BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tingkat Stres dan Hipertensi 1. Tingkat Stres a. Pengertian Stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan mental, atau beban kehidupan) (Hawari, 2001). Stres adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan ketegangan emosi dan lain-lain (Sunaryo, 2004). b. Sumber stres Sumber stres atau penyebab stres dikenali sebagai stresor. Antara penyebabnya adalah, fisik, psikologis, dan sosial. Stresor fisik berasal dari luar diri individu, seperti suara, polusi, radiasi, suhu udara, makanan, zat kimia, trauma, dan latihan fisik yang terpaksa. Pada stresor psikologis tekanan dari dalam diri individu biasanya yang bersifat negatif seperti frustasi, kecemasan (anxiety), rasa bersalah, kuatir berlebihan, marah, benci, sedih, cemburu, rasa kasihan pada diri sendiri, serta rasa rendah diri, sedangkan stresor sosial yaitu tekanan dari luar disebabkan oleh interaksi individu dengan lingkungannya. Banyak stresor sosial yang bersifat traumatic yang tak dapat dihindari, seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, pension, perceraian, masalah keuangan, pindah rumah dan lain-lain (Nasution I. K, 2007). c. Penyebab Stres Apabila ditinjau dari penyebab stress, menurut Sunaryo (2004) dapat digolongkan sebagai berikut :
8
9
1) Stres Fisik 2) Stres Kimiawi 3) Stres Mikrobiologik 4) Stres Fisiologik 5) Stress Proses pertumbuhan dan perkembangan 6) Stress Psikis / Psikososial d. Gejala yang Muncul pada Respon Stress National Safety Council (2004) menyatakan bahwa gejala yang muncul dengan cepat pada respons terhadap stres sebagai berikut: 1) Denyut jantung yang meningkat 2) Tekanan darah meningkat 3) Ketegangan otot meningkat 4) Produksi keringat meningkat 5) Aktivitas metabolik meningkat
e. Tahapan Stress Sunaryo (2004) menyatakan bahwa tahapan stres dibagi sebagai berikut: 1) Stres tahap I (pertama) Merupakan tahapan stres yang paling ringan dan biasanya disertai parasaan-perasaan semangat bekerja yang besar dan berlebihan . 2) Stres Tahap II (kedua) Dalam tahap ini dampak stres yang semula menyenangkan mulai menghilang dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan merasa letih waktu bangun pagi yang seharusnya merasa segar, merasa lekas capai pada saat menjelang sore, merasa mudah lelah setelah makan, tidak dapat rileks (santai),
10
lambung atau perut tidak nyaman, detakan jantung lebih keras dan berdebar-debar, otot tengkuk dan punggung tegang. 3) Stres Tahap III (ke tiga) Bila seseorang tetap memaksakan diri dan tidak menghiraukan keluhan-keluhan yang dirasakan maka yang bersangkutan akan menunjukkan
keluhan-keluhan
yang
semakin
nyata
dan
mengganggu, yaitu gangguan lambung, dan usus semakin nyata (misalnya keluhan maag, buang air besar tidak teratur), ketegangan otot semakain terasa, perasaan tidak tenang dan ketegangan emosional semakin meningkat, gangguan pola tidur (insomnia), koordinasi tubuh terganggu (badan terasa oyong dan serasa mau pingsan). Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter untuk memperoleh terapi atau beban stres dikurangi sehingga tubuh memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna menambah suplai energi yang mengalami defisit. 4) Stres Tahap IV (empat) Tidak jarang seseorang pada waktu memeriksakan diri ke dokter sehubungan dengan keluhan-keluhan stres tahap III oleh dokter dinyatakan tidak sakit karena tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik pada organ tubuhnya. Bila hal ini terjadi dan yang bersangkutan terus memaksakan diri, maka gejala stres tahap IV akan muncul, tidak mampu untuk bekerja sepanjang hari (loyo), aktifitas pekerjaan tarasa sulit dan membosankan, respon tidak adequate, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur disertai mirnpi-mimpi yang menegangkan, sering menolak ajakan karena tidak semangat dan tidak bergairah, konsentrasi dan daya ingat menurun, timbul ketakutan dan kecemasan.
