BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Manajemen Manajemen merupakan suatu proses yang kompleks, menantang dan
menarik. Perusahaan yang ingin cepat tumbuh dalam lingkungan usaha mengharuskan manajer untuk mengikuti kesempatan bisnis dan tren yang terjadi. Adapun pengertian manajemen menurut Robbins dan Mary (2010:8) yang diterjemahkan oleh Hermaya manajemen adalah “Proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain”. Kemudian Manajemen menurut Hasibuan (2007:2) yaitu “Ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainnya secara efektif dan efisien”. Selanjutnya menurut Hanafi (2008:6) manajemen yaitu “Proses
merencanakan,
mengorganisir,
mengarahkan,
dan
mengendalikan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi dengan menggunakan sumber daya organisasi”. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana cara mencapai suatu tujuan dengan efektif dan efisien dengan bantuan orang lain.
2.2
Ruang Lingkup Manajemen Keuangan
2.2.1
Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan fungi manajemen yang sangat penting
bagi perusahaan. Karena pentingnya manajemen keuangan maka banyak para ahli
yang mempelajarinya. Berikut beberapa pengertian mengenai manajemen keuangan menurut para ahli. Manajemen keuangan (Financial Management) menurut Martono dan Agus (2010:4) adalah sebagai berikut : “Segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, mengelola aset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh”. Adapun menurut Husnan (2008:4) manajemen keuangan adalah “Manajemen Keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan dalam suatu organisasi”. Selanjutnya
menurut
Horne
dan
Wachowicz
(2012:2)
yang
diterjemahkan oleh Mubarakah manajemen keuangan adalah “Manajemen keuangan berkaitan dengan perolehan aset, pendanaan dan manajemen aset dengan didasari beberapa tujuan umum. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan merupakan segala aktivitas perusahaan berhubungan dengan bagaimana memperoleh, menggunakan, mengelola aset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh.
2.2.2
Fungsi-Fungsi Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan manajemen (pengelolaan) mengenai
bagaimana memperoleh aset, mendanai aset dan mengelola aset untuk mencapai tujuan perusahaan. Dari definisi tersebut menurut Martono dan Agus (2010:4) ada 3 (tiga) fungsi utama dalam manajemen keuangan, yaitu 1. Keputusan Investasi (Investment Decision) Keputusan investasi merupakan keputusan terhadap aktiva apa yang akan dikelola oleh perusahaan. Keputusan investasi adalah yang paling penting diantara ketiga keputusan lainnya. Hal ini dikarenakan keputusan investasi
berpengaruh secara langsung terhadap besarnya rentabilitas investasi dan aliran kas perusahaan untuk waktu yang akan datang. 2. Keputusan Pendanaan (Financing Decision) Keputusan pendanaan ini menyangkut beberapa hal. Pertama, keputusan mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk membiayai investasi. Sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai investasi tersebut dapat berupa hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, dan modal sendiri. Kedua, penetapan perimbangan pembelanjaan yang terbaik atau sering disebut struktur modal yang optimum. Struktur modal optimum merupakan perimbangan hutang jangka panjang dan modal sendiri dengan biaya modal rata-rata minimal. 3. Keputusan Pengelolaan Aset (Assets Management Decision) Apabila aset telah diperoleh dengan pendanaan yang tepat, maka aset-aset tersebut memerlukan pengelolaan secara efisien. Pengalokasian dana yang digunakan untuk pengadaan dan pemanfaatan aset menjadi tanggung jawab manajer keuangan. Tanggung jawab tersebut menuntut manajer keuangan untuk lebih memperhatikan pengelolaan aktiva lancar dari pada aktiva tetap. 2.2.3
Tujuan Manajemen Keuangan Manajemen keuangan sebagai aktivitas memperoleh dana, menggunakan
dana, dan mengelola aset secara efisien membutuhkan tujuan atau sasaran. Di mana menurut Martono dan Agus (2010:13) tujuan manajemen keuangan adalah “Memaksimumkan nilai perusahaan (memaksimumkan kemakmuran pemegang saham) yang diukur dari harga saham perusahaan”. Sedangkan
menurut
Brigham
dan
Houston
(2010:132)
yang
diterjemahakan oleh Yulianto tujuan manajemen keuangan yaitu : “Memaksimalkan kekayaan pemegang saham dalam jangka panjang, tetapi bukan untuk memaksimalkan ukuran-ukuran akuntansi seperti laba bersih atau EPS”.
