BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Perbankan Bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan adalah lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan orang banyak. Adapun menurut Kasmir (2010) bank adalah bentuk lembaga keuangan yang memiliki kegiatan menghimpun dana masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat yang kekurangan dana dan juga memberikan jasa bank yang lainnya. Sedangkan menurut Hasibuan (2003) bank adalah badan usaha dimana kekayaannya dalam bentuk asset keuangan (financial assets) dan bertujuan tidak hanya untuk mencari keuntungan saja tetapi juga sosial. Bank memiliki hubungan yang erat dengan nasabah. Tanpa adanya nasabah maka kegiatan bank tidak akan berjalan. Menurut Kasmir (2010) nasabah adalah konsumen yang membeli dan menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan oleh bank. Nasabah bank terdiri dari nasabah funding dan nasabah landing. Nasabah funding yaitu nasabah yang menempatkan dananya di bank dalam bentuk simpanan tabungan, giro, dan deposito. Sedangkan nasabah landing adalah nasabah yang meminjam dana dalam bentuk kredit.
11
12
Adapun jenis-jenis bank terbagi atas beberapa bagian berdasarkan spesifkasi bank dalam jalur lalu lintas keuangan. Menurut Kasmir (2012) bank dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu: a. Dilihat dari segi fungsinya 1) Bank Umum Pengertian bank umum sesuai dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. 2) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) BPR menurut UU No. 10 Tahun 1998 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha konvensional dan berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa lalu lintas pembayaran. b. Dilihat dari segi kepemilikannya 1) Bank Milik Pemeritah Bank milik pemerintah adalah bank yang akta pendiriaan maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah. 3) Bank Milik Swasta Nasional
13
Bank milik swasta nasional adalah bank yang seluruh atau sebagian besar dimiliko oleh swasta nasional serta akta pendiriannya didirikan oleh swasta begitu pula pembagian keuntungannya diambil oleh swasta pula. 4) Bank Milik Asing Bank milik asing adalah cabang dari bank yang ada diluar negeri, baik milik swasta asing maupun pemerintah asing. 5) Bank Milik Campuran Bank milik campuran adalah bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan swasta nasional. Dimana kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia. c. Dilihat dari segi status 1) Bank Devisa Bank devisa adalah bank yang melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, travellers cheque, pembukaan dan pembayaran Latter of Credit dan transaksi lainnya. 2) Bank Non Devisa Bank non devisa adalah bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bak devisa, sehingga tidak dapat melaksankan transaksi seperti halnya bank devisa. d. Dilihat dari segi cara menentukan harga 1) Bank yang Berdasarkan Prinsip Konvensional
14
Bank ini menggunakan sistem bunga sebagai harga juak, menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu. 2) Bank yang Berdasarkan Prinsip Syariah Bank ini menerapkan aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain. Bank memiliki sumber dana untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Sumber-sumber dana bank merupakan usaha bank untuk memperoleh dana yang akan digunakan untuk kegiatan operasinya. Menurut Kasmir (2008), sumber dana bank dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu: a. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri 1) Setoran modal dari pemegang saham Dalam hal ini pemilik saham dapat menyetor dana atau membel saham yang dikeluarkan oleh perusahaan. 2) Cadangan-cadangan bank Cadangan bank ini adalah cadangan-cadangan laba tahun lalu yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham. Cadangan ini digunakan untuk mengantisipasi laba tahun yang akan datang. 3) Laba bank yang belum dibagi Laba yang belum dibagikan pada tahun bersangkutan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai modal untuk sementara waktu.
15
b. Dana yang bersumber dari lembaga lainnya Dana yang diperoleh dari sumber ini digunakan untuk membiayai atau membayar transaksi-transaksi tertentu. Sumber dana ini diperoleh dari pinjaman bank lain maupun lembaga keuangan lainnya. c. Dana Pihak Ketiga (DPK) 1) Simpanan Giro Simpanan giro adalah simpanan yang diiperoleh dari masyarakat atau pihak ketiga yang sifat penarikannya dapat ditarik kapan saja dengan menggunakan cek dan bilyet giro atau sarana perintah bayar lainnya atau pemindahbukuan. 2) Tabungan Tabungan adalah jenis simpanan yang dilakukan oleh pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat tertentu sesuai perjanjian antara bank dan pihak nasabah. 3) Deposito Deposito adalah jenis simpanan yang penarikannya dilakukan sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan antara bank dengan nasabah. Dalam menjalankan usahanya sebagai lembaga intermediasi keuangan, kegiatan bank sehari-hari tidak dapat dipisahkan dari bidang keuangan. Seperti halnya perusahaan lainnya, kegiatan bank secara sederhana dapat dikatakan sebagai tempat melayani segala kebutuhan para nasabahnya. Kegiatan utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan daam
16
bentuk tabungan, deposito berjangka, giro, dan kemudian menyalurkan kembali dana yang dihimpun tersebut kepada masyarakat umum dalam bentuk kredit yang diberikan (loanable fund). Dengan demikian kegiatan di bank Indonesia terutama kegiatan bank umum adalah sebagai berikut: a. Menghimpun Dana dari Masyarakat (Funding) Menghimpun dana berarti mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Kegiatan penghimpun dana ini disebut funding. Strategi bank dalam menghimpun dana adalah dengan memberikan rangsangan berupa imbalan yang menarik dan menguntungkan. Imbalan jasa tersebut dapat berupa perhitungan bunga bagi bankk konvensional atau berdasarkan prinsip jual beli dan bagi hasil untuk bank syariah. b. Menyalurkan Dana ke Masyarakat Menyalurkan dana berarti melemparkan dana yang telah dihimpun melalui simpanan giro, tabungan, dan deposito kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman (lanable fund) bagi bank konvensional atau pembiayaan bank syariah. Bagi bank konvensional dalam memberikan pinjaman disamping dikenakan bunga, juga dikenakan jasa pinjaman bagi penerima pinjaman (debitur) dalam bentuk biaya administrasi serta biaya provisi dan komisi. Sedangkan bagi bank syariah didasarkan pada jual beli dan bagi hasil. Bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional, keuntungan utama diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada penyimpanan dengan bunga pinjaman atau kredit yang diberikan. Keuntungan dari selisih bunga
17
ini di bank dikenal dengan istilah spread based. Jika suatu bank mengalami suatu kerugian dari selisish bunga, dimana tingkat bunga simpanan lebih besar dari tingkat bunga kredit yang diberikan (lanable fund), maka terjadilah negatif spread. c. Memberikan Jasa-Jasa Bank Lainnya (Service) Jasa-jasa bank lainnya merupakan jasa pendukung kagiatan bank. Jasa-jasa ini diberikan terutama untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana, baik yang berhubungan langsung maupun tidak langsung terhadap kegiatan penyimpanan dana dan penyaluran kredit. Banyaknya produk jasa yang ditawarkan sangat bergantung pada kemampuan masing-masing bank. Semakin mampu bank tersebut, maka semakin banyak ragam produk yang ditawarkan. Kemampuan bank dapat dilihat dari segi permodalan, manajemen serta fasilitas sarana dan prasarana yang dimilikinya. 2. Bank Konvensional Sebagian besar bank yang berkembang di Indonesia bank yang berdasarkan dengaan prinsip dan cara konvensional atau yang disebut dengan bank konvensional. Hal ini disebabkan tidak terlepas dari sejarah bangsa Indonesia yang mana kolonial Belanda (Barat) yang membawa bank ke Indonesia. Adapun pengertian bank konvensional menurut pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 10 tahun 1998 bank konvensional dapat didefinisikan yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa keuangan. Dalam Booklet Perbankan Indonesia, 2011 bahwa bank konvensional adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara
18
konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri dari Bank Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat. Adapun kegiatan usaha bank umum konvensional terdiri atas: a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa tabungan, giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan bentuk lainnya. b. Memberikan kredit kepada masyarakat. c. Menerbitkan surat pengakuan hutang. d. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah. e. Menempatkan dana, meminjam dana, atau meminjamkan dana kepada bank lain baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya. f. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan pihak ketiga. g. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang berharga dan surat berharga. h. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak. i. Melakukan penempatan dana dari nasabah ke nasabah lain dalam bentuk surat berharga. j. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat.