11
5) Stres Tahap V (lima) Bila keadaan berlanjut, maka seseorang akan jatuh dalam stres tahap V yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan seharihari yang ringan dan sederhana, gangguan system pencernaan semakin berat, timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat, bingung dan panic 6) Stres Tahap VI ( enam ) Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan panik dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang mengalami stress tahap ini berulang kali dibawa ke IGD bahkan ke ICU meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stress pada tahap ini : debaran jantung teramat keras, sesak nafas, badan gemetar dan berkeringat dingin, loyo dan pingsan (kolaps). f. Cara Mengukur Stres Safaria & Rahardi (2004, hh.56-57) menyatakan bahwa stres dapat diukur berdasarkan respon stres yang muncul dalam bentuk simptom atau gejala baik secara fisik maupun secara psikologis. Pertanyaan didasarkan pada 15 gejala dari respon stres seperti 1) Berperilaku tidak seperti diri sendiri 2) Suasana hati anda menjadi negatif, penuh kemarahan, putus asa dan cemas 3) Gangguan tidur 4) Sensitif, mudah marah dan emosional 5) Banyak kesalahan dalam pekerjaan 6) Keputusan yang tidak efektif 7) Menggunakan alkohol atau obat-obatan lain
12
8) Kehilangan minat terhadap aktivitas yang selama ini anda sukai misalnya main musik, mendengarkan lagu, bermain bola, mengunjungi teman 9) Merasa energi dan kegairahan anda sudah habis 10) Merasa penurunan dan peningkatan nafsu makan yang berlebihan 11) Merasa cemas, bosan, lelah, jenuh setiap saat 12) Sakit kepala, tengkuk terasa kaku, mulut kering, perut terasa sakit, dada terasa sesak, badan terasa panas, jantung berdebar-debar 13) Merasa kehilangan semangat dalam pekerjaan, 14) Perasaan dipenuhi dengan keresahan, kebencian, dan kesedihan, merasa sulit untuk konsentrasi dalam bekerja. 15) Merasa sulit untuk konsentrasi dalam bekerja Jawaban ya diberikan skor 1 dan tidak diberi skor 0 kemudian skor tersebut dijumlahkan. Tingkat stres dikategorikan sebagai berikut : 1) Sangat tinggi
: skor 13-15
2) Tinggi
: skor 8-12
3) Menengah
: skor 4-7
4) Rendah
: skor 1-3
2. Hipertensi a. Pengertian Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistole sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastole sedikitnya 90 mmHg (Price
&
Wilson, 2006).
Pada populasi manula,
hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Smeltzer & Bare, 2001). Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Vitahealth, 2005).
13
Tabel 2.1 Tingkat Normal Tekanan Darah Sesuai Usia Usia Bayi baru lahir 1 bulan 1 tahun 6 tahun 10-13 tahun 14-17 tahun Dewasa tengah Lansia
Tekanan daah (mmHg) 40 (rerata) 85/54 95/65 105/65 110/65 120/75 120/80 140/90
b. Klasifikasi 1) Klasifikasi berdasarkan penyebabnya Mansjoer (2009) mengatakan bahwa berdasarkan penyebab-nya, hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu: a) Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut
juga hipertensi idiopatik. Terdapat
sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraselular, dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia. b) Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen,
penyakit
hiperaldosteronisme
ginjal, primer,
hipertensi dan
vaskular
sindrom
renal,
Cushing,
feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain-lain.
