BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Tentang Pasar Modal
2.1.1 Pengertian Pasar Modal Adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari satu tahun. Hukum (Undang-Undang Dasar No.8 tahun 1995 tentang pasar modal) mendefinisikan pasar modal sebagai “Kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Menurut keputusan Menteri Keuangan RI no. 1548/KMK/90, (tentang pasar modal) Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibindang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam website resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) definisi pasar modal yaitu, pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa
18
19
diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana
pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (pemerintah), dan sebagai
sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.
Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung)
yang disiapkan guna memperdagangkan saham, obligasi, dan surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek. Menurut (Sunariyah, 2004) adalah tempat pertemuan penawaran dengan permintaan surat berharga. Di tempat inilah para pelaku pasar modal yaitu individu-individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana (surplus funds) melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten. Sebaliknya, di tempat itu pula perusahaan (entities) yang membutuhkan dana menawarkan surat berharga dengan cara listing terlebih dahulu pada badan otoritas di pasar modal sebagai emiten. Menurut Husnan (2003) adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.
20
2.1.2 Pelaku Pasar Modal
Lembaga yang dikelompokan sebagai pelaku pasar modal adalah lembaga
terkait dalam pasar modal. Keterkaitan para pelaku pasar modal bersifat terus
menerus dan merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan. Lembaga lembaga yang menjadi pelaku di pasar modal adalah:
a.
Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)
Melakukan pembinaan, pengaturan dan pengawasan sehari-sehari kegiatan pasar modal.
Mewujudkan terciptanya kegiatan pasar modal yang teratur, wajar dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat.
Bapepam mempunyai fungsi:
Menyusun peraturan di bidang pasar modal.
Menegakkan peraturan di bidang pasar modal.
Pembinaan dan pengawasan terhadap pihak yang memperoleh. izin usaha, persetujuan, pendaftaran dari Bapepam dan Pihak lain yang bergerak di pasar modal.
Menetapkan prinsip keterbukaan.
Penyelesaian keberatan yang diajukan oleh Pihak yang. dikenakan sanksi oleh Bursa Efek, LKP dan LPP.
21
Pengamanan teknis pelaksanaan tugas pokok Bapepam sesuai dengan kebijakan Menteri Keuangan.
b.
Lembaga ini bertujuan untuk memperoleh dana di Pasar Modal melalui
Perusahaan (Emiten)
penawaran umum (Initial Public Offering) hak kepemilikan atau Saham, dalam hal ini perusahaan berperan sebagai emiten. c.
Self Regulatory Organizations (SRO) Adalah organisasi yang berwenang membuat peraturan sendiri untuk
kegiatan usahanya.
Bursa Efek Adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem atau sarana untuk perdagangan efek. Pada saat ini, di Indonesia ada satu bursa efek yaitu Bursa Efek Indonesia.
Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP) Adalah lembaga penjaminan
yang menyelenggarakan jasa kliring dan
penyelesaian
transaksi
Bursa.
Lembaga
yang
memperoleh izin usaha sebagai LKP adalah PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI).
22
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP)
Adalah lembaga yang menyelenggarakan kegiatan Kustodian
sentral bagi Bank Kustodian, Perusahaan Efek dan Pihak lain.
Lembaga yang memperoleh izin usaha sebagai LPP adalah PT
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
d.
Perusahaan Efek
Adalah perusahaan yang mempunyai aktivitas sebagai berikut:
Penjamin Emisi Efek Sebagai penjamin emisi efek, perusahaan melakukan kontrak dengan emiten untuk melakukan penawaran umum dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual.
Perantara Pedagang Efek Perusahaan memperdagangkan efek untuk kepentingan sendiri maupun kepentingan nasabah.
Manajer Investasi Pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola portfolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.
23
Penasihat Investasi
Pihak yang memberikan jasa penasihat mengenai penjualan ataupun
pembelian efek
e.
Lembaga Penunjang Pasar Modal
Biro Administrasi Efek Pihak yang berdasarkan kontrak dengan emiten secara teratur
menyediakan jasa-jasa dalam hal pembukuan, transfer dan pencatatan, pembayaran deviden, pembagian hak opsi, emisi sertifikat atau pelaporan tahunan untuk emiten.
Kustodian
Wali Amanat Pihak yang dipercaya untuk mewakili kepentingan seluruh pemegang obligasi atau saham (wali dari si pemberi amanat).
f.
Profesi Penunjang Pasar Modal Untuk dapat melakukan kegiatan di pasar modal, wajib terlebih dahulu terdaftar di Bapepam. Persyaratan pendaftaran profesi penunjang pasar modal diatur dalam peraturan Bapepam. Profesi penunjang ini terdiri dari:
24 a.
Akuntan Publik i.
memberikan pendapatnya. ii.
Memeriksa pembukuan apakah sudah sesuai dengan Prinsip Akuntansi Indonesia dan ketentuan Bapepam.
Melakukan pemeriksaan atas Laporan Keuangan Perusahaan dan
iii.
Memberi petunjuk pelaksanaan cara-cara pembukuan yang baik (apabila diperlukan).
b.
