BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PROLANIS 1. Pengertian Prolanis PROLANIS merupakan suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegratif yang melibatkan peserta, Fasilitas Kesehatan, dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien (BPJS Kesehatan, 2014). 2. Tujuan Prolanis Mendorong peserta penyandang penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke Faskes Tingkat Pertama memliki hasil “baik” pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM tipe II dan Hipertensi sesuai Panduan Klinis terkait sehingga mencegah timbulnya komplikasi penyakit. (BPJS Kesehatan, 2014). 3. Sasaran Prolanis Sasaran dari Pronalis sendiri merupakan seluruh peserta BPJS penyandang penyakit kronis (Diabetes Melitus tipe II dan Hipertensi).
11 Evaluasi Kegiatan Prolanis..., Anindita Hermansyah, Fakultas ilmu Kesehatan, 2016
12
Dengan penanggung jawab program ini adalah Kantor Cabang BPJS Kesehatan bagian Manajemen Pelayanan Primer (BPJS Kesehatan, 2014). 4. Bentuk Pelaksanaan / Aktifitas Prolanis Aktifitas Prolanis dilaksanakaan dengan mencakup 5 metode, yaitu : 1) Konsultasi Medis Dilakukan dengan cara konsultasi medis antara peserta Prolanis dengan tim medis, jadwal konsultasi disepakati bersama antara peserta dengan Faskes Pengelola. 2) Edukasi Kelompok Peserta Prolanis Edukasi klub Resiko Tinggi (Klub Prolanis) adalah kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan dalam upaya memulihkan penyakit
dan
mencegah
timbulnya
kembali
penyakit
serta
meningkatkan status kesehatan bagi peserta prolanis. Sasaran dari metodi ini yaitu, terbentuknya kelompok peserta (Klub) Prolanis minimal
1 Faskes Pengelola 1 Klub. Pengelompokan
diutamakan berdasarkan kondisi kesehatan peserta dan kebutuhan edukasi. 3) Reminder melalui SMS Gateway Reminder adalah kegiatan untuk memotivasi peserta untuk melakukan kunjungan rutin kepada Faskes Pengelola melalui peringatan jadwal konsultasi ke Faskes Pengelola tersebut. Sasaran dari hal ini adalah tersampaikannya reminder jadwal konsultasi peserta ke masing – masing Faskes Pengelola.
Evaluasi Kegiatan Prolanis..., Anindita Hermansyah, Fakultas ilmu Kesehatan, 2016
13
4)Home Visit Home visit adalah kegiatan pelayanan kunjungan kerumah peserta Prolanis untuk pemberian informasi / edukasi kesehatan diri dan lingkungan bagi peserta Prolanis dan keluarga. Sasaran : Peserta Prolanis dengan kriteria : - Peserta baru terdaftar, - Peserta tidak hadir terapi di Dokter praktek perorangan / Klinik / Puskesmas selama 3 bulan berturut – turut, - Peserta dengan GDP/GDPP dibawah standar 3 bulan berturut – turut, - Peserta dengan tekanan darah tidak terkontrol 3 bulan berturut – turut, - Peserta pasca opname. 5) Pemantauan status kesehatan (Skrinning kesehatan) Mengontrol riwayar pemeriksaan kesehatan untuk mencegah agar tidak terjadi komplikasi atau penyakit berlanjut (BPJS Kesehatan, 2014). 5. Langkah-langkah Pelaksanaan Menurut BPJS Kesehatan (2014), Berikut Tahap- tahap Persiapan Pelaksanaan Prolanis : 1.) Melakukan identifikasi data peserta sasaran berdasarkan : a. Hasil skrinning riwayat kesehatan b. Hasil diagnosa DM dan HT (pada Faskes tingkat pertama maupun RS) 2.) Menentukan target sasaran,
Evaluasi Kegiatan Prolanis..., Anindita Hermansyah, Fakultas ilmu Kesehatan, 2016
14
3.) Melakukan pemetaan Faskes dokter keluarga / Puskesmas distribusi berdasarkan distribusi target sasaran peserta, 4.) Menyelenggarakan sosialisasi Prolanis kepada Faskes pengelola 5.) Melakukan
pemetaan
jejaring
Faskes
pengelola
(Apotek,