Selanjutnya menurut Husnan (2008:6) tujuan manajemen keuangan adalah “Untuk mengambil keputusan-keputusan keuangan yang benar, keputusan
keuangan
adalah
untuk
memaksimumkan
nilai
perusahaan”. Berdasarkan tujuan manajemen keuangan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan manajemen keuangan yaitu memaksimumkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmurkan pemegang saham.
2.3
Laporan Keuangan
2.3.1
Pengertian Laporan Keuangan Sebelum manajer keuangan mengambil keputusan, manajer keuangan
perlu memahami kondisi keuangan perusahaan. Untuk memahami kondisi keuangan perusahaan, diperlukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan. Di samping manajer keuangan, beberapa pihak di luar perusahaan juga perlu memahami kondisi keuangan perusahaan diantaranya adalah calon investor dan kreditur. Adapun pengertian laporan keuangan menurut Martono dan Agus (2010:51) adalah sebagai berikut : “Laporan keuangan (Financial Statement) merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahan pada suatu saat tertentu”. Kemudian
menurut
Brigham
dan
Houston
(2010:84)
yang
diterjemahakan oleh Yulianto laporan keuangan yaitu : “Beberapa lembar kertas dengan angka-angka yang tertulis di atasnya, tetapi penting juga untuk memikirkan aset-aset nyata yang berada di balik angka tersebut. Selanjutnya menurut Fahmi (2011:2) laporan keuangan yaitu :
“Merupakan
suatu
informasi
yang
menggambarkan
kondisi
keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut”. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan dan
informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran
kinerja keuangan dari perusahaan tersebut. 2.3.2
Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan
2.3.2.1 Tujuan Laporan Keuangan Laporan Keuangan yang dibuat perusahaan sangat bermanfaat bagi stakeholder. Stakeholder perlu mengetahui bagaimana kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan yang baik dan akurat dapat memberikan gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan selama kurun waktu tertentu. Adapun menurut Sukardi dan Kurniawan (2010: 187) tujuan laporan keuangan yaitu : 1.
Sebagai bahasa bisnis yang mudah dimengerti oleh semua pihak.
2.
Menunjukkan logika hubungan timbal-balik antara pos-pos dalam laporan keuangan. Sedangkan menurut Standar Akuntansi Keuangan dalam Fahmi
(2011:6) tujuan laporan keuangan adalah “Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi”. Selanjutnya menurut Fahmi (2011:5) tujuan laporan keuangan adalah “Memberikan informasi kepada pihak yang membutuhkan tentang kondisi suatu perusahaan dari sudut angka-angka dalam satuan moneter”. 2.3.2.2 Manfaat Laporan Keuangan
Selain tujuan laporan keuangan, laporan keuangan juga memiliki beberapa manfaat. Di mana menurut Martono dan Agus (2010:52) laporan keuangan yang baik dan akurat dapat memberikan manfaat antara lain dalam : 1.
Pengambilan keputusan investasi
2.
Keputusan pemberian kredit
3.
Penilaian aliran kas
4.
Penilaian sumber ekonomi
5.
Melakukan klaim terhadap sumber dana
6.
Menganalisis perubahan yang terjadi terhadap sumber dana
7.
Menganalisis penggunaan dana Kemudian menurut Sukardi dan Kurniawan (2010:187) manfaat laporan
keuangan adalah : 1. Bagi Manajemen Sebagai dasar untuk memberi kompensasi. 2. Bagi Pemilik Perusahaan Sebagai dasar untuk menilai peningkatan nilai perusahaan. 3. Bagi Supplier Untuk mengetahui besarnya kemungkinan pembayaran hutang. 4. Bagi Bank Sebagai bukti bahwa perusahaan tersebut likuid dan mempunyai cukup working capital. Selanjutnya menurut Fahmi (2011:4) manfaat laporan keuangan adalah “Untuk mengukur hasil usaha dan perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu dan untuk mengetahui sudah sejauh mana perusahaan mencapai tujuannya”.
