BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Yodium Yodium ditemui dalam bentuk inorganik (yodida) dan organik dalam jaringan tubuh. Yodium adalah penting untuk reproduksi system disamping untuk produksi hormon tiroid yaitu hormon yang dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan saraf otot pusat, pertumbuhan tulang, perkembangan fungsi otak dan sebagian besar metabolisme sel tubuh kecuali sel otak. Yodium juga dibutuhkan untuk sel darah merah dan pernafasan sel serta menjaga keseimbangan metabolisme tubuh (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII, 2004). Tubuh yang sehat mengandung 15-20 mg iodium dimana 70-80 % ada di kelenjar gondok dalam bentuk thyroglobulin. Sisanya di kelenjar air liur, kelenjar lambung, jaringan dan sebagian kecil beredar di seluruh tubuh. Umumnya bahan makanan sumber hewani seperti ikan dan kerang mengandung tinggi yodium. Bahan makanan sumber nabati yang mengandung tinggi yodium adalah rumput laut (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII, 2004).
1. Kebutuhan Yodium Kebutuhan yodium perhari sekitar 1-2 mikrogram per kg berat badan. Perkiraan kecukupan yang dianjurkan sekitar 40-120 mikrogram per hari untuk anak sampai sepuluh tahun dan 150 mikrogram per hari untuk orang dewasa. Untuk wanita hamil dan menyusui dianjurkan tambahan masing-masing 25 mikrogram dan 50 mikrogram per hari. Angka kecukupan yodium yang ditetapkan oleh WNPG 2004 tersaji pada tabel 1.
TABEL 1. ANGKA KECUKUPAN YODIUM (µg/hari) 4
Kelompok Umur Wanita 10-12 13-15 16-18 19-29 30-49 50-64 65+ Hamil Trimester 1 Trimester 1 Trimester 1 Menyusui 6 bl pertama 6 bl kedua
WNPG 2004
120 150 150 150 150 150 150 +50 +50 +50 +50 +50
Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2004 2. Ekologi dan Demografi Defisiensi Yodium Yodium berada dalam satu siklus di alam. Sebagian yodium ada di laut, sebagian lagi merembes dibawa hujan, angin dan banjir turun ke tanah dan gunung di sekitarnya. Yodium terdapat di lapisan bawah tanah, sumur minyak dan gas alam. Air berasal dari sumur-sumur tersebut merupakan sumber yodium. Daerah pegunungan di seluruh dunia termasuk di Eropa, Amerika, dan Asia kurang mengandung yodium, terutama pegunungan yang ditutupi es dan mempunyai curah hujan tinggi yang mengalir ke sungai. Yodium di dalam tanah dan laut terdapat sebagai iodide. Ion iodide dioksidasi oleh sinar matahari menjadi unsur yodium yang mudah menguap. Yodium kemudian dikembalikan ke tanah oleh hujan. Pengembalian yodium ke tanah berjalan lambat dan sedikit dibandingkan dengan kehilangan semula, dan banjir berulang kali akan menyebabkan yodium yang tersedia di tanah hanyut terbawa air hujan (Widagdo, 2008). 3. Defisiensi Yodium Pengertian tentang defisiensi yodium saat ini tidak terbatas pada gondok dan kretinisme saja, tetapi defisiensi yodium berpengaruh terhadap kualitas sumber daya
manusia secara luas, meliputi tumbuh kembang, termasuk perkembangan otak, defisiensi yodium dinyatakan sebagai Gangguan Akibat Kekurangan Yodium ( GAKY ) yang menunjukkan luasnya pengaruh defisiensi yodium di seluruh Indonesia, dan penanggulangannya merupakan salah satu prioritas utama program WHO (Almatsier, 2001). Beberapa akibat defisiensi yodium, diantaranya adalah sebagai berikut : a. Pembesaran Kelenjar Tiroid Tiap-tiap pembesaran kelenjar tanpa memandang penyebabnya disebut struma. Stroma ada yang bersifat toksin dan ada yang bersifat toksik. Apabila pembesarannya cukup besar dapat menyebabkan gangguan mekanis dan apabila menekan trakhea akan terdesak kesamping sehingga kemungkinan menyebabkan kesukaran bernafas. Apabila menekan esophagus akan menyebabkan sukarnya proses menelan makanan (Budiyanto, 2002 ). b. Kretin Kekurangan yodium juga dapat menyebabkan kesehatan yang lain yakni “Cretinisma”. Kretinisma adalah suatu kondisi penderita dengan tinggi badan dibawah normal (cebol).