Konsultan Hukum
Melakukan pemeriksaan secara menyeluruh dari segi hukum (Legal Audit).
Memberikan pendapat dari segi hukum (Legal Opinion) terhadap emiten dan perusahaan publik.
c.
Legal Audit
Akte pendirian berikut perubahannya.
Perizinan.
Kepemilikan asset harus atas nama perusahaan.
Perjanjian dengan pihak ketiga baik dalam negeri ataupun luar negeri.
Perkara baik perdata atau pidana yang menyangkut perusahaan maupun pribadi direksi.
25
d.
Notaris
Membuat Berita Acara RUPS.
Membuat Akte Perubahan Anggaran Dasar.
Menyiapkan perjanjian-perjanjian dalam rangka Emisi Efek.
e.
Penilai Adalah pihak yang menerbitkan dan menandatangani Laporan Penilai, yaitu pendapat atas nilai wajar aktiva yang disusun berdasarkan pemeriksaan menurut keahlian.
7.
Pemodal (investor) Pemodal (investor) adalah individu atau lembaga yang melakukan pembelian saham atau surat berharga di pasar modal (Abdul, 2005:15). Dengan kata lain pemodal adalah individu atau lembaga yang mempunyai dana berlebih dan memanfaatkan dana tersebut dengan cara berinvestasi di pasar modal.
26
2.1.3 Instrumen Pasar Modal
Saham Saham adalah Tanda bukti memiliki perusahaan di mana pemiliknya
disebut juga sebagai pemegang saham (shareholder dan stockholder).
1.
Bukti bahwa seseorang atau suatu pihak dapat dianggap sebagai pemegang saham adalah apabila mereka sudah tercatat sebagai pemegang saham dalam buku yang disebut Daftar Pemegang Saham (DPS). Pada umumnya, DPS disajikan beberapa hari sebelum Rapat Umum Pemegang Saham diselenggarakan dan setiap pihak dapat melihat DPS tersebut. Bukti bahwa seseorang adalah pemegang saham juga dapat dilihat dari pada halaman belakang saham, apakah namanya sudah diregistrasi oleh perusahaan (emiten) atau belum. Saham di bagi menjadi 2 macam: a.
Saham Preferen (preferred stock) Saham preferen adalah jenis saham yang memiliki hak terlebih
dahulu untuk menerima laba dan memiliki hak laba kumulatif. Hak kumulatif adalah hak untuk mendapatkan laba yang tidak dibagikan pada suatu tahun yang mengalami kerugian, tetapi akan dibayar pada tahun yang mengalami keuntungan, sehingga saham preferen akan menerima laba dua kali. Hak istimewa ini diberikan kepada pemegang saham preferen karena merekalah yang memasok dana ke perusahaan sewaktu mengalami kesulitan keuangan.
27
b.
Saham biasa adalah jenis saham yang akan menerima laba setelah
laba bagian saham preferen dibayarkan. Apabila perusahaan tersebut
bangkrut, maka pemegang saham biasa yang menderita terlebih dahulu.
Saham biasa (common stock)
Perhitungan indeks harga saham didasarkan pada harga saham biasa. Hanya pemegang saham biasa yang mempunyai hak suara dalam RUPS. 2. Obligasi Obligasi adalah tanda bukti perusahaan memiliki utang jangka panjang kepada masyarakat yaitu diatas 3 tahun. Pihak yang membeli obligasi disebut pemegang obligasi (bondholder) dan pemegang obligasi akan menerima kupon sebagai pendapatan dari obligasi yang dibayarkan setiap 3 bulan atau 6 bulan sekali. Pada saat pelunasan obligasi oleh perusahaan, pemegang obligasi akan menerima kupon dan pokok obligasi. 3. Bukti right Bukti right adalah hak untuk membeli saham pada harga tertentu. Hak membeli itu dimiliki oleh pemegang saham lama. Harga tertentu di sini berarti harganya sudah ditetapkan dimuka dan biasa disebut harga pelaksanaan atau harga tebusan (strike price atau exercise price). Pada umumnya, strike price dari bukti right berada di bawah harga pasar saat diterbitkan. Sementara jangka waktu tertentu berarti waktunya kurang dari 6 bulan sejak diterbitkan sudah harus dilaksanakan.
28
Apabila pemegang saham lama yang menerima bukti right tidak mampu
atau tidak berniat menukarkan bukti right dengan saham, maka bukti right
tersebut dapat dijual di Bursa Efek melalui broker efek, Apabila pemegang
bukti right lalai menukarkan dengan saham dan waktu penukaran sudah
kadaluwarsa, maka bukti right tersebut tidak berharga lagi, atau pemegang bukti right tersebut akan menderita kerugian. 4. Waran Waran adalah hak untuk membeli saham pada harga tertentu dalam jangka waktu tertentu. Waran tidak saja diberikan kepada pemegang saham lama, tetapi juga sering diberikan kepada pemegang obligasi sebagai pemanis (Sweetener) pada saat perusahaan menerbitkan obligasi. Harga tertentu berarti harganya sudah ditetapkan di muka sebesar di atas harga pasar saat diterbitkan. Jangka waktu tertentu berarti setelah 6 bulan, atau dapat setelah 3 tahun, 5 tahun, atau 10 tahun. Pemegang waran tidak akan menderita kerugian apa pun seandainya waran itu tidak dilaksanakan. Pada saat harga pasar melebihi strike price waran, maka waran sudah saatnya untuk ditukar dengan saham. Namun pemegang waran masih dapat menunggu sampai harga saham mencapai tingkat tertinggi sepanjang waktu berlakunya belum kadaluwarsa.