Laboratorium), 6.) Permintaan pernyataan kesediaan jejaring Faskes untuk melayani peserta Prolanis, 7.) Melakukan sosialisasi Prolanis kepada peserta (Instansi, pertemuan kelompok pasien kronis di RS, dan lain lain), 8.) Penawaran kesediaan terhadap peserta penyandang Diabetes Melitus tipe II dan Hipertensi untuk bergabung dalam Prolanis, 9.) Melakukan verifikasi terhadap kesesuaian data diagnosa dengan form kesediaan yang diberikan oleh calon peserta Prolanis, 10.) Mendistribusikan buku pemantauan kesehatan kepada peserta terdaftar Prolanis, 11.) Melakukan Rekapitulasi daftar peserta, 12.) Melakukan entri data peserta dan pemberian flag bagi peserta prolanis, 13.) Melakukan distribusi data peserta prolanis sesuai Faskes pengelola, 14.) Bersama dengan Faskes melakukan rekapitulasi data pemeriksaan status peserta, meliputi pemeriksaan GDP, GDPP, Tekanan Darah, IMT, HbA1C. Bagi peserta yang belum dilakukan pemeriksaan, harus segera dilakukan pemeriksaan,
Evaluasi Kegiatan Prolanis..., Anindita Hermansyah, Fakultas ilmu Kesehatan, 2016
15
15.) Melakukan rekapitulasi data hasil pencatatan status kesehatan awal peserta per Faskes pengelola (Data merupakan iuran aplikasi P – Care), 16.) Melakukan monitoring aktifitas Prolanis pada masing – masing Faskes Pengelola : a. Menerima laporan aktifitas Prolanis dari Faskes pengelola, b.Menganalisa data. 17.) Menyusun umpan balik kinerja Faskes Prolanis, dan 18.) Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional / Kantor Pusat.
B. Kualitas Hidup 1.
Pengertian Kualitas Hidup Cella (1992) dalam Nurchayati (2011) menyebutkan bahwa kualitas hidup seseorang tidak dapat didefinisakan dengan pasti, hanya orang tersebut
yang dapat
mendefinisikannya,
karena
kualitas
hidup
merupakan suatu yang bersifat subjektif. WHOQoL group (2004) dalam kutipan dari Nurchayati (2011), menyatakan kualitas hidup adalah presepsi individu terhadap posisinya dalam kehidupan, dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana individu tersebut hidup, dan hubungan terhadap tujuan, harapan, standar dan keinginan. Hal ini merupakan suatu konsep, yang dipadukan dengan berbagai cara seseorang untuk mendapatkan kesehatan fisik, keadaan psikologis, tingkat independent, hubungan sosial dan hubungan dengan lingkungan sekitarnya.
Evaluasi Kegiatan Prolanis..., Anindita Hermansyah, Fakultas ilmu Kesehatan, 2016
16
Definisi kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan dapat diartikan sebagai respon emosi dari penderita terhadap aktivitas sosial, emosional, pekerjaan dan hubungan antar keluarga, rasa senang atau bahagia, adanya kesesuaian antara harapan dan kenyataan yang ada, adanya kepuasan dalam melakukan fungsi fisik, sosial dan emosional serta kemampuan mengadakan sosialisasi dengan orang lain. Kualitas hidup seseorang dapat mengalami penurunan, apabila terkena penyakit kronis, karena dapat membatasi aktivitas seseorang sehingga akan menyebabkan penurunan quality of life (QoL) seseorang (Silitonga, 2007). Dalam hal ini dapat dikelompokan dalam 3 bagian yang berpusat pada aspek hidup yang baik yaitu : a. Kualitas hidup subjektif yaitu suatu hidup yang sangat baik yang dirasakan oleh masing–masing individu yang memilikinya. Masing– masing individu secara personal mengevaluasi mereka yang menggambarkan sesuatu dan perasaan mereka. b. Kualitas hidup eksistensial yaitu seberapa baik hidup seseorang merupakan level yang berhak untuk dihormati dan individu dapat hidup dalam keharmonisan. c. Kualitas objektif yaitu bagaimana hidup seseorang dirasakan oleh dunia luar. Kualitas objektif ditanyakan dalam kemampuan seseorang dalam beradaptasi pada nilai–nilai budaya dan menyatakan tentang kehidupannya.
