Bab II Tinjauan Pustaka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Deskripsi Proyek
Proyek MNC Media Tower berlokasi di jl. Kebon Sirih no 17-19 jakarta. Pada sisi barat dibatasi dengan jalan kebon sirih timur. Di sisi timur proyek dibatasi dengan gedung INews media dan stasiun gondang dia. Pada sisi utara dibatasi perumahan warga dan gedung sindo. Pada sisi selatan dibatasi oleh menara MNC Tower dan jalan kebon sirih.
Gambar 2.1. : Lokasi proyek
II- 1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Proyek MNC Media yang terletak didalam komplek perkantoran MNC Grup dirancang untuk menjadi salah satu gedung terkemuka di Jakarta yang terdiri atas kantor pusat bagi perusahaan-perusahaan media internasional di Indonesia dan hotel bintang lima “The Park Hyatt Hotel”. Dibangun dengan menerapkan konsep green building, MNC Media Tower akan dilengkapi dengan auditorium, pusat kebugaran dan area sky dining.
Gambar 2.2 : Tampak bangunan Proyek ini memiliki luas tanah sebesar 7.332 m2 dengan luas bangunan sebesar 122.194 m2 dengan 2 area bangunan yakni area basement sebanyak 6 lantai dengan luasan sebesar 16.280 m2 dan area tower sebanyak 40 lantai termasuk 1 lantai mezanine dan 1 II- 2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
lantai top roof yang memiliki luasan sebesar 105.914,20 m2. Untuk area basement berfungsi sebagai area parkir dan tempat sirkulasi pembuangan air kotor serta sebagai penampungan air bersih. Sedangkan area tower berfungsi sebagai fasilitas untuk para pengujung, perkantoran dan perhotelan (untuk denah lantai dapat dilihat di lampiran). Pada lantai basement 6 digunakan sebagai pengolahan limbah dan penampungan air bersih dengan jarak antar lantai 5 meter. Lantai ini memiliki beberapa ruangan yang membentuk satu sistemp pengolahan air yang terdiri dari water tank, sludge holding basin, equalizing basin, kitchen pit, clear water basin, ozone contact basin, preaeration basin, MRC membrane unit, ras basin, continues filter, intermediate basin, lift pit, recycle water basin,dan filter feed basin. Lantai basement 5 merupakan lantai yang berfungsi sebagi lahan parkir, penghubung antara ruang pengolahan air limbah dengan lantai di atas nya melalui beberapa man hole, tempat alat sirkulasi udara dan mekanikal serta elektrikal, dan tempat fasilitas pegawai. Ruangan yang berfungsi sebagai sirkulasi udara dan mekanikal serta elektrikal adalah pump room, panel room dan elec room. Untuk ruangan yang berfungsi sebagai fasilitas adalah storage, locker security, engineering, musholah dan toilet. Lantai basement 4 dan basement 3 merupakan lantai yang berfungsi sebagi lahan parkir, tempat penampungan air bersih, tempat alat sirkulasi udara dan mekanikal serta elektrikal, dan tempat fasilitas pegawai. Ruangan yang berfungsi sebagai sirkulasi udara II- 3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
dan mekanikal serta elektrikal adalah pump room, panel room dan elec room. Untuk ruangan yang berfungsi sebagai fasilitas adalah storage, locker security, engineering, musholah dan toilet. Untuk ruangan yang berfungsi sebagai tempat penampungan air bersih adalah raw water tank dan clean water tank. Tetapi pada lantai basement 3 terdapat pembuangan sampah basah dan sampah kering. Pada lantai basement 2 dan basement 1 berfungsi sebagai tempat fasilitas pengunjung seperti toilet, area parkir, tempa, tempat penjualan furniture gudang serta kantor dan ruang ruang perlengkapan pegawai gedung. Selain sebagai fasilitas pengunjung, lantai ini berfungsi sebagai tempat sirkulasi udara seperti fan room. Pada lantai ini terdapat ramp yang menghubungkan dengan gedung sebelahnya yakni gedung MNC tower. pada lantai 1 terdapat ruang dan area pelayanan untuk para pengunjung, ruang pengawasan terhadap koneksi computer dan keamanan dan ruang mekanikal serta elektrikal. Untuk ruangann yang berfungsi sebagai ruang pelayanan bagi para pengunjung adalah gallery, lounge, toilet, car parking dan service lift lobby. Untuk ruang yang berfungsi sebagai ruang pengawasan adalah ruang FCC room, hotel ups room, office control room dan office security room. Untuk ruang mekanikal dan elektrikal terdapat pada ruang elec room. Pada lantai mezaniin hanya terdapat ruang mekanikal dan elektrikal yang berfungsi untuk mengawasi dan mengaktifkan listrik. Pada lantai 2 terdapat taman atau sky II- 4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
garden, pelayanan bagi para pengunjung seperti ruang BOH kitchen, smoke stop lobby, loft kitchen, lift lobby dan toilet dan ruang untuk pertemuan seperti ball room dan preefunction serta ruang untuk mengawasi listrik yakni AHU room dan electrical room. Pada lantai 3 terdapat ruangan yang berufungsi untuk mengadakan acara – acara besar yakni event space dan prefunction. Selain itu terdapat juga ruangan yang berfungsi sebagai pelayanan pengunjung yakni bar dan kitchen serta toilet dan ruang yang berfungsi untuk mengawasi kelistrikan seperti AV control room, AHU room dan electrical room. Pada lantai 4 terdapat ruangan yang berfungsi sebagai kantor, tempat makan, tempat sirkulasi udara, tempat pembuatan kue, tempat mengawasi kelistrikan dan fasilitas pengunjung. Pada lantai 5 dan lantai 6 merupakan lantai mekanikal, elektrikal dan plumbing yang berfungsi untuk mengawasi kelistrikan, sirkulasi udara dan air. Tetapi pada lantai 6 terdapat ruang yang berfungsi untuk ruang kerja pegawai gedung, tempat pengawasan server dan gudang peralatan operator serta ruang IT. Pada lantai 7 sampai lantai 19 merupakan lantai yang berfungsi sebagai kantor yang dilengkapi ruang mekanikal dan elektrikal yakni ruang AHU. Pada lantai 20 sampai 21 merupakan lantai yang berfungsi sebagai manajemen building dilengkapi dengan ruang mekanikal dan elektrikal. Tetapi pada lantai 21 terdapat ruang mesin dan tempat fasilitas pengunjung seperti laundry dan toilet. Pada lantai 23 terdapat ruang yang II- 5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
berfungsi sebagi kantor, fasilitas pengunjung seperti bar, library dan kitchen serta ruang yang berfungsi untuk mengawasi mekanikal dan elektrikal. Pada lantai 24 sampai dengan 33 terdapat ruang hotel dan ruang mekanikal dan elektrikal yang berfungsi untuk mengawasi kegiatan kelistrikan. Pada lantai 34 sampai 38 terdapat area yang berfungsi sebagai fasilitas pengunjung yakni gym, bar, spa, retstoran dan toilet. Selain itu terdapat juga tempat berkumpul seperti teras dan bar.
2.2.
Manajemen Proyek Konstruksi
Menurut sidharta kamarwan (Ir. Irika Widiasanti, M.T & Lenggogeni, M.T, 2013), pengertian manajemen memiliki pengertian dari beberapa sudut pandang, yakni :
manajemen sebagai ilmu pengetahuan (management as since) adalah bersifat interdisipliner yang dalam hal ini mempergunakan bantuan dari ilmu – ilmu sosial, filsafat dan matematik.
