BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Konsep Perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme
(makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang luas antara bicara, berjalan, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya (Notoatmodjo, 2003). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan, Blum menggambarkannya sebagai berikut : Keturunan
Fasilitas Kesehatan
Status Kesehatan
Lingkungan
Perilaku
9 Universitas Sumatera Utara
10
Dari skema tersebut, terlihat bahwa perilaku manusia mempunyai kontribusi, yang apabila dianalisa lebih lanjut kontribusinya lebih besar. Sebab disamping berpengaruh tidak langsung melalui faktor lingkungan terutama lingkungan fisik buatan manusia, sosio budaya, serta faktor fasilitas kesehatan. Bahwa faktor perilaku ini juga dapat berpengaruh terhadap faktor keturunan karena perilaku manusia terhadap lingkungan dapat menjadi pengaruh yang negatif terhadap kesehatan dan karena perilaku manusia pula maka fasilitas kesehatan disalahgunakan oleh manusia yang akhirnya berpengaruh kepada status kesehatan (Notoatmodjo, 2003). Dengan demikian kita juga dapat menyimpulkan bahwa banyak perilaku yang melekat pada diri manusia baik secara sadar maupun tidak sadar.Salah satu perilaku yang penting dan mendasar bagi manusia dalah perilaku kesehatan. Becker, 1979 membuat suatu konsep tentang perilaku dalam 2 kelompok yaitu : 2.1.1 Perilaku Kesehatan Menurut Green, faktor penyebab masalah kesehatan adalah faktor perilaku dan non perilaku. Faktor perilaku khususnya perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu : 1.
Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors), adalah faktor yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan juga variasi demografi seperti status ekonomi, umur, jenis kelamin, dan susunan keluarga. Faktor ini lebih bersifat dari dalam diri individu tersebut.
2.
Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), adalah faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, yang termasuk di dalamnya adalah
Universitas Sumatera Utara
11
berbagaimacam sarana dan prasarana, misal : dana, transportasi, fasilitas dan sarana, kebijakan pemerintah dan sebagainya. 3.
Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku petugas termasuk petugas kesehatan, termasuk juga disini undangundang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).
2.1.2
Perilaku Sakit Secara ilmiah penyakit (desease) diartikan sebagai gangguan fungsi
fisiologis dari suatu organisme sebagai akibat dari infeksi atau tekanan dari lingkungan.Jadi penyakit itu bersifat objektif.Sebaliknya, sakit (illness) adalah penilaian individu terhadap pengalaman menderita suatu penyakit.Menurut Mering dalam Foster dan Anderson (2005), studi yang benar mengenai makhluk manusia yang sakit berpendapat bahwa setiap individu hidup dengan gejala-gejala maupun konsekuensi penyakit, dalam aspek-aspek fisik, mental, aspek medikal dan aspek sosialnya. Dalam usahanya untuk meringankan penyakitnya, si sakit terlibat dalam serangkaian proses pemecahan masalah yang bersifat internal maupun eksternal baik spesifik maupun non spesifik. Menurut Suchman dalam Sarwono (2004), ada 5 (lima) macam reaksi dalam mencari proses pengobatan sewaktu sakit,yaitu : 1.
Shoping atau proses mencari beberapa sumber yang berbeda dari medical care untuk satu persoalan atau yang lain, meskipun tujuannya adalah untuk mencari dokter yang akan mendiagnosis dan mengobati yang sesuai harapan.
Universitas Sumatera Utara
12
2.
Fragmentation atau proses pengobatan oleh beberapa fasilitas kesehatan pada lokasi yang sama.
3.
Self Mediation atau mengobati sendiri dengan berbagai ramuan atau membelinya di warung obat.
4.
Procrastination atau penundaan pencarian pengobatan sewaktu gejala sakit dirasakan.
5. 2.2
Discontunity atau proses tidak melanjutkan (menghentikan pengobatan). Bentuk-bentuk Perilaku Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang
sangat luas.Bloom (1906), dalam Notoatmodjo (2007), seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku ke dalam tiga domain atau ranah/kawasan yaitu ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain) dan ranah psikomotor (psychomotor domain), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut yang terdiri dari : 1.
Pengetahuan peserta terhadap materi pendidikan yang diberikan (knowledge)
2.
Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (attitude)
3.
Praktik atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan (practice).
