BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Rokok 1. Definisi Rokok Rokok adalah silinder dari kertas berukurang panjang antara 70 mm hingga 120 mm dan berdiameter 10 mm (bervariasi tergantung negara). Selain itu zat adiktif yang dikandung rokok dapat membahayakan kesehatan pengguna dan masyarakat disekitarnya. Penelitian di Inggris nenunjukkan bahwa pada sebagian besar penduduk yang tidak pernah merokok ternyata ditemukan kandungan nikotin dalam darahnya. Ini menunjukkan polusi udara oleh asap rokok ke lingkungannya, yang paling sering menjadi perokok pasif adalah istri dan anak dari perokok tersebut.4 2. Kandungan Rokok Setiap batang rokok yang dinyalakan akan mengeluarkan baha-bahan kimia yang berbahaya diantaranya : kandungan asap rokok terdapat aceton (bahan pembuat cat), naftalene (bahan kapur barus), arsen, tar (bahan karsinogen penyebab kanker), methanol (bahan bakar roket), vinyl chloride (bahan plastik PVC), phenol butane (bahan bakar korek api), potassium nitrate (bahan baku pembuatan bom dan pupuk), polonium-201 (bahan radioaktif), ammonia (bahan pencuci lantai), dan sebagainya.8Diantara semua itu racun yang paling utama adalah sebagai berikut : a. Nikotin Komponen ini terdapat di dalam asap rokok dan tembakau yang tidak dibakar. Nikotin bersifat toksik terhadap jaringan saraf, juga menyebabkan
tekanan
peningkatan.Denyut
darah
jantung
sistolik meningkat,
dan
diastolik
kontraksi
mengalami
otot
jantung
meningkat, pemakaian oksigen bertambah, aliran darah di pembuluh koroner bertambah, dan vasokonstriksi (penyempitan) pembuluh darah
http://digilib.unimus.ac.id
5
perifer. Nikotin meningkatkan kadar gula darah, kadar asam lemak bebas, kolesterol LDL, dan meningkatkan agregasi sel pembekuan darah.9 Nikotin merupakan sebuah zat psikoaktif. Kecanduan nikotin merupakan salah satu konsekuensi yang biasa bagi perokok, kadar puncak nikotin dalam otak dapat tercapai hanya dalam waktu 10 detik, mengaktifasi sirkuit otak yang mengatur kesenangan dan meningkatkan dopamin. Kebanyakan perokok memenuhi kriteria diagnosis kecanduan nikotin/tembakau. Kecanduan nikotin merupakan penyakit yang kronis yang
berkembang
dan
manifestasinya
dipengaruhi
oleh
faktor
10
lingkungan, psikologis, dan lingkungan. Ada 3 fase klinik yaitu : 1) Mencoba 2) Kadang-kadang menggunakan 3) Menggunakan setiap hari b. Tar Tar ditemukan pada rokok yang dibakar. Eugenol atau minyak cengkeh diklasifikasikan sebagai tar.Di dalam tar, dijumpai zat-zat karsinogen seperti polisiklik hidrokarbon aromatis, yang menyebabkan terjadinya kanker paru-paru. Adanya nitrosamine di dalam rokok yang berpotensi besar sebagai zat karsinogenik terhadap jaringan paru-paru.10 Tar juga dapat merangsang jalan nafas, dan tertimbun di saluran nafas, yang akhirnya menyebabkan batuk-batuk, sesak nafas, kanker saluran nafas, lidah atau bibir.8 c. Karbon Monoksida Gas ini bersifat toksik dan dapat menggeser oksigen dari transport hemoglobin. Di dalam rokok, terdapat 2-6% gas karbon monoksida pada saat merokok, sedangkan gas karbon monoksida yang dihisap perokok paling rendah 400 ppm (part per million) sudah dapat meningkatkan kadar karboksi-hemoglobin dalam darah sejumlah 2-16%. Kadar normal karboksi-hemoglobin hanya 1% pada bukan perokok. Seiring berjalannya waktu, terjadinya polisitemia yang akan mempengaruhi saraf pusat.9
http://digilib.unimus.ac.id
6
d. Timah Hitam Timah hitam merupakan partikel asap rokok. Setiap batang rokok yang diisap mengandung 0,5 mikrogram timah hitam. Apabila seseorang menghisap 1 bungkus rokok perhari, akan menghasilkan 10 mikrogram timah hitam, sedangkan batas bahaya kadar timah hitam di dalam tubuh adalah 20 mikrogram/hari.9
B. Perilaku Merokok pada Remaja 1. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menurut teori Lawrence Green, mengemukakan bahwa perilaku manusia dari tingkat kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruh oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, diantaranya : •
Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaandan keyakinan.