14
2) Klasifikasi berdasarkan ringan dan beratnya Klasifikasi tekanan darah menurut World Health Organization (WHO) dalam Gunawan (2007): Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah Kategori Normal Normal tinggi Hipertensi ringan Hipertensi sedang Hipertensi berat Hipertensi sistolik
Sistolik (mmHg) <120 120-139 140-159 160-179 180 140
Diastolik (mmHg) <80 80-89 90-99 100-109 110 <90
c. Penyebab Selain beberapa faktor yang telah disebutkan diatas, hipertensi juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: 1) Penyebab hipertensi primer atau hipertensi esensial Gray et.al (2003) menerangkan bahwa beberapa faktor yang dianggap relevan terhadap mekanisme penyebab hipertensi diantaranya adalah: a) Genetik Dibandingkan orang kulit putih, orang kulit hitam di negara barat lebih banyak mengalami hipertensi, lebih tinggi tingkatan hipertensinya, dan lebih besar tingkat morbiditas maupun mortalitasnya, sehingga diperkirakan ada kaitan hipertensi
dengan
perbedaan
genetik.Beberapa
peneliti
mengatakan terdapat kelainan pada angiotensinogen tetapi mekanismenya mungkin bersifat poligenik. b) Geografi dan lingkungan Terdapat perbedaan tekanan darah yang nyata antara populasi kelompok daerah kurang makmur dengan daerah maju, seperti bangsa indian Amerika Selatan yang tekanan darahnya rendah dan tidak banyak meningkat sesuai dengan pertambahan usia dibanding masyarakat Barat.
15
c) Janin Faktor ini dapat memberikan pengaruh karena berat lahir rendah
tampaknya
merupakan
predisposisi
hipertensi
dikemudian hari, kemungkinan karena lebih sedikitnya jumlah nefron dan lebih rendahnya kemampuan mengeluarkan natrium pada bayi dengan berat lahir rendah. d) Jenis kelamin Hipertensi lebih jarang ditemukan pada perempuan pramenopause dibandingkan pria, yang menunjukkan adanya pengaruh hormon. e) Natrium Banyak bukti yang mendukung peran natriumterhadap terjadinya hipertensi, kemungkinan karena ketidakmampuan mengeluarkan natrium secara efisien baik diturunkan atau didapat. Ada yang berpendapat bahwa terdapat hormon natriuretik (de wardener) yang menghambat aktivitas sel pompa natrium (ATPase natrium-kalium) dam mempunyai efek penekanan. Berdasarkan studi populasi, seperti studi Intersalt (1988) diperoleh korelasi antara asupan natrium rerata dengan tekanan darah, dan penurunan tekanan darah dapat diperoleh dengan mengurangi konsumsi garam. f) Sistem renin angiotensin Renin memicu produksi angiotensin (zat penekan) dan aldosteron (yang memacu natrium dan terjadinya retensi air sebagai akibat). Beberapa studi telah menunjukkan sebagian pasien hipertensi primer mempunyai kadar renin yang meningkat, tetapi sebagian besar normal atau rendah, hal ini disebabkan oleh efek homeostatik dan mekanisme umpan balik karena kelebihan beban volume dan peningkatan tekan darah dimana keduanya akan menekan produksi renin.