19
k. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan UU tentang perbankan dan peraturan perundangundangan yang berlaku. l. Melakukan kegiatan dalam bentuk valuta asing dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. m. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di bidang keuangan seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. n. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit. o. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun yang berlaku. Dalam mencari keuntungan dan menetukan harga kepada nasabah, bank konvensional menggunakan dua metode yaitu: a. Menetapkan bunga sebagai harga jual, baik untuk produk simpanan (tabungan, giro, deposito). Begitu juga dengan harga beli untuk produk pinjaman atau kredit juga ditentukan oleh tingkat suku bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah spread based. b. Jasa-jasa bank konvensional yang lainnya, pihak perbankan konvensional menggunakan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu
20
seperti biaya asdministrasi, biaya provisi, sewa, iuran dan biaya lainnya. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based. 3. Teori Perilaku Konsumen Menurut Gerald Zaltman dan Melanie Wallendorf (1979) Perilaku konsumen merupakan: “Consumer behavior are acts, process an social relationship exhibited by individuals, groups and organizations in the obtainment, use of, and consequent experience with products, services and other resources”. Adapun arti dari pengertian diatas adalah bahwa perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan, proses, dan hubungan
sosial yang dilakukan seseorang,
kelompok, atau organisasi yang mengarahkan seseorang tersebut untuk mendapatkan dan menggunakan barang atau jasa sebagai suatu akibat dari pengalamannya dengan produk, pelayanan, dan sumber lainnya. Sedangkan menurut David L. Loudon dan Albert J. Della Bitta (1984) mengemukakan bahwa: “Consumer behavior may be defind as decision process and physical activity individuals engage in when evaluating, acquaring, using or disposing of good and services” Perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik
yang dilibatkan dalam proses mengevaluasi, memperoleh,
menggunakan atau dapat mempergunakan barang dan jasa. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen merupakan tindakan seorang individu ataupun sekelompok orang untuk mengambil suatu keputusan yang didasarkan pada keinginan seseorang atau sekelompok orang terhadap sesuatu baik itu berupa barang atau jasa.
21
Masing-masing konsumen memiliki perilaku yang berbeda-beda dalam memenuhi kebutuhannya. Namun, dari perbedaan-perbedaan tersebut ada persamaan tujuan dalam memenuhi kebutuhan yaitu memaksimalkan kepuasan dalam mengkonsumsi barang dan jasa. Tingkat kepuasan yang diperoleh konsumen ketika mengkonsumsi barang atau jasa disebut utilitas. Dalam perekonomian, konsumen bukan hanya bertindak sebagai pengguna barang atau jasa tetapi juga sebagai penyedia faktor produksi. Teori perilaku konsumen akan menjelaskan bagaimana seorang konsumen membuat keputusan untuk memilih suatu produk atau jasa yang diyakini akan memberikan kepuasan yang maksimum. Untuk memahami perilaku konsumen yang dinyatakan pada hukum permintaan digunakan beberapa pendekatan yaitu: a. Pendekatan Marginal Utility (Kardinal) Pendekatan kardinal didasarkan pada asumsi bahwa kepuasan seseorang bisa diukur dengan satuan tertentu seperti jumlah, unit, rupiah, dan lainnya. Semakin banyak barang yang dikonsumsi maka akan semakin tinggi tingkat kepuasannya. Konsumen yang rasional akan berusaha untuk memaksimalkan kepuasaanya. Besarnya nilai kepuasan tergantung pada konsumen yang bersangkutan. Konsumen dapat mencapai equilibrium atau mencapai kepuasan yang maksimum apabila dalam membelanjakan pendapatannya mencapai kepuasan yang sama pada berbagai macam barang. Tingkat kepuasan konsumen terdiri dari dua konsep yaitu kepuasan total (total utility) dan kepuasan tambahan (marginal utility). Kepuasan total yang artinya adalah kepuasan keseluruhan yang dirasakan oleh individu dari mengkonsumsi sejumlah barang atau jasa. Sedangkan
22
kepuasan tambahan adalah perubahan total per unit dengan adanya perubahan jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi. Berikut adalah perbedaan antara kepuasan total dan kepuasan tambahan yang diperoleh konsumen dalam mengkonsumsi barang. Tabel 2.1 Perbedaan Kepuasan Total dan Kepuasan Tambahan Q 0 1 2 3 4 5 6
TU 0 12 18 22 24 24 22
MU 12 6 4 2 0 -2
Tabel diatas menjelaskan perbedaan antara kepuasan total (total utility) dengan
kepuasan
tambahan
(marginal
utility).