Evaluasi Kegiatan Prolanis..., Anindita Hermansyah, Fakultas ilmu Kesehatan, 2016
17
Ketiga aspek kualitas hidup ini keseluruhan dikelompokan dengan pernyataan yang relevan pada kualitas hidup yang dapat ditempatkan dalam suatu rentang spektrum dari subjektif, elemen eksistensial berbeda diantaranya yang merupakan teori kualitas hidup meliputi kesejahteraan, kepuasan hidup, kebahagiaan, makna dalam hidup dan pemenuhan kebutuhan, biologis dan mencapai potensial hidup (Ventegodt, 2003). 1) Kesejahteraan Kesejahteraan berhubungan dengan bagaimana sesuatu berfungsi dalam sesuatu dunia objektif dan dengan faktor eksternal hidup. Ketika kita membicarakan tentang perasaan baik maka kesejahteraan merupakan kebutuhan dan realisasi diri. 2) Kepuasan hidup Menjadi puas berarti merasakan bahwa hidup yang seharusnya, ketika pengharapan–pengharapan, kebutuhan dan gairah hidup diperoleh disekitarnya maka seseorang puas. Kepuasan adalah pertanyaan mental yaitu keadaan yang kognitif. 3) Kebahagiaan Ini merupakan perasaan yang spesial yang berharga dan sangat diinginkan terapi sulit diperoleh. Tidak banyak orang percaya bahwa kebahagiaan diperoleh dari adaptasi terhadap budaya seseorang, kebahagiaan diasosiasikan dengan dimensi–dimensi non rasional seperti cinta, ikatan erat dengan sifat dasar tetapi bukan uang.
Evaluasi Kegiatan Prolanis..., Anindita Hermansyah, Fakultas ilmu Kesehatan, 2016
18
4) Makna dalam hidup Makna dalam hidup merupakan suatu konsep yang sangat penting dan jarang digunakan. Pencarian makna hidup melibatkan suatu penerimaan dari ketidak berartian dan kesangat berartian dari hidup. 5) Pemenuhan kebutuhan Kebutuhan dihubungkan dengan kualitas hidup dimana ketika kebutuhan seseorang terpenuhi maka kualitas hidupnya tinggi. Kebutuhan merupakan suatu ekspresi sifat dasar kita yang ada pada umumnya dimiliki oleh makhluk hidup. 6) Mencapai potensial hidup Teori pencapaian potensial hidup merupakan suatu teori dari hubungan antara sifat dasarnya atau titik permulaan biologis. Ini tidak mengurangi kekhususan dari makhluk hidup tetapi hanya tingkat pertukaran informasi yang bermakna dalam sistem hidup dari sel ke organisme sosial. 7) Gambaran biologis kualitas hidup Gambaran biologis kualitas hidup yaitu sistem informasi biologis dan tingkat keseimbangan eksistensial dilihat dari segi kesehatan fisik. Kesehatan fisik mencerminkan tingkat sistem informasi biologis seperti sel–sel dalam tubuh mumbutuhkan infromasi yang tepat untuk berfungsi secara benar dalam menjaga kesehatan dan keseimbangan tubuh. Kesadaran dan pengalaman hidup juga terkondisi secara
Evaluasi Kegiatan Prolanis..., Anindita Hermansyah, Fakultas ilmu Kesehatan, 2016
19
biologis. Pengalaman hidup dimana hidup bermakna atau tidak, dapat dilihat sebagai kondisi dari sistem informasi biologis. 2.
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Menurut Kurtus (2005), menyatakan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas hidup dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah sosio demografi yaitu jenis kelamin, umur, suku atau etnik, pendidikan, pekerjaan, dan status perkawinan. Kedua medik yaitu lama menjalani terapi, stadium penyakit, dan penatalaksanaan medis yang dijalani.