2.3.3 Jenis-Jenis Laporan Keuangan Laporan keuangan yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan merupakan ringkasan dari harta, kewajiban, dan kinerja operasi selama suatu periode akuntansi tertentu. Pada umumnya laporan keuangan terdiri atas tiga hal utama,
yaitu neraca (Balance Sheet), laporan laba rugi (Income Statement), dan laporan perubahan modal (Statement of Changes in Capital). Dalam perkembangannya komponen laporan keuangan bertambah dengan satu laporan keuangan yaitu laporan arus kas (Cash Flow). Di mana menurut Gumanti (2011:103) jenis laporan keuangan yaitu : 1. Neraca (Balance Sheet) Merupakan laporan tentang kekayaan dan kewajiban atau beban suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu. 2. Laporan Laba-Rugi (Income Statement) Menunjukkan kinerja operasi suatu perusahaan dalam suatu periode akuntansi tertentu dan juga menunjukkan seberapa jauh perusahaan mampu menjalankan kegiatan usaha serta seberapa efisien perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. 3. Laporan Perubahan Modal (Statement of Changes in Capital) Menunjukkan berapa besar bagian atau porsi dari keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan yang diinvestasikan kembali ke perusahaan yang mempengaruhi besaran modal secara keseluruhan. 4. Laporan Arus Kas (Cash Flow). Menyajikan informasi tentang arus kas bersih dari tiga kegiatan utama di perusahaan, yaitu arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari pendanaan, dan arus kas dari aktivitas investasi.
2.3.4
Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan Seluruh informasi yang diperoleh dan bersumber dari laporan keuangan
pada kenyataannya selalu saja terdapat kelemahan, dan kelemahan tersebut dinggap sebagai bentuk keterbatasan informasi yang tersaji dari laporan keuangan tersebut. Adapun sifat dan keterbatasan laporan keuangan menurut PAI (Prinsip Akuntansi Indonesia) dalam Fahmi (2011:10) adalah 1.
Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat. Karena, laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai
satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. 2.
Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu.
3.
Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan.
4.
Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika hal itu tidak menimbulkan pengaruh yang material terhadap kelayakan laporan keuangan.
5.
Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian. Bila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih yang paling kecil.
6.
Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa dari pada bentuk hukumnya.
7.
Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah teknis dan pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan.
8.
Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan.
9.
Informasi
yang bersifat
kualitatif
dan
fakta
yang tidak
dapat
dikuantifikasikan umumnya diabaikan.
2.4
Analisis Laporan Keuangan
2.4.1
Pengertian Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan salah satu informasi penting bagi para
pemakai laporan keuangan dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi. Hasil analisis laporan keuangan akan mampu menginterpretasikan berbagai hubungan dan kecenderungan yang dapat memberikan pertimbangan terhadap keberhasilan
perusahaan di masa datang. Sehingga adapun pengertian analisis laporan keuangan menurut Prastowo dan Rifka (2010: 55) yaitu “Merupakan suatu proses untuk membedah laporan keuangan ke dalam komponen-komponennya. Penelaahan mendalam terhadap masing-masing komponen tersebut akan menghasilkan pemahaman menyeluruh atas laporan keuangan itu sendiri”. Sedangkan
menurut
Horne
dan
Wachowicz
(2012:154)
yang
diterjemahkan oleh Mubarakah analisis laporan keuangan adalah “Seni untuk mengubah data dari laporan keuangan ke informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan”. Selanjutnya menurut Harmono (2011:104) analisis laporan keuangan adalah “Alat analisis bagi manajemen keuangan perusahaan yang bersifat menyeluruh, dapat digunakan untuk mendeteksi atau mendiagnosis tingkat kesehatan perusahaan, melalui analisis kondisi arus kas atau kinerja organisasi perusahaan baik yang bersifat parsial maupun kinerja organisasi secara keseluruhan”. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan merupakan suatu proses menelaah laporan keuangan untuk melihat berbagai hubungan dan kecenderungan yang dapat memberikan pertimbangan terhadap keberhasilan perusahaan di masa datang.
2.4.2
Tujuan Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan mempunyai beberapa tujuan penting untuk
dipahami oleh pemakai laporan keuangan. Adapun tujuan analisis laporan keuangan tersebut menurut Pratowo dan Rifka (2010:53) adalah “Untuk mengurangi ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan murni, terkaan dan intuisi, mengurangi dan mempersempit lingkup ketidakpastian yang tidak bisa dielakkan pada setiap proses pengambilan keputusan”. Sedangkan menurut Hanafi dan Abdul (2009:5) tujuan analisis laporan keuangan yaitu
“Pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan”. Berdasarkan tujuan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan analisis laporan keuangan untuk memberikan pertimbangan yang lebih layak dan sistematis dalam rangka memprediksi apa yang mungkin terjadi di masa datang, mengingat data yang disajikan laporan keuangan menggambarkan apa yang telah terjadi dan analisis laporan keuangan mengurangi dan mempersempit berbagai ketidakpastian.