Jika
seorang
individu
mengkonsumsi 1 unit barang maka akan mendapatkan kepuasan total sebesar 12 dan kepuasan tambahan sebesar 12. Jika individu tersebut menambah konsumsinya menjadi 2 unit maka kepuasan total yang didapatkan sebesar 18 dan kepuasan tambahan yang didapat sebesar 6. Apabila seorang individu tersebut menambah lagi unit barang yang dikonsumsi sebanyak 3 unit maka individu tersebut akan mendapatkan kepuasan total sebanyak 12 dan mendapatkan kepuasan tambahan sebesar 4, dan begitu seterusnya. Sehingga semakin banyak seseorang mengkonsumsi barang maka kepuasan total yang didapatkan semakin meningkat sampai pada suatu titik tertentu, sedangkan penambahan barang yang dikonsumsi akan menurunkan kepuasan tambahan. Dari tabel tersebut dapat digambarkan dalam bentuk dari kurva MU dan TU sebagai berikut:
23
TU
MU TU
0
Q
0
MU
Q
Gambar 2.1 Kurva Total Utility dan Marginal Utility
Bentuk kurva yang memiliki slop positif pada kurva kepuasan total (total utility) yang artinya setiap ada penambahan 1 unit barang untuk dikonsumsi akan menaikan kepuasan total, sedangkan pada kurva kepuasan tambahan (marginal utility) memiliki slop negatif yang artinya bahwa setiap ada penambahan 1 unit barang untuk dikonsumsi akan menurunkan kepuasan tambahan. Kepuasan maksimum terjadi apabila alokasi pengeluaran pada komoditikomoditi terjadi pada saat kepuasan setiap rupiah terakhir sama. Secara matematis dapat ditujukan sebagai berikut: 𝑀𝑈𝑎 𝑀𝑈𝑏 𝑀𝑈𝑐 𝑀𝑈𝑧 = = =⋯= 𝑃𝑎 𝑃𝑏 𝑃𝑐 𝑃𝑧 Kondisi yang diperlukan bagi konsumen untuk memaksimalkan kepuasannya pada dua macam barang adalah: 𝑀𝑈𝑎 𝑀𝑈𝑏 𝑀𝑈𝑎 𝑃𝑎 = atau = 𝑃𝑎 𝑃𝑏 𝑀𝑈𝑏 𝑃𝑏
24
b. Pendekatan Indefference Curve (Ordinal) Pendekatan ordinal mengasumsikan bahwa konsumen mampu membuat urutan-urutan kombinasi barang atau jasa yang akan dikonsumsi berdasarkan kepuasan yang akan diperolehnya. Pendekatan ordinal digunakan dengan menggunakan analisis kurva indiferensi. Kurva indeferensi adalah kurva yang menunjukkan berbagai titik kombinasi dua barang yang memberikan kepuasan yang sama. Adapun karakteristik dari kurva indeferensi adalah sebagai berikut: 1) Semakin ke kanan atas (menjauhi titik origin), maka semakin tinggi tingkat kepuasannya. 2) Kurva indiferensi tidak berpotongan satu sama lain. 3) Kurva indiferensi berslope negatif. 4) Kurva indiferensi cembung ke arah origin. Mengukur kepuasan konsumen dengan pendekatan kurva indeferensi didasarkan pada empat asumsi yaitu: 1) Konsumen memiliki pola preferensi akan barang-barang konsumsi yang dinyatakan dalam bentuk peta indiferensi. 2) Konsumen akan memaksimumkan kepuasannya dengan tunduk kepada kendala anggran yang ada. 3) Konsumen selalu berusaha untuk memaksimumkan kepuasan. 4) Marginal Rate of Substitution (MRS) akan menurun setelah melampau suatu tingkat utilitas tertentu. MRS adalah jumlah barang Y yang bisa diganti oleh satu unit barang X, pada tingkat kepuasan yang sama.
25
Tabel 2.2 Marginal Rate of Substitution Kelompok Barang A B C D E
Bakso
Nasi Goreng
1 2 3 4 5
20 15 11 8 6
Fungsi preferensi adalah suatu sistem atau serangkaian kaidah dalam menentukan pilihan. Setiap individu dianggap memiliki fungsi preferensi dengan ciri-ciri seperti untuk setiap 2 kelompok barang, konsumen bisa membuat peringkat; peringkat tersebut bersifat transit, yaitu jika A lebih disukai dari pada B, B lebih disukai daripada C, maka A lebih disukai daripada C; konsumen selalu ingin mengkonsumsu jumlah barang yang lebih banyak, sebab konsumen tidak pernah terpuaskan. Kurva indefernsi mencerminkan preferensi konsumen. Kurva indeferensi adalah kurva yang menunjukkan kombinasi konsumsi barang-barang yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama. Kumpulan kurva indeferensi disebut indiference maps dari setiap konsumen. Berikut adalah contoh kurva indeferensi:
26
Nasi Goreng
U=9 U=8 U=7 U=6
0
Bakso Bakso
1
2
3
4
5
6
7
8
Gambar 2.2 Kurva Indiferens
Berdasarkan
gambar
diatas
bahwa
dalam
kurva
indeferensi
mengasumsikan bahwa konsumen akan memaksimumkan kepuasannya dengan tunduk kepada kendala anggran yang ada yaitu garis anggaran. Garis anggaran (budget line) adalah garis yang menunjukkan jumlah barang yang dapat dibeli dengan sejumlah pendapatan atau anggaran tertentu, pada tingkat harga tertentu. Konsumen hanya mampu membeli sejumlah barang yang terletak pada atau sebelah kiri garis angggaran. Titik-titik pada sebelah kiri garis anggaran tersebut menunjukkan tingkat pengeluaran yang lebih rendah. Konsumen yang rasional adalah konsumen yang mampu memaksimumkan kepuasannya berdasarkan garis anggaran yang mereka miliki. Apabila seorang konsumen tidak memaksimumkan anggaran yang mereka miliki maka konsumen tersebut tidak rasional. Begitu juga sebaliknya, jika seorang konsumen ingin memaksimumkan kepuasannya dengan keterbatasan anggaran yang mereka miliki maka bisa dikatakan tidak rasional.
27
Qy
Garis Anggaran Daerah Anggaran 0
QX Gambar 2.3 Kurva Garis Anggaran
Gambar 2.3 menunjukkan anggaran yang dimiliki oleh seorang konsumen untuk memuaskan kebutuhannya. Apabila konsumen menggunakan anggaran melebihi anggaran yang tersedia maka konsumen tersebut tidak rasional. Sebaliknya apabila anggaran yang tersedia tidak digunakan secara maksimum maka hal tersebut tidak rasional. Dikatakan rasional apabila seorang konsumen memaksimumkan anggaran yang ada. c. Pendekatan Atribut Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Kelvin Lancaster pada tahun 1966. Kalau teori-teori sebelumnya menggunakan asumsi bahwa yang diperhatikan oleh konsumen ialah produknya, maka teori ini mendasarkan pada asumsi bahwa perhatian konsumen bukan pada produknya, melainkan lebih pada atribut barang bersangkutan. Yang dimaksud dengan dengan atribut suatu barang ialah semua jasa yang dihasilkan oleh penggunaan dan atau pemilik barang tersebut. Atribut dari sebuah mobil meliputi antara lain jasa pengangkutan
28
