1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Manusia merupakan mahluk sosial yang memerlukan interaksi dengan lingkungannya. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kehidupan berkelompok. Baik secara langsung maupun secara tidak langsung manusia harus selalu berhubungan dengan orang lain. Baik hubungan fisik, biologis maupun sosial. Hubungan tersebut dapat menimbulkan kerja sama yang kemudian memperoleh berbagai bentuk organisasi. Organisasi merupakan suatu sistem sosial yang terdiri dari berbagai individu yang memiliki berbagai macam tingkah laku, harapan, motivasi dan pandangan yang berbeda dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Agar tujuan organisasi tersebut dapat tercapai maka diperlukan suatu alat yang dapat mengkoordinasi perilaku dan tindakan tersebut dan alat untuk mengelola dan mengaturnya adalah manajemen. Menurut Wibowo (2006:9) mendefinisikan bahwa : “Manajemen adalah sebagai suatu seni untuk mendapatkan segala sesuatu dilakukan melalui orang lain. Menurut Hasibuan (2005:2) menerangkan bahwa : “Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Sedangkan menurut menurut Samsudin (2006:18), memberikan pengertian sebagai berikut : “Manajemen adalah suatu proses yang khas, yang terdiri dari tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnya”.
2
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah tindakan-tindakan atau aktivitas yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan dari perusahaan yang telah ditetapkan.
2.1.2 Fungsi Manajeman Fungsi manajemen sering kali diartikan sebagai tugas-tugas manajer. Beberapa klarifikasi fungsi-fungsi manajemen menurut Wibowo (2006:12-14), menyatakan fungsi manajemen pada intinya dapat dijelaskan sebagai berikut : 1.
Planning Planning merupakan langkah pertama yang harus dilakukan seorang manajemen. Fungsi Planning mencakup mendefinisikan tujuan organisasi, mengembangkan strategi menyeluruh untuk mencapai tujuan, dan mengembangkan hirarki komprehensif dari rencana untuk mengintegrasikan dan mengoordinasikan kegiatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
2.
Organizing Organizing merupakan tanggung jawab manajer untuk mendesain struktur organisasi
dan
mengatur
pembagian
pekerjaan.
Termasuk
mempertimbangkan apa tugas yang harus dilakukan, siapa melakukan, bagaimana tugas dikelompokkan, siapa melapor kepada siapa, dan di mana keputusan dibuat. Organizing merupakan persiapan sebelum pekerjaan sebenarnya dilakukan. 3.
Staffing Staffing merupakan pekerjaan manajer untuk mengisi jabatan yang tersedia dalam organisasi. Sementara itu, kinerja seorang manajer sangat dipengaruhi oleh kemampuan dari orang-orang yang membutuhkannya. Oleh karena itu, manajer harus cermat dalam memilih orang untuk didudukkan dalam suatu jabatan agar dapat membantu mencapai tujuan organisasi.
3
4.
Leading Leading atau memimpin merupakan fungsi manajer untuk mengarahkan dan mengoordinasikan orang untuk menjalankan pekerjaan agar tujuan dapat dicapai. Manajer memotivasi pekerja, mengarahkan aktivitas orang lain, memilih saluran komunikasi yang efektif, atau menyelesaikan konflik di antara anggota, dan mereka terikat untuk memimpin bawahan untuk mewujudkan tujuan organisasi.
5.
Actuating Actuating berkenaan dengan fungsi manajer untuk menjalankan tindakan dan melaksanakan pekerjaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi. Actuating merupakan implementasi dari apa yang direncanakan dalam fungsi planning dengan memanfaatkan persiapan yang sudah dilakukan dalam organizing.
6.
Controlling Controlling merupakan aktivitas untuk meyakinkan bahwa semua hal berjalan seperti seharusnya dan memonitor kinerja organisasi. Kinerja aktual harus dibandingkan dengan tujuan yang diterapkan sebelumnya. Jika terdapat deviasi signifikan, dilakukan korelasi dan dikembalikan kejalur yang tepat. Monitoring merupakan alat untuk mengontrol. Dengan demikian, Controlling melakukan koreksi terhadap pelaksanaan dan untuk mengetahui apakah tujuan dapat dicapai. Maka dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses dimana
didalam
proses
tersebut
dilakukan
melalui
fungsi-fungsi
manajerial,
dikoordinasikan dengan sumber daya, yaitu sumber daya manusia dan sumber daya lainnya sepertimesin dan modal untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan.
2.2
Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam mencapai tujuan perusahaan faktor yang sangat berpengaruh adalah
faktor tenaga kerja yang ada dalam perusahaan tersebut. Tetapi hal ini bukan berarti faktor-faktor lain tidak bermanfaat bagi perusahaan, karena manajemen
4
mengaitkan faktor produksi yang satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan perusahaan. Walaupun demikian harus diakui bahwa tenaga kerja manusia sangat menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan. Karena manusia mengelola faktor-faktor produksi lainnya dalam perusahaan maka manusia merupakan faktor produksi yang sangat penting. Tanpa manusia perusahaan atau organisasi tidak akan ada karena mansia yang merencanakan, membentuk dan menetapkan tujuan-tujuan tersebut. Oleh karena itu, agar tujuan yang telah direncanakan tersebut dapat dicapai secara memuaskan, suatu perusahaan harus mendayagunakan sumber-sumber daya manusia sebaik mungkin. Suatu prusahaan tidak akan mampu melakukan aktivitas untuk mencapai tujuan serta melakukan pengembangan secara efektif dan efisien jika sumber daya manusia yang ada dalam perusahaan tersebut tidak dikelola dan dikembangkan dengan baik.
2.2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu cabang ilmu manajemen yang timbul setelah disadari bahwa manusia mempunyai kedudukan yang utama dalam organisai, dimana bidang ini berusaha mengkoordinasikan para karyawannya dengan segala persoalannya agar dapat menjalankan tugasnya dengan sebaik mungkin dan memberikan tugasnya sebaik mungkin dan memberikan sumbangan yang optimal bagi perusahaan. Beberapa ahli memberikan definisi mengenai sumber daya manusia dengan cara berbeda-beda, meskipun pada dasarnya mempunyai maksud yang sama. Menurut Marwansyah (2014:24) menerangkan bahwa : “Manajemen sumber daya manusia (MSDM) adalah pendayagunaan sumber daya manusia di dalam organisasi, yang dilakukan melalui fungsi-fungsi perencanaan sumber daya manusia, rekrutmen dan seleksi, pengembangan sumber daya manusia, perencanaan dan pengembangan karir, pemberian kompensasi dan kesejahteraan, keselamatan dan kesehatan kerja, dan hubungan industrial”.
5
Menurut Hasibuan (2007:1) menyatakan bahwa: “Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu”. Dari uraian-uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber daya manusia merupakan bagian dari manajemen yang memiliki fungsi dalam menangani berbagai macam masalah manusia disuatu organisasi seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan tenaga kerja sehingga mereka dapat bekerja sebaik mungkin untuk mencapai tujuan perusahaan.
2.2.2 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Sesuai dengan pengertian manajemen sumber daya manusia yang telah diuraikan, maka kegiatan-kegiatan pengelolaan sumber daya manusia di dalam suatu organisasi memiliki fungsi-fungsi menurut Sastrohadiwiryo (2003:38), secara singkat adalah sebagai berikut : 1.
Analisis Pekerjaan Kegiatan ini dimaksudkan untuk menganalisis atau mengurai pada setiap pekerjaan yang akan diberikan kepada tenaga kerja, agar dapat memberikan pola kerangka menyeluruh tentang syarat-syarat yang dipenuhi setiap tenaga kerja untuk pekerjaan tertentu.
2.
Perekrutan Tenaga Kerja Kegiatan perekrutan tenaga kerja dimaksudkan untuk pengadaan dan penarikan tenaga kerja guna mengisi posisi dan formasi yang belum terisi maupun bagian atau tugas baru yang diciptakan dalam perusahaan.
3.
Seleksi Tenaga Kerja kegiatan seleksi tenaga kerja dimaksudkan untuk memilih tenaga kerja yang memenuhi persyaratan, baik kuantitas dan kualitasnya.