•
Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban dan lain-lain
•
Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain,
yang
merupakan
kelompok
referensi
dari
perilaku
11
masyarakat. 2. Domain Perilaku a. Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan mencakup enam tingkat domain kognitif, yaitu : •
Tahu (know)
http://digilib.unimus.ac.id
7
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. •
Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskn, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
•
Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum,
rumus,
metode,
prinsip,
dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. •
Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihatdari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan,
memisahkan,
mengelompokkan,
dan
sebagainya.
http://digilib.unimus.ac.id
8
•
Sintesis (synthesis) Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi formulasi yang ada.
• Evaluasi (evaluation) Evaluasi
ini
berkaitan
dengan
kemampuan
untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan tingkatan di atas. b. Sikap (Attitude) Sikap merupakan respon individu yang masih bersifat tertutup terhadap suatu rangsangan dan sikap tidak dapat diamati secara langsung oleh individu lain. Sikap belum merupakan suatu tindakan, tetapi sikap merupakan suatu faktor pendorong individu untuk melakukan tindakan. Sikap mempunyai tiga komponen pokok, yaitu: •
Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.
•
Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap objek.
•
Kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen itu secara bersama-sama membentuk suatu sikap
yang utuh (total attitude) dan dipengaruhi oleh pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi. Sikap mempunyai beberapa tingkatan, diantaranya : •
Menerima
(receiving),
pada
tingkat
ini
individu
mau
memperhatikan stimulus yang diberikan berupa objek atau informasi tertentu. http://digilib.unimus.ac.id
9
•
Merespon (responding), pada tingkat ini individu akan memberikan jawaban apabila ditanya mengenai objek tertentu dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Usaha individu untuk menjawab dan menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan indikator bahwa individu tersebut telah menerima ide tersebut terlepas dari benar atau salah usaha yang dilakukan oleh individu tersebut.
•
Menghargai (valuing), pada tingkat ini individu sudah mampu untuk
mengajak
mendiskusikan
orang
suatu
lain
masalah,
untuk berarti
mengerjakan individu
atau sudah
mempunyai sikap positif terhadap suatu objek tertentu. •
Bertanggung jawab (responsible), pada tingkat ini individu mampu bertanggung jawab dan siap menerima resiko dari sesuatu yang telah dipilihnya. Tingkat ini merupakan sikap tertinggi dalam tingkatan sikap seseorang untuk menerima suatu objek atau ide baru.
c. Praktek atau Tindakan (Practice) Sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan, diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan terwujudnya suatu tindakan, diantaranya adalah faktor fasilitas dan faktor dukungan dari pihak lain. Beberapa tingkatan dalam praktek antara lain: •
Persepsi (perception) Persepsi merupakan praktek pada tingkat pertama. Pada tingkat ini individu mampu mengenal dan memilih berbagai objek terkait dengan tindakan yang akan diambil.
•
Respon terpimpin (guide response) Indikator pada tingkat ini adalah individu mampu melakukan sesuatu dengan urutan yang benar.
http://digilib.unimus.ac.id
10
•
Mekanisme (mechanism) Pada tingkat ini individu sudah menjadikan suatu tindakan yang benar menjadi suatu kebiasaan.