(misalnya untuk mengantar sekolah, pergi ke kantor dan sebagainya), prestise, privacy, keamanan, kemudahan, dan sebagainya. Dalam pendekatan atribut diasumsikan bahwa rumah tangga konsumen telah membagi-bagi anggaran untuk tiap kelompok kebutuhan. Misalnya proporsi untuk makan, proporsi buat rekresia dan lainnya. Asumsi yang dipergunakan oleh pendekatan atribut tersebut dirasakan lebih sesuai dengan kebiasaan dalam praktek sehari-hari dibandingkan dengan asumsi yang dipergunakan oleh pendekatan kurva indeferen. Di samping itu, hasil analisis dari penggunaan asumsi yang dipergunakan oleh pendekatan atribut jjuga jauh lebih sejalan dengan kejadian yang dijumpai sehari-hari. Yang dipermasalahkan oleh teori perilaku konsumsi dengan pendekatan atribut adalah bagaimana jatah anggaran untuk suatu jenis kebutuhan dilaksanakan. Kelezatan Makanan B A C
D E
0
Kenyamanan Lingkungan
Gambar 2.4 Garis Kombinasi Atribut Makan di Restoran A, B, C, D, E
Gambar 2.4 menjelaskan bagaimana seorang konsumen mengkonsumsi anggaran untuk makan di restoran. Atribut makan di restoran di asumsikan hanya ada dua macam yaitu kelezatan makan di restoran diukur dengan menggunakan
29
sumbu vertikal dan kedua kenyamanan lingkungan restoran seperti penataan ruangan yang indah, musik yang merdu, pelayanan yang ramah dan lainnya, diukur dengan menggunakan sumbu horizontal. Kombinasi kenyamanan lingkungan dan lezatnya makanan untuk masing-masing restoran yang masuk perhitungan konsumen tergambar dalam bentuk garis kombinasi atribut, yang untuk singkatnya dapat pula kita sebut garis atribut. Garis kombinasi atribut untuk masing-masing restoran sendirinya bermula pada titik silang sumbu 0. Hal tersebut dikarenakan dengan tidak makan di restoran A konsumen tidak memperoleh kepuasan baik dalam bentuk kelezatan makanan maupun kenyamanan lingkungan makan yang disajikan oleh restoran A. Oleh karena cita rasa konsumen berbeda-beda, maka garis atribut untuk sebuah restoran bagi konsumen yang satu dengan konsumen yang lain, sudutnya berbeda-beda. Hal ini berarti bahwa susunan atau struktur garis-garis kombinasi atribut cenderung berbeda antara yang dimiliki konsumen yang satu dengan yang dimiliki konsumen yang lain. Tidak berbeda dengan pendekatan kurva indeferen konvensional, pendekatan atribut juga menggunakan konsep indefference map atau medan indeferen konsumen yang terdiri dari sejumlah banyak kurva-kurva indiferen konsumen yang terdiri dari sejumlah banyak kurva-kurva indeferen konsumen. Bedanya, pada pendekatan atribut kurva indeferen menunjukkan berbagai kemungkinan dua atribut atau lebih yang memberikan kepuasan yang sama bagi konsumen. Setelah mengetahui indefference map atau medan indeferen yang dimilikinya, maka dapat menentukan titik ekuilibrium konsumen. Seorang
30
konsumen dapat menetukan restoran manakah yang akan dikunjunginya. Dengan mendasarkan pada asumsi rasionalitas, maka konsumen akan mengambil keputusan memilih restoran yang ditujukan oleh titik singgung antara kurva efficiency frontier dengan salah satu kurva indeferennya. Mengenai titik singgung antara kurva indeferen konsumen dengan garis depan efisiensi tersebut, terdapat adanya dua pola yang perlu kita perhatikan. Pertama adalah titik singgung tersebut tepat berada pada ujung salah satu garis kombinasi atribut. Kedua adalah titik singgung berada pada bagian garis depan efisieni yang berbentuk garis lurus yang menghubungkan dua ujung garis kombinasi atribut.
Kelezatan kombinasi Makanan
Is1
Ir A
B
Is2 Is3
C
T
D
0
Kenyamanan Lingkungan Gambar 2.5 Kurva Ekuilibrium Konsumen
Berdasarkan gambar 2.5 bahwa seorang konsumen R memiliki garis depan efisiensi ABCD, kurva indeferen konsumen yang menyinggung garis depan efisiensi adalah kurva indeferen Ia dengan titik singgung B. Ini berarti bahwa konsumen tersebut akan memilih makan di restoran B karena kepuasan yang
31
diperolehnya adalah maksimal. Sebaliknya konsumen S memiliki garis efisiensi yang sama ABCD tetapi dari ketiga kurva indeferennya adalah kurva indeferen Is3 yang mempunyai titik singgung dengan garis depan efisiensi pada T, yang letaknya berada diantara dua ujung garis kombinasi kepuasan C dan ujung garis kombinasi kepuasan D. 4. Teori Permintaan Uang Mankiw (2006) mendefinisikan uang sebagai persediaan aset yang akan dapat digunakan untuk melakukan transaksi. Berdasarkan jenisnya uang dapat dibedakan menjadi uang kartal, uang giral, dan uang kuasi. Berdasarkan perhitungan jumlah permintaan uang di masyarakat, uang dapat dibedakan menjadi M0 (uang kartal), M1 (M0 ditambah dengan demand deposit yaitu tabungan yang dimiliki masyarakat yang ada di bank yang dapat diambil sewaktuwaktu), M2 (M1 ditambah dengan time deposit yaitti tabungan deposito dan sejenisnya yang memiliki waktu jatuh tempo atau tidak bisa diambil sewaktuwaktu), M3 (M2 ditambah dengan deposito jangka panjang, meliputi dana institutional yang ada dipasar uang). Menurut Mankiw (2006) uang memiliki tiga fungsi yaitu sebagai penyipan nilai, unit hitung, dan media pertukaran. Adapun beberapa teori mengenai permintaan uang dari beberapa ahli yaitu: a. Teori Permintaan Uang Klasik Teori permintaan uang klasik bermula dari teori tentang jumlah uang yang beredar dalam masyarakat (teori kuantitas uang). Teori menyatakan bahwa ada keseimbangan antara sektor moneter dan sektor rill.
32
Irving Fisher merumuskan teori kuantitas uang sebagai berikut: MV = PT Dimana: M
= Jumlah uang beredar
V
= Perputaran uang
P
= Harga barang
T
= Volume barang yang diperdagangkan
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa nilai barang yang diperdagangkan sama besarnya dengan jumlah uang beredar dikalikan kecepatan perputarannya. b. Teori Permintaan Uang Keynes Keynes menjelaskan mengapa seseorang memegang uang kas berdasarkan kegunaan uang. Seperti kita ketahui, uang dapat berfungsi sebagai alat tukar (transaksi) dan penyimpanan kekayaan. Dalam teorinya tentang permintaan akan uang, Keynes membedakan antara motif transaksi, berjaga-jaga, dan spekulasi. 1) Permintaan uang transaksi Keynes mengatakan bahwa permintaan uang kas untuk tujuan transaksi ini tergantung dari pendapatan. Makin tinggi pendapatan seseorang, maka besar keinginan akan uang kas untuk transaksi. Seseorang atau masyarakat yang tingkat pendapatannya tinggi maka akan meakukan transaksi lebih banyak dibandingkan seseorang atauu masyarakat yang pendapatannya
33
lebih rendah. Ketergantungan permintaan uang untuk transaksi terhadap pendapatan ditunjukkan pada gambar 2.6.