Manajemen sebagai sistem (management as system) adalah suatu rangkaian kegiatan yang masing – masing kegiatan dapat dilaksanakan tanpa menunggu selesai kegiatan lain, walaupun kegiatan-kegiatan tersebut saling terkait untuk mencapai tujuan oraganisasi.
II- 6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Manajemen sebagai proses (management as process) adalah serangkaian kegiatan yang diarahkan pada pencapaian suatu tujuan dengan pemanfaatan semaksimal mungkin sumber-sumber yang tersedia.
Manajemen sebagai kumpulan orang (management as people or group people) adalah suatu istilah yang dipakai dalam arti kolektif dalam menunjukan jabatan kepemimpinan di dalam organisasi antara lain kelompok pimpinan atas, kelompok pimpinan tengah dan kelompok pimpinan bawah.
Menurut kamus istilah bidang pekerjaan umum mengemukakan bahwa manajemen adalah suatu seni keahlian memperoleh hasil maksimal dengan usaha minimal dalam rangka mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan baik bagi pimpinan maupun pekerja, serta memberikan pelayanan sebaik mungkin kepada masyarakat. Berdasarkan kamus istilah bidang pekerjaan umum tahun 2008 pada sub bab bidang cipta karya, manajemen konstruksi adalah kegiatan pengawassan pelaksanaan konstruksi mulai dari penyiapan lapangan sampai dengan penyerahan hasil akhir pekerjaan atau kegiatan atau disebut pengawasan pembangunan bangunan. Proyek adalah merupakan suatu tugas yang perlu dirumuskan mencapai sasaran yang dinyatakan secara kongkrit serta harus diselesaikan dalam suatu periode tertentu dengan menggunakan tenaga manusia dan alat – alat yang terbatas dan begitu kompleks
II- 7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
sehingga dibutuhkan pengelolaan kerja sama yang berbeda dari yang biasa yang digunakan. (Armaini Akhirson Karaini, 2009) Proyek adalah suatu kegiatan sementara yang memiliki tujuan dan sasaran yang jelas, berlangsung dalam jangka waktu terbatas dan alokasi sumber daya tertentu. (Ir. Irika Widiasanti, M.T & Lenggogeni, M.T, 2013) Menurut Ir. Irika Widiasanti, M.T & Lenggogeni, M.T., ciri – ciri pokok proyek adalah sebagai berikut :
Memiliki tujuan dan sasaran berupa suatu produk akhir
Memiliki sifat sementara, lebih jelas titik awal mulai dan selesai
Biaya, waktu dan mutu dalam pencapaian tujuan dan sasaran tersebut telah ditentukan
Jenis dan intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung menyebabkan proyek memiliki sifat nonrepetitif atau tidak berulang.
Jenis - jenis proyek antara lain (Armaini Akhirson Karaini, 2009) :
Proyek capital (modal) yakni meliputi proyek pembebasan tanah, pembelian material dan peralatan, desain mesin dan konstruksi guna pembangunan instalasi pabrik baru.
II- 8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Proyek pengembangan produk baru adalah kegiatan untuk menciptakan produk baru yang biasanya merupakan gabungan antara proyek capital dan proyek riset dan pengembangan.
Proyek penelitian dan pengembangan berupa kegiatan untuk melakukan penelitian dengan sasaran yang ditentukan. Proyek ini dapat berupa proyek yang bertujuan memperbaiki dan meningkatkan mutu produk, pelayanan dan prosesing oleh konsultan.
Proyek sistem informasi adalah kegiatan yang sifatnya spesifik dengan mempergunakan alat-alat pemrosesan data (data processing dan alat – alat lainnya)
Proyek yang berkaitan dengan manajemen perusahaan merancang reorganisasi perusahaan, merancang program efisiensi dan penghematan merancang divesifikasi, merger (pengabungan) dan pengambil alihan proyek ini biasa dikerjakan oleh para konsultan.
Proyek konstruksi merupakan proyek yang berkaitan dengan pembangunan suatu bangunan dan ifrastruktur yang umurnya mencakup pekerjaan pokok yang termasuk dalam bidang teknik sipil dan arsitektur. Selain itu melibatkan bidang ilmu lainnya seperti teknik industri mesin, elektro, geoteknik dan lanskap. (Ir. Irika Widiasanti, M.T & Lenggogeni, M.T, 2013), II- 9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Dalam industri konstruksi kita mengenal beberapa jenis bangunan, antara lain bangunan gedung (rumah sederhana sampai bangunan gedung bertingkat), bangunan jalan (flexible pavement, rigid pavement, jalan kricak, AWCAS – all weathered compacted aggregate subgrade, dan lain – lain), bangunan lapangan terbang dan lain-lainnya sesuai dengan kebutuhan manusia. Secara garis besar, metode konstruksi yang digunakan pada proyek – proyek tersebut berbeda – beda. Hal ini dipengaruhi oleh :
Metode kerja yang jelas dan sesuai oleh urutan kerja
Penggunaan jenis dan kapasitas alat serta kombinasi alat
Pengamanan pekerjaan
Jadwal kerja
Letak alur dari jaln kerja pengangkutan
Gambar – gambar kerja yang jelas
2.3.
Komponen Konstruksi Gedung
Struktur adalah sistem yang terdiri dari susunan elemen struktur yang dibebani dengan 2 gaya dan elemen struktur yang dibebani dengan gaya transversal. Bagian struktur yang hanya dibebani dengan 2 gaya adalah bagian struktur yang memiliki gaya yang besarnya sama, garis kerja yang sama dan diarahkan di sepanjang sumbu longitudinal
II- 10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
(di sepanjang bagian struktur yang lurus) serta berlawanan antara gaya yang satu dengan gaya yang lain atau disebut gaya aksial. (Burl E Dishong, 2003) Struktur gaya yang saling menarik antara gaya yang satu dengan gaya yang lain nya pada ujung struktur disebut struktur tarik. Komponen struktur yang berfungsi untuk menahan gaya tarik biasanya menggunakan tali, kabel, rantai atau material lainnya yang hanya mampu menahan beban tarik. Struktur gaya yang saling menekan antara gaya yang satu dengan yang lainnya pada ujung struktur disebut struktur tekan. Komponen yang berfungsi untuk menahan tekan adalah kolom dan shear wall. (Burl E Dishong, 2003) Bagian struktur yang dibebani gaya transversal adalah struktur bangunan yang dibebani oleh gaya dan momen yang membentuk sudut dengan sumbu longitudinal dari bagian struktur. Elemen struktur yang menahan gaya transversal adalah balok dan plat lantai. (Burl E Dishong, 2003)
2.3.1. Balok Ketika kita melihat gambar, elemen – elemen struktur yang dibebani secara transversal menumpu beban – beban yang bekerja dalam suatu sudut terhadap sumbu longitudinal dari bagian struktur. Bagian struktur lurus yang dibebani secara transversal disebut balok, yang merupakan sebagian besar dari struktur dibebani secara transversal. Balok II- 11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
memiliki beberapa nama seperti balok anak, balok utama, kasau atau usuk dan purlin. (Burl E Dishong, 2003)
Gambar 2.3. : Standar penulangan balok
2.3.2. Plat Lantai Yang dimaksud dengan pelat lantai beton bertulang adalah struktur tipis yang dibuat dari beton bertulang dengan biadang yang arahnya horizontal dan beban yang bekerja tegak lurus pada bidang struktur tersebut. Ketebalan bidang pelat relative sangat kecil apabila dibandingkan dengan panjang atau lebar bentangnya. Pelat sangat kaku dan arahnya horizontal sehingga pada bangunan gedung, pelat ini berfungsi sebagai diagframa atau unsur pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk mendukung ketegaran balok. (Ali Asroni, 2010)
II- 12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Gambar 2.4 : Standar detail penulangan pelat lantai
2.3.3
Kolom
Apabila gaya – gaya menarik bagian struktur pada kedua ujungnya maka bagian struktur pada ujungnya, maka bagian stuktur tersebut berada dalam keadaan tarik. Tali, kabel, rantai atau elemen – elemen struktur ramping lainnya hanya dapat menumpu beban tarik. Anda tidak dapat mendorong dengan seutas tali. Apabila kedua gaya mendorong pada ujung – ujung nya, maka bagian tersebut berada dalam keadaan tekan dan disebut sebagai kolom. (Burl E Dishong, 2003) Menurut SK-SNI-T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertical dengan bagian tinggi yang tidak dapat ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Fungsi kolom adalah sebagai penurus seluruh beban bangunan berupa beban hidup dan beban
II- 13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
mati menuju pondasi. bila diumpamakan kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah bangunan berdiri.