16
g) Hiperaktivitas simpatis Dapat terlihat pada hipertensi umur muda. Ketokolamin akan memacu produksi renin, menyebabkan konstriksi arteriol dan vena dan meningkatkan curah jantung. h) Resistensi insulin atau hiperinsulinemia Kaitan hipertensi primer dengan resistensi insulin telah diketahui sejak beberapa tahun silam, terutama pada pasien gemuk. Insulin merupakan zat penekan karena meningkatkan kadar ketokolamin dan reabsorbsi natrium. i) Disfungsi sel endotel Penderita
hipertensi
mengalami
penurunan
respons
vasodilatasi terhadap nitrat oksida, dan endotel mengandung vasodilator seperti endotelin-I, meskipun kaitanya dengan hipertensi tidak jelas. 2) Penyebab hipertensi sekunder atau hipertensi renal Menurut Gray et.al (2003) penyebab hipertensi sekunder dapat dikelompokkan sebagai berikut: a) Penyakit parenkim ginjal Setiap penyebab gagal ginjal (glomerulonefritis, pielonefritis, sebab-sebab penyumbatan) yang menyebabkan kerusakan parenkim akan cenderung menyebabkan hipertensi dan hipertensi itu sendiri akan mengakibatkan kerusakan ginjal. b) Penyakit renovaskuler Terdiri atas penyakit yang menyebabkan gangguan pasokan darah ginjal dan secara umum dibagi atas aterosklerosis, yang terutama mempengaruhi sepertiga bagian proksimal arteri renalis dan paling sering terjadi pada pasien usia lanjut, dan fibro diplasia yang terutama mempengaruhi 2/3 bagian distal, dijumpai paling sering pada individu muda, terutama perempuan. Penurunan pasokan darah ke ginjal akan memacu produksi renin dan meningkatkan tekanan darah. Keadaan ini
17
perlu juga dicurigai jika hipertensi terjadi secara mendadak, secara umum sukar diterapkan tetapi kembali normal dengan penghambat ACE, jika berat atau meningkat, dan jika bruit abdominal dapat didengar. c) Endokrin Tingginya kadar aldosteron dan renin yang rendah akan mengakibatkan kelebihan (overload) natrium dan air. Biasanya disebabkan adenoma jinak soliter atau hiperplasia adrenal bilateral. d) Sindrom cusing Perlu diperhatikan jika terdapat hipertensi bersama dengan obesitas, kulit tipis, kelemahan otot, dan osteoporosis Disebabkan oleh hiperplasia adrenal bilateral yang disebabkan oleh
adenoma
hipofisis
yang
menghasilkan
ACTH
(adrenocorticotrophic hormone) pada dua pertiga kasus, pada tumor adrenal primer pada sepertiga kasus. e) Hiperplasia adrenal kongenital Merupakan penyebab hipertensi pada anak. Kasus ini jarang ditemukan di masyarakat. f) Feokromositoma Disebabkan oleh tumor sel kromafin asal neural yang mensekresikan ketokolamin, 90% berasal dari kelenjar adrenal. Kurang lebih 10% terjadi di tempat lain dalam rantai simpatis, 10 % dari tumor ganas, dan 10% adenoma adrenal adalah bilateral. Feokromositoma dicurigai jika tekanan darah berfluktuasi tinggi, disertai takikardi, berkeringat, atau edema paru karena gagal jantung. g) Koarktasio aorta Paling sering mempengaruhi aorta pada atau distal dari arteri subclavia kiri dan menimbulkan hipertensi pada lengan dan menurunkan tekanan di kaki, dengan denyut nadi arteri
18
femoralis lemah atau tidak ada. Vasokonstriksi arteri sistemik dapat terjadi karena stimulasi sistem renin angiotensin (karena tekanan perfusi arteri renalis rendah) dan hiperaktivitas simpatis. h) Kaitan dengan kehamilan Hipertensi gestasional terjadi sampai 10% kehamilan pertama, lebih sering pada ibu muda, diperkirakan karena aliran uteroplasental yang kurang baik dan umumnya terjadi pada trimester terakhir atau awal periode postpartum. Terdapat proteinuria, peningkatan kadar urat serum, dan pada kasus yang berat memperburuk hipertensi primer sebelumnya dan variasi “akut pada kronis” ini lebih sering terjadi pada ibu multipara usia lanjut, dan biasanya telah tampak sebelum kehamilan berusia 20 minggu. i) Akibat obat Penggunaan obat yang paling banyak berkaitan dengan hipertensi adalah pil kontrasepsi oral (OCP), dengan 5% perempuan mengalami hipertensi dalam 5 tahun sejak mulai penggunaan. d. Patofisiologi Beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya hipertensi adalah peningkatan