Universitas Sumatera Utara
13
2.2.1 Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya.Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan penglihatan. Terdapat 6 tingkatan pengetahuan yaitu : 1.
Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
2.
Memahami (Comprehension) Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut ,tidak sekedar
dapat
menyebutkan,
tetapi
orang
tersebut
harus
dapat
menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. 3.
Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.
4.
Analisis (Analysis) Analisa diartikan kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.
Universitas Sumatera Utara
14
5.
Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukkan kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.
6.
Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau
penilaian
terhadap
suatu
objek
tertentu.Penilaian-penilain
itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain: 1.
Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah pula bagi mereka untuk menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang mereka miliki.
2.
Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupaun secara tidak langsung.
3.
Umur Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan aspek fisik dan psikologis (mental), dimana aspek psikologis ini taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.
Universitas Sumatera Utara
15
4.
Minat Minat diartikan sebagai suatu kecendrungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu.Minat menjadikan seseorang untuk mencoba menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
5.
Pengalaman Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu baik dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya. Pada dasarnya pengalaman mungkin saja menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi individu yang melekat menjadi pengetahuan pada individu secara subjektif.
6.
Informasi Kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.
2.2.2
Sikap (Attitude) Sikap merupkan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek.Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehiduapan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Selain bersifat pasif atau negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda (sangat benci, agak benci, dsb). Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab sering kali terjadi bahwa seseorang memperhatikan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap dapat berubah dengan diperoleh tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono, 2004).
Universitas Sumatera Utara
16
Adapun ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut : 1.
Sikap itu dipelajari Sikap merupakan hasil belajar. Ini perlu dibedakan dari motif-motif psikologi lainnya, misalnya : lapar, haus, nyeri, adalah motif psikologis yang tidak dipelajari, sedangkan pilihan kepada makanan Eropa adalah sikap. Beberapa sikap dipelajari tidak disengaja atau tanpa kesadaran sebagai individu. Mungkin saja yang terjadi adalah mempelajari sikap dengan sengaja bila individu mengerti bahwa hal tersebut akan membawa lebih baik untuk dirinya sendiri, membantu tujuan kelompok atau memperoleh sesuatu nilai yang sifatnya perseorangan.
2.
Memiliki kestabilan Sikap yang bermula dari dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat, tetap dan stabil melalui pengalaman.Misalnya pengalaman terhadap suka atau tidak suka terhadap warna tertentu (spesifik) yang sifatnya berulang-ulang.
3.
Personal Societal Signifinance Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dengan orang lain dan juga antara orang dan barang atau situasi. Jika seseorang merasa bahwa orang lain menyenangkan, terbuka dan hangat, maka ini sangat berarti bagi dirinya dan dia akan merasa bebas dan nyaman.
4.
Berisi Kognitif dan Affecty Komponen kognitif dari sikap adalah berisi informasi yang aktual, misalnya objek itu dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan.
Universitas Sumatera Utara
17
5.
Approach-Avoidance Directionality Bila seseorang memiliki sikap yang mudah beradaptasi terhadap suatu objek, mereka akan mendekati dan membantunya, sebaliknya bila seseorang memeliki sikap yang susah beradaptasi maka akan menghindarinya. Ciri-ciri sikap menurut WHO adalah sebagai berikut:
1.
Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling) Hasil pemikiran dan perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus, dan merupakan modal untuk bertindak dengan pertimbangan untung-rugi, manfaat serta sumberdaya yang tersedia.
2.
Adanya orang lain yang menjadi acuan (personal reference) merupakan faktor penguat sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi mengacu pada pertimbangan-pertimbangan individu.
3.
Sumber daya (resurces) yang tersedia merupakan pendukung untuk bersikap positif atau negatif terhadap objek atau stimulus tetentu dengan pertimbangan kebutuhan diri pada individu tersebut (Notoatmodjo, 2005). Sedangkan fungsi sikap dibagi menjadi empat golongan, yaitu :
1.
Sikap sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Sikap adalah sesuatu yang bersifat coomunicable, artinya suatu yang mudah menjalar, sehingga menjadi mudah pula menjadi milik bersama.Sikap bisa menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompoknya atau dengan anggota kelompoknya.
Universitas Sumatera Utara
18
2.
Sikap sebagai alat pengatur tingkah laku. Pertimbangan antara perangsang dan reaksi pada anak dewasa dan yang sudah lanjut usianya tidak ada. Perangsang itu pada umunya tidak diberi perangsang secara spontan, akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu.