Gambar 2.5 : Detail kolom
2.3.4. Struktur Atas dan Struktur Bawah Struktur atas suatu gedung adalah seluruh bagian struktur gedung yang berada di atas muka tanah, sedangkan struktur bawah adalah seluruh bagian struktur gedung yang berada di bawah muka tanah, yang terdiri dari struktur besmen - kalau ada – dan/atau struktur fondasinya. Seluruh struktur bawah harus diperhitungkan memikul pengaruh Gempa Rencana.
II- 14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
2.4
Material Konstruksi Gedung
2.4.1
Beton
Nama beton tergantung dari bahan perekatnya, berat volumenya, cara mengerjakannya, derajat kecairan adonan beton, banyak sedikitnya bahan perekat dan lain sebagainya. Yang disebut semen Portland, beton aspal dan beton semen tras menunjukan jenis bahan perekatnya. Kekentalan adukan beton harus disesuaikan dengan cara pengangkutan, cara pemadatan, jeniskonstruksi yang bersangkutan dan kerapatan tulangan, kekentalan tersebut tergantung pada berbagai hal antara lain jumlah dan jenis semen, nilai faktor air semen, jenis dan susunan agregat serta penggunaan bahan-bahan pembantu. (Daryanto, 1994) Berdasarkan kamus istilah bidang pekerjaan umum tahun 2008 pada sub bab bidang Bina Marga, material beton terdiri dari 2 jenis yakni beton tidak bertulang dan beton bertulang. beton tidak bertulang adalah campuran antara semen Portland atau semen hidrolik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan campuran tambahan membentuk mas padat. Sedangkan beton bertulang adalah beton yang ditulangi besi baja dengan luas dan jumlah yang tidak kurang dari nilai minimum yang disyaratka, kedua bahan tersebut bekerja sama dalam menahan beban.
II- 15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Beton adalah berupa bahan campuran dari semen, aggregate dan air dengan perbandingan berat tertentu yang telah diaduk scara sempurna. Aggregate itu sendiri juga harus mengikuti perbandingan berat dari masing-masing gradasi sehingga didapat gradasi campuran agregat yang baik. Untuk tujuan tertentu kadang-kadang campuran beton perlu ditambah admixture, misalnya untuk menimhkatkan workability, membuat cepat mengeras, menunda setting time dari beton, mempercepat setting time dari beton, menambah kuat tekan beton, tahan terhadap sulfat dan lain sebagainya. (Djoko Kirmanto, 2009)
2.4.2
Pembesian
Pembesian atau juga biasa disebut penulangan untuk beton, biasanya berfungsi untuk menahan gaya tarik yang terjadi pada beton, karena beton tidak kuat menahan gaya tarik, ada juga tulangan yang ikut berfungsi untuk menahan tekan, yaitu pada balok dengan tulangan dua rangkap dan pembesian kolom. (Djoko Kirmanto, 2009) Jenis baja tulangan menurut SNI 03-2847-2002, tulangan yang dapat digunakan pada elemen beton bertulang dibatasi hnnya pada baja tulangan dan kawat baja saja. Belum ada peraturan yang mengatur penggunaan tulangan lain selain dari baja tulangan atau kawat baja tersebu. Baja tulangan yang tersedia di pasaran ada 2 jenis yaitu baja tulangan polos (BJTP) dan baja tulangan ulir (BJTD). (Djoko Kirmanto, 2009)
II- 16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Tulangan polos biasanya digunakan untuk tulangan geser atau sengkang atau begel dan mempunyai tegangan leleh (fy) minimal 240 MPa (disebut BJTD – 24) dengan ukuran ∅6, ∅8, ∅10, ∅12, ∅14 dan ∅16 ( dengan ∅ adalah simbol yang menyatakan diameter tulangan polos). Tulangan ulir atau deform digunakan untuk tulangan longitudianal atau tulangan memanjang dan mempunyai tegangan leleh (fy) minimal 300 MPa (disebut dengan BJTD-30). Ukuran diameter tulangan ulir yang umumnya tersedia di pasaran dapat dilihat pada tabel 2… (Djoko Kirmanto, 2009) Tabel 2.1 Tulangan ulir dan ukurannya
Diameter Jenis Berat per Nominal Tulangan m (Kg) (mm) D10 D13 D16 D19 D22 D25 D29
2.4.3
Bekisting
1).
Definisi Bekisting
10 13 16 19 22 25 29
0.617 1.042 1.578 2.226 2.984 3.855 5.185
Pekerjaan bekisting merupakan bagian pekerjaan yang sangat penting didalam seluruh pelaksanaan pekerjaan beton, karena pekerjaan ini akan menentukan posisi , ukuran serta bentuk dari beton yang dicetak. Menurut Hanna, (1999) sistem bekisting II- 17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
didefinisikan sebagai sistem pendukung yang total untuk menempatkan beton segar termasuk cetakan atau bidang yang kontak dengan beton beserta dengan bagianpendukung cetakannya. Menurut McCormac, (2004) definisi bekisting beton adalah cetakan yang ke dalamnya beton semi-cair diisikan. Cetakan ini harus cukup kuat untuk menahan beton dalam ukuran dan bentuk yang diinginkan hingga beton tersebut mengeras. Menurut Rupasinghe dan Nolan, (2007) definisi bekisting adalah Suatu struktur bersifat sementara, digunakan untuk mencetak beton yang dituangkan sesuai dengan dimensi yang diperlukan dan menahannya sampai beton itu mampu mendukung berat sendiri. Sedangkan menurut Nemati, (2007) definisi bekisting adalah Suatu metode yang melayani untuk mendukung sementara, akses, peningkatan, atau memudahkan pekerjaan konstruksi dari struktur-struktur yang permanen. Bekisting juga berfungsi sebagai struktur penyangga sementara bagi seluruh beban yang ada sebelum struktur beton berfungsi penuh. Beban tersebut bahan–bahan, alat–alat dan pekerja yang bekerja (Istimawan Dipohusodo,1999). Dari beberapa definisi di atas, bahwa bekisting merupakan sarana sebagai komponen cetakan bagi beton segar agar beton mengeras sesuai dengan: (a) dimensi yang diinginkan, (b) bentuk yang diinginkan, dan (c) kualitas yang diinginkan. Komponen cetakan vertikal (kolom dan dinding) dan cetakan horizontal (balok dan pelat lantai) II- 18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
tidak dapat dicampur, karena berlainan fungsinya dalam menahan beban kerja, serta waktu yang diperlukan untuk membongkar bekisting berbeda pula. Menurut Nemati, (2007), kerugian-kerugian waktu dan biaya akan terjadi jika struktur-struktur sementara ini tidak direncanakan dan tidak dikelola dengan baik.