2.4.3
Teknik Analisa Laporan Keuangan Sebuah laporan keuangan yang diperlihatkan oleh pihak akuntan, maka
selanjutnya menjadi tanggung jawab bagi manajer perusahaan melakukan analisa secara komprehensif dan kritis terhadap seluruh isi dari laporan keuangan tersebut. Dengan analisa secara komprehensif dan kritis tersebut diharapkan diperoleh kesimpulan atau rekomendasi yang maksimal dalam menilai kinerja keuangan suatu perusahaan. Adapun pedoman dan beberapa teknik analisis laporan keuangan menuut Fahmi (2011:11) adalah sebagai berikut : 1.
Menilai “Reliability Laporan” periode laporannya.
2.
Lakukan analisa perubahan modal kerja atau arus kas.
3.
Membuat laporan konsolidasi.
4.
Mereview interrelated account.
5.
Penggunaan segmen bisnis perusahaan yang dianalisa.
6.
Meneliti lebih dalam beberapa transaksi yang bersifat : Related Parties Transaction (hubungan istimewa).
7.
Menghitung dan menafsirkan rasio keuangan yang lazim. Kemudian rasio ini dibandingkan dengan situasi : Ekonomi internasional Ekonomi nasional Rasio rata-rata industri atau bisnis Rasio periode demi periode
Rasio standar atau budget 8.
Memahami metode dan cara penyusunan laporan keuangan.
9.
Menilai laporan akuntan.
10.
Menguasai konsep dan teknik analisa laporan keuangan, filosofi rasio, tujuan dan keguananya.
11.
Memahami prinsip dan kebijakan akuntansi.
12.
Memahami situasi yang dihadapi perusahaan, termasuk bidang usaha, jenis industri, sejarah perusahaan, risiko yang mungkin dihadapi, gaya manajemen, pemilikan, dan prospek industri yang bersangkutan.
13.
Tujuan disusunya laporan keuangan.
14.
Bentuk perusahaan.
15.
Sistem pengawasan dalam perusahaan yang menghasilkan laporan keuangan.
16.
Ketaatan pada peraturan maupun agama.
17.
Menilai kualitas comparability. Semua teknik analisis yang digunakan itu merupakan permulaan dari
proses analisis yang diperlukan untuk menganalisis laporan keuangan. Dan semua teknik tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu membuat data agar lebih dimengerti oleh pembaca sehingga dapat digunakan dengan baik sebagai acuan dasar dalam pengambilan keputusan.
2.5
Analisis Rasio Keuangan
2.5.1
Pengertian Analisis Rasio Keuangan Dalam menghindari masalah yang timbul di dalam membandingkan
perusahaan dengan ukuran yang berbeda yaitu dengan cara menghitung dan membandingkan rasio-rasio keuangan. Di mana rasio-rasio tersebut merupakan cara untuk membandingkan dan menyelidiki hubungan yang ada di antara berbagai bagian informasi keuangan. Adapun pengertian analisis rasio keuangan menurut Ross, Westerfield, dan Jordan (2009:78) yang diterjemahkan oleh Yulianto, Yuniasih dan Christine yaitu :
“Hubungan
yang
dihitung
dari
informasi
keuangan
sebuah
perusahaan dan digunakan untuk tujuan perbandingan”. Sedangakan menurut Warsidi dan Bambang dalam Fahmi (2011:108) analisis rasio keuangan adalah “Analisis rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu dan membantu menggambarkan trend pola perubahan tersebut, untuk kemudian menunjukkan risiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang bersangkutan”. Kemudian menurut Samryn (2011:409) analisis rasio keuangan adalah “Suatu cara yang membuat perbandingan data keuangan perusahaan menjadi lebih berarti. Rasio keuangan menjadi dasar untuk menjawab beberapa pertanyaan penting mengenai kesehatan keuangan dari perusahaan”. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat diambil simpulan bahwa analisis rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan perusahaan.