29
Apabila pemegang saham tidak ingin menebusnya, maka waran ini
dapat dijual di Bursa Efek melalui broker efek. Apabila waktu untuk
mendapatkannya
sudah
kadaluwarsa
dan
pemegang
waran
lalai
menebusnya, maka waran tersebut akan menjadi kertas yang tidak bernilai
lagi.
5. Reksadana
Reksadana adalah salah satu alternatif investasi bagi masyarakat (pemodal), khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka. Atau dapat diartikan sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun
dana
dari
masyarakat
pemodal
untuk
selanjutnya
diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.
2.1.4
Fungsi dan Peranan Pasar Modal di Indonesia Tempat bertemunya pihak yang memiliki dana lebih (lender) dengan
pihak yang memerlukan dana jangka panjang tersebut (borrower). Pasar modal mempunyai dua fungsi yaitu ekonomi dan keuangan. Di dalam ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender ke borrower.
30
Dengan menginvestasikan dananya lender mengharapkan adanya
imbalan atau return dari penyerahan dana tersebut. Sedangkan bagi
adanya
dana
dari
luar
dapat
digunakan
untuk
usaha
pengembangan usahanya tanpa menunggu dana dari hasil operasi
borrower,
perusahaannya. Di dalam keuangan, dengan cara menyediakan dana yang diperlukan oleh borrower dan para lender tanpa harus terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva rill. Menurut Alam S. 2007, fungsi pasar modal di Indonesia adalah: 1.
Sebagai sarana penambah modal bagi usaha Perusahaan dapat memperoleh dana dengan cara menjual saham ke pasar modal. Saham-saham ini akan dibeli oleh masyarakat umum, perusahaan-perusahaan lain, lembaga, atau oleh pemerintah.
2.
Sebagai sarana pemerataan pendapatan Setelah jangka waktu tertentu, saham-saham yang telah dibeli akan memberikan deviden (bagian dari keuntungan perusahaan) kepada para pembelinya (pemiliknya). Oleh karena itu, penjualan saham melalui pasar modal dapat dianggap sebagai sarana pemerataan pendapatan.
31
3. Sebagai sarana peningkatan kapasitas produksi
Setiap deviden yang dibagikan kepada para pemegang saham akan
dikenakan pajak oleh pemerintah. Adanya tambahan pemasukan
melalui pajak ini akan meningkatkan pendapatan negara.
4. Sebagai sarana penciptaan tenaga kerja Keberadaan
pasar
modal
dapat
mendorong
muncul
dan
berkembangnya industri lain yang berdampak pada terciptanya lapangan kerja baru. 5. Sebagai sarana peningkatan pendapatan negara Setiap deviden yang dibagikan kepada para pemegang saham akan dikenakan pajak oleh pemerintah. Adanya tambahan pemasukan melalui pajak ini akan meningkatkan pendapatan negara 6. Sebagai indikator perekonomian negara Aktivitas dan volume penjualan/pembelian di pasar modal yang semakin meningkat (padat) memberi indikasi bahwa aktivitas bisnis berbagai perusahaan berjalan dengan baik. Begitu pula sebaliknya Sementara menurut Pandji Anoraga, S.E., M.M., dan Piji Pakarti, S.E. dalam bukunya Pengantar Pasar Modal. Penerbit Rineka Cipta, manfaat pasar modal di Indonesia sebagai berikut:
32
Bagi emiten
1. Jumlah dana yang dapat dihimpun berjumlah besar.
2. Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana
selesai.
3. Tidak ada convenant sehingga manajemen dapat lebih bebas dalam pengelolaan dana/perusahaan. 4. Solvabilitas
perusahaan
tinggi
sehingga
memperbaiki
citra
perusahaan. 5. Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi lebih kecil Bagi investor 1. Nilai investasi perkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi. Peningkatan tersebut tercermin pada meningkatnya harga saham yang mencapai Capital gain. 2. Memperoleh dividen bagi mereka yang memiliki/memegang saham dan bunga yang mengambang bagi pemenang obligasi. 3. Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen yang mengurangi risiko.