2).
Jenis dan Tipe Bekisting
A.
Bekisting Tradisional
Bekisting tradisional adalah bekisting yang menggunakan perancah dan acuannya dari bahan dasar kayu seperti multiplek, kaso dan papan kemudian disambungkan dengan menggunakan paku. Pemasangan bekisting konvensional biasanya digunakan hanya beberapa kali bahkan hanya sekali saja pada proses pelaksanaan konstruksi. Hal ini dikarenakan material kayu yang digunakan memiliki penyusutan yang cukup besar. Karena usia pemanfaatan bekisting ini lebih pendek maka investasi penggunaan bekisting ini lebih kecil sehingga menyebabkan biaya pelaksanaan bekisting menjadi lebih mahal. Pemasangan dan pembongkaran bekisting ini cukup lama dan rumit karena proses pengerjaannya dilakukan secara bertahap atau disusun perbagian dan material yang digunakan cukup banyak serta alat yang digunakan masih alat yang bersifat sederhana seperti palu, linggis dan lain sebagainya.
II- 19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Gambar 2.6 : Bekisting tradisional
B.
Bekisting Semi Sistem
Bekisting semi system adalah pengembangan dari bekisting konvensional, dimana komponen acuan berbahan dasar kayu seperti plywood atau papan, sedangkan komponen perancah yang menggunakan bahan dasar kayu berupa girder dan bahan fabrikasi non-kayu seperti telescopic, frame, modular cuplock, dsb. Bekisting semi system memiliki banyak keunggulan, dalam efesiensi bahan dan alat, efesien tenaga, efesiensi waktu, dan hasil yang cukup baik. Tidak seperti bekisting konvensional, bekisting semi dalam penyambungannya membutuhkan bahan fabrikasi non kayu, waler, coupling, vario waler coupling, elemen fabrikasi memiliki standar yang universal dalam kekuatan dan cara pemasangannya.
II- 20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Gambar 2.7 : Bekisting Semi System
C.
Bekisting Sistem Penuh
Bekisting sistem penuh adalah suatu bekisting yang seluruh elemen-elemen dan komponennya diproduksi oleh pabrik, tidak memiliki elemen yang terbuat dari material kayu yang semua elemen-elemennya disesuaikan secara universal dan memiliki standar yang sama. Perkembangan teknologi berdampak semakin maju nya dunia konstruksi, sehingga menghasilkan metode-metode serta alat-alat yang semakin mutakhir, efisien waktu, efesien peralatan dan efisien tenaga. Inovasi dalam pembuatan bekisting semakin berkembang dan diciptakanlah formwork full system atau yang kita kenal selama ini bekisting sistem penuh. Penggunaan serta pabrikasi bekisting sistem penuh dapat disesuaikan dengan disain dan spesifikasi dari suatu bangunan. Keuntungan dari pengunaan bekisting sistem penuh adalah : II- 21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
a. Singkatnya masa konstruksi. b. Menghasilkan mutu permukaan beton baik. c. Tingkat jumlah ulang pakai bahan bekisting cukup tinggi. d. Kebersihan proyek dapat dijaga.
Gambar 2.8 : Bekisting Sistem Penuh
4).
Pembongkaran Bekisting dan Support
Berdasarkan SNI 03–2847–2002, bekisting harus dibongkar dengan cara-cara yang tidak mengurangi keamanan dan kemampuan layan struktur. Sebelum dimulainya pekerjaan konstruksi, kontraktor harus membuat prosedur dan jadwal untuk pembongkaran dan pemasangan kembali penopang dan untuk perhitungan beban yang disalurkan ke struktur selama pelaksanaan pembongkaran. Beban konstruksi yang melebihi kombinasi beban mati tambahan ditambah beban hidup tidak boleh ditopang oleh bagian struktur yang sedang dibangun tanpa penopang, kecuali jika analisis
II- 22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
menunjukan bahwa bagian struktur yang dimaksud memiliki kekuatan yang cukup untuk memikul beban tambahan tersebut. Tabel 2.2 : Waktu bongkaran bekisting berdasarkan ACI
Menurut ACI 347-04 (2004) menyatakan bahwa periode minimum pembongkaran bekisting ditunjukan pada Tabel 2.2, tetapi perlu dicatat bahwa bekisting lantai dan balok yang menahan beban, waktu pembongkarannya perlu direncanakan. Untuk menentukan beban pada balok dan plat dapat dilihat pada tabel berikut ini :
II- 23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Tabel 2.3 : Beban hidup JENIS LANTAI Lantai dan tangga rumah tingkat Lantai dan rumah tinffal sementara Lantai sekolah, kantor, toko, restoran, hotel, asrama dan rumah sakit Lantai ruang olah raga Lantai ruang dansa Lantai dan balkon ruang pertemuan, bioskop dan ibadah Panggung penonton dengan penonton berdiri Tangga, bordes dan gang bangunan umum Tangga, bordes tangga dan dan gang gedung pertemuan Lantai Pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, ruang mesin Lantai gedung parkir bertingkat : - Untuk lantai bawah - Untuk lantai tingkat lainnya Balkon yang menjorok bebas keluar
BEBAN (kg/m2) 200 125 250 400 500 400 500 300 200 400 800 400 300
Tabel 2.4 : Beban mati Jenis Struktur
Beban Mati (Kg/m2)
Beton Bertulang - Portal - Portal & Inti / Dinding Geser - Tabung Dalam Tabung - Kotak / Panil
720 840 960 480
Baja - Ketinggian < 30 Lantai - Ketinggian > 30 Lantai - Balok Anak - Balok Induk - Deck Plate - Kolom
100 150 20 35 15 30
Baja - Ketinggian < 30 Lantai - Ketinggian > 30 Lantai
580 630
Elemen Arsitektural
100
Segera setelah pembongkaran bekisting pelat dan balok harus di support penuh (reshore) sampai beberapa lantai dibawahnya, minimal 2 (dua) lantai di shore dan 2 (dua) lantai reshore. Reshore dapat dilaksanakan setelah periode minimum pada tabel
II- 24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
2.2 diatas terpenuhi dan harus tetap dilakukan sampai beton mencapai tegangan tekan 28 hari.
2.5.
Produktifitas Tenaga Kerja
Menurut Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No.11/PRT/M/2013 tentang Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjan Bidang Pekerjaan Umum, produktifitas adalah perbandingan antara output (hasil produksi) dengan input (komponen produksi berupa tenaga kerja, bahan, peralatan dan waktu). Secara lebih rinci, faktor yang mempengaruhi produktifitas tenaga kerja antara lain :
Keahlian tenaga kerja
Jumlah tenaga kerja
Faktor kesulitan pekerjaan
Ketersediaan pekerjaan
Pengaruh lamanya kerja dan
Pengaruh tingkat persaingan pekerjaan.