Mt L1
0
(Y/P) Gambar 2.6 Kurva Permintaan Uang untuk Transaksi
Permintaan uang untuk transaksi riil ditunjukkan dengan L1. Terlihat bahwa semakin banyak uang yang dipegang untuk keperluan transaksi (Mt). Hubungan antara permintaan uang untuk transaksi pendapatan riil (Y/P) tidak selalu linier. Berbeda dengan kaum klasik, Keynes lebih menekankan analisisnya pada motif spekulasi yaitu peranan tingkat bunga dalam menentukan permintaan uang untuk spekulasi. 2) Permintaan uang untuk berjaga-jaga Setiap orang menghadapi ketidakpastian mengenai apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Ketidakpastian ini menyebabkan seseorang akan memegang uang tunai lebih besar dari yang dibutuhkan untuk tujuan transaksi, yaitu untuk tujuan berjaga-jaga. Menurutnya jumlah uang yang dipegang untuk tujuan berjaga-jaga ini tergantung dari besarnya pendapatan, semakin tinggi pendapatan maka semakin tinggi pula uang
34
dipegang untuk tujuan berjaga-jaga. Oleh karena itu, permintaan uang dengan tujuan transaksi dan berjaga-jaga dipengaruhi oleh faktor yang sama. 3) Permintaan uang spekulasi Keynes juga menyadari bahwa masyarakat menghendaki jumlah uang kas yang lebih dari kebutuhannya untuk keperluan transaksi. Namun, Keynes hanya memfokuskan analisisnya pada permintaan uang untuk spekulasi. Menurut Keynes, orang bersedia memegang uang melebihi kebutuhan untuk transaksi. Besarnya permintaan uang untuk tujuan spekulasi ini ditentukan oleh perbandingan hasil dari kekayaan yang lainnya seperti Uang (Money M) dan Obligasi (Bond B). Jika seseorang memegang uang, hasil yang diperoleh tidak ada. Sedangkan apabila seseorang memegang obligasi maka seseorang akan mendapatkan bunga. Sehingga semakin tinggi tingkat bunga maka, semakin rendah keinginan masyarakat memegang uang kas dan juga sebaliknya. r
L2 0
Msp Gambar 2.7 Kurva Permintaan Uang untuk Spekulasi
35
Perekonomian dianggap terdapat suatu rentang (range) suku bunga normal. Tiap orang memiliki harapan berbeda mengenai seberapa besar laju perubahan suku bunga menuju normal. Dengan kata lain tiap orang memiliki harapan memperoleh keuntungan dari obligasi dengan tingkat yang berbeda-beda. Pada umumnya semakin rendah suku bunga semakin besar orang berharap suku bunga akan naik. Dengan kata lain semakin banyak orang ingin memegang uang (menjual obligasi). Demikian sebaliknya pada tingkat bunga yang tinggi, permintaan uang untuk spekulasi akan berupa kurva dengan slope negatif seperti yang terlihat pada gambar 2.7. 5. Teori Pengambilan Keputusan Menurut Kotler (2002) keputusan adalah suatu proses penyelesaian masalah yang terdiri dari pengenalan masalah, mencari informasi, penilaian terhadap beberapa alternatif, membuat keputusan dan mengevaluasi keputusan setelah membuat suatu keputusan. Menurut Drumond (2003) mendefinisikan bahwa keputusan adalah mengidentifikasikan semua pilihan untuk menyelesaikan suatu masalah dan menilai pilihan tersebut dengan sistematis dan obyektif serta sasarannya yang menentukan keuntungan atau kerugian masing-masing. Sedangkan menurut Amirullah (2002) keputusan adalah kegiatan menilai dan memilih dari berbagai pilihan yang dianggap paling menguntungkan Sesuai dengan perilaku konsumen, jadi pemilihan keputusan seorang konsumen bisa diartikan proses konsumen menilai beberapa pilihan alternatif setelah itu memilih satu yang dianggap paling baik dari beberapa altenatif. Apabila menginginkan pemilihan keputusan yang lebih terarah maka harus
36
mengetahui unsur-unsur dari pemilihan keputusan. Tahapan proses keputusan dalam pembelian terhadap suatu barang atau jasa dapat digambarkan dalam model dibawah ini: Tahap Proses Pembelian
Pengenalan masalah
Pencarian informasi
Evaluasi alternatif
Kepuasan membeli
Perilaku pasca pembelian
Sumber: Kotler (2007) Pada model tersebut memiliki anggapan bahwa konsumen melakukan lima tahapan atas suatu pembelian. Tetapi, tahapan ini tidak selalu terjadi khususnya dalam pembelian yang tidak memerlukan keterlibatan pembeli. Konsumen dapat melewati beberapa tahapan dan urutannya tidak selalu sama. a. Pengenalan masalah Pengenalan masalah atau kebutuhan pembeli menyadari adanya suatu perbedaan antara keadaan yang sebenarnya dan keadaan yang diinginkan pembeli. Kebutuhan tersebut dapat digerakan oleh faktor internal atau rangsangan dari dalam diri pembeli seperti sikap religiusitas pembeli. Kebutuhan tersebut juga dapat digerakan oleh faktor eksternal atau dari luar seperti fasilitas pelayanan, lokasi, reputasi, brand produk, dan lainnya. b. Pencarian informasi Konsumen terkadang tidak mencari informasi dengan lengkap sehubungan dengan kebutuhannya. Seseorang mencari informasi secara aktif
37
tergantung pada dorongan kebutuhan, banyaknya informasi yang dimiliki, kemudahan memperoleh informasi, tambahan dan kepuasan yang diperoleh dari kegiatan mencari informasi. c. Evaluasi alternatif Informasi yang didapat dari calon pembeli digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai alternatif-alternatif yang dihadapi serta daya tarik masing-masing alternatif. Produsen harus berusaha memahami cara konsumen mengenal informasi yang diperolehnya hingga mengenai promosi suatu produk dan keputusan untuk membeli. d. Keputusan membeli Produsen harus memahami bahwa konsumen mempunyai cara sendiri untuk mencari informasi, menilai, dan menentukan produk mana yang akan dibeli. e. Perilaku pasca pembelian Apabila barang yang dibeli tidak sesuai dengan harapan konsumen maka pembeli akan merubah sikap mereka menjadi negatif pada produk atau jasa tersebut. Tetapi sebaliknya, apabila barang atau jasa yang dibeli konsumen sesuai dengan harapannya dan konsumen merasa puas akan barang dan jasa tersebut maka keinginan untuk membeli lagi barang atau jasa tersebut cenderung lebih besar. Dalam hal ini produsen harus menjaga dan mempertahankan reputasi positif akan suatu barang dan jasa yang di produksi agar konsumen tetap menggunakan produk yang produsen jual.