33
2.2 Tinjauan Umum Tentang Investasi 2.2.1 Pengertian Investasi
Ketika individu atau badan memiliki kelebihan dana maka ada
kemungkinan kelebihan dana tersebut digunakan untuk menabung dan digunakan pada saat dibutuhkan, tetapi ketika dinilai bahwa keuntungan yang didapat dari
bunga bank terlalu kecil maka kelebihan dana tersebut disalurkan untuk
berinvestasi. Investasi menurut Abdul Halim (2005:4) adalah Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana dengan harapan memperoleh keuntungan di masa akan datang. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam PSAK Nomor 13 (2008): “Investasi adalah suatu aktiva yang digunakan oleh perusahaan untuk menumbuhkan kekayaan (accretion of wealth) melalui distribusi hasil investasi (seperti bunga, royalti, deviden, dan uang sewa), untuk apresiasi nilai investasi, atau untuk manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan. Persediaan dan aktiva tetap bukan merupakan investasi.” Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia mengenai PSAK Nomor 13 (2008) juga menjelaskan tentang beberapa pengertian mengenai investasi sebagai berikut: 1. Investasi lancar adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki selama satu tahun atau kurang. 2. Investasi jangka panjang adalah investasi selain investasi lancar.
34
3. Investasi properti adalah investasi pada tanah atau bangunan yang
tidak digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan
4. Investasi
mempermudah
atau
adalah
investasi
mempertahankan
yang bisnis
ditunjukan atau
untuk
hubungan
perdagangan.
dagang
Dari data tersebut dapat didefinisikan bahwa investasi adalah bentuk
pengelolaan dana untuk memberikan keuntungan dengan cara menempatkan dana pada alokasi yang diperkirakan akan memberi tambahan keuntungan. 2.2.2 Jenis-Jenis Investasi Investasi digolongkan menjadi dua, William F Sharpe (2005:1) menyebutkan bahwa: “Investasi pada umumnya dapat digolongkan menjadi dua bentuk yaitu, real asset dan financial asset. Real asset secara umum melibatkan asset berwujud seperti tanah, bangunan, dan mesin. Sedangkan financial asset adalah investasi berupa valas, deposito berjangka, saham dan obligasi yang diperdagangkan di pasar uang maupun pasar modal.” Dari pengertian tersebut dapat diambil arti bahwa investasi dibagi menjadi: 1. Real asset Yaitu asset yang objeknya memiliki wujud, jangka waktunya biasanya lebih dari 1 tahun, seperti: tanah, bangunan, mesin, emas, dan lain-lain.
35
2. Financial asset
Yaitu asset yang objeknya tidak memiliki wujud secara langsung
tatapi diwakili dalam bentuk sertifikat baik berupa kertas maupun
elektronik. Jangka waktunya biasanya kurang dari 1 tahun, seperti:
saham, obligasi, valas, deposito berjangka, dan lain-lain. Dalam financial asset, keuntungan yang diperoleh cenderung tidak stabil
bahkan jika
kurang mengetahui
kondisi
pasar akan
menyebabkan kerugian bagi investor. Tetapi kondisi inilah yang menjadi daya pikat bagi investor. Risiko yang besar dengan dibarengi dengan kemungkinan keuntungan yang besar menarik banyak minat. Jika investor ingin meninvestasikan uangnya dalam financial asset umumnya investor masuk dalam pasar uang atau pasar modal. 2.2.3 Proses Investasi Menurut Sharpe (2005 : 10-13) proses investasi menunjukkan bagaimana seharusnya seorang investor membuat keputusan investasi sekuritas yang bisa dipasarkan, seberapa ekstensif dan kapan sebaiknya dilakukan. Untuk mengambil keputusan tersebut diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Penentuan Kebijakan Investasi Langkah pertama, menentukan kebijakan investasi, meliputi penentuan tujuan investor dan banyaknya kekayaan yang dapat diinvestasikan. Karena terdapat hubungan positif antara risiko dan return untuk strategi investasi,
36
bukan suatu hal yang tepat bagi seorang investor untuk berkata bahwa
tujuannya adalah “memperoleh banyak keuntungan”. Yang tepat bagi
seorang investor dalam kondisi seperti ini adalah menyatakan tujuannya
untuk memperoleh banyak keuntungan dengan memahami bahwa ada
kemungkinan terjadinya kerugian. Tujuan investasi seharusnya dinyatakan dalam risiko maupun return. Langkah dalam proses investasi ini juga meliputi identifikasi potensi katagori aset keuangan yang akan dimasukkan ke portofolio. Identiifkasi ini didasarkan pada beberapa hal: tujuan investasi, jumlah kekayaan yang akan diinvestasikan, dan status pajak dari investor. Contohnya, dapat dilihat kemudian, biasanya tidak masuk akal bagi investor individu untuk membeli saham utama atau bagi investor yang tidak kena pajak (seperti dana pensiun) untuk berinvestasi pada sekuritas yang tidak kena pajak (seprti municipal bonds). Kebijakan investasi marupakan titik pijakan bagi proses investasi. Akan tetapi, kebijakan tersebut merupakan langkah yang menerima perhatian paling sedikit dari pada investor. Bagian Isu kelembagaan yang berjudul “Kebijakan Investasi” menggambarkan lebih rinci unsur-unsur dasar kebijakan investasi.
37
2.