6
4.
Penempatan Tenaga Kerja kegiatan penempatan tenaga kerja dimaksudkan untuk menempatkan tenaga kerja sebagai unsur pelaksanaan pekerjaan pada posisi yang sesuai dengan kemampuan, kecakapan dan keahliannya.
5.
Indikasi dan Orientasi Pengadaan Kegiatan induksi dan orientasi pengadaan dimaksudkan untuk menempatkan tenaga kerja yang baru akan mulai bekerja, tenaga bagaimana suatu pekerjaan harus diselesaikan. Pengenalan ruang lingkup perusahaan serta kebijakan yang berlaku dalam perusahaan. Selain itu diharapkan tenaga kerja baru tersebut selain tidak merasa asing terhadap pekerjaannya juga terampil menghadapi pekerjaan seperti halnya tenaga kerja yang lain.
6.
Pemberian Kompensasi Kegiatan kompensasi dimaksudkan untuk memberikan balas jasa atau imbalan jasa kepada tenaga kerja, karena tenaga kerja tersebut telah memberikan kontribusinya dalam mencapai tujuan perusahaan. Kompensasi tidak terbatas pada imbalan tertentu, tetapi meliputi gaji, upah, perumahan, pakaian, tunjangan keluarga, tunjangan kesehatan, tunjangan pangan dan tunjangan lainnya.
7.
Pendidikan dan Pelatihan Kegiatan pendidikan dan pelatihan dimaksudkan untuk meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, sikap, kecakapan, keterampilan tenaga kerja baik yang diberikan tanggung jawab dalam pekerjaan yang baru maupun yang telah memiliki tanggung jawab sebelumnya. Dengan demikian, tenaga kerja yang bersangkutan dapat lebih berdaya guna dan berhasil.
8.
Penilaian Kinerja Kegiatan penilaian kinerja yang dilakukan tenaga kerja dimaksudkan untuk mengevaluasi pekerjaan yang telah dan yang sedang dilakukan, juga dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan, kecakapan dan keterampilan yang dimiliki tenaga kerja.
7
9.
Mutasi Kegiatan mutasi bagi tenaga kerja
dimaksudkan untuk memindahkan
tenaga kerja dari suatu unit atau bidang atau bagian pekerjaam lain dalam suatu perusahaan atau perusahaan lain yang dianggap setingkat atau sejajar dengan pekerjaan sebelumnya. 10.
Promosi Kegiatan promosi dilakukan manajeman tenaga kerja dimaksudkan untuk memindahkan tenaga kerja dari satu jenjang jabatan yang lebih tinggi daripada jabatan sebelumnya.
11.
Pemotivasian Kegiatan motivasi dimaksudkan untuk memberikan dorongan kepada tenaga kerja agar pada dirinya tumbuh kondisi yang menggairahkan didalam melaksanakan
pekerjaanya.
Dengan
demikian,
tenaga
kerja
yang
bersangkutan dapat bekerja dengan semanagt dan gairah kerja yang tinggi. 12.
Pembinaan Moral Kerja Kegiatan pembinaan moral kerja dimaksudkan agar selain tenaga kerja dapat melakukan pekerjaan lebih giat, juga agar timbul rasa suka terhadap pekerjaan yang diberikan.
13.
Pemberian Disiplin Kerja Pembinaan disiplin kerja dimaksudkan agar tenaga kerja dapat mentaati dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab terhadap norma, pengaturan dan kebijakan yang berlaku dalam perusahaan, baik yang tertulis atau tidak.
14.
Penyeliaan Tenaga Kerja Penyeliaan tenaga kerja dimaksudkan untuk memantau (memonitori) dan mengevaluasi pekerjaan yang telah, sedang dan akan dikerjakan oleh tenaga kerja. Dengan demikian, apabila terjadi penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan diadakan tindakan perbaikan (correction action).
15.
Pemutusan Hubungan Kerja Pemutusan hubungan kerja dimaksudkan untuk memberhentikan tenaga kerja dari jabatan pekerjaan semula, baik atas prakarsa tenaga kerja yang bersangkutan maupun oleh perusahaan. Pemutusan hubungan kerja tenaga
8
kerja pada prinsipnya dapat terjadi karena salah satu dari kedua belah pihak merasa rugi apabila hubungan kerja terus dilanjutkan. Sedangkan menurut Marwansyah (2014:8) fungsi manajemen sumber daya manusia operasional yaitu : 1.
Perencanaan sumber daya manusia Perencanaan SDM adalah proses yang secara sistematis mengkaji kebutuhan SDM untuk menjamin terjadinya tenaga kerja dalam jumlah dan mutu, atau kompensasi, yang sesui pada saat dibutuhkan. Dengan kata lain, perencanaan SDM adalah proses penentuan jumlah dan mutu/kualifikasi SDM di masa yang akan datang.
2.
Rekrutmen dan seleksi Rekrutmen atau penarikan adalah proses menarik sejumlah calon karyawan potensial dan mendorong mereka agar melamar pekerjaan pada sebuah organisasi. Hasil dari proses rekrutmen adalah sekumpulan pelamar yang memenuhi syarat. Seleksi adalah proses identifikasi dan pemeliharaan orang-orang dari sekumpulan pelamar yang paling cocok dengan posisi yang ditawarkan dan dengan organisasi. Hasil proses seleksi adalah para calon karyawan yang paling memenuhi syarat diantara para pelamar.
3.
Pengembangan SDM Pengembangan SDM adalah upaya terencana yang dilakukan oleh manajemen untuk meningkatkan kompensasi pekerja dan kinerja organisasi melalui program-program pelatihan, pendidikan, dan pengembangan. Human resources development merupakan salah satu fungsi utama dalam SDM, yang mencakup tidak saja pelatihan dan pengembangan melainkan juga kegiatan perencanaan dan pengembangan karir individu serta penilaian kinerja.
4.
Kompensai Kompensasi atau balas jasa didefinisikan sebagi semua imbalan yang diterima oleh seseorang sebagai balasan atas kontribusinya terhadap organisasi
9
Imbalan yang diberikan kepada karyawan itudapat berupa salah satu atau kombinasi dari bentuk-bentuk berikut ini.
Gaji atau upah: yakni uang yang diterima oleh seseorang sebagai imbalan atas pekerjaannya.
Insentif dan bagi-hasil: yakni uang dan/ atau barang yng diberikan kepada karyawan, diluar gaji/upah pokok, berdasarkan kinerja individu atau organisasi.
Tunjangan dan pelayanan: yakni imbalan finansial tambahan selain gaji/upah pokok, misalnya tunjangan jabatan, tunjangan keluarga, cuti, liburan, dan asuransi kesehatan.
Imbalan nonfinansial: misalnya pekerjaan yang menyenangkan dan lingkungan pekerjaan yang nyaman.
5.
Keselamatan dan kesehatan kerja Keselamata kerja meliputi upaya untuk melindungi para pekerja dari cedera akibat kecelakaan kerja. Kesehatan kerja adalah terbebasnya para pekerja dari penyakit dan terwujudnya kesejahtraan fisik dan mental pekerja.
6.
Hubungan industrial Hubungan industrial atau hubungan pekerja adalah sebuah sitem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang dan/ atau jasa yang terdiri atas unsur pengusaha, pekerja/ buruh, dan pemerintah.
7.
Penelitian sumber daya manusia Penelitian atau riset sumber daya manusia adalah studi sistematis tentang sumber daya manusia sebuah perusahaan dengan maksudmemaksimalkan pencapaian tujuan individu dan tujuan organisasi. Riset SDM dapat juga didefinisikansebagai semua kegiatan yang melibatkan proses perencanaan, pengumpulan, analisis dan pelaporan informasi, dengan tujuan memperbaiki identifikasi,
pembuatan keputusan
penyelesaian
masalah,
dan
yang berkaitan dengan
penentuan
peluang
dalam
manajemen SDM. Berdasarkan fungsi-fingsi di atas, kita dapat melihat bahwa manajemen sumber daya manusia mengambil peranan yang cukup penting dalam suatu
10
organisasi, menyangkut unsur manusia yang akan menentukan arah kemajuan bagi perusahaan, dalam hal ini perusahaan dimasa yang akan mendatang. Ini berkaitan dengan fungsi operasional manajemen sumber daya manusia yang mencakup masa dari mulai tenaga kerja sampai dengan masa pemisahan tenaga kerja.