2.5.2
Manfaat Analisis Rasio Keuangan Dengan menganalisis sebuah laporan keuangan akan didapatkan sebuah
gambaran mengenai keadaan suatu perusahaan. Adapun manfaat dengan digunakannya analisis rasio keuangan menurut Fahmi (2011:109) yaitu : 1.
Bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat menilai kinerja dan prestasi perusahaan.
2.
Bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai rujukan untuk membuat perencanaan.
3.
Dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi suatu perusahaan dari perspektif keuangan.
4.
Bermanfaat bagi para kreditur digunakan untuk memperkirakan potensi risiko yang akan dihadapi dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjaman.
5.
Dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak stakeholder organisasi. Berdasarkan manfaat analisis rasio tersebut kita dapat mengetahui
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, besarnya hutang yang digunakan perusahaan apakah rasional atau tidak, dan perencanaan yang akan digunakan dalam investasi.
2.5.3
Jenis-Jenis Rasio Keuangan Secara garis besar ada empat jenis rasio yang dapat digunakan untuk
menilai kinerja keuangan perusahaan, yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage, dan rasio profitabilitas (rentabilitas). Keempat jenis rasio tersebut dijelaskan menurut Martono dan Agus (2010:53) adalah 1.
Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) Rasio yang menunjukkan hubungan antara kas perusahaan dan aktiva lancar lainnya dengan hutang lancar. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
kewajiban-kewajiban
finansialnya yang harus segera dipenuhi atau kewajiban jangka pendek. 2.
Rasio Aktivitas (Activity Ratio) Rasio aktivitas dikenal juga sebagai rasio efisiensi, yaitu rasio yang mengukur efisiesi perusahaan dalam menggunakan aset-asetnya.
3.
Rasio Leverege (Leverage Ratio) Rasio yang mengukur seberapa banyak perusahaan menggunakan dana dari hutang (pinjaman).
4.
Rasio Profitabilitas (Profitabillity Ratio) Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari penggunaan modalnya.
2.6
Analisis Rasio Likuiditas
2.6.1
Pengertian Analisis Rasio Likuiditas Suatu perusahaan yang ingin mempertahankan kelangsungan kegiatan
usahanya tentunya harus memiliki kemampuan untuk melunasi kewajibankewajiban finansial yang segera dilunasi. Di mana dalam menjalankan usahanya perusahaan harus dalam keadaan likuid. Untuk mengetahui perusahaan tersebut likuid atau tidak dapat dilakukan dengan menganalisis rasio likuiditas. Berikut beberapa pendapat mengenai rasio likuiditas menurut para ahli. Menurut Martono dan Agus (2010:55) bahwa rasio likuiditas adalah “Merupakan indikator kemampuan perusahaan untuk membayar atau melunasi kewajiban-kewajiban finansialnya pada saat jatuh tempo dengan mempergunakan aktiva lancar yang tersedia”. Sedangkan
menurut
Brigham
dan
Houston
(2010:134)
yang
diterjemahakan oleh Yulianto bahwa rasio likuiditas adalah “Rasio yang menunjukkan hubungan antara kas dan aset lancar perusahaan lainnya dengan kewajiban lancarnya”. Selanjutnya rasio likuiditas menurut Fahmi (2011:121) menyatakan bahwa : “Rasio likuiditas adalah kemampan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu”. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar semua kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban lancarnya pada saat jatuh tempo.
2.6.2
Ukuran Rasio Likuiditas Suatu analisis likuiditas membutuhkan penggunaan anggaran kas, tetapi
dengan menghubungkan kas dan aset lancar lainnya dengan kewajiban lancar, analisis rasio memberikan ukuran likuiditas yang cepat dan mudah digunakan.