Pengukuran produktifitas tenaga kerja para pekerja dalam gugus kerja tertentu yang terdiri atas tukang, pembantu tukang atau laden, kepala tukang dan mandor. Produktifitas pekerja dinyatakan dalam orang jam (OJ) atau orang per hari (OH) yang diperlukan untuk menghasilkan suatu pekerjaan tertentu. Pengukuran produktifitas kerja II- 25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
tersebut menggunakan metode “time and motion study” dengan mengamati gerak para pekerja dan produknya tiap menit. Jumlah jam kerja merupakan koefisien tenaga kerja atau kuantitas jam kerja persatuan pengukuran. Koefisien ini adalah faktor yang menunjukan lamanya pelaksanaan dari tenaga kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan satu satuan volume pekerjaan. Penggunaan tenaga kerja untuk mendapatkan koefisien tenaga kerja dalam satuan jam orang per satuan pengukuran (m1, m2,m3, Ton dan lain – lain). Berikut ini rumus yang umum digunakan untuk menentukan koefisien tenaga kerja. Produksi perhari : Qt = Tk x Q1; m3
(1)
Koefisien tenaga/m3 : Pekerja = (Tk x P) / Qt ; Jam
(2)
Tukang batu = (Tk x Tb) / Qt ; Jam
(3)
Mandor = (Tk x M) / Qt ; Jam
(4)
Keterangan :
Qt adalah besar kapasitas produksi alat yang menentukan tenaga kerja ; m3/jam
P adalah Jumlah pekerja yang diperlukan
Tb adalah Jumlah tukang batu II- 26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Tk adalah jumlah jam kerja perhari (7 jam) ; jam
M adalah jumlah mandor yang diperlukan ; orang
2.6.
Harga Satuan
Menurut Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No.11/PRT/M/2013 tentang Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjan Bidang Pekerjaan Umum, harga satuan terdiri dari biaya langsung dan tidak langsung. Komponen biaya langsung terdiri atas upah, bahan dan alat. Komponen biaya tidak langsung terdiri dari biaya umum atau biaya overhead dan keuntungan. Biaya over head dan keuntungan belum termasuk pajak-pajak yang dibayar, besarnya sesuai ketentuan yang berlaku. Biaya langsung masing – masing ditentukan sebagai harga satuan dasar (HSD) untuk setiap satuan pengukuran standar, agar hasil pengukuran analisis yang diperoleh mencerminkan harga aktual dilapangan. Biaya tidak langsung dapat ditetapkan sesuai dengan asumsi pelaksanaan atau penyediaan yang aktual (sesuai dengan kondisi lapangan) dan mempertimbangkan harga setempat. Dalam analsis harga satuan ini diperlukan masukan data dan asumsi yang didasarkan atas hasil survey pengalaman dan bahan yang tersedia, sehingga bila terjadi sanggahanterhadap harga satuan yang dihitung berdasarkan asumsi dan faktor yang dirancang dalam perhitungan ini, segala akibat yang ditimbulkan sepenuhnya adalah II- 27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
tanggung jawab perencana. Berikut ini adalah alur perhitungan analisa harga satuan pekerja (HSP)
Gambar 2.9 : Struktur analisis harga satuan pekerja Berikut ini adalah langkah – langkah analisa harga satuan pekerjaan adalah sebagai berikut:
Tentukan satuan yang digunakan untuk memperhitungkan kebutuhan bahan, tenaga kerja, dan peralatan yang diperlukan untuk memproduksi satu satuan jenis pekerjaan. Misal OH untuk tenaga kerja, Kg untuk semen dan jam untuk sewa.
II- 28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Tentukan kuantitas atau koefisien bahan, tenaga kerja dan perlatan untuk menghasilkan satu satuan jenis pekerjaan.
Tentukan HSD bahan bangunan, HSD tenaga kerja HSD alat sesuai dengan lokasi setempat. Untuk pekerjaan bangunan gedung
Kalikan masing-masing koefisien dengan masing-masing HSD untuk menghasilkan HSP suatu jenis pekerjaan tertentu.
Perkalian antara HSP dengan volume menghasilkan biaya langsung perkelompok pekerjaan. Penjumlahan biaya langsung masing – masing kelompok merupakan biaya langsung suatu jenis mata pembayaran. Setelah biaya langsung suatu jenis pembayaran didapatkan, perlu diperhitungkan biaya tidak langsung (overhead dan keuntungan) yang merupakan persentase dari biaya langsung tersebut yang besarnya merujuk pada perpres nomor 70 tahun 2012.
2.7.
Tower Crane
Tower crane adalah hal umum kita temukan dalam pekerjaan yang luar biasa besarnya dan dalam kondisi kinerja yang perubahannya terjadi secara tetap sebagai suatu pesawat pengangkat. Alat pengangkat pengangkat yang biasa digunakan dalam proyek konstruksi adalah crane. Cara kerja crane adalah dengan mengangkat material yang
II- 29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
dipindahkan, memindahkan secara horizontal, kmudian menurunkan material di tempat yang diinginkan. (Ahmad Kholil, 2012) Tower crane merupakan alat yang digunakan untuk mengangkat material secara vertical dan horizontal ke suatu tempat yang tinggi pada ruang gerak yang terbatas. Berdasarkan jenis nya, tower crane dibagi beberapa tipe yakni free standing crane, roll mounted crane, tied in crane dan climbing crane (Susi Fatena Rostiyanti, 2008) Crane mempunyai beberapa tipe yang di dalam pengoperasiannya, dipilih sesuai dengan kondisi suatu proyek. Tipe crane yang unum dipakai adalah crane beroda crawler (crawlern crane), truck crane, truck crane untuk lokasi terbatas, truck crane untuk segala jenis lokasi dan tower crane (Ahmad Kholil, 2012) Pemilihan tower crane yang akan digunakan harus memperhatikan :
Situasi proyek
Bentuk struktur bangunan
Kemudahan operasional baik pada saat pemasangan maupun pada saat pembongkaran
Ketinggian struktur bangunan yang dikerjakan.
Sedangkan pemilihan kapasitas tower crane sebaiknya didasarkan atas hal – hal berikut ini: II- 30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Berat, dimensi dan daya jangkau pada beban terberat
Ketinggian maksimun alat
Perakitan alat diproyek
Berat alat yang harus ditahan oleh strukturnya
Ruang yang tersedia untuk alat
Luas area yang harus dijangkau alat
Kecepatan alat untuk memindahkan material
Secara umum produktivitas adalah produksi/hasil kerja (output) dibagi dengan satuan kerja sumber daya manusia/alat (input).
(5)
Produktivitas =
Pada proyek kontruksi, produktivitas alat adalah hasil kerja dari sebuah alat per satuan waktu. Semua produktivitas TC sangat dipengaruhi oleh waktu siklus. Waktu siklus adalah waktu yang diperlukan TC untuk melakukan satu kali puataran yang terdiri dari gerakan vertikal (boist), horizontal (trolley), dan putaran (swing), dimana ketiga gerakan utama ini terdiri dari enam tahap pekerjaan yaitu mengikat material, mengangkat, memutar, menurunkan dan melepas material sampai kembali lagi menuju lokasi persediaan material. Waktu siklus meliputi waktu tetap (fixed time) dan waktu variabel (variable time). Waktu tetap meliputi waktu mengikat dan waktu melepas material yang II- 31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
tergantung pada jenis material yang diangkat, untuk setiap pekerjaan memiliki waktu tetap yang berbeda, misalnya waktu untuk mengikat tulangan berbeda dengan waktu untuk mengikat bekisting. Waktu variabel tergantung pada jarak tempuh TC, yaitu waktu tempus vertikal tergantung tinggi angkat, waktu tempuh rotasi tergantung pada sudut putaran, dan waktu tenpuh horizontal tergantung pada jarak titik tujuan dari sumber material. Rumus perhitungan produktivitas tower crane:
(6)
Q=
Dimana: Q = Produktivitas pekerjaan bekisting (m2/jam) q = Volume angkut bekisting (m2) E = Efisiensi kerja {50/60 menit = baik, (30-50)/60 menit = sedang} Cm = Waktu siklus (menit)
2.8.