2.3
Kecelakaan Kerja
2.3.1 Pengertian Kecelakaan Pengertian kecelakaan menurut Hammer (2001) adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan disebut tak terduga karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih direncanakan. Kecelakaan akibat kerja didefinisikan sebagai kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Kecelakaan dapat terjadi karena tindakan yang berbahaya (unsafe actions) dan keadaan yang berbahaya (unsafe condition). Tindakan-tindakan yang berbahaya (unsafe actions) antara lain: 1.
Mengoperasikan kerja wewenang
2.
Gagal memberikan dan memastikan tanda peninggalan
3.
Mengoperasikan dengan kecepatan berlebihan
4.
Menggunakan perkakas yang salah
5.
Gagal menggunakan alat pelindung diri
6.
Manfaat/menempatkan secara tidak benar
7.
Mengambil posisi yang salah
8.
Mengangkat dengan secara tidak benar
9.
Mengabaikan standar yang diharuskan
10.
Bersenda gurau
11.
Minum minuman keras
Yang termasuk dalam keadaan yang berbahaya (unsafe conditions) antara lain: 1.
Penutup/pelindungan keselamatan yang tidak tepat
2.
Perkakas/alat /bahan yang rusak
3.
Kemacetan
4.
Sistem pemberian peringatan yang tidak tepat
11
5.
Bahaya peledakan dan kebakaran
6.
Tata anak tangga yang tidak standar
7.
Keadaan atmosfer yang membahayakan (debu,uap,kabut,gas)
8.
Bahaya listrik
2.3.2 Klasifikasi Kecelakaan Kerja Klasifikasi kecelakaan kerja menurut ILO tahun 2009: a.
Klasifikasi menurut jenis/tipe kecelakaan: 1.
Terjatuh/orang jatuh (pada ketinggian yang sam dan berbeda)
2.
Tertimpa/terpukul benda jatuh/kejatuhan benda
3.
Tertumbuk/tersentuh/terantuk/tersandung/terkena/terpukul
benda-
benda yang tidak bergerak,tergelincir karena benda,terkecuali benda jatuh 4.
Terjepit antara 2 benda
5.
Gerakan-gerakan yang melebihi kemampuan/dipaksakan
6.
Terbakar akibat/berhubungan dengan suhu tinggi yang ekstrim/lebih tinggi dari toleransi tubuh manusia
7.
Terbakar akibat/berhubungan dengan/terkena/tersengat arus listrik
8.
Terbakar akibat/berhubungan/kontak dengan/terkena radiasi/terkena bahan-bahan berbahaya bersifat merusak (korosif)
9.
Jenis-jenis lain,termasuk kecelakaan-kecelakaan yang dulu-dulunnya tidak cukup/belum
termasuk
kedalam
klasifikasi
tersebut
(runtuhnya suatu kontruksi, peledakan, kebakaran, sambaran petir) b.
Klasifikasi menurut penyebab: 1.
Mesin 1) Pembangkit tenaga/penggerak utama,kecuali motor-motor listrik 2) Mesin pengatur/gigi trasmisi nesin 3) Mesin pemotong/pembentuk untuk mengerjakan logam 4) Mesin-mesin pengolah kayu 5) Mesin-mesin pertanian 6) Mesin-mesin pertambangan
12
7) Mesin-mesin lain yang tidak termasuk klasifikasi tersebut 2.
Alat pengakut dan sarana angkutan 1) Mesin dan peralatan/perlengkapan pengangkut 2) Alat angkut di atas rel 3) Alat angkut lain yang berbeda selain di atas rel (kereta api) 4) Alat angkut udara 5) Alat angkut perairan 6) Sarana angkut lainnya
3.
Peralatan/perlengkapan lainnya 1) Bejana bertekanan 2) Dapur, pemanas dan pembakaran 3) Pusat-pusat/instalasi pendingin 4) Instalasi listrik, termasuk motor listrik tetapi tidak termasuk alatalat listrik (tangan) 5) Alat-alat listrik (tangan) 6) Alat-alat kerja/perkakas, kecuali alat-alat listrik 7) Tangga,jalur landai (ramp) 8) Prancah (steger) 9) Peralatan lain yang belum termasuk klsifikasi tersebut
4.
Bahan-bahan,zat-zat/material dan radiasi 1) Bahan peledak 2) Debu/serbuk,gas,cairan dan zat-zat kimia,kecuali bahan peledak 3) Benda-benda melayang/pecahan terpelanting 4) Radiasi 5) Bahan-bahan dan zat-zat lain yang belum termasuk golongan tersebut
5.
Lingkungan keja 1) Di luar bangunan/gedung 2) Di dalam bangunan/gedung 3) Di Dalam tanah
13
6.
Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan-golongan tersebut 1) Hewan 2) Penyebab lain 3) Penyebab-penyebab yang belum termasuk golongan tersebut/data tidak memadai
c.
d.
Klasifikasi menurut sifat/jenis luka/kelainan 1.
Fracture/retak/patah tulang
2.
Dislokasi/keseloe
3.
Terkilir/tegang otot/urat
4.
Memar/geger otak dan luka di dalam lainnya
5.
Amputasi dan enukleasi
6.
Luka-luka ringan dipermukaan
7.
Memar,geger dan remuk
8.
Luka bakar/terbakar
9.
Keracunan mendadak/akut
10.
Pengaruh/akibat cuaca
11.
Sesak nafas/mati lemas
12.
Pengaruh/akibat arus listrik
13.
Pengaruh/akibat radiasi
14.
Luka-luka yang banyak/ majemuk dan berlainan sifatnya
15.
Luka-luka yang lain
Klasifikasi menurut letak kelainan/lokasi pada bagian tubuh 1. Kepala 2. Leher 3. Badan 4. Anggota Atas/tangan 5. Anggota bawah/tungkai 6. Banyak tempat/aneka lokasi 7. Kelainan/luka-luka umum 8. Letak luka-luka lain yang tidak dapat dimasukan klasifikasi tersebut.
14
Penggolongan kecelakaan kerja menurut jenis sering dipandang sebagai isu kunci bagi penyelidikan sebab lebih lanjut. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut jenis dan penyebab membantu dalam usaha pencegahan kecelakaan.
2.3.3 Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja Kecelakaan adalah suatu kejadian yang selalu mempunyai sebab dan selalu berakibat kerugian. Menurut Sedarmayanti (2007 : 210) faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja, baik dari aspek penyakit akibat kerja maupun kecelakaan kerja, dipengaruhi beberapa faktor, di antaranya: 1.
Faktor fisik, meliputi penerangan, suhu udara, kelembaban, cepat rambat udara, suara, vibrasi mekanis, radiasi, tekanan udara dan lain-lain.
2.
Faktor kimia, berupa gas, uap, debu, kabut, asap, awan, cairan dan benda padat.
3.
Faktor biologi, dari golongan hewan dan tumbuh-tumbuhan.
4.
Faktor fisikologi, seperti kontruksi mesin, sikap, dan cara kerja.
5.
Faktor mental fisikologis, susunan kerja, hubungan di antara karyawan atau dengan pengusaha, pemeliharaan kerja, dan sebagainya.
Menurut Fathoni ( 2006:110 ) faktor penyebab terjadi kecelakaan yaitu : 1.
Berkaitan dengan sistem kerja yang merupakan penyebab utama dan kebanyakan kecelakaan yang terjadi pada suatu organisasi. Diantaranya tempat kerja yang tidak baik, alat atau mesin-mesin yang tidak mempunyai sistem pengamanan yang tidak sempurna, kondisi penerangan yang kurang mendukung, saluran udara yang tidak baik dan lain-lain.
2.