38
6. Reputasi Bank Menurut Fombrun (1996) berpendapat bahwa reputasi perusahaan adalah penilaian perusahaan oleh masyarakat banyak yang berada didalam perusahaan maupun diluar perusahaan. menurut Tjiptono (2007) reputasi adalah sesuatu yang sangat
penting
bagi
citra
suatu
perusahaan
karena
citra
perusahaan
menggambarkan kualitas total jasa perusahaan tersebut. Nguyen dan Leblanc (2002) menjelaskan lebih rinci mengenai reputasi perusahaan, yang didefinisikan sebagai berikut: “reptutation can be used as an effective means of predicting the outcome of the service-production process, and can, perharps, be considered the most reliable indicator of the ability of a service firm to satisfy a customer’s desires”. Reputasi dapat juga diartikan sebagai sebuah kepercayaan dari dulu hingga sekarang yang disadari oleh perusahaan. reputasi yang baik akan mempengaruhi kepuasan pelanggan dan karyawan perusahaan itu sendiri, meningkatkan loyalitas pelanggan dan meningkatkan pertumbuhan perusahaan dan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang. Menurut Dick, Chakravarty dan Biehal (1990) bahwa reputasi dapat membentuk kepercayaan masyarakat secara langsung terhadap produk atau jasa sehingga dengan reputasi yang baik dapat mempengaruhi masyarakat dalam menentukan pilihannya. Dari berbagai definisi yang telah dipaparkan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa reputasi perusahaan merupakan sesuatu yang dinilai baik dan dijadikan kepercayaan oleh masyarakat luas karena kinerja perusahaan dari dulu hingga sekarang tetap unggul dan selalu ingin mempertahankan dan meningkatkan mutu perusahaan.
39
Reputasi
perusahaan
adalah
modal
penting
yang
harus
selalu
dipertahankan dan terus ditingkatkan untuk mencapai kinerja yang baik, karena reputasi perusahaan secara langsung membentuk kepercayaan pelanggan terhadap produk atau jasa yang dihasilkan sehingga dapat mempengaruhi pertimbangan pelanggan dalam menentukan pilihan. Pengukuran reputasi terhadap perusahaan berbeda-beda, American Most Admired Company (AMAC) sejak tahun 1983 secara berkala mengukur reputasi perusahaan berdasarkan penilaian delapan variabel berikut: 1) Inovasi 2) Kualitas manajemen perusahaan 3) Nilai investasi jangka panjang perusahaan 4) Tanggung jawab perusahaan terhadap komunitas dan lingkungan 5) Kemampuan perusahaan untuk mengukur karyawan yang dengan baik 6) Kualitas produk dan jasa 7) Kesehatan keuangan perusahaan 8) Utilitas aset perusahaan Proses pengukuran reputasi secara ideal tidaklah mudah dan diperlukan keahlian serta kejelian yang khusus. Wajar jika beberapa perusahaan melakukan pengukuran reputasi dengan pendekatan yang berbeda-beda. Mengukur reputasi tidak cukup hanya dengan menghiyung kesenjangan apa yang disampaikan dan apa yang dipersepsi oleh media. Proses pengukuran reputasi seharusnya dimulai dengan penentuan stakeholder kunci dari perusahaan. Stakeholder disini
40
mencakup karyawan, nasabah, calon nasabah, pemegang saham, ataupun pemerintah. 7. Fasilitas Pelayanan Menurut Yoeti (1980) fasilitas adalah segala sesuatu yang berupa fisik atau benda maupun jasa yang menyertai pelayanan yang diberikan perusahaan baik perusahaan jasa, perdagangan, maupun perusahaan industri. Fasilitas juga dapat diartikan sebagai sarana dan prasarana yang tersedia atau disediakan oleh perusahaan dan juga didalam kantor perusahaan, yang dimaksud untuk memberikan pelayanan maksimal agar konsumen atau pelanggan merasakan nyaman dan puas. Fasilitas merupakan faktor penunjang utama dalam kegiatan suatu produk. Raharjani (2005) menyatakan bahwa apabila perusahaan jasa menyediakan fasilitas yang memadai sehingga memudahkan konsumen atau pelanggan menggunakan jasanya dan membuat konsumen atau pelanggannya nyaman dalam menggunakan jasanya sehingga dapat mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian jasa. Hal-hal yang perlu disampaikan dalam fasilitas pelayanan jasa adalah: 1) Kelengkapan, kebersihan dan kerapihan fasilitas yang ditawarkan 2) Kondisi dan fungsi fasilitas yang ditawarkan 3) Kemudahan penggunaan fasilitas yang ditawarkan 4) Kelengkapan alat yang digunakan Dalam dunia perbankan fasilitas pelayanan tidak hanya berupa fasilitas fisik, tetapi juga fasilitas sikap pelayanan karyawan bank dalam melayani nasabah. Menurut Hidayat (2009) mengatakan bahwa faktor-faktor yang
41
mempengaruhi nasabah dalam menggunakan jasa bank yaitu pelayanan yang cepat dan efisien, sumber daya manusia yang propesional dan transparan, sikap dan perilaku karyawan yang ramah dan sopan, adanya jaminan keamanan dana nasabah. Setiap bank selalu ingin dianggap baik oleh masyarakat luas terutama nasabahnya dan nasabah ingindiberikan pelayanan terbaik dari bank. 8. Promosi Menurut Kotler (2002), promosi adalah cara yang dilakukan perusahaan untuk menginformasikan produknya dan mengajak konsumen untuk membeli dan menggunakan produknya. Sedangkan menurut Subagyo (2010) mendefinisikan promosi sebagai suatu kegiatan memberikan informasi kepada masyarakat luas mengenai suatu produk baik itu berupa barang atau jasa termasuk pemberian informasi mengenai keunggulan dan manfaat produk tersebut dan mengajak masyarakat luas untuk membeli dan menggunakan produk tersebut. Kasmir (2008) mendefinisikan promosi dalam pemasaran bank merupakan suatu kegiatan untuk memperjualbelikan produk dan jasa bank
kepada nasabah atau calon
nasabah dengan tujuan dapat memenuhi kebutuhan nasabah maupun calon nasabah serta memberikan rasa puas kepada nasabah atau calon nasabah. Terdapat empat macam sarana promosi yang dapat digunakan oleh setiap bank dalam mempromosikan produk dan jasa yaitu promosi melalui periklanan (advertising), promosi penjualan (sales promotion), publisitas (Publicity), dan promosi melalui penjualan pribadi (personal selling). Adapun penjelasan masingmasing sarana promosi adalah sebagai berikut: a. Periklanan (Advertising)
42
Promosi berupa iklan adalah sarana yang paling sering digunakan untuk menginformasikan mengenai suatu produk ataupun jasa. Tujuan dari periklanan itu sendiri adalah memberi informasi kepada konsumen sehingga menimbulkan proses AIDA (attention, interest, desire, actioni) hingga mendorong nasabah atau calon nasabah untuk membeli produk yang dijual oleh pihak bank. Iklan yang dilakukan dapat berupa iklan di media cetak dan media elektronik. b. Promosi Penjualan (Sales Promotion) Promosi penjualan dapat dilakukan dengan pemberian hadiah, diskon, pemberian bunga khusus, tawaran pengambilan tunai dan kupon dan lainnya, sehingga dengan adanya promosi penjualan ini dapat menarik nasabah atau calon nasabah untuk membeli produk yang ditawarkanoleh pihak bank. c. Publisitas (Publicity) Publisitas
adalah
kiat
pemasaran
untuk
mensosialisasikan
atau
menginformasikan mengenai produk, jasa, unit usaha, atau organisasi yang ditujukan kepada masyarakat luas dalam bentuk berita yang tidak dibayar oleh sponsor atau nonkomersial. Ini dilakukan untuk membangun serta meningkatkan citra bank, mendukung aktifitas komunikasi lainnya, dan mengatasi isu maupun permasalahan yang ada kepada calon nasabah atau nasabahnya melalui bakti sosial, sponsorship dan kegiatan amal. d. Penjualan Pribadi (Personal Selling)
43
Penjualan pribadi memiliki peranan penting dalam kegiatan pemasaran bank hal ini dilakukan dengan berinteraksi secara pribadi antara penyedia jasa dengan nasabah dan calon nasabah, sehingga dapat mempengaruhi nasabah atau calon nasabah untuk menggunakan jasa produk bank. Promosi adalah kegiatan yang sangat penting diera globalisasi seperti sekarang ini, sehingga dari beberapa sarana promosi yang telah dipaparkan diatas maka promosi menjadi suatu usaha pemasaran perusahaan untuk memberikan informasi kepada nasabah ataupun calon nasabah tentang produknya agar dapat mengajak konsumen untuk menggunakan produk bank tersebut. 9. Lokasi Bank Lupiyoadi (2001) mendefinisikan lokasi adalah tempat dimana perusahaan melakukan operasi. Menurut Kasmir (2004) pertimbangan penentuan lokasi bank tidak dapat dilakukan secara sembarangan, tetapi harus mempertimbangkan berbagai faktor hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan dan penentuan lokasi suatu bank. Secara khusus ada dua faktor yang menjadi pertimbangan dalam penentuan lokasi suatu bank yaitu: 1) Faktor Utama (Primer) a. Dekat dengan pasar b. Dekat dengan perumahan c. Tersedia tenaga kerja d. Terdapat fasilitas pengangkutan seperti jalan raya, atau kereta api atau pelabuhan laut atau bandara (strategis). e. Tersedia sarana dan prasarana seperti listrik, telepon dan lainnya.