•
Adopsi (adoption) Individu sudah mampu memodifikasi suatu tindakan tanpa mengurangi nilai kebenaran dari tindakan tersebut.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung dengan cara wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan oleh individu sebelumnya, dan secara langsung dengan cara mengobservasi tindakan atau kegiatan individu tersebut. 3. Tipe Perilaku Merokok Menurut Silvam dan Tomkins, berdasarkan manegementof effect, ada empat tipe perilaku merokok : a. Perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif
Seseorang yang merokok akan merasakan penambah rasa yang positif. Green dalam psychological factor in smoking (1978), menambahkan tiga subtipe sebagai berikut :
Pleasure relaxation, yaitu perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat. Misal merokok setelah minum kopi atau makan.
Stimulation to pick them up, yaitu perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.
Pleasure of headling cigarette, yaitu kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok dengan pipa akan mengahabiskan waktu ketika mengisi pipa dengan tembakau, sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja. Ada juga perokok yang senang berlama-lama untuk memainkan rokoknya dengan jarinya, sebelum dinyalakan dengan api.12
http://digilib.unimus.ac.id
11
b. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif
Banyak orang yang mengkonsumsi rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila marah, cemas, atau gelisah. c. Perilaku merokok yang adiktif
Green menyebutkan bahwa kecanduan secara psikologi (psychologi addiction)
adalahmereka
yang
mempunyai
kecendrungan
untuk
menambah jumlah rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisap berkurang. Mereka akan pergi keluar rumah untuk membeli rokok, walaupun tengah malam sekalipun, karena khawatir rokok tidak tersedia saat menginginkanya.12 d. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan
Mereka menggunakan rokok bukan untuk mengendalikan perasaan tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaan rutin.Orang-orang tipe ini, sudah menjadi perilaku merokok yang bersifat otomatis, sering kali tanpa dipikirkan dan disadari. 4. Ada Empat Tahap Perilaku Merokok Sehingga Menjadi Perokok a) Tahap prepatory : seseorang yang mendapatkan gambaran yang menyenangkan tentang merokok dengan cara mendengar, melihat, atau dari hasil bacaan sehingga menimbulkan minat untuk merokok b) Tahap initiation : tahap perintis merokok yaitu tahap apakah seseorang akan melanjutkan perilaku merokoknya. c) Tahap becaming a smoker : pada tahap ini seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari dan mempunyai kecenderungan untuk menjadi perokok. d) Tahap Maintenance of smoking : tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri. Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan. 5. Aspek- Aspek dalam Perilaku Merokok Aspek- aspek dalam perilaku merokok sebagai berikut :
http://digilib.unimus.ac.id
12
a. Intensitas merokok Klasifikasi tipe perokok menurut banyaknya rokok yang dihisap: Perokok berat yang menghisap >15 batang rokok per hari Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang per hari Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang per hari.12 b. Tempat merokok Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku perokok. Berdasarkan tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok, maka digolongkan atas : 1) Merokok di tempat-tempat umum atau ruang publik
Kelompok homogen (sama-sama perokok) Biasanya mereka menikmati merokok secara bergerombol. Umumnya mereka masih menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di area merokok (smoking area).
Kelompok yang heterogen Kelompok ini merokok diantara orang lain yang
tidak
merokok, seperti anak kecil, lansia, orang sakit. Mereka yang berani merokokditempat tersebut tergolong orang yang tidak berperasaan, tidak mempunyai tata krama, kurang sopan dan secara tidak langsung menyebarkan racun kepada orang lain.12 2) Merokok ditempat-tempat yang bersifat pribadi
Di kantor atau di kamar tidur pribadi Mereka yang memilih tempat-tempat seperti ini sebagai tempat merokok digolongkan sebagai individu yang kurang menjaga kebersihan diri serta penuh dengan rasa gelisah yang mencekam.