Berkaitan dengan pekerjaannya selaku manusia bisa yang dalam hal akibat dan sistem kerja, tetapi biasa juga bukan dari kelalaian manusianya selaku pekerja. Seperti malas, ceroboh, menggunakan peralatan yang tidak aman dan lain-lain.
Sedangkan
menurut
Mangkunegara
(2007:163)
memungkinkan terjadinya kecelakaan yaitu : 1.
Keadaan Tempat Lingkungan Kerja.
beberapa
faktor
yang
15
a.
Penyusunan dan penyimpangan barang-barang berbahaya kurang diperhitungkan keamanannya. Dalam penyimpanan barang yang berbahaya nilik perusahaan harus diawasi oleh pengawas dan secara periodik yaitu sebulan sekali dilakukkan pengecekan.
b.
Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak. Tersedianya ruang kerja yang ideal dan memenuhu standar yaitu memiliki tinggi langit-langit minimal 2.5 m dari lantai.
c.
Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya. Dipisahkannya antara sampah kering dan sampah basah serta diamankan di tempat pembuangan sementara yang jauh dari lingkungan perkantoran
2.
Pengaturan Udara a.
Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang kotor, berdebu, dan berbau tidak enak).
b. 3.
Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.
Pengaturan Penerangan a.
Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat. Menggunakan pencahayaaan standar minimal 100 lix.
b. 4.
Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang
Pemakaian Peralatan Kerja. a.
Pengamanan peralatan kerja yang sudah usang atau rusak. Peralatan yang sudah rusak tidak boleh diperginakan lagi dan diamankan didalam gudang.
b.
Penggunaan mesin, alat elektronik tanpan pengaman yang baik. Disediakannya machine guarding sebagai alat pengaman mesin yang berbahaya.
5.
Kondisi fisik dan mental pegawai. a.
Kerusakan alat indera, stamina karyawan yang tidak stabil
b.
Emosi karyawan yang tidak stabil, kepribadian karyawan yang rapuh, cara berpikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja
16
rendah, sikap karyawan yang ceroboh, kurang cermat, dan kurang pengetahuan dalam penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang membawa risiko bahaya. Lingkungan kesehatan tempat kerja yang buruk dapat menurunkan derajat kesehatan dan daya kerja karyawan. Dengan demikian perlu ada upaya pengendalian untuk dapat mencegah, mengurangi bahkan menekan agar hal demikian tidak terjadi. Gangguan pada kesehatan dan daya kerja akibat berbagai faktor dalam pekerjaan biaya dihindari, asal karyawan dan pengelola perusahaan punya
kemauan
mengantisipasi
terjadinya
kecelakaan
kerja.
Tentunya
perundangan tidak akan ada faedahnya, bila pemimpin perusahaan atau industri tidak melaksanakan ketetapan perundangan ini. Kesegaran jasmani dan rohani merupakan faktor penunjang untuk meningkatkan produktivitas kerja dalam bekerja. Kesegaran tersebut dimulai sejak memasuku pekerjaan dan terus dipelihara selama bekerja, bahkan sampai setelah berhenti bekerja. Kesegaran jasmani dan rohani bukan saja pencerminan kesehatanfisik dan mental, tetapi juga gambaran adanya keserasian penyesuaian seseorang
dengan
pekerjaannya,
yang
sangat
dipengaruhi
kemampuan,
pengalaman, pendidikan dan pengetahuan yang dimiliki makanan yang bergizi dan sehat bagi karyawan yang bekerja berat ibarat mesin untuk kendaraan bermotor. Beban kerja yang terlalu berat serta disertai penurunan berar badan manusia dan beban kerja serta faktor-faktor dalam lingkungan kerja merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Kesatuan seperti ini dinamakan roda keseimbangan dinamis. Apabila keseimbangan ini tidak menguntungkan, akan terjadi keadaan labil dan menyebabkan gangguan kesehatan, bahkan penyakit, cacat, dan mungkin kematian.
2.3.4 Analisis Kecelakaan Kerja Merupakan
suatu
usaha mencari sebab-sebab terjadinya kecelakaaan.
Analisa kecelakaan dilakukan dengan mengadakan penyelidikan/pemeriksaan terhadap peristiwa kecelakaan. Hal yang sulit adalah bagaimana menetukan sebab-sebab kecelakaan secara tepat.
17
Pemeriksaan kecelakaan harus selalu dilakukan ditempat terjadnya kecelakaan. Akan lebih mudah bila pemeriksaan dilakukan pada keadaan yang belum diubah seperti kecelakaan terjadi. Pemeriksaan harus secara cermat meneliti tempat tersebut dan segala sesuatu yang bersangkutan dengan kecelakaan dan memeriksakan para saksi yang terkait. Maksud dari menyelidiki kecelakaan yang terjadi: 1.
Menentukan siapa yang bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan
2.
Mencegah terjadinya peristiwa yang serupa
2.4
Bahaya dan Manajemen Risiko
2.4.1 Pengertian Bahaya Pengertian bahaya menurut Suardi (2005:73) adalah sebagai berikut: “Sesuatu yang berpotensi menjadi penyebab kerusakan. Ini dapat mencakup substansi, proses kerja dan atau aspek lainnya dilingkungan kerja” Sedangkan menurut Santoso (2004:32) dapat diartikan sebagai berikut : “Bahaya adalah sifat dari suatu bahan, cara kerja suatu alat, cara melakukan suatu pekerjaan atau lingkungan kerja yang dapat menimbulkan kerusakan harta benda, penyakit akibat kerja atau bahkan hilangnya nyawa manusia”. Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa bahaya merupakan segala kondisi yang dapat merugikan baik cidera atau kerugian lainnya, atau suatu sumber, situasi atau tindakan yang berpotensi menciderai manusia atau sakit penyakit atau kombinasi dari semuanya.
2.4.2 Pengertian Risiko dan Manajemen Risiko Pengertian risiko menurut Suardi (2005:73) adalah : “Peluang atau sesuatu hal yang berpeluang untuk terjadinya kematian, kerusakan, atau sakit yang dihasilkan karena bahaya”. Sedangkan menurut Santoso (2004:32) yaitu : “Risiko adalah suatu kondisi dimana terdapat kemungkinan akan timbulnya kecelakaan atau penyakit akibat kerja oleh karena adanya suatu bahaya”. Menurut Santoso (2004:32) manajemen risiko adalah :
18
“Suatu proses manajemen dengan maksud meminimalkan risiko atau bahkan untuk menghindarinya sama sekali”. Kesimpulan bahwa secara garis besar risiko adalah suatu dampak yang tidak diinginkan dan tidak baik yang akan dialami oleh seseorang setelah melakukan hal yang dapat mengundang suatu bahaya.
2.5
Keselamatan Kerja
2.5.1 Pengertian Keselamatan Kerja Dalam pemeliharaan tenaga kerja perlindungan keselamatan adalah hal yang perlu mendapatkan perhatian lebih. Perlindungan tersebut bermaksud agar tenaga kerja secara aman melakukan pekerjaan sehari-hari untuk meningkatkan produksi dan produktivitas. Tenaga kerja harus memperoleh perlindungan dari berbagai soal di sekitarnya dan pada dirinya yang dapat menimpa atau mengganggu dirinya serta pelaksanaan pekerjaannya. Maka dari itu, keselamatan kerja adalah satu segi penting dari perlindungan tenaga kerja. Dalam hal ini, maka bahaya dapat timbul dari mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, keadaan tempat kerja, lingkungan, cara melakukan pekerjan, karakteristik fisik dan mental dari pekerjaan, harus sejauh mungkin diberantas atau dikendalikan. Menurut Suma’mur (2001:1) menerangkan bahwa: “Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan”. Sedangkan menurut Pedoman Panitia Pembina keselamatan dan kesehatan kerja adalah: “Keselamatan
kerja
adalah
bagian
dari
ilmu
pengetahuan
yang
mengupayakan suatu keadaan selamat atau aman dalam bekerja”. Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keselamatan kerja merupakan suatu upaya yang penting bagi setiap pekerjaan untuk membuat seorang karyawan dapat bekerja dengan leluasa.