kecepatan
denyut
jantung, peningkatan
resistensi
(tahanan) dari pembuluh darah tepi, peningkatan volume aliran darah, dan gizi (Utami, 2009). Impuls yang berkaitan dengan tekanan darah diintegrasikan di otak yaitu berada di formasio retikularis yang terletak di medula oblongata bagian bawah dan pons yang merupakan pusat control kardiovaskuler (Muttaqin, 2009). Kontrol sistem persarafan terhadap tekanan darah di otak melibatkan baroreseptor dan serabut-serabut aferennya, pusat vasomotor, dan serabut vasomotor di medula oblongata dan otot polos pembuluh
19
darah. Pusat vasomotor yang mempengaruhi diameter pembuluh adalah pusat vasomotor yang merupakan kumpulan serabut saraf simpatis. Pusat vasomotor dan pusat kardiovaskuler bersama-sama meregulasi tekanan darah dengan mempengaruhi curah jantung dan diameter pembuluh darah. Pusat vasomotor mengirim impuls secara tetap melalui serabut efferen saraf simpatis (serabut motorik) yang keluar dari medula spinalis pada sekmen T1 sampai L2 dan masuk menuju otot polos pembuluh darah dan yang terpenting adalah pembuluh darah arteriol, akibatnya pembuluh darah arteriol hampir selalu dalam keadaan kontriksi sedang (Muttaqin, 2009). Kontriksi dan relaksasi pembuluh darah dikontrol oleh pusat vasomotor yang terletak pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi (Smeltzer, 2002). Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, Medulla
mengakibatkan adrenal
aktivitas
mensekresi
vasokonstriksi
epinefrin,
yang
meningkat.
menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi dapat mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal sehingga
menyebabkan
pelepasan
renin.
Renin
merangsang
20
pembentukan
angiotensin
I
yang
kemudian
diubah
menjadi
angiotensin II yang merupakan vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal (Smeltzer, 2002). e. Tanda dan Gejala Menurut Setiawan (2008) tanda dan gejala hipertensi adalah sebagai berikut: 1) Sakit kepala, Pusing (sakit kepala sebelah, sakit kepala seluruhnya, kepala berdenyut seperti ditusuk-tusuk, melayang, vertigo). 2) Kaki bengkak. 3) Mimisan. 4) Mual, muntah. 5) Pelupa. 6) Pandangan mata kabur bahkan bisa sampai buta. 7) Komplikasi berat seperti sesak nafas hebat, pingsan akibat stroke Tanda dan gejala yang lainnya menurut Murwani (2009) adalah sebagai berikut: 1) Pola teratur kadang tidak teratur. 2) Asthma cardiale. 3) Respirasi chiene stoke 4) Perasaan cepat lelah 5) Mudah tersinggung 6) Insomnia 7) Pusing, sakit kepala dan dibelakang kepala atau tengkuk. 8) Palpitasi 9) Dispnea.
21
f. Faktor risiko Sutomo (2009, h. 20) menyatakan bahwa faktor risiko terdiri dari dua yaitu: 1) Faktor risiko yang tidak dapat diubah a) Ras Suku berkulit hitam beresiko lebih tinggi terkena hipertensi. Di Amerika penderita hipertensi berkulit hitam 40% lebih banyak dibandingkan penderita berkulit putih. b) Usia Hipertensi dapat terjadi pada semua usia. Tetapi semakin bertambah usia seseorang risiko terserang hipertensi semakin meningkat. Hal ini terjadi akibat perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan hormon. c) Riwayat keluarga Hipertensi dapat diturunkan.. Anak yang salah satu orang tuanya mengidap hipertensi memiliki risiko 25% menderita hipertensi juga. Jika kedua orang tua hipertensi 60% keturunannya menderita hipertensi. d) Jenis kelamin Hipertensi banyak ditemukan pada laki-laki dewasa muda dan paruh baya. Sebaliknya hipertensi sering terjadi pada sebagian besar wanita yang berusia 55 tahun atau yang mengalami menopause. 2) Faktor risiko yang dapat dikendalikan a) Kegemukan Massa tubuh yang besar membutuhkan lebih banyak darah untuk menyediakan oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Aliran darah yang mengalir dalam pembuluh darah lebih banyak, sehingga dinding arteri mendapatkan tekanan yang