3.
Sikap sebagai alat pengatur pngalaman-pengalaman. Manusia didalam menerima pengalaman-pengalaman dari luar sikapnya tidak pasif, tetapi diterima secara aktif, atinya semua berasal dari dunia luar tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana-mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani.Jadi, semua pengalaman diberi penilaian lalu dipilih.
4.
Sikap sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan kepribadian seseorang, ini disebabkan karen sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya oleh karena itu dengan melihat sikap –sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bias mengetahui pribadi orang tersebut. Sikap merupakan pernyataan pribadi (Notoatmodjo, 2007). Sikap mempunyai tiga komponen pokok, seperti yang dikemukakan
Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007), yaitu : 1.
Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
2.
Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3.
Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave).
Universitas Sumatera Utara
19
Ketiga komponen ini secara bersama –sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Seperti halnya pengetahuan, sikap mempunyai 4 tingkatan yaitu : 1.
Menerima (Receiving) Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek).
2.
Menanggapi (responding) Menanggapi
artinya
memberikan jawaban
atau tanggapan terhadap
pertanyaan atau objek yang dihadapi. 3.
Menghargai (Valving) Menghargai diartikan subjek,atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan mengajak orang lain merespons.
4.
Bertanggung jawab (Responsible) Bertanggung
jawab
merupakan
sikap
yang
paling
tinggi
tingkatannya.Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, maka dia harus berani mengambil resiko. 2.2.3
Tindakan (Practice) Tindakan adalah suatu sikap yang belum tentu terwujud dalam suatu
tindakan (overt behavior).Untuk mewujudkan agar sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan factor-faktor
Universitas Sumatera Utara
20
dukungan (support) dari pihak lain didalam tindakan atau praktik (Notoatmodjo, 2007). Tingkatan-tingkatan daripada tindakan (practice) yaitu : 1.
Persepsi yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakanyang akan diambil.
2.
Respon terpimpin yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh.
3.
Mekanisme yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu merupakan kebiasaan.
4.
Adaptasi yaitu suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan
wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden. 2.3
Diabetes Melitius
2.3.1 Defenisi Diabetes mellitus yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh (Depkes RI, 2008). Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI, 2002), diabetes mellitus merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
Universitas Sumatera Utara
21
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang dapat dilatarbelakangi oleh kerusakan sel beta pankreas dan resistensi insulin (Soegondo, 2008). Insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas sangat penting untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa darah yaitu untuk orang normal (non diabetes) waktu puasa antara 60-120 mg/dL dan dua jam sesudah makan dibawah 140 mg/dL. Bila terjadi gangguan pada kerja insulin, keseimbangan tersebut akan terganggu sehingga kadar glukosa darah cenderung naik. Gejala bagi penderita diabetes mellitus adalah dengan keluhan banyak minum (polidipsi), banyak makan (poliphagia), banyak buang air kecil (poliuri), badan lemas serta penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya, kadar gula darah pada waktu puasa ≥ 126 mg/dL dan kadar gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dL disebut Diabetes Melitus (Brant, 2004). 2.3.2 Jenis-jenis Diabetes 1.
Diabetes Mellitus Tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) Diabetes mellitus Tipe 1 terjadi karena sel-sel beta pada pankreas telah
mengalami kerusakan, sehingga pankreas sangat sedikit atau tidak sama sekali memproduksi insulin (Sustrani, 2004). Kerusakan sel beta pankreas dapat disebabkan oleh adanya peradangan pada sel beta pankreas (insulitis).Insulitis dapat disebabkan macam-macam diantaranya virus, seperti virus cocksakie, rubella, CMV (Cytomegalovirus), herpes dan lain-lain. Hal ini mengakibatkan tubuh sedikit memproduksi atau sama sekali tidak menghasilkan insulin, sehingga penderita diabetes mellitus tipe 1 bergantung pada insulin dari luar, yaitu melalui suntikan/injeksi insulin secara teratur agar pasien tetap sehat (Maryunani, 2008).
Universitas Sumatera Utara
22
Secara global diabetes mellitus tipe 1 tidak begitu umum, hanya kira-kira 10-20% dari semua penderita diabetes mellitus yang menderita diabetes mellitus tipe 1. Diabetes mellitus tipe 1 ini biasanya bermula pada saat kanak-kanak dan puncaknya pada masa akil baliq atau remaja.Biasanya penderita diabetes mellitus tipe 1 mempunyai berat badan yang kurus (Johnson, 1998). 2.