Untuk mengukur rasio likuiditas dapat digunakan beberapa jenis rasio diantaranya menurut Fahmi (2011:121) adalah sebagai berikut : a. Current Ratio b. Quick Ratio c. Net Working Capital Ratio d. Cash Flow Liquidity Ratio Dalam penelitian ini penulis menggunakan satu rasio likuiditas untuk mencerminkan rasio likuiditas perusahaan, yaitu Current Ratio. Di mana current ratio menurut Fahmi (2011:121) adalah “Ukuran yang umum digunakan atas solvensi jangka pendek, kemampuan suatu perusahaan memenuhi kebutuhan hutang ketika jatuh tempo”. Adapun rumus Current Ratio adalah sebagai berikut :
Current Ratio
=
2.7
Analisis Rasio Leverage
2.7.1
Pengertian Analisis Rasio Leverage
× 100%
Rasio leverage merupakan nama lain dari rasio solvabilitas. Rasio ini menunjukkan seberapa jauh perusahaan di biayai oleh pihak luar atau kreditur. Suatu perusahaan dikatakan “solvabel” apabila perusahaan mempunyai aktiva yang cukup untuk membayar semua hutangnya. Sebaliknya apabila jumlah aktiva tidak cukup atau lebih kecil dari jumlah hutangnya berati perusahaan tersebut dalam keadaan “insolvabel”. Salah satu alat untuk menganalisis kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang mempengaruhi besarnya laba adalah rasio leverage. Di mana pengertian rasio leverage menurut Fahmi (2011:127) adalah “Rasio yang mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan hutang”.
Kemudian menurut Martono dan Agus (2010:53) rasio leverege adalah “Rasio yang mengukur seberapa banyak perusahaan menggunakan dana dari hutang (pinjaman)”. Selanjutnya menurut Husnan (2008:70) rasio leverage adalah “Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang”. Berdasarkan hal di atas maka dapat disimpulkan bahwa rasio leverage merupakan rasio yang mengukur seberapa banyak perusahaan menggunakan dana dari hutang. Semakin tinggi tingkat hutang yang dimiliki, maka beban bunga yang harus ditanggung juga akan semakin besar. Hal ini menyebabkan keuntungan yang diperoleh semakin kecil.
2.7.2
Ukuran Rasio Leverage Dalam rasio leverage secara umum rasio leverage terdiri dari beberapa
jenis rasio diantaranya menurut Fahmi (2011:127) adalah a. Debt to Total Assets Ratio b. Debt to Total Equity Ratio c. Time Interest Earned d. Cash Flow Coverage e. Long-term Debt to total Capitalization f. Fixed Charge Coverage g. Cash Flow Adequancy Dalam penelitian ini rasio yang akan digunakan adalah Total Debt to Total Assets Ratio untuk mengetahui seberapa besar peranan modal yang berasal dari pinjaman. Di mana Total Debt to Total Assets Ratio menurut Fahmi (2011:127) adalah “Rasio yang melihat perbandingan utang perusahaan, yaitu diperoleh dari perbandingan total utang dibagi total aset”.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa rasio ini mengukur presentase besarnya dana yang berasal dari hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kreditur lebih menyukai Total Debt to Total Assets Ratio atau Debt Ratio yang rendah sebab tingkat keamanannya semakin baik. Untuk mengukur besarnya Total Debt to Total Assets Ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
× 100%
Total Debt to Total Assets =
2.8
Analisis Rasio Aktivitas
2.8.1
Pengertian Analisis Rasio Aktivitas Dengan mengukur rasio aktivitas perusahaan bisa dilihat seberapa besar
aktivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. Semakin efektif dalam memanfaatkan dana, semakin cepat perputaran dana. Berikut ini pengertian rasio aktivitas menurut para ahli. Menurut Fahmi (2011:132) rasio aktivitas adalah “Rasio yang menggambarkan sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimilikinya guna menunjang aktivitas perusahaan, di mana penggunaan aktivitas ini dilakukan sangat maksimal dengan maksud memperoleh hasil yang maksimal”. Sedangkan
menurut
Horne
dan
Wachowicz
(2012:172)
yang
diterjemahkan oleh Mubarakah rasio aktivitas adalah “Rasio yang mengukur
bagaimana perusahaan menggunakan
assetnya”. Selanjutnya menurut Harmono (2011:234) rasio aktivitas adalah “Mengukur tingkat efektivitas perusahaan dalam mengoperasikan aktiva mencakup perputaran piutang, perputaran persediaan, dan perputaran total aktiva”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa besar efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. 2.8.2
Ukuran Rasio Aktivitas Dalam rasio aktivitas banyak praktisi dan analisis bisnis menyebutkan
rasio aktivitas ini sebagai rasio pengelolaan aset. Dimana menurut Fahmi (2011:132) secara umum untuk mengukur rasio aktivitas dapat digunakan beberapa jenis rasio diantaranya sebagai berikut : a. Inventory Turnover b. Day Sales Outstanding c. Fixed Assets Turnover d. Total Assets Turnover e. Long Term Assets Turnover
2.9
Analisis Rasio Profitabilitas
2.9.1
Pengertian Analisis Rasio Profitabilitas Di dalam kegiatan bisnis, setiap perusahaan tentunya memiliki tujuan
utama yaitu berorientasi pada keuntungan. Untuk mendapatkan keuntungan tersebut tentunya perusahaan harus dapat menjual barang lebih tinggi dari pada biaya produksinya. Oleh karena itu setiap perusahaan akan selalu melakukan sebuah perencanaan dalam penentuan keuntungan yang akan diperoleh di masa mendatang. Namun perencanaan keuntungan yang akan diperoleh ini hanya peramalan saja, bisa terjadi perubahan berdasarkan situasi dan kondisi yang akan terjadi di masa depan. Salah satu alat analisis untuk menganalisis kemampuan perusahaa dalam menghasilkan laba yang biasanya dilakukan adalah rasio profitabilitas. Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya
perolehan
keuntungan
perusahaan.