44
f. Sikap masyarakat 2) Faktor sekunder a. Biaya untuk investasi di lokasi seperti biaya pembelian tanah atau pembangunan gedung. b. Prospek perkembangan harga tanah, gedung atau kemajuan di lokasi tersebut. c. Kemungkinan untuk peluasan lokasi. d. Terdapat fasilitas penunjang lain seperti pusat perbelanjaan atau perumahan. e. Masalah pajak dan peraturan perburuhan di daerah setempat. Kebijakan lokasi mengacu pada kemudahan akses bagi para konsumen untuk mendapatkan pelayanan. Kebijakan tempat dapat menyangkut keputusan mengenai lokasi starategis. Dari jarak apakah cukup dekat sehingga mereka bisa menghemat waktu atau jauh sehingga butuh waktu ekstra waktu dan ongkos. Semakin dekat dengan jarak tempuh rumah ke bank konvensional maka, akan mendorong masyarakat untuk menggunkan bank konvensional. 10. Religiusitas Nasabah Religiusitas merupakan pengalaman individu terhadap ajaran agama atau kepercayaan yang dianutnya dan keterikatan seseorang terhadap agama yang dipeluknya. Religius menurut islam adalah mengerjakan apa yang diperintahkan dan apa yang diajarkan agama islam secara keseluruhan. Ada beberapa pandangan ahli tentang religiusitas menurut beberapa ahli, yaitu:
45
Menurut Anshori (2008) agama adalah aturan dan kewajiban, sedangkan religiusitas merupakan aspek agama yang telah amalkan oleh seseorang dalam hati. Jika seorang individu telah mengamalkan apa yang diajarkan oleh agamanya maka akan berpengaruh kepada semua tindakan yang dilakukan dan pandangan mengenaai kehidupannya. Glock dan Stark (1969) menjabarkan dimensi religiusitas kedalam lima dimensi, yaitu: 1) Dimensi ideologis (Keyakinan) Dimensi ideologis menggambarkan keyakinan seseorang terhadap ajaranajaran agama yang telah mereka pelajari terutama ajaran yang bersifat fundamental dan dogmatik, misalnya: percaya kepada Allah, percaya kepada malaikat, percaya pada kitab-kitab Allah, percaya pada rasul-rasul Setiap agama menginginkan adanya unsur ketaatan bagi semua pengikutnya. Jadi, dimensi keyakinan lebih bersifat doktriner yang harus ditaati oleh penganut agama dan menuntut para pengikutnya untuk mempraktekkan peribadatan sesuai dengan nilai-nilai islam. 2) Dimensi ritualitas (Praktik) Dimensi
ritualistis
menggambarkan
kepatuhann
seseorang
dalam
melaksanakan semua kewajiban ritual atau ibadah agama yang dianut. Misalnya: sholat, melakukan ibadah puasa, zakat, membaca Al-Quran, haji, atau praktik muamalah.
46
3) Dimensi eksperiensi (Pengalaman) Dimensi eksperiensi atau pengalaman merupakan gambaran perasaan seseorang yang mengalami dan merasakan pengalaman religius. yang pernah dialamai dan dirasakan oleh seseorang. Misalnya: khusuk ketika solat dan berdoa, merasa dekat dengan Tuhan, perasaan tergetar mendengar suara adzan atau mendengar ayat suci Al-Quran, merasa takut berdosa, merasa doanya dikabulkan, dan sebagainya. 4) Dimensi intelektual (Pengetahuan) Dimensi intelektual atau pengetahuan agama adalah dimensi yang menggambarkan pengetahuan dan pemahaman seseorang tentang ajaranajaran agamanya, terutama yang ada di kitab suci dan lainnya. Misalnya: pengetahuan tentang ajaran islam yang ada di Al-Quran agamanya, pokokpokok ajaran yang harus diimani dan dilaksanakan, apa saja hal-hal yang dilarang oleh islam, hukum islam dan pemahaman terhadap kaidah-kaidah keilmuan ekonomi/perbankan. Orang yang beragama, harus mengetahui hal pokok dasar keyakinannya, kitab suci, dan tradisi. 5) Dimensi konsekuensi Dimensi konsekuensi menggambarkan seberapa jauh perilaku seseorang dimotivasi oleh ajaran agamanya dalam berkehidupan sosial. Misalnya: menegakkan kebenaran dan keadilan, menjaga amanat, menjenguk kerabat yang sakit, tidak korupsi, bersodaqoh, berjuang untuk hidup sukses menurut ukuran islam, menolong orang yang sedang kesulitan, dan sebagainya.