Diabetes Mellitus Tipe 2 (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus) Diabetes mellitus tipe 2 atau diabetes mellitus tidak tergantung insulin
adalah diabetes mellitus yang paling sering dijumpai.Diabetes mellitus tipe 2 terjadi karena kombinasi dari “kecacatan dalam produksi insulin” dan “resistensi terhadap insulin”.Pankreas masih bisa menghasilkan insulin, tetapi kualitasnya buruk, tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk memasukkan glukosa ke dalam darah.Akibatnya, glukosa dalam darah meningkat. Pasien biasanya tidak memerlukan tambahan suntikan insulin dalam pengobatannya, tetapi memerlukan obat yang bekerja memperbaiki fungsi insulin dan menurunkan kadar gula dalam darah (Tandra, 2008). Diabetes mellitus tipe 2 biasanya didiagnosa setelah berusia 40 tahun, dan 75% individu dengan diabetes mellitus tipe 2 adalah obesitas atau dengan riwayat obesitas. Penyakit diabetes mellitus tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa yang berusia menengah atau lanjut. Di Indonesia, sekitar 95% kasus diabetes mellitus adalah diabetes mellitus Tipe 2, yang cenderung disebabkan oleh faktor gaya hidup yang tidak sehat (Moore, 1997).
Universitas Sumatera Utara
23
2.3.3 Gejala Diabetes Diabetes mellitus sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh serta menimbulkan berbagai macam keluhan dan gejalanya sangat bervariasi. Diabetes mellitus dapat timbul secara perlahan-lahan sehingga penderita tidak menyadari akan adanya perubahan seperti sering merasa haus (polidipsia), sering buang air kecil (poliuria), sering merasa lapar (polifagia) serta berat badan yang menurun (Depkes RI, 2008). Selain gejala-gejala utama di atas, gejala selanjutnya adalah badan terasa lemah, kurang gairah kerja, mudah mengantuk, timbul kesemutan pada jari tangan dan kaki, gatal-gatal, gairah seks menurun bahkan sampai impotensi, luka yang sulit sembuh, penglihatan kabur, dan keputihan. Terkadang, ada sekelompok orang yang sama sekali tidak mengalami gejala-gejala tersebut, namun penyakit ini baru diketahui secara kebetulan pada waktu “check up” atau melakukan pemeriksaan darah (Tara, 2002). 2.4.1
Determinan Diabetes Melitus Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi diabetes mellitus adalah :
1.
Usia Diabetes mellitus dapat terjadi pada semua kelompok umur, terutama ≥ 40
tahun karena resiko terkena diabetes mellitus akan meningkat dengan bertambahnya usia dan manusia akan mengalami penurunan fisiologis yang akan berakibat menurunnya fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin. Diabetes mellitus tipe 1 biasanya terjadi pada usia muda yaitu pada usia < 40 tahun, sedangkan diabetes mellitus tipe 2 biasanya terjadi pada usia ≥ 40 tahun. Di
Universitas Sumatera Utara
24
negara-negara barat ditemukan 1 dari 8 orang penderita diabetes mellitus berusia di atas 65 tahun, dan 1 dari penderita berusia di atas 85 tahun (Sukarmin, 2008). Menurut penelitian Handayani di RS Dr. Sardjito Yogyakarta (2005) penderita diabetes mellitus tipe 1 mengalami peningkatan jumlah kasusnya pada umur < 40 tahun (2,7%), dan jumlah kasus yang paling banyak terjadi pada umur 61-70 tahun (48 %) (Handayani, 2006).Menurut hasil penelitian Renova di RS. Santa Elisabeth tahun 2007 terdapat 239 orang (96%) pasien DM berusia ≥ 40 tahun dan 10 orang (4%) yang berusia < 40 tahun (Wulandari, 2006). 2.
Jenis Kelamin Perempuan memiliki resiko lebih besar untuk menderita diabetes mellitus,
berhubungan dengan paritas dan kehamilan, dimana keduanya adalah faktor resiko untuk terjadinya penyakit diabetes mellitus. Dalam penelitian Martono dengan desain cross sectional di Jawa Barat tahun 1999 ditemukan bahwa penderita diabetes mellitus lebih banyak pada perempuan (63%) dibandingkan laki-laki (37%). Demikian pula pada penelitian Media tahun 1998 di seluruh rumah sakit di KotaBogor, proporsi pasien diabetes mellitus lebih tinggi pada perempuan (61,8%) dibandingkan pasien laki-laki (38,2%) (PERKENI, 2002).