Kondisi ini disertai berbagai tingkat keterlambatan
perkembangan jiwa dan kecerdasan, dari hambatan ringan sampai dengan sangat berat (debil). Ekspresi muka orang kretin ini memberikan kesan orang bodoh karena tingkat kecerdasannya sangat rendah. Pada umumnya orang kretin ini dilahirkan dari ibu yang sewaktu hamil kekurangan yodium. Kretin juga ditandai dengan gangguan mental, gangguan perkembangan saraf otak, gangguan pendengaran, cara berjalan, berbicara, dan sebagainya dan dapat disertai atau tidak disertai hipotiroidi. Yang amat penting untuk didasari adalah bahwa kretin adalah satu kelainan yang irreversible (menetap), sehingga merupakan beban bagi masyarakat pada umumnya (R. Djokomoeljanto, 2008 ). c. Kesehatan Ibu dan Anak Pada manusia, defisiensi yodium dapat meningkatkan abortus spontan, stillbirth dan kematian neonatal, kelainan congenital, dan kelainan struktur kardiosvaskular serta susunan saraf. Hasil penelitian pada ibu yang hipotiroidi selama hamil diobati dan tidak diobati menunjukkan perbedaan yang bermakna
dalam hal kelahiran anak normal, kejadian abortus dan stiilbirth serta kelahiran prematur. Hipotiroidi yang terdapat pada ibu hamil juga memberikan gangguan retardasi, aborsi, gangguan perkembangan, kelainan congenital yang dapat mematikan fetus yang dikandungnya. (Budiyanto, 2002).
4. Penyebab timbulnya defisiensi yodium Penyebab timbulnya defisiensi yodium disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : a. Kandungan yodium dalam makanan sehari-hari tidak cukup b. Bahan pangan goitrogenik Goitrogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan zat yodium oleh kelenjar gondok, sehingga konsentrasi yodium dalam kelenjar gondok rendah. Selain itu, zat goitrogenik dapat menghambat perubahan yodium dari bentuk anorganik ke bentuk organik sehingga pembentukan hormon tiroksin terhambat c. Faktor zat gizi lain Defisiensi protein dapat berpengaruh terhadap berbagai tahap pembentukan hormone dari kelenjar thyroid terutama tahap transportasi hormone. Baik T3 maupun T4 terikat oleh protein dalam serum, hanya 0,3 % T4 dan 0,25 % T3 dalam keadaan bebas.
Sehingga defisiensi protein akan menyebabkan
tingginya T3 dan T4 bebas, dengan adanya mekanisme umpan balik pada TSH maka hormone dari kelenjar thyroid akhirnya menurun (Picauly, 2002).
5. Upaya Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) akan berlanjut menjadi masalah nasional, karena berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia yang akhirnya akan menghambat tujuan pembangunan nasional. Upaya yang dilakukan adalah upaya jangka pendek dan upaya jangka panjang. a. Upaya jangka pendek a.1. Penyuntikan larutan lipiodol ( 1974 – 1991 ) a.2. Pemberian kapsul minyak beryodium ( 1992 – sekarang )
Suplemen kapsul minyak beryodium diberikan kepada kelompok resiko tinggi / sasaran strategis yaitu wanita usia subur (WUS), ibu hamil, ibu menyusui dan anak sekolah pada daerah yang masuk kategori endemic berat dan sedang. Upaya ini sangat mahal sehingga tidak dapat dilakukan secara berkesinambungan, untuk itu upaya yang paling efektif dan memungkinkan untuk dilakukan secara berkesinambungan adalah dengan upaya jangka panjang (Halamah, 2006) b. Upaya jangka panjang Upaya jangka panjang yang dilakukan adalah dengan fortifikasi garam konsumsi atau yodisasi garam. Garam yang sudah difortifikasi dengan yodium disebut garam beryodium. Program ini pertama dilakukan pada tahun 1976 dengan bantuan unicef. Tujuan program yodisasi garam adalah mentargetkan konsumsi garam yodium sesuai persyaratan yaitu sebesar 30 – 80 part per million ( ppm ) di tatanan rumah tangga minimal 90 % (Halamah , 2006). Adapun kegiatan yang dilakukan dalam rangka memasyarakatkan garam beryodium adalah : b.1. Pemantauan status yodium dimasyarakat ( Surveilans sentinel, deteksi dini ) b.2. KIE Peningkatan konsumsi garam beryodium b.3. Peningkatan pasokan garam beryodium b.4. Penegakan norma sosial dan hukum
b.5. Pemantapan koordinasi lintas sektor, swasta dan penguatan Kelembagaan Penanggulangan GAKY (Hernawati, 2008).
6. Garam beryodium Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan KIO3 ( kalsium laktat ) dalam bentuk larutan pada lapisan tipis garam, sehingga diperoleh campuran yang merata sesuai standart nasional Indonesia (SNI). Kadar yodium dalam garam ditentukan sebesar 30 – 80 ppm. Hal ini dikaitkan dengan jumlah garam yang dikonsumsi tiap orang per hari sekitar 6 gram atau satu sendok teh setiap hari (Depkes, 1999).
Standart Nasional Indonesia ( SNI ) garam konsumsi ditetapkan secara wajib terhadap produsen, distributor / pedagang sesuai Kepres N0. 69 tahun 1994 tentang pengadaan garam beryodium untuk melindungi kesehatan masyarakat. Sedangkan untuk menguji kualitas garam di tingkat rumah tangga menggunakan iodina test (Depkes, 1999).