Di toilet Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi.12
http://digilib.unimus.ac.id
13
3) Waktu merokok Remaja yang merokok dipengaruhi oleh keadaan yang dialami pada saat itu misal : saat sedang berkumpul dengan teman, cuaca yang dingin dan setelah dimarahi orang tua. 6. Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Faktor-faktor yang mempengaruhi resiko bagi remaja untuk merokok : a. Faktor Psikologi 1) Faktor perkembangan sosial Aspek perkembangan pada remaja antara lain : •
Menetapkan kebebasan dan otonomi
•
Membentuk identitas diri
•
Penyesuaian perubahan psikososial berhubungan dengan maturasi fisik. Merokok menjadi cara bagi remaja agar terlihat bebas dan
dewasa. Menyesuaikan diri dengan teman sebaya yang merokok kemudian kesenangan dan tekanan dari teman sebaya, penampilan diri, sifat ingin tahu, stress, kebosanan, ingin terlihat gagah dan sifat suka menantang merupakan hal-hal yang mengkontribusi mulainya merokok. Faktor resiko lainnya adalah rasa rendah diri, hubungan antar-perorangan yang jelek, kurang mampu mengatasi stress, putus sekolah, sosial ekonomi yang rendah, tingkat pendidikan orang tua yang rendah, serta tahun-tahun transisi antara sekolah dasar dan menengah (usia 11-16 tahun).13,14 Merokok sering dihubungkan dengan remaja dan nilai disekolah yang jelek, aspirasi yang rendah, penggunaan alkohol, obat-obatan, absen sekolah, kemungkinan putus sekolah, rendah diri, suka melawan dan pengetahuan tentang bahaya merokok yang rendah.
http://digilib.unimus.ac.id
14
2) Faktor psikiatrik Studi epidemiologi pada dewasa mendapatkan asosiasi antara merokok dengan gangguan psikiatrik seperti skizofrenia, depresi, cemas, dan penyalahgunaan zat- zat-zat tertentu. Pada remaja didapatkan asosiasi antara merokok dengan depresi dan cemas. Gejala depresi lebih sering pada remaja perokok dari pada bukan perokok. Merokok berhubungan dengan meningkatanya kejadian depresi mayor dan penyalahgunaan zat-zat tertentu. Remaja memperlihatkan gejala depresi dan cemas mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk memulai merokok. Remaja dengan gangguan cemas bisa menggunakan rokok untuk menghilangkan kecemasan yang mereka alami.14 b. Faktor Biologi 1) Faktor kognitif Faktor yang menyebabkan kecanduan adalah merasakan efek dari
nikotin.
Telah
dibuktikan
bahwa
deprivasi
nikotin
mengganggu perhatian dan kemampuan kognitif, tetapi hal ini akan berkurang bila mereka diberi nikotin atau rokok. Studi yang dilakukan
pada
desawa
perokok
dan
bukan
perokok
memperlihatkan bahwa nikotin dapat meningkatkan finger-tapping rate, respon motorik dalam tes fokus perhatian, perhatian terusmenerus dan pengenalan memori. Pada remaja efek nikotin dalam meningkatkan penampilan tidak diketahui dan tidak jelas apakah nikotin
memegang
peranan
penting
mempertahankan merokok pada remaja.
dalam
memulai
atau
14
2) Faktor jenis kelamin Kejadian merokok meningkat pada remaja perempuan. Dilaporkan pada
wanita perokok menjadi percaya diri, suka
menentang dan secara sosial cakap, keadaan ini berbeda dengan laki-laki perokok yang secara sosial tidak aman.