3.
Pola Makan dan Kegemukan (Obesitas) Perkembangan pola makan yang salah arah saat ini mempercepat
peningkatan jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia.Makin banyak penduduk yang kurang menyediakan makanan yang berserat di rumah. Makanan yang kaya kolesterol, lemak, dan natrium (antara lain dalam garam dan penyedap rasa) muncul sebagai tren menu harian, yang ditambah dengan meningkatnya konsumsi minuman yang kaya gula (Tara, 2002).
Universitas Sumatera Utara
25
Kegemukan adalah faktor resiko yang paling penting untuk diperhatikan, sebab meningkatnya angka kejadian diabetes mellitus tipe 2 berkaitan dengan obesitas.Delapan dari sepuluh penderita diabetes mellitus tipe 2 adalah orangorang yang memiliki kelebihan berat badan. Konsumsi kalori lebih dari yang dibutuhkan tubuh menyebabkan kalori ekstra akan disimpan dalam bentuk lemak. Lemak ini akan memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah. Seseorang dengan IMT (Indeks 2
Massa Tubuh) 30 kg/m akan 30 kali lebih mudah terkena diabetes mellitus dari 2
2
pada seseorang dengan IMT normal (22 Kg/m ). Bila IMT ≥ 35 Kg/m , kemungkinan mengidap diabetes mellitus menjadi 90 kali lipat (Tandra, 2008). 4.
Kurangnya Aktivitas Fisik Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga secara teratur dapat membuang
kelebihan kalori
sehingga
dapat
mencegah
terjadinya
kegemukan dan
kemungkinan untuk menderita diabetes mellitus. Pada saat tubuh melakukan aktivitas/gerakan, maka sejumlah gula akan dibakar untuk dijadikan tenaga gerak. Sehingga sejumlah gula dalam tubuh akan berkurang dan kebutuhan akan hormon insulin juga akan berkurang. Pada orang yang jarang berolah raga zat makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak dibakar, tetapi hanya akan ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula. Proses perubahan zat makanan dan lemak menjadi gula memerlukan hormon insulin. Namun jika hormon insulin kurang mencukupi, maka akan timbul gejala diabetes mellitus (Sumual, 1996).
Universitas Sumatera Utara
26
2.5 Pola Hidup Sehat Pola hidup sehat menurut Kus Irianto, 2004.Praktek kebiasaan hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari baik saat siswa berada dikelas maupun d luar kelas.Sedangkan menurut Soekidjo, 1993 perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang (Organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan saki dan penyakit system pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Pola hidup sehat adalah sebuah usaha untuk memberdayakan diri sendiri dan anggota rumah tangga agar sadar dan mampu melakukan gaya hidup sehat (Suratno, 2001). Selain itu menurut Kotler, pengertian pola hidup adalah sebuah gambaran dari aktivitas /kegiatan seseorang yang dilandasi oleh keinginan serta minat,
dan
bagaimana
pikiran
seseorang
ketika
menjalaninya
dan
lingkungannya.Pola hidup sehat yaitu segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindari kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan (Wafiq Hisyam, 2007). Pola hidup sehat meliputi : 1.
Gaya hidup Kebiasaan merokok, aktivitas fisik, olahraga secara rutin, istirahat yang cukup, pengelolaan manajemen stres dengan baik, dan jauhi narkoba.
2.
Pola makan sehat Makanan yang sehat tentunya mengandung semua unsur gizi seimbang sesuai kebutuhan tubuh, baik protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air.Sebisa mungkin menghindari makanan yang mengandung lemak yang tinggi, menghindari makanan yang berpengawet, perbanyak konsumsi buah
Universitas Sumatera Utara
27
dan sayuran, mengurangi makanan yang bersantan, memperhatikan teknik pengolahan makanan, perbanyak konsumsi air putih, dan hindari minuman beralkohol. 3.