Langkah kedua dalam proses investasi adalah melakukan analisis
sekuritas, yang meliputi penelitian terhadap sekuritas secara individual
(atau beberapa kelompok sekuritas) yang masuk ke dalam katagori luas
Melakukan Analisis Sekuritas
aset keuangan yang telah diidentifikasi sebelumnya. Salah satu tujuan melakukan penilaian tersebut adalah untuk mengidentifikasi sekuritas yang salah harga (mispriced). Ada banyak pendekatan terhadap analisis sekuritas, namun pendekatan tersebut dapat dikatagorikan ke dalam dua klasifikasi. Klasifikasi pertama adalah analisis teknikal, analisis yang memakai pendekatan ini untuk analisis sekuritas disebut analisis teknis atau analisis teknikal. Klasifikasi kedua disebut analisis fundamental; mereka yang memakai pendekatan ini disebut fundamentalis atau ahli analisis fundamental. Dalam membahas kedua pendekatan analisis sekuritas tersebut, pertama-tama akan difokuskan pada saham biasa dam kemudian aset keuangan lain. Dalam bentuk yang paling sederhana, analisis teknikal meliputi studi harga pasar saham dalam upaya meramalkan pergerakan harga masa depan untuk saham perusahaan tertentu. Mula-mula, harga-harga masa lalu dianalisis untuk menentukan tren atau pola gerakan harga. Lalu harga saham sekarang dianalisis untuk mengidentifikasi tren/pola yang muncul yang mirip dengan pola masa lalu. Pola sekarang yang cocok dengan masa
38
lalu diharapkan akan terulang kembali. Jadi dengan mengidentifikasi pola
yang muncul, analisis itu berharap dapat meramalkan dengan tepat gerakan
harga pada masa depan untuk saham tersebut.
Dalam bentuk yang paling sederhana, analisis fundamental dimulai
dengan menaksir bahwa nilai “sebenarnya “ (atau “intrinsik”) aset keuangan itu sama dengan nilai sekarang (present value) dari semua aliran tunai yang diharapkan diterima oleh pemilik aset itu. Sesuai dengan hal tersebut, analis saham fundamental berupaya meramalkan saat dan besarnya aliran tunai dan kemudian mengkonversikannya menjadi nilai sekarang (present value) dengan menggunakan tingkat diskonto yang tepat. Lebih spesifik lagi, analis tidak hanya harus memperkirakan tingkat diskonto saja tetapi juga aliran dividen dari suatu saham pada masa depan, yang sama artinya dengan meramalkan pendapatan per lembar saham dan pembayaran dan dividen tunai (pay out ratio). Lebih jauh lagi, tingkat diskonto harus diestimasi. Setelah nilai sesungguhnya (true value) dari saham biasa suatu perusahan ditentukan, nilai tersebut di bandingkan dengan harga pasar dari saham tersebut dengan tujuan untuk melihat apakah saham dihargai dengan tepat. Saham yamg memiliki true value lebih rendah dari harga pasar disebaut overvalued atau overpriced. Saham yang true value-nya lebih rendah dari harga pasar disebut undervalued atau underpriced.
39
Besarnya perbedaan antara true value dengan harga pasar juga
merupakan informasi yang penting karena keyakinan pendapat seorang
analisis bahwa harga saham tertentu tidak dapat sebagian tergantung dari
besaran tersebut. Analisis fundamental percaya bahwa kasus kesalahan
dalam penentuan harga akan dikoreksi oleh pasar pada masa depan, artinya harga
saham
yang
undervalue
akan
mengalami
kenaikan
nilai
(appreciation) yang luar biasa sedangkan harga saham yang overvalue akan mengalami penurunan nilai (depreciation) yang luar biasa.
3.
Membentuk Portofolio Langkah ketiga dalam proses investasi, pembentukkan (penyusunan)
portofolio, melibatkan identifikasi aset–aset khusus mana yang akan dijadikan investasi, juga menentukan besarnya bagian kekayaan investor yang akan diinvestasikan ke tiap aset tersebut. Di sini masalah selektifitas, penentuan waktu dan diversifikasi perlu menjadi perhatian bagi investor. Selektifitas, juga disebut microforecasting, merujuk pada analisis sekuritas dan memfokuskan pada peramalan pergerakan harga tiap–tiap sekuritas. Penentuan waktu (timing), yang juga disebut macroforecasting, meliputi peramalan pergerakan harga saham biasa secara umum relatif terhadap sekuritas dengan bunga tetap, misalnya obligasi korporasi (PT Tbk.) dan Treasury bills. Diversifikasi meliputi pembentukan portofolio investor
40
sedemikian rupa sehingga meminimalkan risiko, dengan memperhatikan
batasan–batasan tertentu.
4.
Langkah keempat dalam proses investasi, revisi portofolio, berkenaan
Merevisi Portofolio
dengan pengulangan periodik dari tiga langkah sebelumnya. Yaitu, dari waktu ke waktu, investor mungkin mengubah tujuan investasinya, yang pada gilirannya berarti portofolio yang dipegangnya tidak lagi optimal. Oleh karena itu, investor membentuk portofolio baru dengan menjual portofolio yang dimilikinya dan membeli portofolio lain yang belum dimiliki. Motivasi lain dari langkah ini adalah dengan berjalannya waktu, terjadi perubahan sekuritas, sehingga sekuritas yang tadinya tidak menarik sekarang menjadi menarik dan bisa juga kebalikannya. Jadi investor ingin menambah sekuritas yang menarik ke portofolionya dan menjual sekuritas yang tidak lagi menarik. Keputusan semacam ini tergantung antara lain pada besarnya biaya transaksi untuk melakukan perubahan tersebut dan juga besarnya peningkatan pendapatan investasi portofolio yang baru.