http://digilib.unimus.ac.id
15
3) Faktor etnik Di Amerika serikat, angka kejadian merokok tertinggi pada orang-orang kulit putih dan penduduk asli Amerika, serta terendah pada orang-orang Amerika keturunan Afrika dan Asia.Laporan tersebut memberi kesan bahwa perbedaan asupan nikotin dan tembakau serta waktu paruh nikotin antara perokok dewasa Amerika keturunan Afrika dengan orang kulit putih adalah substasial. Sebagian dapat menjelaskan mengapa ada perbedaan resiko pada beberapa etnik dalam hal penyakit yang berhubungan dengan merokok.14 4) Faktor genetik Variasi genetik mempengaruhi fungsi reseptor dopamin dan enzim hati yang melakukan metabolisme nikotin.Konsekuensinya adalah meningkan resiko kecanduan nikotin pada beberapa individu. Variasi efek nikotin dapat diperantarai oleh polimorfimes gen reseptor dopamin yang mengakibatkan lebih besar atau lebih kecilnya dampak dan mudah kecanduan obat. c. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan yang berhubungan dengan penggunaan tembakau antara orang tua, saudara kandung maupun teman sebaya yang merokok, iklan rokok.Orang tua memegang peranan terpenting dalam perilaku remaja yang merokok.Pada remaja yang merokok diperoleh 75% dari salah satu atau kedua orang tua yang merokok. Sebuah studi kohort pada anak SMU dalam masa peralihan dari kadang-kadang merokok menjadi perokok secara teratur adalah orang tua merokok dan konflik keluarga.14 Reklame tembakau diperkirakan mempunyai pengaruh yang lebih kuat dari pada pengaruh orang tua atau teman sebaya, mungkin karena mempengaruhi persepsi remaja terhadap penampilan dan manfaat
merokok.
Mulai
penggunaan
tembakau
lebih
erat
hubungannya dengan faktor-faktor lingkungan, sedangkan peningkatan
http://digilib.unimus.ac.id
16
mulai dari merokok pertama sampai menjadi kecanduan rokok tampaknya dipengaruhi oleh faktor personal dan farmakologik. d. Faktor Regulatori Peningkatan harga jual atau diberlakukan cukai yang tinggi, akan menurunkan pembelian dan konsumsi rokok. Pembatasan fasilitas untuk merokok, dengan menetapakan ruang atau daerah bebas rokok, diharapakan mengurangi konsumsi. Tetapi pada kenyataannya terjadi peningkatan kejadian pada remaja yang mulai mencoba merokok, walaupun telah dibuat usaha-usaha untuk mencegahnya.14 Menurut Juniarti dan Mu’tadin faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok adalah sebagai berikut : a) Pengaruh Orang tua Salah satu faktor yang mempengaruhi remaja menjadi perokok adalah anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras. Menjadikan mereka lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia. Remaja yang yang berasal dari kelurga bahagia akan menekankan nila-nila sosial, agama dengan agar tidak terlibat dengan rokok, narkoba, minuman beralkohol. Pengaruh paling kuat adalah bila orang tua sendiri menjadi figur perokok berat maka anak-anaknya akan mungkin untuk mengikutinya. b) Pengaruh Teman. Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja yang merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama kali remaja mengenal dan terpengaruh oleh teman-temannya
atau bahkan
teman-teman remaja
tersebut
dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai
http://digilib.unimus.ac.id
17