22
lebih besar. Lemak jenuh dan lemak trans yang masuk ke dalam tubuh patut diwaspadai, karena penumpukan lemak di pembuluh darah yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah sehingga perlu tekanan yang lebih besar untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh. b) Sindrom resistensi insulin atau sindrom metabolik Ketidakmpuan tubuh untuk merespon insulin sehingga tubuh memproduksi lebih banyak insulin. Lama kelamaan pankreas tidak mampu lagi mengatasi resistensi insulin. Kondisi ini akan mengarah pada diabetes tipe II yang berkaitan dengan hipertensi. c) Kurangnya aktivitas fisik Faktor ini merupakan salah satu langkah mengatasi faktor pertama dan kedua. Jika seseorang kurang gerak, frekuensi denyut jantung menjadi lebih tinggi sehingga memaksa jantung bekerja lebih keras setiap kontraksi. d) Merokok Zat-zat
kimia
dalam
tembakau
seperti
nikotin,
dan
karbonmonoksida dari asap rokok, membuat jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah. e) Sensitivitas natrium Beberapa orang lebih sensitif terhadap natrium. Tubuh mampu menahan natrium di dalam tubuh sehingga terjadi resistensi air dan peningkatan tekanan darah. Usia dapat mempengaruhi kemampuan tubuh menahan natrium. Semakin tua umur seseorang tubuh akan semakin sensitif terhadap natrium. f) Kalium rendah Kalium membantu tubuh menjaga keseimbangan jumlah natrium di dalam cairan sel. Apabila tubuh kekurangan kalium,
23
natrium yang berlebihan di dalam tubuh tidak bisa dikeluarkan sehingga risiko hipertensi meningkat. g) Konsumsi alkohol berlebihan Sekitar 5-20% kasus hipertensi disebabkan alkohol. h) Stres Tekanan darah meningkat ketika seseorang mengalami stres, tetapi
sifatnya sementara. Stres juga memicu seseorang
berperilaku buruk yang dapat meningkatkan risiko hipertensi. g. Stres dan Hipertensi Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat dan kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stres berlangsung cukup lama, tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis. Gejala yang muncul berupa maag atau hipertensi (Gunawan, 2007). h. Penatalaksanaan 1) Pengobatan Farmakologik Terapi farmakologis menurut Sukandar (2008) adalah sebagai berikut: a) Pemilihan obat bergantung pada derajat meningkatnya tekanan darah dan keberadaan compelling indications. b) Kebanyakan penderita hipertensi tahap 1 sebaiknya terapi diawali dengan diuretik thiazid. Penderita hipertensi tahap 2 pada umumnya diberikan terapi kombinasi, salah satu obatnya diuretik thiazid kecuali terdapat kontra indikasi. c) Ada enam compelling indications yang spesifik dengan obat antihipertensi serta memberikan keuntungan.
24
d) Diuretik, beta blocker,
inhibitor
Angiotensin-Converting
Enzyme (ACE), Angiotensin II Receptor Blocker (ARB), dan Calcium Channel Blocker (CCB) merupakan agen primer berdasarkan pada data kerusakan organ target atau morbiditas dan kematian kardiovaskuler. e) α blocker, α2-agonis sentral, inhibitor adrenergic, dan vasodilator merupakan alternative yang dapat digunakan penderita setelah mendapatkan obat pilihan pertama. 2) Pengobatan Nonfarmakologik Pengobatan nonfarmakologi merupakan pengobatan yang tidak menggunakan obat-obat dengan bahan kimia, seperti halnya pengobatan komplementer. Pengobatan komplemeter bersifat terapi pengobatan alami. Umumnya pengobatan kedokteran diutamakan untuk menangani gejala penyakit, sedangkan pengobatan alami menangani penyebab penyakit serta memacu tubuh sendiri untuk menyembuhkan penyakit yang diderita. Adapun jenis-jenis pengobatan komplementer sebagai berikut: terapi herbal, terapi nutrisi, relaksasi progresif, meditasi, akupuntur, akupresur, homeoterapi, aroma terapi, terapi Bach Flower Remedly, refleksologi, dan terapi musik (Vitahelth, 2005). Salah satu bentuk terapi musik menggunakan murrotal.