B. Distribusi, Penyimpanan dan Konsumsi Garam Beryodium 1. Distribusi garam beryodium Mengingat keterbatasan yang dialami pada program pemberian kapsul minyak beryodium, pencegahan gondok endemik lebih diarahkan dalam jangka panjang yaitu dengan distribusi garam beryodium dimaksudkan untuk meningkatkan konsumsi zat yodium melalui makanan. Karena produksi garam beryodium berpusat di suatau tempat , maka untuk menjadi kesinambungan persediaan di daerah perlu dikembangkan jaringan distribusi garam beryodium lintas daerah baik propinsi maupun kabupaten/kota (Muhani, 2006)
2. Penyimpanan garam beryodium Dari berbagai upaya pencegahan defisiensi yodium pemerintah menganjurkan kepada masyarakat luas agar mampu dan mau untuk menggunakan garam beryodium secara benar. Selain cara penggunaan garam beryodium masyarakat juga diharapkan mengerti cara penyimpanan garam beryodium secara baik dan benar yaitu ditempatkan pada tempat yang kering dan ditaruh pada tempat tertutup agar kandungan yodium tidak hilang. Dalam ngolahan garam beryodium dimasukkan setelah diangkat dari perapian dan tertutup ( Depkes RI, 1999 )
3. Konsumsi Garam beryodium Setiap orang dianjurkan mengkonsumsi garam beryodium sekitar 6 gram atau satu sendok teh setiap hari.
Dalam kondisi tertentu, dimana keringat keluar
berlebihan, dianjurkan untuk ,mengkonsumsi garam beryodium dua sendok teh sehari. Bagi orang yang menderita hipertensi atau yang harus mengurangi konsumsi garam, tetap mengkonsumsi garam beryodium tetapi dalam jumlah yang sedikit dan
dianjurkan mengkonsumsi makanan dari laut yang kaya akan yodium seperti ikan, udang, ganggang laut (Depkes, 1999).
C. Pendidikan dan Pengetahuan 1. Pendidikan Pendidikan gizi atau penyuluhan gizi selalu dimaksudkan agar anak didik mengubah perilaku konsumsi gizi menuju ke perilaku yang lebih baik. Memiliki pengetahuan gizi tidak berarti seseorang mau mengubah kebiasaan makannya. Mereka mungkin paham tentang protein, karbohidrat, vitamin, dan zat gizi lainnya yang diperlukan untuk keseimbangan diit tetapi mereka tidak pernah mengaplikasikan pengetahuan gizi ini dalam kehidupan sehari-hari (Khomsan, 2000). Pendidikan gizi selain dimaksudkan untuk menginformasikan ide baru juga dirancang untuk megubah perilaku masyarakat.
Oleh karena itu sangat penting
kiranya untuk menggunakan metode yang tepat dan ilustrasi yang menarik yang sudah terbukti mampu membuat anak didik memahami informasi yang disampaikan (Khomsan, 2000).
2. Pengetahuan Kurangnya pengetahuan akan menyebabkan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan. Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal. Dengan bertambahnya pengetahuan mengenai gizi, maka seseorang mempunyai kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Rusminah dan Gunanti, 2003). Pengukuran pengetahuan gizi dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen berbentuk pertanyaan pilihan berganda (multiple choice test). Instrumen ini merupakan bentuk test obyektif
yang paling sering digunakan.
Di dalam
menyusun instrument ini diperlukan jawaban-jawaban yang sudah tertera di dalam tes, dan responden hanya memilih jawaban yang menurutnya benar.
Alternatif
jawaban yang benar dari berbagai opsi disebut “jawaban”, sedangkan alternatif jawaban yang salah disebut distracter.
Distracter yang baik mempunyai ciri
karakteristik yang hampir mirip dengan “jawaban”, dengan demikian responden harus berpikir dahulu sebelum menentukan pilihan jawaban yang benar (Khomsan, 2000).
D. Kerangka Teori Tingkat Pendidikan
Tingkat Pengetahuan
Pemasaran Garam Beryodium
Cara Penyimpanan
Konsumsi Garam Beryodium - Kadar Yodium Garam
Kualitas Garam Beryodium Sosial Ekonomi
Sumber : Modifikasi Depkes, 1999 GAMBAR 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KADAR YODIUM GARAM YANG DIKONSUMSI E. Kerangka Konsep Pendidikan Ibu Kadar Yodium Garam Yang Dikonsumsi
Pengetahuan Ibu
GAMBAR 2 KERANGKA KONSEP HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GARAM BERYODIUM DENGAN KADAR YODIUM YANG DIKONSUMSI F. Hipotesis 1. Ada hubungan tingkat pendidikan ibu dengan kadar yodium garam yang dikonsumsi pada rumah tangga di Desa Wonokerso Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung. 2. Ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang garam beryodium dengan kadar yodium garam yang dikonsumsi pada rumah tangga di Desa Wonokerso kecamatan Pringsurat kabupaten Temanggung.