5.
Mengevaluasi Kinerja Portofolio Langkah kelima dalam proses investasi, evaluasi kinerja portofolio,
meliputi penentuan kinerja portofolio secara periodik, tidak hanya
41
berdasarkan return yang dihasilkan tetapi juga risiko yang dihadapi
investor. Jadi diperlukan ukuran yang tepat tentang return dan risiko dan
juga standar (benchmark) yang relevan.
2.3 Tinjauan Umum Tentang Portofolio
Menurut Sunariyah, (2004 : 194) Portofolio merupakan serangkain kombinasi
beberapa aktiva yang diinvestasikan dan dipegang oleh pemodal, baik perorangan maupun lembaga. Kombinasi aktiva tersebut bisa berupa aktiva rill, aktiva finansial ataupun keduanya. Seorang pemodal yang menginvestasikan dananya dipasar modal biasanya tidak hanya memilih satu saham saja. Alasannya, dengan melakukan kombinasi saham, pemodal bisa meraih return yang optimal sekaligus memperkecil risiko melalui diversifikasi. Pemodal tidak mengetahui secara pasti return yang diharapkan. Jadi, pemodal mencoba untuk meramal return yang diharapkan dengan memakai batas kemungkinan bahwa hasil tidak dapat tercapai. Kemungkinan hasil yang diharapkan tidak dapat dicapai adalah apa yang disebut dengan risiko. Tujuan pembentukan portofolio adalah: 1.
Pada tingkat risiko tertentu berusaha mencapai keuntungan semaksimal mungkin
2.
Pada tingkat keuntungan tertentu berusaha mencapai risiko minimal.
42
Sejumlah portofolio yang memenuhi dua kondisi diatas disebut Efficient set atau Efficient Frontier. Sedangkan portofolio yang optimal adalah portofolio yang sesuai
dengan preferensi investor terhadap return dan risiko yang akan ditanggungnya dan
merupakan portofolio yang berada pada Efficient set. Untuk mengoptimalkan return atau meminimalkan risiko ada beberapa metode
portofolio diantaranya model indeks tunggal, model CAPM (Capital Asset Pricing
Model), model APT (Aritrage Pricing Theory) dan model Markowitz Efficient Frontier.
2.4 Portofolio Optimal Berdasarkan Model Markowitz Konsep dari risiko portofolio pertama kali diperkenalkan secara formal oleh Harry M. Markowitz. Beliau beranggapan bahwa secara umum risiko dapat dikurangi dengan menggabungkan beberapa sekuritas tunggal ke dalam bentuk portofolio (Jogiyanto, 2003 : 149). Model Markowitz berdasarkan atas 3 kenyataan, yaitu: 1.
Dua ciri yang relevan untuk suatu portofolio investasi adalah keuntungan yang diharapkan dan risiko.
2.
Investor yang rasional akan memilih untuk memegang portofolio yang efisien.
3.
Secara teorinya ada kemungkinan untuk mendapatkan portofolio yang berkesan dengan menganalisis setiap sekuritas berdasarkan keuntungan yang
43
diharapkan, varian keuntungan dan koefiseien korelasi antara keuntungan
setiap sekuritas dalam portofolio tersebut.
Menurut Sunariyah, (2004 : 194) Teori pemilihan portofolio pertama kali
dikembangkan oleh Harry M. Markowitz dengan beberapa asumsi sebagai berikut: 1. 2.
Seorang pemodal mempunyai sejumlah uang tertentu. Sejumlah uang tersebut di investasikan untuk jangka waktu tertentu disebut holding period.
3.
Pada akhir masa tertentu (holding period) pemodal akan menjual sahamnya.
4.
Pemodal akan selalu mencoba menghindari risiko (risk averse).
5.
Untuk menghindari risiko, pemodal mencoba melakukan diversifikasi investasinya.
6.
Pemodal menghadapi beberapa portofolio di mana harga sudah pasti. Masalahnya adalah bagaimana mengalokasikan uang mereka diantara berbagai portofolio untuk menghasilkan hasil yang diharapkan.
7.
Pemodal mampu mengestimasikan hasil yang diharapkan dari masingmasing portofolio.
8.
Semua portofolio secara sempurna dapat dibagi.
9.
Pilihan untuk investasi tidak tergantung pada pemodal lain.
Portofolio yang paling baik dikelola adalah portofolio yang optimal. Dalam teori Markowitz, untuk mendapatkan suatu hasil portofolio yang optimal harus memiliki kriteria sebagai berikut:
44
1.
Total Proporsi yang diinvestasikan di masing-masing aktiva untuk seluruh n aktiva adalah sama dengan 1 (dana yang diinvestasikan seluruhnya
3.
Wi 1 i 1
Proporsi dari masing-masing aktiva tidak boleh bernilai negatif (Wi ≥ 0
2.
n
berjumlah 100% atau
untuk i = 1 sampai dengan n). Jumlah rata-rata dari seluruh return masing-masing aktiva [E(Ri )] sama dengan return portofolio [E(Rp )].