19
2.5.2 Tujuan Keselamatan Kerja Perusahaan perlu menjaga keselamatan kerja terhadap karyawannya karena tujuan program keselamatan kerja menurut Suma’mur (2001:1) diantaranya sebagai berikut : a.
Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.
b.
Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat kerja.
c.
Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien. Dengan demikian, maka tujuan keselamatan kerja Menciptakan lingkungan
psikologis dan sikap yang mendukung keselamatan kerja yang mengisyaratkan bahwa kegiatan keselamatan kerja dengan usaha mengenal dan merumuskan kegiatan pelaksanaan yang didukung dengan pengawasan agar di dapat hasil yang memuaskan.
2.5.3 Faktor keselamatan kerja Menurut Mangkunegara (2007:163), bahwa penerapan keselamatan kerja yang baik adalah : 1.
Keadaan tempat lingkungan kerja a.
Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya diperhitungkan keamanannya. Dalam penyimpanan barang yang berbahaya milik perusahaan harus diawasi oleh pengawas dan secara periodik yaitu sebulan sekali dilakukan pengecekan.
b.
Ruang kerja yang tidak padat dan sesak Tersedia ruangan kerja yang ideal dan memenuhi standar yaitu memiliki tinggi langit-langit minimal 2,5 M dari lantai.
c.
Pembuangan kotoran dan limbah sudah pada tempatnya Dipisahkannya antara sampah kering dan basah serta diamankan di tempat
pembuangan
perkantoran.
sementara
yang
jauh
dari
lingkungan
20
2.
Pemakaian peralatan kerja a.
Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak. Peralatan yang sudah usang tidak boleh dipergunakan lagi dan diamankan didalam gudang.
b.
Penggunaan mesin, alat elektronik dengan pengaman yang baik Disediakannya machine guarding sebagai alat pengaman mesin yang berbahaya.
3.
Pengaturan penerangan a.
Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tepat. Menggunakan pencahayaan standar minimal 100 lux.
b. 4.
Ruang kerja yang cukup cahaya, dan tidak remang-remang
Pembinaan pegawai a.
Adanya pelatihan dan pendidikan keselamatan kerja Diadakannya pelatihan dan pendidikan keselamatan kerja setahun sekali secara rutin oleh pakar SMK3.
b.
Adanya kartu penelitian Adanya kartu penelitian keselamatan kerja setiap pegawai untuk mengevaluasi kinerja setiap bulannya
2.5.4 Indikator Keselamatan Kerja Indikator keselamatan kerja Menurut Moenir (2006:203) yaitu : a.
Lingkungan Kerja Secara Fisik Secara fisik, upaya-upaya yang perlu dilakukan perusahaan untuk meningkatkan keselamatan kerja adalah: 1. Penempatan benda atau barang dilakukan dengan diberi tanda-tanda, batas-batas, dan peringatan yang cukup. 2. Penyediaan perlengkapan yang mampu untuk digunakan sebagai alat pencegahan, pertolongan dan perlindungan. Perlengkapan pencegahan misalnya: alat pencegahan kebakaran, pintu darurat, kursi pelontarbagi penerbangan pesawat tempur, pertolongan apabila terjadi kecelakaan
21
seperti: alat PPPK, perahu penolong di setiap kapal besar, tabung oksigen, ambulance dan sebagainya. b.
Lingkungan Sosial Psikologis Sedangkan jaminan kecelakaan kerja secara psikologis dapat dilihat pada aturan organisasi sepanjang mengenai berbagai jaminan organisasi atas pegawai atau pekerja yang meliputi: 1.
Aturan mengenai ketertiban organisasi dan atau pekerjaan hendaknya diperlakukan secara merata kepada semua pegawai tanpa kecuali. Masalah-masalah seperti itulah yang sering menjadi sebab utama kegagalan pegawai termasuk para aksekutif dalam pekerjaan. Hal ini dijelaskan lebih lanjut oleh Dale dalam bukunya “Manajemen Theori and Practice” bahwa kegagalan para pegawai dan eksekutif dalam pekerjaan disebabkan oleh kekurangan keahlian.
2.
Perawatan dan pemeliharaan asuransi terhadap para pegawai yang melakukan pekerjaan berbahaya dan risiko, yang kemungkinan terjadi kecelakaan kerja yang sangat besar. Asuransi meliputi jenis dan tingkat penderitaan yang dialami pada kecelakaan. Adanya asuransi jelas
menimbulkan
ketenangan
pegawai
dalam
bekerja
dan
menimbulkan ketenangan akan dapat ditingkatkan karenanya.
2.5.5 Fungsi Keselamatan Kerja Menurut Sucipto (2014:2) fungsi keselamatan kerja ada 4 yaitu : 1.
Antisipasi, identifikasi dan evaluasi kondisi dan praktek berbahaya
2.
Buat desain pengendalian bahaya, metode, prosedur dan program
3.
Terapkan, dokumentasikan dan informasikan rekan lainnya dalam hal pengendalian bahaya dan program pengendalian bahaya
4.
Ukur, periksa kembali keefektifitas pengendaian bahaya dan program pengendalian bahaya. Dapat disimpulkan bahwa keselamatan berfungsi sebagai tindakan yang
dilakukan sebelum terjadinya bahaya yang dapat mengakibatkan terjadinya hal-
22
hal buruk, selain itu sebagai ukuran untuk tetap berjaga-jaga dalam bertindak atau memulai suatu pekerjaan.
2.6
Kesehatan Kerja
2.6.1 Pengertian Kesehatan Kerja Program kesehatan kerja merupakan suatu hal yang penting dan perlu diperhatikan oleh pihak pengusaha. Karena dengan adanya program kesehatan yang baik akan menguntungkan para karyawan secara material, karena karyawan akan lebih jarang absen, bekerja dengan lingkungan yang lebih menyenangkan, sehingga secara keseluruhan karyawan akan mampu bekerja lebih lama. Menurut Mangkunegara (2011:161) berpendapat bahwa : “Program kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Risiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, Lingkungan yang dapat membuat stress emosi atau gangguan fisik”. Sedangkan menurut Moenir (2006:207) yang dimaksud kesehatan kerja adalah “Suatu usaha dan keadaan yang memungkinkan seseorang mempertahankan kondisi kesehatannya dalam pekerjaan”. Dari definisi-defini diatas dapat disimpulkan bahwa kesehatan kerja merupakan suatu kondisi yang bebas dari hal-hal yang tidak baik didalam diri karyawan. Pada dasarnya kesehatan kerja sangat penting bagi setiap karyawan yang bekerja terutama yang berhubungan dengan pekerjaan berisiko tinggi.
2.6.2 Tujuan Kesehatan Kerja Kesehatan kerja karyawan merupakan hal yang terpenting bagi karyawan, karena dengan kondisi yang sehat karyawan dapat bekerja secara optimum. Penyediaan sarana kesehatan bagi karyawan dalam sebuah perusahaan sangat membantu karyawan tersebut untuk bekerja dengan lebih giat. Tujuan kesehatan kerja menurut Mangkunegara (2007:162) adalah sebagai berikut : 1.
Agar adanya jaminan atau pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
23
2.
Agar meningkatnya kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
3.
Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.
2.6.3 Faktor kesehatan kerja Menurut Mangkunegara (2007:162), bahwa penerapan program kesehatan kerja yang baik adalah : 1.
Pemeriksaan kesehatan a. Pemeriksaan kesehatan sebelum diterima kerja. Dilaksanakannya general check-up bagi calon pekerja b. Pemeriksaan kesehatan karyawan secara periodik Adanya pemeriksaan kesehatan para pegawaiminimal satu tahun sekali.
2.
3.
Kondisi fisik dan mental pegawai a.
Tidak adanya kerusakan alat indera, stamina pegawai yang stabil
b.
Emosi pegawai yang stabil
Pengaturan udara a.
Pergantian udara diruang kerja yang baik Ruangan kantor ber-AC secara periodik dimatikan dan mendapat pergantian udara secara alamiah
b.