B. Murottal 1. Pengertian Murottal dapat didefinisikan sebagai rekaman suara Al-Qur'an yang dilagukan oleh seorang qori atau pembaca Al-Qur'an (Purna, 2006). Membaca dan mendengar Al-Qur’an dapat mempengaruhi fisik maupun psikologis dan spiritual. Mendengar lantunan Al-Qur’an dengan khusuk setelah berwudlu kemudian mengambil sikap yang nyaman dan mengikuti lantunan bacaan ayat suci Al-Qur’an dalam hati dapat menenangkan
25
fikiran. Membaca atau mendengarkan Al-Qur’an bukan saja amal ibadah, namun juga menjadi obat dan penawar. Bagi jiwa yang gelisah, pikiran
kusut,
nurani
tidak
tentram,
dan
sebagainya
(Syarifuddin, 2008). 2. Surat Ar-Rahman Surat Ar-Rahmaan terdiri atas 78 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Ar-Ra'du. Dinamai Ar-Rahmaan (Yang Maha Pemurah), diambil dari perkataan Ar-Rahmaan yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Ar-Rahmaan adalah salah satu dari namanama Allah. Sebagian besar dari surat ini menerangkan kepemurahan Allah SWT kepada hamba-hamba Nya, yaitu dengan memberikan nikmatnikmat yang tidak terhingga baik di dunia maupun di akhirat. Surat Ar-Rahman dikenal juga dengan nama ‘Arus Al-Qur’an’ yang secara harfiyah berarti pengantin Al-Qur’an. Imam Al-Baihaqi meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda : “segala sesuatu memiliki pengantinnya dan pengantin Al-Qur’an adalah surah Ar-Rahman”, penamaan itu karena indahnya surat ini, dan karena di dalamnya terulang sekian kali ayat fa bi ayyi ala’i Rabbikuma tukadziban, dan diibaratkan dengan aneka hiasan yang dipakai oleh pengantin. Tema utama surat ini adalah uraian tentang nikmat-nikmat Allah, bermula dari nikmat-Nya yang terbesar dan teragung yaitu Al-Qur’an. Thabathaba’i berpendapat bahwa surat ini mengandung isyarat tentang ciptaan Allah dengan sekian banyak bagian-bagiannya di langit dan bumi, darat dan laut, manusia dan jin, di mana Allah mengatur semua itu dalam satu pengaturan yang bermanfaat bagi manusia dan jin, bermanfaat untuk hidup mereka di dunia yang akan binasa dan yang kekal abadi di akhirat (Shihab, 2002) Al-Biqa’i, pakar tafsir yang mengarahkan perhatiannya kepada hubungan antara ayat dan surat-surat Al-Qur’an, berpendapat bahwa tema utama surat ini adalah pembuktian tentang apa yang diuraikan pada akhir surat Al-Qamar yang lalu, yaitu tentang keagungan kuasa Allah, kesempurnaan
26
pengaturan-Nya serta keluasan rahmat-Nya. Itu semua dapat dilihat melalui keluasan ilmu-Nya, yang ditunjuk oleh rincian keajaiban makhlukmakhluk-Nya
dan
keserasian
serta
keindahan
ciptaan-Nya
yang
dikemukakan dalam surat ini dengan jalan mengingatkan hal-hal tersebut kepada manusia dan jin. Dengan demikian Al-Biqa’i menyimpulkan tujuan utama surat ini adalah menetapkan bahwa Allah SWT menyandang sifat Rahman yang tercurah kepada semua tanpa terkecuali. Itu dikemukakan guna mengantar makhluk meraih nikmat-Nya (Shihab, 2002) 3. Manfaat murottal (bacaan Al-Qur’an) Al-Qur’an mempunyai pengaruh yang mengagumkan bagi hati manusia dan diakui oleh semua orang yang mendengarkannya, baik muslim atau bukan (Mustamir 2009, h. 42). AL-Qur’an bukan hanya sebuah buku sains ataupun buku kedokteran. AlQur’an menyebut dirinya sebagai “penyembuh penyakit”, kaum muslim mengartikannya bahwa petunjuk yang dikandungnya akan membawa manusia pada kesehatan spiritual, psikologis, dan fisik. Kesembuhan dengan Al-Qur’an dapat dilakukan dengan membaca, berdekatan dengannya, dan mendengarkan (Azzam 2008). Beberapa tafsir menyatakan bahwa nama Al-Qur’an adalah asy syifaa’ yang artinya secara bahasa obat