Metode Konstruksi Konvensional Mekanisasi
Metode sistem konvensional adalah metode pelaksanaan konstruksi yang dimulai dari pembuatan pondasi atau penggalian tanah (dengan kedalaman tanah yang direncanakan) untuk
II- 32
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
kebutuhan pembuatan lantai basement gedung bertingkat kemudian dilanjutkan tahapan selanjutnya dari pekerjaan pondasi, pemancangan sampai atap. (Mistra, 2012)
Metode konstruksi konvensional mekanisasi adalah metode konstruksi yang dimulai dari pengerjaan struktur bawah (substructur) terlebih dahulu lalu dilanjutkan pengerjaan ke struktur atasnya (upper structur) yang pengerjaan betonnya dilakukan secara in-situ atau pengecoran dilokasi proyek dengan menggunakan alat berat yang sudah modern. Secara garis besar kegiatan – kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan konstruksi konvensional mekanisasi adalah sebagai berikut : 1. Mobilisasi peralatan. 2. Pelaksaanaan pondasi tiang. 3. Pelaksanaan dinding penahan tanah (sheet pile). 4. Penggalian dan pembuangan tanah. 5. Dewatering. 6. Poer pondasi. 7. Waterproofing. 8. Tie beam dan pondasi rakit. 9. Dinding basement dan struktur bertahap keatas. II- 33
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
10. Komponen struktur basement dan lantai atasnya.
Gambar 2.9 : Proses pelaksanaan konvensional mekanisasi Secara umum, kegiatan-kegiatan pekerjaan tersebut diatas adalah item pekerjaan utama yang hampir dapat selalu ditemukan dalam suatu pelaksanaan pekerjaan basement dengan metode bottom up. Menurut Mistra, kekurangan pelaksanaan metode konstruksi konvensional adalah sebagai berikut : 1. Time schedule pelaksanaan pembangunan menjadi panjang 2. Ada beberapa tahapan pekerjaan yang tidak dapat dilakukan karena menunggu pekerjaan galian. 3. Biaya tambahan untuk pemasangan angkur tanah. Hal ini terjadi akibat kedalaman galian langsung mencapai dasar pile cap sehingga factor keruntuhan tanah dari sisi luar akan semakin besar langkah pengamanan yang umum
II- 34
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
dilakukan berupa pemasangan angkur tanah atau ground anchor untuk meminimalisir runtuhnya tanah dari sisi luar. 4. Dapat atau tidaknya pemasangan angkur tanah tergantung pada luas areal proyek dan kondisi di sekitarnya. Bila disekitar proyek sudah ada bangunan, angkur tanah tidak dapat digunakan. 5. Pekerjaan penyelesaian proyek bergerak secara vertical, mulai dari bawah sampai atas, inilah disebut menghabiskan waktu pelaksanaan. 6. Proses dewatering sistem akan mengakibatkan turunnya muka air tanah secara drastic. Berlarinya air tanah (drain) dapat berakibat turunnya bangunan di sekitar proyek. Oleh karena itu, tidak tertutup kemungkinan adanya penurunan bangunan gedung tinggi di sebelahnya (settlement) akibat pengerjaan sistem ini. Sistem ini juga dapat berdampak kering nya sumur warga disekitar proyek. Untuk mendeteksi penurunan permukaan tanah dibagian yang sudah ada gedung tinggi, biasanya akan dipasang sebuah alat pemantau penurunan muka tanah sampai pada tingkat membahayakan maka pengurasan air tanah dihentikan. 7. Adanya biaya tambahan untuk pembuatan dinding basement sebagai finishing 8. Luas area kerja untuk sementara berkurang karena adanya penggalian tanah.
II- 35
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
9. Setelah selesai pekerjaan dinding basement, secara pasti luas ruangan di basement akan berkurang sesuai ketebalan dinding basement yang digunakan. 10. Pelaksanaan pekerjaan pelat lantai dan balok basement banyak membutuhkan perancah (bekisting). Akibatnya, biaya menjadi lebih mahal.
2.9.
Metode Konstruksi Prafabrikasi
2.9.1. Definisi Konstruksi Prafabrikasi Pracetak dapat diartikan sebagai suatu poses produksi elemen struktur atau arsitektural bangunan pada suatu tempat atau lokasi dimana elemen elemen struktur atau arsitektural tersebut akan digunakan. Teknologi pracetak ini dapat diterapkan pada berbagai jenis material, salah satunya adalah material beton. Beton pracetak sebenarnya tidak berbeda dengan beton yang sering dijumpai dalam bangunan pada umumnya. Yang membedakan hanya proses produksinya. Beton pracetak dihasilkan dari proses produksi dimana lokasi pembuatannya berbeda dengan lokasi elemen tersebut akan digunakan. (Wulfram I. E, 2006)
Berdasarkan Kamus Istilah bidang Pekerjaan PU tahun 2008, beton pracetak adalah elemen atau komponen beton tanpa atau dengan tulangan pembesian, yang dicetak terlebih dahulu sebelum dirakit menjadi bangunan. Pracetak juga merupakan pembuatan beton yang dilakukan dengan dicetak terlebih dahulu sebelum dipasang atau penerapan.