Suhu udara dikondisikan pengaturannya Dengan mengatur volume AC sesuai kondisi
Selain melindungi karyawan dari kemungkinan terkena penyakit atau keracunan,
usaha
menjaga
kesehatan
fisik
juga
perlu
memperhatikan
kemungkinan-kemungkinan karyawan memperoleh tekanan selama bekerja. Disamping memperhatikan kesehatan fisik karyawan, usaha untuk menjaga kesehatan mental agar tetap baik perlu juga dilakukan. Perhatian keselamatan mental sebetulnya belum banyak diberikan, terbukti jarangnya perusahaan yang mempunyai program untuk menjaga kesehatan mental, atau lebih jelas sedikitnya tenaga psikiatri yang dimiliki perusahaan bahkan untuk perusahaan-perusahaan besar sekalipun, mereka memiliki dalam jumlah cukup.
24
Kondisi mental seseorang juga sangat mempengaruhi prestasi kerjanya kondisi mental yang buruk akan ditunjukkan dari tingginya tingkat kecelakaan, sering tidak masuk kerja atau datang terlambat, tingginya perputaran tenaga kerja, buruknya hubungan antara atasan-bawahan dan rekan-rekannya.
2.6.4 Fungsi Kesehatan Kerja Menurut Sucipto (2014:2) fungsi kesehatan kerja ada 6 yaitu : 1.
Identifikasi dan melakukan penilaian terhadap risiko dari bahaya kesehatan di tempat kerja
2.
Memberikan saran terhadap perencanaan dan pengorganisasian dan praktek kerja termasuk desain tempat kerja
3.
Memberikan saran, informasi, pelatihan dan edukasi tentang kesehatan kerja dan APD
4.
Melaksanakan surveilan terhadap kesehatan kerja
5.
Terlibat dalam proses rehabilitasi
6.
Mengelola P3K dan tindakan darurat Dari fungsi kesehatan kerja diatas dapat disimpulkan bahwa kesehatan kerja
dapat dilakukan dengan cara terjun langsungnya karyawan terhadap kegiatankegiatan yang berhubungan dengan kesehatan sepeti ikut mengelola P3K dan memberikan
masukan-masukan
kepada
perusahaan
untuk
melakukan
pengorganisasian kesehatan.
2.7
Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 Kecelakaan kerja tidak harus dilihat sebagai takdir, karena kecelakaan
terjadi tidak begitu saja. Kecelakaan pasti ada penyebabnya kelalaian perusahaan yang semata-mata memusatkan dari diri pada keuntungan, dan kegagalan pemerintah
untuk
meratifikasi
konvensi
keselamatan
internasional
atau
melakukan pemeriksaan buruh, merupakan dua penyebab besar kematian terhadap pekerja. Dinegara berkembang seperti di Indonesia, undang-undang keselamatan kerja yang berlaku tidak secara otomatis meningkatkan kondisi di tempat kerja,
25
disamping hukuman yang ringan bagi yang melanggar aturan. Meningkatkan standar keselamatan kerja yang lebih baik akan menghasilkan keungan yang baik.
2.7.1 Tujuan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 Tujuan dari sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja menurut Sedarmayanti (2007 : 207) adalah : 1.
Sebagai alat mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggitingginya, baik buruh, petani, nelayan, pegawai negri, atau pekerja bebas.
2.
Sebagai upaya mencegah dan memberantas penyakit dan kecelakaan akibat kerja, memelihara, dan meningkatkan kesehatan dan gizi tenaga kerja, merawat dan meningkatkan efisiensi dan daya produktivitas tenaga manusia, memberantas kelelahan kerja dan melipat gandakan gairah serta kenikmatan bekerja.
3.
Memberi perlindungan bagi masyarakat sekitar perusahaan, agar terhindar dari bahaya pengotoran bahan proses industrialisasi yang bersangkutan, dan perlindungan masyarakat luas dari bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk industri.
Sedangkan menurut Syah (2004:208), tujuan pelaksanaan
keselamatan dan
kesehatan kerja K3 adalah : 1.
Mengetahui dan memahami dengan benar apa yang dimaksudkan dengan penerapan K3, khususnya dalam setiap kegiatan jasa konstruksi.
2.
Bekerja dan melaksanakan pekerjaan dengan benar, mengikuti ketentuan, batasan dan tahapan pelaksanaan yang disyaratkan sesuai dengan pedoman keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kegiatan konstruksi.
3.
Menghindarkan setiap kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dengan melakukan tindakan pencegahan dan perbaikan, pengawasan dan inspeksi, untuk memenuhi keselamatan dan kesehatan kerja. Dari tujuan-tujuan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan keselamatan dan
kesehatan kerja K3 bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja karyawan yang bekerja pada perusahaan yang memiliki peluang kecelakaan yang tinggi.
26
2.7.2 Manfaat Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 Menurut Syah (2004:220), manfaat pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja K3 yaitu : 1.
Memberikan kepastian akan rasa aman dan nyaman dalam pelaksanaan pekerjaan.
2.
Kemungkinan terjadinya kecelakaan diperkecil atau ditiadakan kecuali kerena faktor alam, seperti gempa, banjir, angin topan dan lain-lain.
3.
Produktivitas kerja dan profit bisa dicapai lebih baik karena : Pekerjaan tidak terhenti. Peralatan tidak berhenti berproduksi (tidak idle). Tidak ada rugi akibat pembayaran denda atau klaim/ Penalty Mobilitas dan semangat kerja normal atau lebih giat. Tidak terjadi masalah atau pertentangan dengan pebekerja. Tidak terjadi gangguan atau kehilangan tenaga terampil yang sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan (pembangunan) proyek. Citra perusahaan tidak menjadi jelek, bahkan menjadi lebih baik. Dan lain-lain Dari manfaat diatas dapat disimpulkan bahwa keselamatan dan kesehatan
kerja mempunyai manfaat yang sangat besar bagi perusahaan, keselamatan dan kesehatan kerja dapat meminimalkan suatu keadaan yang dapat merugikan perusahaan akibat terhentinya produktivitas kerja didalam perusahaan.
2.7.3 Pedoman Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 Menurut Sedarmayanti (2007 : 208) dalam penerapan sistem manajemen K3, setiap organisasi wajib melaksanakan ketentuan sebagai berikut : a.
Menetapkan kewajiban keselamatan dan kesehatan kerja dan menjamin komitmen terhadap penerapan sistem manajemen K3
b.
Merencanakan pemenuhan kebijakan tujuan dan sasaran penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.
27
c.
Menerapkan kebijakan kesematan dan kesehatan kerja secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan mencapai kebijakan, tujuan, sasaran keselamatan dan kesehatan kerja.
d.
Mengukur, memantau, dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan kerja serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.
e.
Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan sistem manajemen K3 secara berkesinambungan dengan meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.
2.7.4 Syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 Menurut Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan dan kesehatan kerja syarat keselamatan kerja, sebagai berikut: 1.
Mencegah dan mengurangi kecelakaan;
2.
Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
3.
Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
4.
Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
5.
Memberi pertolongan pada kecelakaan;
6.
Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
7.
Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran;
8.
Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.
9.
Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
10.
Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
11.
Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
12.
Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
13.
Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya;
28
14.
Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang;
15.
Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
16.
Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang;
17.
Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
18.
Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
2.8
Semangat Kerja
2.8.1 Pengertian Semangat Kerja Setiap perusahaan akan selalu berusaha agar produktivitas kerja dari para karyawannya dapat ditingkatkan. Untuk itu penyelidikan waktu dan gerak gerik dari para karyawannya sangat diperlukan. Dengan cara ini memang pekerjaan dapat dipercepat dan kelelahan dapat dikurangi, tetapi belum menjamin karyawan akan bekerja dengan sepenuh hati. Untuk meningkatkan produktivitas yang lebih tinggi lagi, perlu perusahaan tersebut meningkatkan semangat kerja dan kegairahan kerja para karyawan. Oleh karena itulah maka sudah selayaknyalah apabila setiap perusahaan akan selalu berusaha agar para karyawan mempunyai moral kerja yang tinggi, sebab dengan moral kerja yang tinggi diharapkan semangat kerja akan dapat meningkat. Jadi apabila perusahaan mampu meningkatkan semangat kerja, maka perusahaan tersebut akan memperoleh banyak keuntungan. Dengan meningkatnya semangat kerja, maka pekerjaan akan dapat cepat terselesaikan, kerusakan akan dapat dikurangi, tingkat kecelakaan kerja berkurang, tingkat absensi akan dapat diperkecil, dan kemungkinan perpindahan karyawan dapat diperkecil seminimal mungkin. Semangat kerja senang tiasa ada dalam diri karyawan. Untuk lebih jelasnya, perlu diketahui definisi dari semangat kerja itu sendiri. Menurut Denyer (dalam Moekijat 2003:136), kata semangat (morale) itu mula-mula dipergunakan dalam kalangan militer untuk menunjukkan keadaan moral pasukan, akan tetapi sekarang
29
mempunyai arti yang lebih luas dan dapat dirumuskan sebagai sikap bersama para pekerja terhadap satu sama lain, terhadap atasan, terhadap manajemen, atau pekerjaan. Menurut Nitisemito (2002:56), mendefinisikan bahwa : “Semangat kerja adalah kondisi seseorang yang menunjang dirinya untuk melakukan pekerjaan lebih cepat dan lebih baik di dalam sebuah perusahaan”. Menurut Hasibuan (2005:94) mengatakan bahwa : ‘’Semangat
kerja
adalah
keinginan
dan
kesungguhan
seseorang
mengerjakan pekerjaannya dengan baik serta berdisiplian untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal’’. Menurut Sastrohadiwiryo (2003:282), mendefinisikan bahwa: ‘’Semangat kerja diartikan sebagai suatu kondisi rohaniah atau sikap individu tenaga kerja dan kelompok-kelompok yang menimbulkan kesenangan yang mendalam pada diri tenaga kerja untuk bekerja dengan giat dan konsekuen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan. Menurut Saifudin (2009 : 180) adalah sebagai berikut: “Semangat Kerja merupakan suatu gambaran suatu perasaan agak berhubungan dengan tabiat / jiwa semangat kelompok, kegembiraan/ kegiatan, untuk kelompok-kelompok pekerja menunjukkan iklim dan suasana pekerja”. Sedangkan menurut Siswanto (2011:35), mendefinisikan semangat kerja adalah : “ Sebagai keadaan psikologis seseorang. Semangat kerja dianggap sebagai keadaan psikologis yang baik bila semangat kerja tersebut menimbulkan kesenangan yang mendorong seseorang untuk bekerja dengan giat dan konsekuen dalam mencapai tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan”. Dari beberapa definisi semangat kerja di atas dapat disimpulkan bahwa semangat kerja merupakan gambaran perasaan, keinginan atau kesungguhan individu/kelompok terhadap organisasi yang akan mempengaruhi kedisiplinan dan kesediaan
individu
dalam kegiatan
dengan lebih baik dan lebih cepat.
organisasi untuk mengerjakan tugas
30
2.8.2 Indikator Semangat Kerja Menurut Nitisemito (2002:58) identitas-identitas dari semangat kerja adalah: 1.
2.
3.
4.
Tingkat Absensi
Ketepatan datang dan pulang pada waktu yang telah ditentukan
Kehadiran setiap waktu kerja
Kegelisahan
Keluhan terhadap helm
Keluhan terhadap jumlah helm
Keluhan terhadap jumlah baju tahan panas
Keluhan terhadap kondisi baju tahan panas
Keluhan akan jumlah baju tahan panas
Tingkat Kerusakan
Kecerobohan meletakkan perlengkapan pengaman pada tempatnya
Kecerobohan dalam melakukan pekerjaan
Tuntutan
Tuntutan akan asuransi kerja dan tunangan hari tua
2.8.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Semangat Kerja Peningkatan semangat kerja karyawan dalam suatu perusahaan merupakan suatu hal yang sangat penting. Sudah selayaknya setiap perusahaan akan selalu berusaha untuk dapat meningkatkan semangat kerja karyawannya semaksimal mungkin. Oleh karena itu maka pimpinan perusahaan sangat penting untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi semangat kerja. Menurut Hasibuan (2005:163), mendefinisikan bahwa seseorang karyawan akan semangat apabila memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut : 1.
Pembagian upah yang adil dan layak dan sesuai dengan jasa-jasa yang telah diberikan karyawan pada perusahaan.
2.
Perusahaan memberikan kesempatan kepada setiap karyawannya untuk maju dalam pekerjaannya. Salah satunya dengan mengadakan promosi
31
jabatan yang diberikan pada setiap karyawan untuk mengembangkan diri mencapai jenjang karir yang lebih baik. 3.
Pengakuan karyawan sebagai individu. Hal ini penting mengingat karyawan juga manusia yang tidak dapat diberlakukan semena-mena. Karyawan harus dianggap sebagai subjek bukan hanya sebagai objek.
4.
Terjadinya keamanan ditempat kerja, baik keamanan kerja pada waktu bekerja maupun keamanan harta ditempat tinggal.
5.
Tempat kerja yang baik dan layak.
6.
Penerimaan karyawan oleh kelompoknya agar karyawan tersebut dapat bekerja sama dengan kelompok di tempat kerjanya. Sedangkan menurut Sastrohardiwiryo (2003:285) cara yang dapat
ditempuh manajemen untuk meningkatkan semangat kerja melalui pendekatan sebagai berikut: 1.
Memberikan kompensasi kepada tenaga kerja dalam porsi yang sangat wajar tetapi tidak memaksakan kemampuan perusahaan.
2.
Menciptakan kondisi kerja yang menggairahkan semua pihak.
3.
Memperhatikan kebutuhan yang berhubungan dengan spiritual tenaga kerja.
4.
Pada saat penyegaran sebagai media pengurangan tenaga kerja dan memperkokoh rasa setia kawan antara tenaga kerja maupun manajemen.
5.
Penempatan tenaga kerja pada posisi yang tepat.
6.
Peran tenaga kerja untuk menyumbang aspirasinya mendapat tempat yang wajar.
7.
Memperhatikan hari esok para tenaga kerja. Berdasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa banyak cara untuk
meningkatkan semangat kerja karyawan baik yang bersifat material maupun non material, dengan demikian karyawan akan bekerja sama dan disiplin untuk mencapai
tujuan
bersama
tanpa
paksaan.
Faktor-faktor
tesebut
diatas
menimbulkan kepuasan dalam bekerja, yang sejalan dengan itu menimbulkan semangat dan gairah kerja. Sedangkan kombinasi cara yang paling tepat tergantung kepada situasi dan kondisi perusahaan tersebut.
32
2.8.4 Penyebab Turunnya Semangat Kerja Dengan semangat kerja yang tinggi, maka perusahaan akan banyak mendapatkan keuntungan. Dengan kata lain, bila semangat kerja turun berarti produktivitas perusahaan akan menurun dan mengalami banyak kerugian. Menurut Dessler (2005:77) semanagt kerja menurun disebabkan oleh: 1.
Kekhawatiran yang meluas tentang gaji yang tidak adil
2.
Pemberhentian karyawan
3.
Tuntutan diskriminasi rasial Dilihat
dari
uraian
diatas
dengan
memiliki
faktor-faktor
yang
mempengaruhi semangat kerja, maka perusahaan perlu mengatasi indikasi kondisi semangat kerja karyawan terutama indikasi turunnya semangat kerja dengan demikian pihak manajemen dapat mengambil tindakan pencegahan pemecahan masalah sendiri mungkin agar perusahaan dapat terhindar dari kerugian yang diakibatkan karena turunnya semangat kerja tersebut.
2.8.5 Cara Untuk Meningkatkan Semangat Kerja Karyawan Menurut Nitisemito (2002:59) cara-cara meningkatkan semangat kerja karyawan yaitu: a.
Gaji yang cukup Setiap perusahaan seharusnya dapat memberikan gaji yang cukup kepada pegawainya. Pengertian cukup disini relatif, artinya mampu dibayarkan tanpa menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
b.