sekurang-kurangnya satu atau lebih dari sahabat yang merokok begitu pula dengan remaja non perokok.12 c) Faktor Kepribadian. Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas (kesesuaian) sosial. Seseorang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah untuk menggunakan dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah pada berbagai tes konformitas sosial.12 d) Pengaruh Iklan Enam prinsip dasar iklan yaitu adanya pesan tertentu, dilakukan oleh komunikator, dilakukan dengan cara non personal, disampaikan untuk khalayak tertentu dalam penyampaian pesan tersebut dilakukan dengan cara membayar dan penyampaian pesan tersebut mengaharapkan dampak tertentu. Iklan rokok dapat melalui media televisi, radio, media cetak, reklame, promosi langsung ke orangnya, kegiatan promosi, konser dan kontes. Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali terpengaruh untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut.12 e) Pengetahuan Adalah hasil
dari tahu dan terjadi setelah orang
melakukan
pengindraan terhadap obyek tertentu. Pengindraan melalui panca indra manusia seperti : penglihatan, pendengaran, pembau, rasa dan raba. Faktor pengetahuan juga akan mempengaruhi perilaku merokok seseorang. Jika mereka benar-benar paham akan dampak yang diterima maka seharusnya mereka menghindari dan menghentikan perilaku merokok. Namun ada juga orang yang sudah pahamtetapi tetap menjalankan perilaku merokok tersebut. Hal ini dikarenakan pengaruh adiksi yang sudah membuat
http://digilib.unimus.ac.id
18
mereka kecanduan rokok sehingga sulit untuk meninggalkan perilaku merokok. Pengaruh jangka panjangnya juga, membuat orang-orang tidak terlalu memikirkan akibat yang akan ditimbulkan karena saat ini mereka masih merasa sehat dan nyaman dengan tubuhnya.11 7. Efek Negatif Merokok
dapat
menimbulkan
berbagai
efek
negatif
yang
berpengaruh untuk kesehatan tubuh. Merokok bukanlah penyebab salah satu penyakit tapi dapat memicu penyakit itu muncul, sehingga merokok tidak menyebabkan kematian tapi dapat mendorong munculnya jenis penyakit yang mengakibatkan kematian. Berbagai jenis penyakit yang dapat dipicu karena merokok dimulai dari kepala sampai telapak kaki antara lain : penyakit kardiovaskuler, neoplasma, saluran napas, peningkatan tekanan darah, penurunan vertilitas (kesuburan), gastritis, gangguan pembuluh darah, gangguan pada saluran kemih, penglihatan menjadi kabur, kulit menjadi kering , pucat dan keriput serta polusi udara dalam ruangan yang menjadikan iritasi mata, hidung dan tenggorokan. Banyaknya efek yang berpengaruh pada tubuh, menyebabkan munculnya berbagai penyakit hanya dengan aktivitas menghisap rokokbaik itu yang dilakukan secara terus menerus atau kadang-kadang, selain itu juga orangorang yang berada di lingkungan sekitar kita juga akan mendapatkan efek negatif pada tubuh karena mereka juga terpapar oleh asap rokok tersebut, yang menjadikan mereka sebagai perokok pasif.9
C. Pencegahan dan Penanggulangan Kebiasaan Merokok 1. Pencegahan Memberikan motivasi untuk berhenti atau tidak mencoba merokok, akan membuat mereka mampu menahan untuk tidak terpengaruh pada godaan merokok yang datang dari iklan, teman dan kelurga. Program kampanye anti merokok yang dilakukan oleh Richard Evans (1980) dapat dijadikan contoh upaya pencegahan agar remaja tidak merokok atau
http://digilib.unimus.ac.id
19
berhenti merokok. Kampanye dibuat dengan berbagai cara diantarannya : melalui poster, film, dan diskusi-diskusi yang berhubungan dengan merokok. Upaya
yang
dilakukan
pemerintah
untuk
mencegah
dan