II- 36
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Secara umum produk dari beton pracetak dapat dikatagorikan menjadi lima kelompok yakni :
Komponen – komponen untuk kepentingan arsitektur yang bersifat ornament
Komponen beton untuk lalulintas, paving blocks dan kerbs
Komponen – komponen struktur yang mendukung beban, seperti tiang, balok, kolom, bantalan rel, pipa dan plat lantai
Komponen penutup atap yang harus kedap air dan tahan terhadap cuaca
Batako beton
Dalam pengaplikasian beton pracetak sebagai elemen bangunan gedung tentu perlu mempertimbangkan untung atau rugi dan keunggulan dan kelemahannya. Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah pemilihan material konstruksi yang akan digunakan dalam beton pracetak. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebagai material konstruksi adalah :
Mampu menghasilkan kekuatan tinggi
Tidak memerlukan perawatan yang berlebih
Tahan api
Tidak mengalami perubahan volume
Tahan terhadap panas
Dapat diproduksi secara mekanis II- 37
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Keunggulan dari beton pracetak adalah :
Durasi proyek menjadi lebih singkat
Mengurangi biaya pengawasan
Mereduksi biaya konstruksi
Kontinuitas proses konstruksi tetap terjaga
Dapat diproduksi secara masal
Mengurangi kebisingan
Dihasilkan kualitas beton yang lebih baik
Pelaksanaan konstruksi hampir tidak terpengaruh oleh cuaca
Kelemahan dari beton pracetak adalah :
Proses pemindahan elemen dari area pabrikasi menuju proyek (transportasi)
Membutuhakan biaya lebih besar untuk pengadaan alat saat erection
Menentukan jenis sambungan material pada saat connection
2.9.2. Jenis Metode Konstruksi Prafabrikasi Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghasilkan komponen beton adalah Stationary production, Slip – form production, dan flow line production (Wulfram, 2006). 1) stationary production Metode produksi dimana proses pabrikasinya dilakukan pada cetakan yang bersifat tetap (tidak bergerak) sampai pekerjaan selesai. Cetakan yang digunakan harus direncanakan II- 38
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
sedemikian rupa sehingga mudah dibongkar. Beberapa alternative pemilihan rancangan cetakan adalah : a) Rancangan cetakan sedemikian rupa sehinga sisi bagian samping dapat diputar kebawah dan terlepas dari beton. b) Rancangan cetakan dapat diangkat ke atas sehingga terlepas dari betonnya. 2) Slip form production Metode prafabrikasi dengan menggunakan cetakan yang dapat bergerak sepanjang casting bed. Pelepasan cetakan tersebut dapat dilakukan dengan menggetarkan beton yang telah dipadatkan. metode ini banyak dipakai untuk memproduksi beton pracetak berupa plat lantai. 3) Flow-line Production Metode pabrikasi untuk memproduksi dalam jumlah banyak (missal), misalnya komponen atap, dengan harapan dapat mempersingkat waktu produksi. 2.9.3. Pemilihan Metode Prafabrikasi Pemilihan metode prafabrikasi tergantung dari beberapa faktor, yaitu : 1) Jumlah komponen yang akan diproduksi 2) Dimensi dari komponen beton pracetak yang akan diproduksi 3) Bentuk dari komponen beton pracetak 4) Sistem yang akan digunakan (prestressed atau konvensional) 5) Komposisi produk dan material yang digunakan
II- 39
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Ukuran dari komponen yang akan diproduksi terbatas yang sesuai dengan kemampuan dari mesin yang tersedia. Selain itu juga terdapat korelasi antara cetakan, crane, fasilitas transportasi dan ukuran dari komponen beton pracetak itu sendiri. Criteria dari ukuran ini adalah berapa besar biaya awal yang harus dikeluarkan untuk pembuatan cetakan, berapa besar kapasitas moda transportasi yang tersedia dan berapa besar kapasitas tower crane yang harus disediakan untuk mengangkat komponen yang lebih besar. Komponen beton pracetak dengan dimensi dan ukuran yang besar dapat menekan penggunaan tenaga kerja serta waktu pemasangan dapat dicapai lebih cepat. Pada sisi lain produk seperti ini membutuhkan biaya yang lebih besar untuk investasi peralatannya, sehingga timbul pertanyaan seberapa ukuran komponen beton pracetak sehingga keuntungan yang diperoleh sebanding dengan biaya tambahan yang dikeluarkan. 2.9.4. Jenis Sambungan
Jenis sambungan antara komponen beton pracetak yang biasa dipergunakan dapat dikategorikan menjadi 2 kelompok sebagai berikut : 1).
Sambungan kering (dry connection)
Sambungan kering menggunakan bantuan pelat besi sebagai penghubung antar komponen beton pracetak dan hubungan antara pelat besi dilakukan dengan baut atau dilas. Penggunaan metode sambungan ini perlu perhatian khusus dalam analisa dan pemodelan komputer karena antar elemen struktur bangunan dapat berperilaku tidak monolit. II- 40
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Gambar 2.10. : Sambungan Kering 2).
Sambungan basah (wet connection)
Sambungan basah terdiri dari keluarnya besi tulangan dari bagian ujung komponen beton pracetak yang mana antar tulangan tersebut dihubungkan dengan bantuan mechanical joint, mechanical coupled, splice sleeve atau panjang penyaluran. Kemudian pada bagian sambungan tersebut dilakukan pengecoran beton ditempat. Jenis sambungan ini dapat berfungsi baik untuk mengurangi penambahan tegangan yang terjadi akibat rangkak, susut dan perubahan temperatur. Sambungan basah ini sangat dianjurkan untuk bangunan di daerah rawan gempa karena dapat menjadikan masingmasing komponen beton pracetak menjadi monolit. Dari berbagai cara penyambungan komponen beton pracetak, masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda, yang secara garis besar dapat disajikan dalam tabel berikut ini :
II- 41
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Tabel 2.5 : Perbandingan sambungan basah dan sambungan kering prafabrikasi Deskripsi
Incsite Concrete Joints
Sambungan Baut dan Las
Keutuhan struktur
Monolit
Tidak monolit
Waktu yang
Perlu setting time
segera dapat berfungsi
Horizontal method
Vertical method
Jenis Sambungan
Basah
Kering
Ketinggian
-
Max 25 Meter
Waktu pelaksanaan
Lebih lama karena
lebih cepat 25% - 40% bila
membutuhkan waktu setting
dibandingkan dengan in situ
time
joint
Lebih tinggi dibandingkan
rendah sehingga
sambungan baut dan las
membutuhkan akurasi yang
dibutuhkan agar sambungan berfungsi secara efektif Metode erection yang sesuai
Toleransi Dimensi
tinggi selama produksi
II- 42
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
2.9.5
Analisa Harga Satuan Pekerja
Tata cara perhitungan SNI-7832-2012 ini sebagai acuan dasar untuk menentukan biaya bangunan (building cost) rancanganpekerjaan konstruksi pracetak dari suatu gedung danperumahan yang meliputi indeks bahan bangunan danindeks tenaga kerja yang dibutuhkan
untuk
tiap
satuanpekerjaan
sesuai
dengan
spesifikasi
teknis
pekerjaanbersangkutan. Standar ini memuat indeks bahan bangunan dan indeks tenaga kerja yang dibutuhkan untuk tiap satuan pekerjaan sesuai dengan spesifikasi teknis pekerjaan dengan jenis pekerjaan beton pracetak meliputi : a) Pekerjaan pembuatan beton pracetak “Partial precast” b) Pekerjaan pembuatan beton pracetak “Full precast” c) Pekerjaan pembuatan beton pracetak d) Pekerjaan sambungan konstruksi beton pracetak Berikut ini adalah daftar koefisien kerja pada pekerjaan sesuai dengan SNI 7832-2012 :
II- 43
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
1) Membuat 1 m2 bekisting untuk pelat beton pracetak (5 kali pakai) Tabel 2.6 : Koefisien pekerjaan bekisting plat beton pracetak 5 kali pakai
2) Membuat 1 m2 bekisting balok beton pracetak (10 sampai 12 kali pakai) Tabel 2.7 : Koefisien pekerjaan bekisting balok beton pracetak
3) Membuat 1m2 bekisting untuk kolom beton pracetak (10 sampai 12 kali pakai) Tabel 2.8 : Koefisien pada pekerjaan bekisting kolom beton pracetak
4) Upah pemasangan + buka bekisting 1 buah komponen untuk pelat pracetak Tabel 2.9 : Koefisien upah pemasangan dan buka bekisting plat pracetak
II- 44
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
5) Upah pemasangan + buka bekisting 1 buah komponen balok pracetak Tabel 2.10 : Koefisien upah pemasangan dan buka bekisting balok pracetak
6) Upah pemasangan + buka bekisting 1 buah komponen untuk kolon pracetak Tabel 2.11 : Koefisien upah pemasangan dan buka bekisting kolom pracetak
7) Upah tuang atau tebar beton 1 buah komponen untuk pelat pracetak Tabel 2.12.: Koefisien upah tebar beton plat pracetak
8) Upah tuang atau tebar beton 1 buah komponen untuk balok pracetak Tabel 2.13 : Koefisien upah tebar beton pekerjaan balok pracetak
9) Upah tuang atau tebar beton 1 buah komponen untuk kolom pracetak Tabel 2.14 : Koefisien upah tebar beton 1 buah komponen kolom pracetak
II- 45
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
10) Ereksi 1 buah komponen untuk pelat pracetak Tabel 2.15 : Koefisien ereksi beton 1 buah komponen pelat pracetak
11) Ereksi 1 buah komponen untuk balok pracetak Tabel 16 : Koefisien ereksi beton 1 buah komponen balok pracetak
12) Ereksi 1 buah komponen untuk kolom pracetak Tabel 2.17 : Koefisien ereksi beton 1 buah komponen kolom pracetak
II- 46
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
13) Langsir 1 buah komponen untuk pelat pracetak (+ 20 m) Tabel 2.18 : Koefisien langsir 1 buah komponen untuk pelat pracetak
14) Langsir 1 buah komponen untuk balok pracetak (+ 20 m) Tabel 2.19 : Koefisien langsir 1 buah komponen untuk balok pracetak
15) Langsir 1 buah komponen untuk kolom pracetak (+ 20 m) Tabel 2. 20 : Langsir 1 buah komponen untuk kolom pracetak
16) Memasang bahan 1 m3 grout campuran Tabel 2.21 : Koefisien pemasangan bahan 1 m3 grout campuran
II- 47
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
17) Bahan 1 m3 grout Tabel 2.22 : Koefisien Bahan 1 m3 grout
18) Upah 1 titik pekerjaan grout pada joint beton pracetak Tabel 2.23 : Koefisien upah 1 titik pekerjaan grout pada joint beton pracetak
19) Upah 1 titik joint dengan sling Tabel 2.24 : Koefisien pemasangan 1 titik joint dengan sling
20) Memasang 1 titik bekisting joint Tabel 2.25 : Koefisien pemasangan bekisting joint
2.10.
Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian yang berjudul “Peningkatan Produktivitas Konstruksi Melalui Pemilihan Metode Konstruksi” karya Paulus Setyo Nugroho pada tahun 2012 II- 48
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
menyatakan bahwa penggunaan beton pracetak dibandingkan beton konvensional di Proyek Rusunawa Cilacap membutuhkan durasi lebih kecil dan biaya lebih murah. Waktu pelaksanaan metode konvensional selama 168 hari sedangkan untuk pelaksanaan metode konvensional selama 196 hari. Waktu pelaksanaan konstruksi struktur pracetak lebih cepat 28 hari (14%) dari struktur konvensional. Berdasarkan penelitian yang berjudul “Analisa Comparison of Strength, Cost and Operating Time Between Precast Beam and Conventional Beam in Citraland Bagya City of Medan” karya Ahmad Dzulkheyri dan Bertha Hidayati pada tahun 2014, menjelaskan bahwa berdasarkan analisa perbandingan balok pracetak dengan dimensi 35 cm x 50 cm x 500 cm pada proyek citraland bagya dalam proses pembuatan tiap unit memerlukan biaya sebesar Rp. 4.436.761,- sedangkan balok konvensional dengan dimensi yang sama dengan dimensi beton pracetak didapatkan Rp. 3.922.066,-. Kebutuhan jumlah pekerja tiap item pembuatan balok pracetak lebih efisiem dibanding dengan balok konvensional. Berdasarkan penelitian yang berjudul “Studi Pernbandingan Harga Proyek Gedung Bertingkat Dengan Metode Pracetak Dan Konvensional Di Wilayah Jakarta dan Palembang” karya M. Rizki dan Dwi Dinariana pada tahun 2012 menjelaskan bahwa pada wilayah Jakarta, besar persentasi nilai efisiensi terhadap struktur, paling tinggi berada pada gedung lantai 6 sebesar 18 % dan paling rendah berada pada gedung lantai II- 49
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
10 sebesar 8%. Dari hasil yang diperoleh tampak bahwa semakin tinggi tingkat dari suatu bangunan maka efisiensinya menggunakan metode pracetak cenderung semakin menurun. Besar presentasi nilai efisiensi terhadap jumlah lantai wilayah Palembang, paling tinggi berada pada gedung lantai 6 sebesar 16% dan paling rendah berada pada gedung lantai 10 sebesar 8%. Dari hasil yang diperoleh tampak bahwa semakin semakin tinggi tingkat dari suatu bangunan maka besar efisiensinya menggunakan metode pracetak cenderug semakin menurun. Pada wilayah Jakarta dan Palembang terdapat kesamaan efisiensi yaitu, terjadi penurunan efisiensi pada bangunan dibawah 6 lantai dan kembali terjadi penurunan pada bangunan di atas 6 lantai sehingga bangunan 6 lantai menjadi puncak efisiensi tertinggi dari metode pracetak pada wilayah Jakarta dan Palembang. Berdasarkan penelitian “Analisis Perbandingan Metode Pelaksanaan Pemasangan Plat Lantai Menggunakan Half Slab (Precast) dan Beton Konvensional” karya Dwi Candra Adi Satria pada tahun 2013 menjelaskan bahwa dari pekerjaan proyek pembangunan Gedung Pencak Silat SPOrT Jabar Arcamanik Bandung. Pernandingan metode pelaksanaan plat precast half slab dan plat konvensional dapat disimpulkan sebagai berikut :
II- 50
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
1. Pengaplikasian metode pelaksanaan plat precast half slab yang digunakan pada proyek ini tentu dirasa lebih efisien bila dibandingkan dengan menggunakan metode pelaksanaan konvensional. Dilihat dari aspek sebagai berikut : a) Upah tenaga pabrik (pembuat beton pracetak) lebih rendah daripada pekerja tukang kita di lapangan. b) Pemakaian bekisting lebih hemat c) Waktu penyelesaian proyek lebih cepat d) Produktivitas yang lebih besar dari pekerja karena sebagian besar bekerja di permukaan tanah e) Tidak terpengaruh cuaca. Maka dengan dilihat dari aspek di atas metode pelaksanaan plat precast half slab tentu lebih efisien 2. Dengan menggunakan beton precast, diperoleh kualitas produk yang lebih baik karena saat pembuatannya diawasi dan dikontrol dengan ketat. 3. Dengan menggunakan metode precast half slab pekerjaan proyek lebih cepat dibanding metode konvensional, karena proses produksinya yang dilakukan di lain tempat. 4. Dengan durasi yang relatif lebih singkat maka dengan sendirinya biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan proyek akan menjadi lebih kecil. Satu hal yang jelas
II- 51
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
terlihat pengurangannya adalah biaya overhead proyek. Hal ini yang dapat mereduksi biaya adalah penggunaan tenaga kerja yang lebih sedikit yang menurunkan biaya upah. Berkurangnya kebutuhan material pendukung seperti scaffolding, penghematan material bekisting, serta material pembentuk beton bertulang. Penelitian penggunaan beton prafabrikasi sebagai solusi alternatif dalam mengatasi permasalahan yang terjadi pada proyek MNC Media merupakan penelitian yang menguatkan hasil penelitian – penelitian sebelumnya yang menggunakan beton prafabrikasi dalam mengatasi keterlambatan waktu pelaksanaan.
II- 52
http://digilib.mercubuana.ac.id/