Dari ketiga kriteria tersebut menyatakan return dari suatu portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari seluruh return sekuritas tunggal dikalikan dengan proporsi dana yang diinvestasikan pada masing-masing sekuritas tunggal tersebut. Dengan demikian untuk menghitung return portofolio menggunakan persamaan: 𝑛
𝐸 𝑅𝑝 =
𝑊𝑖 . 𝐸(𝑅𝑖 ) 𝑖=1
Dimana: E(Rp) : Keuntungan yang diharapkan dari portofolio E(Ri) : Rata-rata return saham i Wi
: Proporsi dana yang diinvestasikan pada saham i
45
Menurut Jogiyanto (2003 : 149), Lain halnya dengan perhitungan risiko
portofolio. Risiko dari suatu portofolio mungkin dapat bernilai lebih kecil dari risiko
rata-rata tertimbang masing-masing sekuritas tunggal yang membentuk portofolio tersebut. Hal ini dapat terjadi dikarenakan adanya diversifikasi risiko. Untuk mengetahui seberapa besar diversifikasi risiko dapat memberikan hasil
yang optimal, investor harus mengetahui seberapa besar pengaruh pergerakan saham
saham tunggal yang membentuk portofolio yang dapat memberikan hasil yang optimal. Alat ukur yang dapat digunakan untuk mewujudkan arah pergerakan dua buah variabel seperti return kedua saham tunggal, menggunakan persamaan rumus sebagai berikut:
𝐶𝑂𝑉𝑖,𝑗 =
𝑛 𝑖=1[(𝑅𝑖
− 𝐸 𝑅𝑖 ][(𝑅𝑗 − 𝐸 𝑅𝑗 ] 𝑛−1
Keterangan:
𝐶𝑜𝑣𝑖,𝑗
= Kovarian antar saham (saham i , j)
𝑅𝑖
= Tingkat return saham i
𝑅𝑗
= Tingkat return saham j
𝐸 𝑅𝑖
= Ekspektasi return saham i
E( Ri )
= Ekspekatasi return saham j
n
= Jumlah periode
46
Nilai positif dari kovarian menunjukan bahwa tingkat keuntungan masing
masing saham bergerak dalam posisi yang searah. Sedangkan nilai negatif
menunjukan bahwa kedua saham bergerak berlawanan, artinya ketika salah satu return naik, maka return yang lain kemungkinan turun. Nilai kovarian yang relatif mendekati nol, menunjukan bahwa tidak adanya atau kecilnya hubungan kecil atau
antar saham.
Konsep dari kovarian dapat dinyatakan dalam bentuk korelasi. Koefisien korelasi menunjukan besarnya hubungan pergerakan antara dua variabel relatif terhadap masing-masing deviasinya. Hubungan tersebut dapat dinyatakan dalam persamaan rumus sebagai berikut:
𝜌𝑖,𝑗 =
𝐶𝑂𝑉𝑖,𝑗 (𝜎𝑖 ) 𝜎𝑗
Keterangan:
𝜌𝑖,𝑗
= Koefisien korelasi kedua saham (saham i, j )
Cov i,j
= Kovarian antar saham (saham i , j)
σi
= Standar deviasi (saham i)
σj
= Standar deviasi (saham j)
47
Dalam meminimalkan risiko portofolio, korelasi antar saham yang membentuk
portofolio tersebut sebaiknya tidak bernilai positif dan sempurna. Korelasi antar
saham yang membentuk suatu portofolio bernilai antara +1 sampai dengan -1.
Setelah koefisien korelasi diketahui, risiko portofolio dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
P2 = (Wi )2 (i)2 + (Wj)2 (j)2 + 2 (Wi)(Wj) ( i,j) (i ) (j ) P =
𝜎𝑝2
Keterangan: P = Standar deviasi portofolio P2 = Variance saham portofolio i2 = Variance saham i j2 = Variance saham j Wi = Proporsi dana yang diinvestasikan pada saham i Wj = Proporsi dana yang diinvestasikan pada saham j
48
Sedangkan untuk menghitung risiko relatif dari suatu portofolio dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan rumus sebagai berikut:
𝐶𝑉𝑖 =
𝜎𝑖 𝐸(𝑅𝑖)
Keterangan:
CVi
= Risiko relatif saham
i
= Standar deviasi saham i
E(Ri) = Expektasi return saham i
Investor akan memilih sejumlah portofolio yang optimal dari serangkaian portofolio efisien. Serangkaian portofolio yang efisien adalah serangkaian portofolio yang memberikan return tertinggi untuk berbagai tingkat risiko atau memberikan risiko terendah untuk berbagai return. Serangkaian portofolio tersebut disebut Efficient Set atau Efficient Frontier. Berikut adalah Efficient Frontier dua saham dengan korelasi +1 sampai dengan 1 seperti yang diperlihatkan oleh gambar (a). Namun, dalam kenyataannya korelasi dua sekuritas di pasar modal tidak ada yang sempurna (bernilai +1 atau -1), sehingga hubungan antara return ekspektasi dari risiko portofolio yang berbentuk cembung seperti terlihat dalam gambar (b) dibawah ini:
49
Gambar 2.1
Kurva Efficient Frontier
2.1 (a)
2.1 (b)
Sumber: Jogiyanto (2007) Adapun asumsi-asumsi lain yang digunakan dalam model Markowitz adalah sebgai berikut: 1. Tidak ada biaya transaksi. 2. Preferensi investor hanya didasarkan pada return ekspektasi dan risiko dari portofolio. 3. Tidak ada pinjaman dan simpanan bebas risiko.