47
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat religiusitas antar individu berbeda-beda dan itu dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Adapun dimensi yang digunakan didalam penelitian ini adalah dimensi intelektual (Pengetahuan). Dimensi intelektual ini diukur dengan indikator kepemahaman dan pengetahuan seseorang muslim tentang hukum-hukum islam yaitu ekonomi islam dalam halnya sistem perbankan. B. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu adalah telaah pustaka yang berasal dari penelitianpenelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Dalam penelitian terdahulu ini diuraikan secara sistematis mengenai hasil-hasil penelitian yang didapat oleh peneliti terdahulu dan berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Penelitaian-penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan kajian pustaka penelitian ini adalah sebagai berikut: Penelitian yang dilakukan oleh Briansyah Kancanaburi (2014) dengan judul “Muslim’s Perfection Towards Financing Activities In Conventional Banks”. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah aksidental sampling dengan jumlah sampel sebanyak 133 responden. Alat analisis yang digunakan adalah regresi berganda dengan uji asumsi klasik. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Motivasi Menabung (Y), dan variabel independennya yaitu produk (X1), pelayanan (X2), faktor ekonomi (X3), dan faktor syariah (X4). Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa 2 variabel independen yaitu ekonomi dan pelayanan secara signifikan berpengaruh terhadap variabel dependen. Variabel lain yang tidak signifikan berpengaruh adalah variabel produk dan faktor
48
syariah. Yang paling berpengaruh pada penelitian ini adalah faktor ekonomi dengan signifikansi 0.002 terhadap variabel dependen. Penelitian yang dilakukan oleh Agus Daniar (2012) dengan judul “Persepsi dan Motif Menjadi Nasabah Bank Konvensional bagi Nasabah Muslim”. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekaatan kualitatif dengan perspektif fenomenologi dan metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif melalui wawancara mendalam. Pengambilan representatif informan dilakukan dengan metode purposive sampling, dengan lokasi pengambilan representatif informan di Kota Jakarta dan Bandung. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa semua informan memiliki motif tujuan (in order to motive) yang sama untuk menjadi nasabah bank konvensional, namun memiliki motif alasan (because motive) yang berbeda, sehingga adanya sebagian informan yang tidak konsisten dikarenakan mereka memiliki persepsi bahwa bunga bank sama dengan riba, namun mereka tetap menjadi nasabah di bank konvensional dengan alasan keterpaksaan dan motif ekonomi. Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Harif Amali Rivai, SE., dkk (2007) yang berjudul “Identifikasi Faktor Penentu Keputusan Konsumen dalam Memilih Jasa Perbankan: Bank Syariah vs Bank Konvensional”. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 310 responden. Variabel independen dalam penelitian ini adalah persepsi konsumen, sikap, dan marketing-mix. Untuk mengidentifikasi hubungan antara berbagai faktor perilaku konsumen didalam memilih jasa perbankan digunakan crosstab analysis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara persepsi tentang bunga dengan
49
keinginan untuk menjadi nasabah bank syariah. Terdapat perbedaan persepsi terhadap jasa perbankan. 51.4% nasabah bank konvensional menyatakan bahwa bunga bertentangan dengan ajaran agama. Namun mereka tetap menggunakan produk yang ditawarkan bank konvensioanl serta adanya sikap loyalitas nasabah terhadap bank konvensional. Penelitin yang dilakukan oleh Budi Utami (2011) dengan judul “Perbandingan Penetu Keputusan Pemilihan Perbankan (Studi Kasus Pada Bank Rakyat Indonesia Syariah dan Bank Rakyat Indonesia Konvensional”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Profesionalitas, akses, popularitas, fasilitas, bunga bank/sistem bagi hasil dan produk bank. Adapun metode kuantitatif yang digunakan adalah metode analisis faktor yaitu mencari hubungan interdependensi antar variabel. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keputusan
nasabah
dalam
memilih
jasa
perbankan
dipengaruhi
oleh
profesionalitas, akses, popularitas, fasilitas, bunga bank/sistem bagi hasil, dan produk bank terhadap Bank Rakyat Indonesia Syariah dan Bank Rakyat Indonesia Konvensional. Penelitian yang dilakukan oleh Anggita Novita Gampu, dkk (2015), dengan judul “Analisis Motivasi, Persepsi, dan Pengetahuan Terhadap Keputusan Nasabah Memilih PT. Bank Sulutgo Cabang Utama Manado”. Banyaknya sampel pada penelitian ini sebesar 100 responden. Peneltian ini menggunakan kuesioner dan wawancara. Metode analisis yang digunakan adalah analisis linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan motivasi, persepsi, dan pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah. Tetapi secara
50
parsial hanya variabel motivasi yang tidak berpengaruh terhadap keputusan nasabah. Penelitian yang dilakukan oleh Tri Astuti (2013) dengan judul “Pengaruh Persepsi Nasabah Tentang Tingkat Suku Bunga, Promosi, dan Kualitas Pelayanan Terhadap Minat Menabung (Studi Kasus Pada BRI Cabang Sleman)”. Populasi dalam penelitian ini adalah nasabah penyimpan di BRI dengan sampel yang digunakan sebanyak 100 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, sedangkan teknik analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda. Dar hasil analisis regresi diperoleh bahwa tingkat suku bunga, promosi, dan kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat menabung nasabah. Penelitian yang dilakukan oleh Fitria Maisyah (2012) dengan judul “Pengaruh Periklanan, Promosi Penjualan dan Hubungan Masyarakat Terhadap Keputusan Menabung di PT. Bank Negara Indonesia, Tbk. Cabang Bukittinggi”. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan metode accidental sampling. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak 119 orang responden deengan metode survei. Alat analisis yang digunakan adalah regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa periklanan dan hubungan masyarakat mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan menabung di PT. Bank Negara Indonesia, Tbk, Cabang Bukittinggi. Sedangkan variabel promosi tidak memiliki pengaruh. Periklanan dan hubungan masyarakat adalah faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi keputusan menabung konsumen.
51
C. Kerangka Pemikiran Kerangka konseptual dibuat dengan memperhatikan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, pada bagian ini akan diuraikan beberapa hal yang dijadikan peneliti sebagai landasan berpikir dari penelitian yang dilakukan. Landasan yang dimaksud akan lebih mengarahkan peneliti untuk menemukan data dan informasi dalam penelitian ini guna memecahkan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya. Fokus pembahasan dalam penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah bertransaksi di bank konvensional, studi kasus nasabah muslim PT BRI (Persero) Tbk, Cabang Sleman. Berdasarkan teori dan penjelasan yang telah diuraikan, maka dalam penelitian ini aspek-aspek yang diukur dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah bertransaksi di bank konvensional meliputi: reputasi bank, fasilitas pelayanan, promosi, lokasi bank, dan religiusitas nasabah.
Reputasi Bank Fasilitas Pelayanan Keputusan Bertransaksi di Bank Konvensional
Promosi Lokasi Bank
Religiusitas Nasabah Gambar 2.8 Kerangka Konseptual
52
D. Hipotesis Hipotesis
merupakan
jawaban
sementara
atau
pendapat
yang
kebenarannya masih rendah atau kadar kebenarannya masih belum menyakinkan, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan sedangkan kebenaran pendapat tersebut perlu diuji atau dibuktikan (Moh. Nazir, 2000). Bersadarkan kerangka pemikiran diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1: Reputasi bank berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan nasabah muslim bertransaksi di bank konvensional. H2: Fasilitas pelayanan berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan nasabah muslim bertransaksi di bank konvensional. H3: Promosi berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan nasabah muslim bertransaksi di bank konvensional. H4: Lokasi bank berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan nasabah muslim bertransaksi di bank konvensional. H5: Religiusitas nasabah berpengaruh negatif signifikan terhadap keputusan nasabah muslim bertransaksi di bank konvensional.