menanggulangi kebiasaan merokok pada remaja tertuang dalam visi Indonesia Sehat 2010, yang dijabarkan dalam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), meliputi lima tatanan yaitu : tatanan rumah tangga, tempat kerja, tempat umum, tempat sekolah dan sarana kesehatan. Upaya lain yang dilakukan adalah penetapan peraturan kawasan tanpa rokok di tempat-tempat umum, tempat kerja, transportasi umum, mall, bioskop, kantor-kantor pemerintahan dan swasta. Hal ini ditetapkan pada Peraturan Pemerintah Nomer 19 tahun 2003 tentang pengamanan merokok bagi kesehatan. Selain itu penghentian kebiasaan merokok menjadi tugas dan tanggung jawab segenap lapisan masyarakat, termasuk tenaga kesehatan. Upaya penyuluhan khususnya pada remaja dapat pula dikaitkan dengan penanggulangan narkotik.12 2. Upaya untuk menghentikan kebiasaan merokok Menurut Depkes RI dan WHO sebagai berikut : Tabel 1. Proses berhenti merokok.12 Fase
Tahap
Bentuk intervensi
perubahan Perokok belum menentukan sikap
Penyuluhan motivasional
Bersikap : “mungkin ada baiknya
Awal
Penyuluhan
berhenti merokok
perubahan
motivasional
sikap Bersikap : “saya harus berhenti
Proses lanjut
Penyuluhan
merokok”
perubahan
motivasional
http://digilib.unimus.ac.id
20
sikap Bersikap : “saya akan mencoba
Keputusan
Penyuluhan lanjutan
berhenti merokok”
bersama
atau konseling berubahan berhenti merokok
Bersikap : “saya akan berhenti
Keputusan
Penyuluhan lanjutan
merokok”
kedua
atau konseling berubahan berhenti merokok
Mengambil tindakan berhenti
Perubahan
Bimbingan berhenti
merokok
perilaku
merokok dan rujukan penanggulangan efek
Berhasil berhenti merokok
Perubahan
ketagihan (intervensi
perilaku
perilaku dengan atau tanpa intervensi obat) Dukungan lingkungan(formal atau informal)
Mempertahankan keberhasilan
Perubahan
Pendampingan intensif
perilaku
Promosi kesehatan Dukungan lingkungan (formal atau informal)
http://digilib.unimus.ac.id
21
IV. Kerangka Teori
Sifat dan penampilan diri, mengkontribusi mulainya merokok serta kepribadiannya
1. Genetik : resiko kecanduan nikotin 2. .Etnik : asupan nikotin dan tembakau serta waktu paruh nikotin yang berbeda. 3. .Kognitif : deprivasi nikotin mengganggu perhatian dan kemampuan kognitif, 4. usia remaja untuk mencoba gaya hidup yang berbeda, pola perilaku, sifat yang paling sesuia. 5. Jenis kelamin : melambangkan sifat-sifat tertentu
a. Keluarga : panutan anak b. Teman : penyesuaian diri dengan teman c. Iklan : mempengaruhi persepsi remaja terhadap penampilan dan manfaat merokok
peningkatan harga jual dan biaya cukai yang tinggi, dan pembatasan fasilitas untuk merokok,
Akibat dari merokok http://digilib.unimus.ac.id
1. psikologis
2.Biologis
Perilaku merokok pada remaja pada usia 13-15 tahun
3.Lingkungan
4. Regulatori
5.Pengetahuan 22
V. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat 1. 2. 3. 4.
VI.
Faktor Pengetahuan tentang rokok Faktor Keluarga tentang merokok Faktor Teman tentang merokok Faktor Iklan tentang rokok
Perilaku merokok pada remaja usia 13-15 tahun di MTS. NU Salafiyah Kenduren Kec. Wedung Kab. Demak
Hipotesis 1. Ada hubungan antara faktor pengetahuan tentang rokok dengan perilaku merokok pada remaja usia 13-15 tahun di MTS. NU Salafiyah Kenduren Kecamatan Wedung Kabupaten Demak. 2. Ada hubungan antara faktor keluarga tentang merokok dengan perilaku merokok pada remaja usia 13-15 tahun di MTS. NU Salafiyah Kenduren Kecamatan Wedung Kabupaten Demak. 3. Ada hubungan antara faktor teman tentang merokok dengan perilaku merokok pada remaja usia 13-15 tahun di MTS. NU Salafiyah Kenduren Kecamatan Wedung Kabupaten Demak. 4. Ada hubungan antara faktor iklan tentang rokok dengan perilaku merokok pada remaja usia 13-15 tahun di MTS. NU Salafiyah Kenduren Kecamatan Wedung Kabupaten Demak.
http://digilib.unimus.ac.id
23