50
Dari asumsi-asumsi diatas, asumsi bahwa preferensi investor didasarkan pada
retun dan risiko portofolio secara tidak langsung menggangap bahwa masing-masing
investor memiliki tingkat kepuasan (utility) yang sama. Padahal pada kenyataannya, tingkat utility masing-masing investor berbeda, jadi optimal suatu portofolio untuk masing-masing investor berbeda.
Tingkat utility seorang investor dapat diukur melalui preferensi investor terhadap
return dan risiko portofolio investasi yang akan ditangunggnya. Preferensi investor terhadap return dan risko tersebut dapat ditunjukan melalui kurva indefferensi. Kurva indefferensi ini merupakan gambaran perilaku investor terhadap pilihan investasi. Perilaku investor dalam pemilihan investasi dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu: 1. Investor yang menyukai risiko (Risk Seeker) Preferensi risiko jenis ini dapat digambarkan dengan apabila investor dihadapkan
pada
dua
pilihan
investasi
yang
memberikan
tingkat
pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda, maka ia akan lebih menyukai investasi dengan risiko yang tinggi. Jenis investor ini biasanya bersifat agresif dan spekulatif dalam mengambil suatu keputusan investasi karena mereka tahu bahwa hubungan tingkat pengembalian dan risiko adalah positif.
51
2. Investor yang netral terhadap risiko (Risk Neutral)
Preferensi risiko jenis ini dapat digambarkan apabila dihadapkan pada
dua investasi maka ia akan meminta kenaikan tingkat pengembalian yang
sama untuk setiap kenaikan risiko. Investor jenis ini umumnya cukup
fleksibel dan bersikap hati-hati dalam mengambil keputusan investasi.
3. Investor yang menghindari risiko (Risk Averter) Jenis ini merupakan investor yang apabila dihadapkan dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda maka ia akan lebih menyuakai investasi dengan risiko yang lebih rendah. Biasanya investor jenis ini cenderung mempertimbangkan keputusan investasinya secara matang dan terencana. Model Markowitz memeberikan nilai portofolio dengan risiko yang terkecil untuk return ekspektasi tertentu atau return ekspektasi terbesar untuk risiko tertentu. Oleh karena itu, model Markowitz menasumsikan investor sebagai investor yang tergolong dalam Risk averter. Hal ini investor akan berusaha menghindari risiko. Namun, tidak semua investor memiliki tingkat risk averter yang sama, ada yang tergolong dalam investor yang risk averter tinggi, menengah, dan rendah.
52
Pembentukan kurva indefferensi atau indifference curve (IC) menyajikan
seperangkat portofolio yang sekaligus dilengkapi dengan expected return dan standar
deviasi. Gambar 2.2
Kurva IC dengan berbagai tingkat return dan risiko
53
Sumber: Jogiyanto (2007) Kurva indefferensi memiliki sifat-sifat atau karakteristik sebagai berikut: 1. Seorang investor akan menganggap portofolio yang terletak di kurva indefferensi yang lebih tinggi akan lebih menarik dibandingkan dengan portofolio yang berada di kurva indefferensi dibawahnya. 2. Kurva indefferensi tidak berpotongan, karena jika perpotongan maka titik potongnya secara tidak langsung berada pada dua titik kepuasan yang berbeda. Sedangkan dalam kurva indefferensi semua portofolio sama menariknya dalam pandangan seorang investor.
54
Berdasarkan sifat-sifat tersebut, tiap-tiap investor akan menemukan suatu
portofolio yang optimal yaitu portofolio yang terletak pada titik persinggungan kurva
indefferensi dengan kurva efficient set atau efficient frontier. Berikut gambar yang menunjukan portofolio yang optimal bagi investor yang tergolong risk averse:
Gambar 2.3 Portofolio Optimal Berdasarkan Metode Markowitz
Sumber: Jogiyanto (2007)
55
Pada gamabar diatas dapat dilihat bahwa portofolio optimal bagi investor
merupakan portofolio pada titik persinggungan antara kurva MEF dan kurva IC2,
meskipun kuva IC3 memberikan tingkat kepuasan yang tinggi dibadingkan kurva IC2 dan IC1 akan tetapi disana tidak terdapat portofolio jadi keinginan tersebut tidak dapat tercapai. Sedangkan pada kurva IC1 investor dapat menentukan portofolio yang
effisien tetapi tidak optimal karena terletak pada kurva IC yang lebih rendah. Seperti
telah dijalaskan dimuka bahwa apabila seorang investor dihadapkan pada beberapa IC maka ia akan memilih kurva IC yang paling tinggi.