Pemeriksaaan kesehatan secara rutin Pemeriksaan ini bisa bervariasi tergantung dari umur, jenis kelamin dan kesehatan seseorang. Pemeriksaan anak-anak tentu saja berbeda dengan pemeriksaan usia lanjut. Penggolongan ini untuk membedakan kebutuhan pasien dan tujuan yang ingin dicapai dari pemeriksaan yang dijalani.Tidak ada batasan 18 umur yang tepat untuk memulai pemeriksaan kesehatan secara rutin. Semakin muda usia, semakin dini pula mengetahui risiko penyakit tertentu.
4.
Pengetahuan tentang kesehatan Pengetahuan tentang kesehatan sangat diperlukan, bukan hanya bagi orangorang yang berkecimpung dibidang kesehatan, melainkan juga bagi khalayak umum yang menjalankan pola hidup sehat bagi diri dan keluarganya.
5.
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Menurut Depkes (2007), perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dapat digolongkan menjadi : a.
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di rumah tangga. PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
28
Manfaat yang akan didapat dalam menerapkan pola hidup sehat pada sehari-hari adalah sebagai berikut : 1.
Berpenampilan sehat dan ceria
2.
Tidur nyenyak
3.
Menikmati kehidupan social baik di keluarga maupun masyakarat, sampai meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik
4.
Bisa berkarya lebih baik
5.
Meningkatkan produktivitas kerja
6.
Berfikir positif dan sehat
7.
Merasa nyaman dan tentram
8.
Ada rasa percaya diri Dari definisi diatas terlihat bahwa kesehatan tidak semata-mata keadaan
tubuh yang terbebas dari penyakit, kelemahan atau cacat.Dari pengertian itu tersimpulkan hidup sehat secara badaniah, social serta rohani adalah hak seluruh orang.Sedangkan pola hidup sehat adalah segala sesuatu usaha untuk menerapkan kebiasaan baik untuk kebiasaan baik untuk menciptakan hidup sehat dan menghindari diri kita dari kebiasaan buruk yang bisa menganggu kesehatan bahkan menimbulkan penyakit. 2.5.1 Langkah-Langkah Pengaturan Pola Hidup Sehat Agar Terhindar Dari Diabetes Menurut Irsyalrud (2011), suatu penelitian dilakukan oleh Harvard school of public health menyimpulkan bahwa berat badan berlebih dan obesitas merupakan faktor resiko utama yang dapat menyerang seseorang untuk menderita Diabetes Melitus di kemudian hari dan olahraga yang dilakukan secara teratur,
Universitas Sumatera Utara
29
paling tidak 30-60 menit, 5 kali seminggu serta diet yang lebih baik, yang rendah lemak, banyak serat kan sangat membantu anda mencegah berkembangnya diabetes mellitus. Penelitian lain oleh finnish Diabetes study group menunjukkan bahwa penurunan berat badan, diet, dan perbaikan aktivitas fisik pada kelompok yang mempunyai risiko diabetes dapat menurukan risiko berkembangnya diabetes lebih dari 50%. Maka dengan diet, memilih makanan yang sehat, meningkatkan aktifitas fisik dan olahraga yang sangat sederhana seperti jogging, jalan cepat, berenang, bersepeda yang anda lakukan setiap hari akan menurunkan risiko anda untuk mengidap diabetes mellitus. Dari tahun ke tahun jumlah penderita diabetes mellitus terus mengalami peningkatan, hal itu diakibatkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menyebabkan kesempatan penyakit untuk menyerang tubuh sangatlah besar terutama serangan dari penyakit diabetes.Bagian penting yang harus kita perhatikan dalam menjaga pola hidup sehat adalah pola makan.Bila pola makan kita dalam kehidupan seharihari seimbang yang dibarengi dengan kegiatan olahraga secara teratur diyakini sangat efektif dalam mencegah penyakit diabetes. Biasanya penderita tidak boleh banyak makan makanan manis dan harus makan dalam jadwal yang teratur. Penyakit diabetes bisa menyerang pada siapapun dan usia berapapun bila pola hidup dan pola makan serta pola tidurnya tidka sehat. Disamping itu penyakit diabtes mudah menyerang seseorang karena system kekebala tubuh yang dimiliki orang tersebut sangatlah lemah sehingga kesempatan untuk terserang penyakit diabetes sangat besar. Untuk mencegah serangan penyait diabetes selain dengan
Universitas Sumatera Utara
30
memperhatikan pola hidup kita sehari-hari kita juga harus memperkuat system kekebalan tubuh kita dengan cara mengkonsumsi makanan yang mengandung antioksidan tinggi atau obatyang mampu menambah sistem imun pada tubuh (Admin, 2012). 2.6 Promisi Kesehatan Rumah Sakit Berdasarkan WHO promosi kesehatan adalah suatu proses yang bertujuan memungkinkan