penyembuh. Allah SWT
berfirman
dalam Q.S. Yunus : 57 yang artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”. Dan masih banyak lagi pengaruh Al-Qur’an, berikut ini manfaat murottal (mendengar bacaan Al-Qur’an) menurut Azzam (2008) sebagai berikut: a. Mendengarkan
bacaan
Al-Qur’an
dapat
menurunkan
depresi,
kesedihan, dan memperoleh ketenangan jiwa. b. Bayi 48 jam didengarkan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an menunjukkan respon tersenyum dan menjadi lebih tenang. c. Memberikan pengaruh besar bagi kehidupan jasmani dan rohani.
27
d. Mempengaruhi IQ dan EQ, kecerdasan spiritual (SQ). Adapun pengaruh lain terapi pembacaan Al-Quran berupa adanya perubahan-perubahan arus listrik di otot, perubahan sirkulasi darah, perubahan detak jantung, dan kadar darah pada kulit. Perubahan tersebut menunjukan adanya relaksasi atau penurunan ketegangan urat saraf reflektif yang mengakibatkan terjadinya pelonggaran pembuluh nadi dan penambahan kadar darah dalam kulit, diiringi dengan penurunan frekuensi detak jantung. Terapi musik dan terapi murotal ini bekerja pada otak, dimana ketika didorong oleh rangsangan dari luar (terapi musik dan AlQuran), maka otak akan memproduksi zat kimia yang disebut neuropeptide. Molekul ini akan menyangkutkan ke dalam reseptor– reseptor mereka yang ada di dalam tubuh dan akan memberikan umpan balik berupa kenikmatan atau kenyamanan (O’Riordon, 2002). Kekuatan, kelenturan, dan ketegangan otot dapat dipengaruhi oleh bunyi dan getaran. Melalui saraf otonom, saraf pendengaran menghubungkan telinga dalam dengan semua otot dalam tubuh (Campbell, 2002). Frekuensi denyut jantung mempengaruhi aliran darah karena interaksi antara frekuensi dan waktu pengisian diastolik. Dengan frekuemsi denyut jantung yang lebih besar dari 160 denyut/menit yang terus-menerus, waktu pengisian diastolik menurun, mengurangi volume sekuncup dan curah jantung. Frekuensi denyut jantung pada lansia akan lambat untuk meningkat saat mengalami stres. Untuk mengompensasi hal ini, maka volume sekuncup dapat meningkatkan curah jantung dan tekanan darah (Potter & Perry, 2005).
28
C. Kerangka Teori Faktor internal: 1. Fisik 2. Kimiawai 3. Mikrobiologik Hipertensi
Stress Faktor eksternal : 1. Fisiologik 2. Proses pertumbuhan dan perkembangan 3. Psikososial
Penatalaksanaan 1. Farmakologi 2. Non farmakologi : Terapi murottal
Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian D. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian digambarkan pada bagan berikut ini :
Terapi Murottal
Stres Hipertensi
Bagan 2.2 Kerangka Konsep Penelitian E. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini meliputi : 1. Variabel bebas yaitu terapi murotal 2. Variabel terikat yaitu penurunan tingkat stres pasien hipertensi
F. Hipotesis Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh terapi murotal terhadap penurunan tingkat stres pasien hipertensi di RSUD Kraton Pekalongan.