Memperhatikan kebutuhan rohani Selain kebutuhan materi yang berwujud gaji yang cukup, para karyawan membutuhkan kebutuhan rohani. Kebutuhan rohan adalah menyediakan tempat ibadah, menghormati kepercayaan orang lain.
c.
Perlu menciptakan suasana santai Suasana rutin sering kali menimbulkan kebosanan dan ketegangan bagi para karyawan. Untuk menghindari hal tersebut, maka perusahaan perlu sekali-
33
kali menciptakan suasana santai seperti rekreasi bersama-sama, mengadakan pertandingan olahraga antar karyawan dan lainnya. d.
Tempatkan karyawan pada posisi yang tepat Setiap perusahaan harus mampu menempatkan karyawannya pada posisi yang tepat, artinya menempatkan mereka pada posisi yang sesuai dengan keterampilan mereka. Ketidaktepatan dalam penempatan karyawan bisa membuat karyawan tidak bisa maksimal dalam menyelesaikan tugasnya.
e.
Perasaaan aman dan masa depan Semangat kerja akan terpupuk apabila para karyawan mempunyai perasaan amanterhadap masa depan profesi mereka, kestabilan perusahaan biasanya modal yang dapat diandalkan untuk menjamin rasa aman bagi para karyawan. Cara lain yang sering digunakan perusahaan yaitu mengadakan program pensiun.
f.
Fasilitas yang memadai Setiap perusahaan bila memungkinkan hendaknya meyediakan fasilitas yang memadai untuk karyawannya. Apabila perusahaan sanggup meyediakan fasilitas-fasilitas yang memadai, maka akan timbul rasa senang dan akan menimbulkan semangat kerja.
2.9
Penelitian Terdahulu Dasar atau acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan melalui hasil
berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat dijadikan sebagai data pendukung. Salah satu data pendukung yang menurut peneliti perlu dijadikan bagian tersendiri adalah penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini. Dalam hal ini, fokus penelitian terdahulu yang dijadikan acuan adalah terkait dengan masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) . Oleh karena itu, peneliti melakukan langkah kajian terhadap beberapa hasil penelitian berupa tesis dan jurnal-jurnal melalui internet. Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya yang dianggap ada relevansinya dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu:
34
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No 1
Peneliti
Judul Peneliti
Oktorita,
Hubungan
dkk 2001
Sikap
Tujuan Penelitian
Hasil Penelitian
Antara Tujuan penelitian ini Bahwa Sikap positif karyawan Terhadap adalah
untuk dalam penerapan program K3
Penerapan Program mengetahui K3
gambaran berkaitan
dengan
komitmen
Dengan hubungan antara Sikap karyawan terhadap perusahaan
Komitmen Karyawan
Terhadap
Penerapan
Pada Program K3 Dengan
Perusahaan
Komitmen PT.
Karyawan
CIDES
Persade
Consultant. 2
Fahmawati
Pengaruh Kesehatan Untuk
2004
dan
Keselamatan besarnya
Kerja
(K3)
Lingkungan Terhadap
mengetahui Hasil
uji
F
sebesar
24,120
Pengaruh menunjukkan bahwa kesehatan
Serta Kesehatan
dan dan
Kerja Keselamatan
keselamatan
Kerja lingkungan
kerja
kerja
serta
mempunyai
Kinerja (K3) Serta Lingkungan pengaruh yang signifikan terhadap
Karyawan pada PT. Kerja Terhadap Kinerja kinerja karyawan sebesar, hasil uji Cahaya Surya Tunas Karyawan Tapioka Wonogiri
pada
PT. t sebesar 4,260 menunjukkan
Cahaya Surya Tunas bahwa Tapioka Wonogiri
Kesehatan
dan
Keselamatan Kerja berpengaruh signifikan
terhadap
kinerja
karyawan sebesar dan hasil uji t untuk sebesar 4,98 menunjukkan bahwa
lingkungan
kerja
berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan dan koefisien determinan
sebesar
0,556
menunjukkan
bahwa
variabel
bebas (kesehatan dan keselamatan
35
kerja
serta
dapat
lingkungan
menjelaskan
kerja)
56,6
%
terhadap variabel terikat (kinerja karyawan). 3
Khaerurah
Pengaruh Kesehatan Untuk
man 2007
dan
mengetahui Hasil uji F menunjukkan bahwa
Keselamatan besarnya Kesehatan dan kesehatan dan keselamatan kerja
Kerja (K3) Terhadap Keselamatan Kinerja
Kerja mempunyai
pengaruh
Karyawan (K3) Terhadap Kinerja signifikan
Pada PT. Sinar Sosro Karyawan Cabang Gresik
Sinar Gresik
Pada
Sosro
yang
terhadap
kinerja
PT. karyawan sebesar 19,642 dan
Cabang hasil uji t menunjukkan bahwa keselamatan kerja berpengaruh signifikan
terhadap
kinerja
karyawan sebesar 2,882 terhadap kinerja karyawan, dan kesehatan kerja
mempunyai
signifikan
pengaruh
terhadap
sebesar
3,136
kinerja koefisien
determinasi (R square) sebesar 0,40 menunjukkan bahwa variabel bebas
(Kesehatan
Keselamatan menjelaskan variabel
dan
Kerja) 40% terikat
dapat terhadap (Kinerja
Karyawan).
2.10 Hubungan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan Semangat Kerja Karayawan Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi semangat kerja yaitu keselamatan dan kesehatan kerja. Setiap perusahaan perlu memelihara kesehatan kerja para karyawannya, yaitu yang menyangkut kesehatan fisik maupun mental.
36
Kesehatan para karyawan yang buruk akan mengakibatkan kecendrungan tingkat absensi yang tinggi dan produksi yang rendah. Apabila pegawai dapat dipenuhi kebutuhan gizinya dan berbadan sehat, maka akan lebih kuat bekerja, karyawan yang kuat bekerja pasti memiliki samangat kerja yang tinggi didalam perusahaan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Nitisemito (2002:57) : “Semangat kerja berhubungan dengan keadaan mental, oleh karena itu organisasi perlu memberikan perhatian terhadap hal tersebut dengan cara pemenuhan kebutuhan dasar mereka. Dengan memberikan gaji/upah, ketenangan jiwa, jaminan perlindungan dan kepastian kerja yang tercakup program keselamatan dan kesehatan kerja harus dipenuhi supaya keadaan mental mereka menjadi baik sehingga pegawai bekerja dengan semangat tinggi”. Keselamatan dan kesehatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, seperti cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan. Keselamatan dan kesehatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja. Keselamatan yang tinggi dapat menciptakan kondisi yang mendukung kenyamanan serta kegairahan dalam kerja, sehingga faktor manusia dapat diserasikan dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Keselamatan dan kesehatan kerja yang dilaksanakan dengan partisipasi pengusaha dan karyawan akan membawa iklim keamanan dan ketenangan kerja, selain itu juga dengan adanya program keselamatan dan kesehatan kerja karyawan akan merasa aman dan nyaman dalam melalukan pekerjaan karena adanya pelindung diri dan pengamanan pada mesin sehingga akan terhindar dari kecelakaan yang fatal dan merugikan karyawan maupun perusahaan itu sendiri. Hubungan ini dikuatkan juga dalam UU No.1 Tahun 1970 : “Bahwa
setiap
tenaga
kerja
berhak
mendapat
perlindungan
atas
keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk keseja hteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas Nasional”. Sehingga dapat disimpilkan bahwa hibungan antara keselamatan dan kesehatan kerja dengan semangat kerja memiliki hubungan positif, artinya bila keselamatan dan kesehatan kerja baik maka semangat kerja karyawan akan meningkat. Hal ini disebabkan karena salah satu faktor yaitu adanya jaminan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja, dengan adanya keselamatan dan
37
kesehatan kerja karyawan dapat bekerja dengan optimal, bersemangat dan efektif tanpa ada rasa khawatir terjadi kecelakaan dalam melakukan pekerjaan dan tujuan organisasi pun dapat tercapai.