individu
meningkatkan
kontrol
terhadap
kesehatan
dan
meningkatkan kesehatannya berbasis filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri sending//" empowerment) "promosi kesehatan adalah komunikasi berbagai dukunganmenyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangundangan perubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan" (Maulana, 2009). Promosi Kesehatan Rumah Sakit adalah bagian dari pendidikan kesehatan dengan memberi infonnasi tentang kesehatan kepada pasien, keluarga pasien juga petugas yang bekerja di Rumah Sakit. Upaya yang dilakukan oleh rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan pasien, klien, dan kelompok-kelompok masyarakat agar pasien dapat mempercepat penyembuhan dan rehabilitasinya, klien dan kelompok-kelompok masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatannya, mencegah masalah-masalah kesehatan, dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat, melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka, serta didukung oleh kebijakan publik oleh yang berwawasan kesehatan (Pusat Promosi Kesehatan 2012).Dengan peningkatan pengetahuan maka infonnasi masalah akan membantu individu
Universitas Sumatera Utara
31
maupun masyarakat untuk tanggap dengan masalah kesehatannya dan cepat bertindak untuk mencari tahu ke tempat pelayanan kesehatan atau untuk mendapatkan pengobatan (Hartono, 2010). Jika promosi kesehatan Rumah Sakit di tetapkan di Rumah Sakit, maka dapat dibuat rumusan sebagai berikut : Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)adalah upaya Rumah Sakit meningkatkan kemampuan pasien kelompok masyarakat
agar
dapat
mandiri
dalam
mempercepat
kesembuhan
dan
rehabilitasinya, klien dan kelompok-kelompok masyarakat dapat meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-masalah kesehatan dan mengembangkan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat sesuai social budaya mereka serta didukung kebijakan public yang berwawasan Kesehatan (Depkes RI, 2008). Sebagaimana
tercantum
dalam
keputusan
menteri
nomor
114/MENKES/SK/V11/2005 tentang pedoman pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. 2.7 Media 2.7 Media 2.7.1 Definisi Media Suiraoka (2012), mengatakan bahwa media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau penghantar. Menurut Gagne dalam Sadiman, dkk (2003), menegaskan bahwa
Universitas Sumatera Utara
32
media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.Dalam pengertian ini media dipandang sebagai komponen yang ada dalam lingkungan siswa baik lingkungan fisik, social, dan psikososial yang dapat menimbulkan minat siswa untuk belajar. Menurut Brigs dalam Sadiman, dkk (2003), mengemukakan media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Jadi media dilihat sebagai alat fisik dengan wujud tertent yang digunakan untuk menyajikan suatu pesan, sehingga dalam proses pembelajaran mampu meningkatkan perhatian siswa dalam proses belajar belajar mengajar. Sebagai suatu saran untuk menimbulkan minat/rangsangan dalam belajar, Notoadmodjo, 1997 mengemukakan bahwa media disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu dapat diterima atau ditangkap melalui panca indera.Dimana semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima
sesuatu
maka
semakin
banyak
dan
semakin
jelas
pula
pengertian/pengetahuan yang diperoleh.
Universitas Sumatera Utara
33
2.8 Kerangka Konsep Berdasarkan teori dan keterbatasan saya sebagai peneliti, maka peneliti membatasi hal-hal yang akan diteliti. Hal-hal tersebut dapat dilihat dengan jelas pada bagan kerangka konsep berikut ini: Karakteristik Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus – Umur – Jenis Kelamin – Pendidikan – Pekerjaan – Penghasilan Pengetahuan
Sumber Informasi: – Petugas Kesehatan – Keluarga – Media cetak – Media Eletronik
Sikap
Pasien Diabetes Melitus Dalam Melaksanakan Pola Hidup Sehat
Kerangka konsepini dibuat berdasarkan Teori Benyamin Bloom yang yang menjelaskan bahwa karakteristik yang meliputi jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan, penghasilan; berdasarkan sumber informasi meliputi petugas kesehatan, keluarga diasumsikan dapat mempengaruhi perilaku pasien diabetes mellitus dalam melaksanakan pola hidup sehat yang dirawat jalan di Rumah Sakit Haji Medan.
Universitas Sumatera Utara