3.
Domain Kualitas Hidup Menurut Kurtus (2005), kualitas hidup terdiri dari 4 domain meliputi : 1) Kesehatan Fisik berhubungan dengan kesakitan dan kegelisahan. Ketergantungan pada perawatan medis, energi dan kelelahan, mobilitas, tidur dan istirahat, aktifitas kehidupan sehari – hari, dan kapasitas kerja. 2) Kesehatan Psikologis berhubungan dengan pengaruh positif dan negatif
spiritual,
pemikiran
pembelajaran,
daya
ingat
dan
konsentrasi, gambaran tubuh dan penampilan, serta penghargaan terhadap diri sendiri. 3) Hubungan Sosial terdiri dari hubungan personal, aktifitas seksual dan hubungan lain.
Evaluasi Kegiatan Prolanis..., Anindita Hermansyah, Fakultas ilmu Kesehatan, 2016
20
4) Dimensi Lingkungan terdiri dari keamanan dan kenyamanan fisik, sumber penghasilan, kesempatan memperoleh informasi dan ketrampilan baru, partisipasi dan kesempatan untuk rekreasi, atau aktifitas pada waktu luang, lingkungan rumah, perawatan kesehatan, sosial dan transportasi. 4.
Ruang Lingkup Kualitas Hidup Menurut Silitonga (2007), Secara umum terdapat 5 bidang (domains) yang dipakai untuk mengukur kualitas hidup berdasarkan kuesioner yang dikembangkan oleh WHO (World Health Organization), bidang tersebut adalah kesehatan fisik, kesehatan psikologik, keleluasaan aktivitas, hubungan sosial dan lingkungan, sedangkan secara rinci bidang-bidang yang termasuk kualitas hidup adalah sebagai berikut :
1) Kesehatan fisik (physical health) : kesehatan umum, nyeri, energi dan vitalitas, aktivitas seksual, tidur dan istirahat. 2) Kesehatan psikologis (physicological health) : cara berpikir, belajar, memori dan konsentrasi. 3) Tingkat aktivitas (level of independentce): mobilitas, aktivitas sehari-hari, komunikasi, kemampuan kerja. 4) Hubungan sosial (sosial relationship): hubungan sosial, dukungan sosial. 5) Lingkungan
(environment):
keamanan,
lingkungan
rumah,
kepuasan kerja.
Evaluasi Kegiatan Prolanis..., Anindita Hermansyah, Fakultas ilmu Kesehatan, 2016
21
5.
Pengukuran Kualitas Hidup Menurut Guyatt dan Jaescke yang dikutip oleh Silitonga (2007), kualitas hidup dapat diukur dengan menggunakan instrumen pengukuran kualitas hidup yang telah diuji dengan baik. Secara garis besar instrumen untuk mengukur kualitas hidup dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu instrumen umum (generic scale) dan instrumen khusus (specific scale). Instrumen umum ialah instrumen yang dipakai untuk mengukur kualitas hidup secara umum pada penderita dengan penyakit kronik. Instrumen ini digunakan untuk menilai secara umum mengenai kemampuan fungsional, ketidakmampuan dan kekhawatiran yang timbul akibat penyakit yang diderita. Salah satu contoh instrumen umum adalah the Sickness Impact Profile (SIP), the Medical Outcome Study (MOS) 36-item short-form Health Survey (SF-36). Sedangkan instrumen khusus adalah instrumen yang dipakai untuk mengukur sesuatu yang khusus dari penyakit, populasi tertentu (misalnya pada orang tua) atau fungsi yang khusus (misalnya fungsi emosional), contohnya adalah The Washington Psychosocial Seizure Inventory (WPSI), The Liverpool Group, The Epilepsy Surgery Inventory (ESI-55) (Silitonga, 2007). The MOS (SF-36) merupakan salah satu contoh instrumen pengukuran kualitas hidup yang dipakai secara luas untuk berbagai macam penyakit, merupakan suatu isian berisi 36 pertanyaan yang disusun untuk melakukan survey terhadap status kesehatan yang
Evaluasi Kegiatan Prolanis..., Anindita Hermansyah, Fakultas ilmu Kesehatan, 2016
22
dikembangkan oleh para peneliti dari Santa Monica, terbagi dalam 8 bidang, yaitu : 1) Pembatasan aktivitas fisik karena masalah kesehatan yang ada, 2) Pembatasan aktivitas sosial karena masalah fisik dan emosi, 3) Pembatasan aktivitas sehari-hari karena masalah fisik, 4) Nyeri seluruh badan, 5) Kesehatan mental secara umum, 6) Pembatasan aktivitas sehari-hari karena masalah emosi, 7) Vitalitas hidup, dan 8) Pandangan kesehatan secara umum.
