peningkatan pendapatan anak asuh. 3. Kemampuan pemenuhan kebutuhan hidup berupa : sandang, pangan, papan. 4. Tabungan anak asuh
50
Universitas Sumatera Utara