Adapun
pengertian
rasio
profitabilitas menurut Fahmi (2011:135) adalah “Rasio profitabilitas mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan
yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi”. Kemudian menurut Martono dan Agus (2010:53) rasio profitabilitas adalah “Rasio
yang
menunjukkan
kemampuan
perusahaan
untuk
memperoleh keuntungan dari penggunaan modalnya”.
Selanjutnya menurut Husnan (2008:72) rasio profitabilitas adalah “Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan (sekelompok aktiva perusahaan)”. Berdasarkan hal di atas maka dapat disimpulkan bahwa rasio profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba baik laba saat ini maupun laba di masa mendatang. 2.9.2
Ukuran Rasio Profitabilitas Dalam menggunakan rasio profitabilitas, ada banyak rasio yang dapat
digunakan oleh seorang analisis. Secara umum ada beberapa rasio profitabilitas menurut Fahmi (2011:135) yaitu : a. Gross Profit Margin b. Net Profit Margin c. Return on Investment (ROI) d. Retun on Equity (ROE) Dalam penelitian ini rasio yang digunakan untuk mencerminkan rasio profitabilitas perusahaan adalah Net Profit Margin. Rasio ini dipilih karena penulis ingin memfokuskan pada kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari hasil penjualan bersih perusahaan. Di mana menurut Siegel dan Shim dalam Fahmi (2011:136) Net Profit Margin adalah “Net Profit Margin adalah margin laba bersih sama dengan laba bersih dibagi dengan penjualan bersih”.
Semakin tinggi Net Profit Margin maka investor semakin menyukai perusahaan tersebut karena menunjukkan bahwa perusahaan mendapatkan hasil yang baik melebihi harga pokok penjulan. Adapun rumus rasio Net Profit Margin sebagai berikut :
Net Profit Margin =
× 100%
2.10 Hubungan antara Current Ratio terhadap Net Profit Margin Rasio likuiditas menjelaskan mengenai kesanggupan perusahaan untuk melunasi utang jangka pendek. Tingkat likuiditas yang tinggi menunjukkan kemampuan melunasi hutang jangka pendek semakin tinggi pula. Untuk melihat apakah perusahaan tersebut dapat melunasi hutang jangka pendeknya, salah satu rasio yang digunakan yaitu current ratio di mana indikator likuiditas perusahaan di peroleh dari aktiva lancar dibagi utang lancar. Bila perusahaan dapat memenuhi semua kewajibannya, maka perusahaan dalam keadaan likuid. Kondisi keuangan yang baik akan berpengaruh kepada profit yang didapat perusahaan akan tinggi.
2.11 Hubungan antara Total Debt to Total Assets terhadap Net Profit Margin Rasio ini mengukur presentase besarnya dana yang berasal dari hutang. Kreditur lebih menyukai total debt to total assets yang rendah sebab tingkat keamanan dananya semakin baik. Semakin tinggi total debt to total assets semakin berisiko perusahaan tersebut. Maka untuk menghasilkan profit yang tinggi, perusahaan harus lebih banyak menggunakan modal sendiri. Karena semakin rendah total debt to total assets, semakin baik kinerja perusahaan dalam menghasilkan profit.