Pengukuran ini menghasilkan nilai skala untuk masing-masing delapan kriteria kesehatan dan dua ukuran ringkasan kesehatan fisik dan psikis. Nilai skor kualitas hidup rata-rata adalah 60, dibawah skor tersebut kualitas hidup dinilai kurang baik dan nilai skor 100 merupakan tingkat kualitas hidup yang sangat baik. Kegunaan SF-36 dalam memperkirakan kualitas hidup akibat beban penyakit atau pengaruh intervensi tindakan medis atau terapi digambarkan dalam artikel-artikel yang menggambarkan lebih dari 200 penyakit dan kondisi intervensi tindakan medis atau terapi. Salah satunya pengukuran kualitas hidup lansia penderita hipertensi (Silitonga, 2007).
Evaluasi Kegiatan Prolanis..., Anindita Hermansyah, Fakultas ilmu Kesehatan, 2016
23
C. Kerangka Teori Tingkat kualitas hidup Gambaran kontrol nilai tekanan darah pasien hipertensi
AKTIFITAS PROLANIS Responden Hipertensi
Meliputi :
Responden Diabetes Mellitus
-
Gambaran kontrol kadar gula darah pasien DM
Konsultasi Medis Edukasi Klub Prolanis Home Visit Skrinning Kesehatan
Tingkat pengetahuan pasien DM Tingkat pengetahuan pasien hipertensi
Bagan 2.1 Kerangka Teori Sumber : BPJS Kesehatan (2014), Kurtus (2005). D. Kerangka Konsep Kerangka konsep pada penelitian ini diterangkan pada bagan 2.2, sebagai berikut : Variabel Terikat
Variabel Bebas Tingkat kualitas hidup
AKTIFITAS PROLANIS Meliputi : -
Konsultasi Medis Edukasi Klub Prolanis Home Visit Skrinning Kesehatan
Gambaran kontrol nilai tekanan darah pasien hipertensi Gambaran kontrol kadar gula darah pasien DM Tingkat pengetahuan pasien DM Tingkat pengetahuan pasien hipertensi
Bagan 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Evaluasi Kegiatan Prolanis..., Anindita Hermansyah, Fakultas ilmu Kesehatan, 2016
24
E. Pertanyaan Penelitian a.
Bagaimana tingkat kualitas hidup peserta kegiatan prolanis di Puskesmas Purwokerto Utara I Kabupaten Banyumas ?
b.
Bagaimana gambaran kontrol kadar gula darah pada pasien Diabetes mellitus di kegiatan prolanis Puskesmas Purwokerto Utara I Kabupaten Banyumas ?
c.
Bagaimana gambaran kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di kegiatan prolanis Puskesmas Purwokerto Utara I Kabupaten Banyumas ?
d.
Bagaimana tingkat pengetahuan peserta prolanis yang terdiagnosa Diabetes mellitus di Puskesmas Purwokerto Utara I Kabupaten Banyumas ?
e.
Bagaimana tingkat pengetahuan peserta prolanis yang terdiagnosa hipertensi di Puskesmas Purwokerto Utara I Kabupaten Banyumas ?
Evaluasi Kegiatan Prolanis..., Anindita Hermansyah, Fakultas ilmu Kesehatan, 2016